TEKNOLOGI PENGENDALIAN LALAT KOROK DAUN KENTANG (Liriomyza huidobrensis) RAMAH LINGKUNGAN Irmansyah Rusli BPTP Sumatera Barat ABSTRAK. Lalat korok daun kentang (Liriomyza huidobrensis) telah tersebar ke berbagai daerah pertanaman kentang di Indonesia. Di Sumatera Barat hama ini telah merusak tanaman kentang pada kabupaten penghasil kentang. Di Kabupaten Solok populasi imago lalat korok daun kentang ditemukan 0,8-12,1 ekor per rumpun dengan persentase kerusakan berkisar 16,0 %-41,0 %. Sedangkan di Kabupaten Tanah Datar dan Agam populasi imago masing-masingnya 4,0 dan 1,2 ekor per rumpun.dengan persentase kerusakan masing-masing 25,0 % dan 10,0 %. Kehilangan hasil akibat lalat korok daun kentang berkisar antara 30 %-70 % dan juga berpengaruh terhadap waktu panen yang dipercepat sampai empat minggu. Teknologi yang dianjurkan untuk pengendalian lalat korok daun kentang adalah: 1) penggunaan perangkap kuning, yang mampu menangkap 439,8 ekor pada umur tiga minggu setelah tanam dan 907,9 ekor pada umur tujuh minggu setelah tanam, 2) menggunakan gulma Bacopa floribunda (famili: Scrophulariaceae) mampu menangkap 1,2-22,5 ekor per tanaman, 3) menggunakan musuh alami berupa parasitod dan predator. Parasitoid Dacnusa sibirica (Hymenoptera: Braconidae) yang dilepas satu ekor untuk empat tanaman ternyata efektif untuk mengendalikan lalat korok daun. Sedangkan serangga Pterosthicus sp. Calosoma sp., Megachepala carolina-chelensiss dan Labiduridae merupakan predator yang berpeluang untuk digunakan dan perlu diuji tingkat efisiensinya untuk mengendalikan lalat korok daun, 4) penggunaan ekstrak biji nimba yang digabungkan dengan penggunaan perangkap kuning mampu mengendalikan populasi hama korok daun lebih efektif dibandingkan dengan pestisida kimia, 5) menghindari menanam tanaman inang di sekitar areal penanaman diduga dapat menekan serangan lalat korok pada tanaman kentang. Kata Kunci: Lalat Korok Daun, Kentang, Pengendalian, Ramah Lingkungan. PENDAHULUAN Lalat korok daun kentang (Liriomyza huidobrensis) yang masuk ke Indonesia melalui impor bunga krisan dari Belanda pada tahun 1990-an dan saat ini telah menjadi hama utama pada tanaman kentang. Keberadaan hama ini merusak tanaman kentang telah diketahui di Amerika Serikat dan Peru tahun 1987 (Chavez dan Raman, 1987). Pada 194
tahun 1994 dilaporkan hama lalat korok daun telah ditemukan merusak tanaman kentang di Pacet, Jawa Barat (Rauf, 1997). Selanjutnya dilaporkan menyerang tanaman kentang di Lembang (Jawa Barat), Malang (Jawa Timur), Wonosobo (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara), dan Kerinci (Jambi) (Nurdin et al., 1997). Tahun 1996 ditemukan menyerang tanaman kentang di Alahan Panjang (Sumatera Barat). Keberadaan hama korok daun di Sumatera Barat diduga akibat perdagangan sayur-sayuran antar provinsi (Nurdin, 2002). Tabel 1. Populasi imago dan persentase kerusakan oleh lalat korok daun kentang (Liriomyza huidobrensis) di sentra penghasil kentang di Sumatera Barat. No. I. A. 1. 2. 3. 4. 5. B. 1 2 3 4 5 II A. 1 III A. 1. Lokasi (kabupaten/kecamatan/desa) Kabupaten Solok Kec. Lembah Gumanti Alahan Panjang Parak Tabu Padang Laweh Taratak Pauh Sei. Nanam Barat Kec. Lembang Jaya Air Tawar Kp. Batu Dalam TD. Nan Tigo Pasinggrahan Balai Ateh Kabupaten Tanah Datar Koto Baru Kayu Tanduak Agam Banuhampu Sei. Puar Andaleh Populasi imago/ rumpun 1,2 3,7 12,1 0,8 7,7 6,5 11,6 9,3 3,9 3,0 4,0 1,2 Persentase kerusakan (%) 16,0 20,0 39,6 41,0 20,0 35,0 27,0 39,6 16,0 40,0 25,0 10,0 Sumber: Nurdin dan Syafril (1997) Hama korok daun merupakan hama polifag yang menyerang daun berbagai jenis tanaman hias, sayur-sayuran, kacang-kacangan dan gulma Tanaman hias yang diserangnya adalah krisan. Tanaman sayur-sayuran yang diserangnya antara lain kentang, tomat, selendri, cabai, kubis, selada, brokoli, sawi, bawang daun, bayam liar, dan wortel. Kacangkacang yang diserangnya antara lain kedelai, kacang merah, kapri, dan buncis (Reflinaldon, 2002). Tanaman gulma yang diserangnya dilaporkan 7 jenis, yaitu Drimaris angulata, Bidens pilosa, Ageratum conyzoides, Soncus aleraceus, Soncus arpensis, Physalis angulata, dan Cynora crepidides. Dari hasil pengamatan di pertanaman sayur-sayuran di Sumatera Barat, lalat korok daun banyak terdapat pada tanaman kentang dan kacang buncis (Nurdin, 2002). 195
