BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Atletik Atletik merupakan perlombaan yang diadakan dilapangan dan meliputi jalan, lari, lompat dan lempar dan setiap orangpun selalu mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari tanpa mereka sadari. Selanjutnya menurut Nurhuda dan Kusumawaty (2010 : 47) bahwa istilah atletik berasal dari kata athlon atau athlum, bahasa Yunani. Kedua kata tersebut mengandung makna pertandingan, perlombaan, atau perjuangan.atletik dapat dijadikan sebagai dasar pembinaan cabang olahraga lainnya. Bahkan, ada yang menyebut atletik sebagai ibu dari semua cabang olahraga dikarenakan semua keterampilan olahraga tercakup di dalamnya. Citius, altius, dan fortius merupakan merupakan semboyan atletik, yang berarti lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat.ketiga hal tersebut merupakan keharusan bagi pemainnya.atletik adalah aktivitas jasmani yang berisikan gerak alamiah manusia seperti jalan, lari, lompat, dan lempar. Kemudian menurut Isnaini dan Suranto (2010 :20-21) bahwa cabang olahraga atletik di Indonesia sudah dikenal sejak zaman penjajahan Belanda, tetapi hanya terbatas pada para pelajar dan orang-orang yang berada di kota-kota besar saja. Atletik merupakan dasar untuk dapat melakukan bentuk-bentuk gerakan yang terdapat di dalam cabang olahraga yang lainnya.induk organisasi atletik di negara Indonesia dikenal dengan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia 6
7 (PASI) yang muncul pada tanggal 3September 1950 di Semarang. Adapun induk organisasi atletik tingkat dunia diberi nama IAAF (International Amateur Athletic Federation). Setelah itu menurut Sutrisno dan Khafadi (2010 : 29) bahwa perlombaan atletik meliputi nomor perlombaan jalan cepat, lari, lompat dan lempar. Dalam bahasa Inggris, perlombaan tersebut dinamakan dengan istilah track and field,yang kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti perlombaan yang dilakukandi lintasan (track) dan di lapangan (field). Kemudian lagi menurut Hafid dan Rithaudin (2011 :189) bahwa atletik merupakan olahraga perseorangan yang terdiri atas olahraga lari, lompat, lempar atau tolak. Pada zaman sekarang, mengikuti olahraga atletik dilakukan untuk mencapai prestasi bukan hanya untuk hobi, kesenangan, atau hanya meningkatkan kesegaran jasmani. Selanjutnyalagi menurut Sarjono Dan Sumarjo (2010 :197) bahwa atletik adalah cabang olahraga yang dilakukan di luar dan memerlukan kekuatan, ketangkasan, dan kecepatan. Disamping itu, Sutrisno dan Khafadi (2010 : 185) menyatakan bahwa atletik merupakan cabang olahraga yang tumbuh dan berkembang seiring dengan aktivitas alami manusia. Wahyuni, dkk (2010 : 37) menambahkan bahwa ada beberapa teknik dasar dalam atletik, yakni : 1. Lari Lari didefinisikan sebagai cara tercepat bagi makhluk hidup (hewan dan manusia) untuk bergerak dengan kaki. Dalam istilah olahraga, lari diartikan
8 sebagai gerakan tubuh, di mana pada suatu saat semua kaki tidak menginjak tanah. Macam-macam lari dalam atletik adalah sebagai berikut. a. Lari jarak pendek (sprint) : 100 m, 200 m, 400 m, 100 m gawang, 200 m gawang, 400 m gawang, 4 100 m estafet, dan 4 400 m estafet. b. Lari jarak menengah (middle distance run) : 800 m, 1.500 m, dan 3.000 m. c. Lari jarak jauh (long distance run) : 5.000 m dan 10.000 m. d. Lari maraton : 42.195 km. 2. Lompat Lompat adalah gerakan mengangkat kaki ke depan dan dengan cepat menurunkannya. Lompat dalam atletik, contohnya lompat jauh, lompat tinggi, lompat tinggi galah, dan lompat jangkit. 3. Lempar/Tolak Gerakan melempar atau menolak tidak berbeda dengan gerakan melompat pada atletik.contoh lempar/tolak dalam atletik adalah lempar lembing, lempar cakram, tolak peluru, dan lontar martil. 2.1.2 Hakikat Lari Estafet Lari estafet merupakan lari sambung dengan 4 orang pelari setiap regunya yang berjarak dari 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter dan yang menjadi pemenang adalah pelari terakhir yang memegang tongkat estafet dan lebih dulu mencapai finish.
9 Selanjutnya Wahyuni, dkk. (2010 : 136) menyatakan bahwa lari sambung disebut lari estafet. Ada juga yang menamakan lari beranting.lari sambung termasuk salah satu nomor dalam perlombaan lari.dalam perlombaan, lari sambung yang dilakukan adalah 4 100 meter dan 4 400 meter.maksudnya, yaitu setiap regu terdiri atas 4 orang.setiap orang dalam satu regu lari menempuh jarak 100 meter untuk 4 100 meter dan menempuh jarak 400 meter untuk 4 400 meter. Disamping itu Sarjono dan Sumarjo (2010 : 37) menyatakan bahwa lari sambung atau estafet adalah bagian dari nomor lari perlombaan secara beregu. Tiap regu dalam lari sambung ini terdiri dari empat orang pelari. Lari sambung dibagi menjadi dua nomor lomba, yaitu 4 x 100 m untuk putra dan putri serta 4 x 400 m putra dan putri. Start yang digunakan, yaitu pelari pertama menggunakan start jongkok, sedangkan pelari 2, 3, dan 4 menggunakan start melayang. Dilanjutkan oleh Kurniadi dan Prapanca ( 2010 : 11 ) yang menyatakan bahwa Lari estafet atau lari sambung termasuk salah satu lari cepat yang dilakukan oleh setiap regu dengan jumlah 4 orang. Caranya, yaitu lari secara berurutan dan menyambung dengan cara memberikan tongkat estafet dari pelari kesatu, kedua, dan seterusnya. Kemudian Sarjono dan Sumarjo (2010 : 37) juga menambahkan bahwatongkat lari estafet terbuat dari kayu atau logam yang berbentuk silinder yang panjangnya tidak lebih dari 30 cm dan berat tidak boleh kurang dari 50 gram.