Kehilangan Hasil Keberadaan lalat korok daun pada tanaman kentang telah menimbulkan kerugian cukup berarti untuk menurunkan hasil kentang. Tahun 1987 dilaporkan serangan lalat korok daun menurunkan hasil umbi kentang sebesar 35% di Amerika Serikat dan Peru (Chavez dan Raman, 1987)). Di sentra pertanaman kentang di Lembang dilaporkan tahun 1997 kerugian hasil mencapai 34% (Soeriaatmadja dan Udiarto cit. Reflinaldon, 2002). Pada tahun yang sama dilaporkan di Kabupaten Solok, Alahan Panjang, penurunan hasil lebih dari 50% (Nurdin et al., 1997). Pada musim kemarau kerugian hasil akibat lalat korok daun ini akan meningkat sampai 60% (Rauf, 1997), seiring dengan meningkatnya serangan. Keadaan ini merupakan salah satu faktor penyebab petani enggan menanam kentang pada sentra penanaman kentang di Sumatera Barat. Tabel 2. Persentase kehilangan hasil kentang akibat serangan lalat korok daun menurut petani pada beberapa daerah pengamatan Kehilangan hasil (%) 10 - <30 >30 - <50 >50 - <70 >70 Bandung (n=30) 13,3 33,4 43,3 10,0 Lokasi Bj. Negara (n=32) 28,1 40,6 18,8 3,1 Solok (n=35) 11,1 34,3 25,7 28,6 T. Karo (n=56) 33,9 28,7 32,1 5,3 Sumber Rauf dan Shepard, Cit Nurdin, 2002. Pengendalian Untuk penerapan teknologi pengendalian lalat korok daun harus mengacu kepada prinsip pengendalian hama terpadu yang mengarah kepada suatu sistim pengendalian dengan memperhatikan hubungan antara dinamika populasi dan lingkungan hama korok daun. Dalam hal ini, perlu memilih beberapa komponen teknologi pengendalian yang sesuai untuk menjaga agar populasi lalat korok daun tetap di bawah abang kerusakan ekonomi. Sehingga populasi lalat korok daun dapat dibatasi dan lingkungan tidak tercemar dengan bahan-bahan kimia yang akan membahayakan. Untuk itu komponen teknologi pengendalian yang dianjurkan untuk lalat korok daun antara lain. Perangkap kuning Teknologi pengendalian hama dengan perangkap kuning, adalah penggunaan plastik atau kain berwarna kuning yang dilumuri oli sebagai perekat. Perangkap berukuran 50 cm x 50 cm diletakkan pada lahan 196
pertanaman sebanyak 60-80 buah per hektar pada ketinggian yang sama dengan tanaman (Nurdin, 2002). Sebenarnya penggunaan perangkap kuning ini lebih ditujukan untuk memantau perkembangan populasi lalat korok. Dengan diketahui padatan populasi lalat korok pada suatu keadaan, penerapan teknologi pengendalian akan lebih efektif dan efisien untuk dilaksanakan. Hasil pengujian Nurdin et al. (1999) diketahui bahwa perangkap kuning yang berasal dari bahan plastik kuning lebih efektif menangkap imago lalat korok dibanding perangkap kuning dari bahan lainnya (Tabel 3). Tabel 3. Keefektifan beberapa jenis bahan perangkap kuning untuk menangkap lalat korok daun di Alahan Panjang, Solok, 1997 No. Jenis bahan perangkap Populasi imago terperangkap 1 2 3 4 5 6 Sumber: Nurdin (2002) Plastik kuning Karton kuning Karton kuning pucat Karton kuning kotoran kerbau Kertas garsing Kertas batang padi 23,4 1,6 2,6 0,3 4,3 3,3 Tanaman perangkap Memelihara tanaman perangkap, seperti tanaman buncis duduk yang ditanam di pingir lahan sebagai tanaman perangkap. Tanaman boncis duduk sangat disukai oleh lalat korok daun, sehingga populasinya selalu tinggi, pengendalian lalat korok daun lebih ditujukan pada tanaman boncis duduk tersebut. Gulma Bacopa floribunda (famili Scrophulariaceae) yang memiliki batang berbulu dan mengeluarkan lendir perekat dapat digunakan sebagai perangkap lalat korok daun. Dari hasil pengamatan di lapangan tahun 1999, pada satu batang gulma Bacopa floribunda ditemukan 22,5 imago lalat korok daun yang terperangkap. Parasitoid Keberadaan parasitoid di lahan pertanaman kentang sangat penting untuk menekan perkembangan populasi serangga hama. Untuk itu, kestabilan populasi serangga yang bersifat parasitoid perlu dijaga dengan mengurangi penggunaan bahan kimia yang membahayakan populasi parasitoid. Pengendalian lalat korok daun dengan parasitoid, adalah menggunakan serangga untuk memarasit telur, larva ataupun 197
imago lalat korok daun. Dari hasil penelitian Rauf dan Shepard (1999) ditemukan 8 jenis parasitoid di Indonesia, yaitu Asecodes sp., Cirrospilus ambiguus, Hemiptasenus varicornis, Neochrysocharis sp., Pnigalio sp., Quadrastichus sp., Zagrammosoma sp., dan Granotoma sp. Pada umumnya parasitoid yang ditemukan tersebut adalah jenis H. varicornis, dengan tingkat parasitasi 13,4%. Parasitoid yang dijumpai pada lahan pernanaman kentang untuk menurunkan populasi hama di lapangan masih belum efektif. Pestisida nabati Pengendalian dengan pestisida nabati, yaitu pestisida berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diolah sedemikian rupa tanpa campuran bahan kimia dan semprotkan ke tanaman dapat menurunkan populasi hama. Khusus untuk pengendalian lalat korok daun, penggunaan ekstrak biji nimba yang digabungkan dengan penggunaan perangkap kuning mampu mengendalikan populasi hama korok daun lebih efektif dibandingkan dengan pestisida kimia. Pestisida kimia dipakai jika populasi lalat korok daun telah membahayakan tanaman dan cenderung untuk menurunkan hasil. Pestisida kimia yang dianjurkan berspektrum sempit, yaitu membunuh hama tertentu. Sehingga keberadaan parasitoid ataupun predator hama tidak terganggu. Dari hasil pengamatan di lapangan, petani kentang di Sumatera Barat menggunakan insektisida jenis Padan dan Curacron untuk mengendalikan lalat korok daun. KESIMPULAN Lalat korok daun kentang (L. huidobrensis) yang merupakan hama pendatang baru yang menjadi ancaman bagi tanaman kentang di sentra produksi kentang di Indonesia. Hama ini telah tersebar di berbagai sentra produksi dan perlu dilakukan penanganannya secara bijaksana. Pengendalian lalat korok daun kentang (L. huidobrensis) harus memperhatikan kaidah ramah lingkungan dan tidak membahayakan konsumen. Oleh karena itu pengendaliannya menggunakan komponen pengendalian sebagai berikut: perangkap kuning, tanaman perangkap, parasitoid dan predator, pestisida nabati 198
DAFTAR PUSTAKA 1. Chavez, G.L. and K.V. Raman. 1987. Evaluation of Trapping and Trap Type to Reduce Damage to Potatoes by Leafminer Liriomyza huidobrensis. Insect Sci. Appl. 8(3):369-372. 2. Nurdin, F., K. Zen, dan Yulimasni. 1997. Serangan Hama Lalat Korok Daun, Hama Baru pada Tanaman Sayuran di Alahan Panjang Sumatera Barat. Seminar Tantangan Entomologi Abad XXI. Bogor, 8 Januari 1997. 6 hal. 3. Nurdin, F. dan Syafril. 1997. Penyebaran Hama Lalat Korok Daun (Liriomyza spp.) dan Parasitoidnya pada Tanaman Kentang di Sumatera Barat. Jurnal Stigma VI(2):143-148. 4. Nurdin, F. 2002. Hama Lalat Pengorok Daun pada Tanaman Kentang di Sumatera Barat. Manggaro (Jurnal Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman) 3 (2):6-13 5. Rauf, A.1997. Liriomyza: Datang Menantang PHT Kentang. Makalah disajikan pada Rapat Komisi Perlindungan Tanaman, 10-12 Maret 1997. Hotel Cisarua Indah, Bogor. 10 hal. 6. Rauf A. And B.M. Shepard. 1999. Leafminers in Vegetables in Indonesia: Surveys of Host Crops, Species Composition, Parasitoids and Control Practices. Paper presented at the CABI-FAO Workshop on Leafminers in Southeast Asia, held 1-5 Feb. 1999 at Cameron Highlands, Malaysia. 12 p. 7. Reflinaldon. 2002. Pengendalian Hama Terpadu Penggorok Daun Kentang: Permasalahan dan Peluang Pengendaliannya di Indonesia. Manggaro. Jurnal Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman 3(2): 68-73. 199