10 Gambar 2.1 Tongkat Estafet. (Sarjono dan Sumarjo, 2010 : 37) Selanjutnya menurut Isnaini dan Suranto (2010 : 21) bahwa lari sambung disebut juga dengan lari estafet. pelaksanaan dalam lari sambung dilakukan oleh empat pelari dalam satu tim. pelari pertama melakukan start jongkok sambil membawa tongkat estafet. hal ini yang paling utama dan ikut menentukan kecepatan satu tim, dalam pelaksanaan lari sambung yaitu pada saat penyerahan tongkat dari pelari yang satu ke pelari berikutnya, pada dasarnya sama dengan teknik lari jarak pendek 100 meter. Kemudian menurut Hafid dan Rithaudin (2011 : 191) bahwa lari sambung atau lari estafet adalah salah satu dari nomor lari yang diperlombakan dengan beregu. Tiap regu dalam lari sambung terdiri dari empat pelari yaitu pelari pertama, pelari kedua, pelari ketiga, dan pelari keempat. Pada lari sambung dibagi menjadi 3 nomor lomba, yaitu nomor 4 x 100 meter, nomor 4 x 200 meter, dan 4 x 400 meter. Alat untuk menyambung antara pelari ke-1 dan pelari berikutnya (2, 3, dan 4) dipergunakan tongkat yang ukurannya 20 30 cm, keliling 12 cm, dan beratnya 50 gram. Tongkat tersebut dipegang salah satu ujungnya sehingga tongkat tidak mudah jatuh.
11 Sutrisno dan Khafadi (2010 : 32) juga menyatakan bahwa lari sambung/lari estafet merupakan nomor lari dalam cabang olahraga atletik. Lari sambung/lari estafet adalah lari beregu yang pelarinya secara bersambung (estafet) bergantian membawa tongkat estafet dari garis start sampai dengan finish. Pada nomor ini tiap regu terdiri atas empat atlet. Sebagai nomor beregu diperlukan kerja sama yang baik terutama dalam pemberian dan penerimaan tongkat. selain kekompakan regu, strategi penempatan pelari dan teknik-teknik lari jarak pendek pada lari sambung juga sangatmempengaruhi kecepatan. Kemudian Kurniadi dan Prapanca (2010 : 12) menyatakan bahwa cara melakukan lari estafet adalah sebagai berikut. a. Buatlah kelompok dengan jumlah masing-masing 4 orang. b. Orang yang paling depan membawa tongkat estafet. c. Jatuhkan estafet di sembarang tempat. d. Tongkat diambil oleh orang yang paling belakang. e. Tongkat dioper ke orang pertama, kedua, ketiga, dan keempat. 2.1.3 Teknik Pengoperan Tongkat Estafet Teknik pengoperan tongkat lari estafet merupakan suatu teknik pemberian tongkat dengan cara dilihat berarti pada saat tongkat diberikan, pihak penerima melihat ke arah pemberi dengan keadaan penerima dan pemberi sementara berlari. Kurniadi dan Prapanca (2010:12) menyatakan bahwa pemberian tongkat dengan cara dilihat berarti pada saat tongkat diberikan, pihak penerima melihat ke arah pemberi. Cara ini dilakukan sebagai berikut. a. Diterima dengan cara orang meminta (misalnya, diterima dengan tangan kanan). Lengan kanan dijulurkan ke
12 arah pemberi dalam sikap telapak tangan terbuka ke atas. Keempat jari agak merapat menuju samping luar dan ibu jari terbuka menuju ke dalam. Tongkat diberikan dengan tangan kiri, dengan ayunan dari atas ke bawah. Setelah tongkat diterima, segera dipindahkan ke tangan kiri atau tetap dipegang dengan tangan kanan. Apabila pemberian berikutnya dilakukan dengan tangan kanan, maka diterima dengan tangan kiri. b. Sikap tangan seperti akan menangkap. Telapak tangan menghadap ke arah pemberi dan ibu jari terbuka menuju ke samping luar. Keempat jari agak rapat menuju ke sisi dalam. Tongkat diberikan dalam posisi tegak dengan menjulurkan tangan ke depan. Kemudian, tongkat direbut oleh penerima. Dapat pula diterima dengan pasif, yaitu penerima tidak aktif merebut tongkat. Akan tetapi, pihak pemberi yang aktif menjulurkan tangannya ke arah penerima. Penerima hanya menunggu sampai tongkat tersebut menempel pada telapak tangannya. Sementara menurut Wahyuni, dkk (2010:137) bahwa Teknik memberikan tongkat sebagai berikut. 1) Memberikan tongkat dari bawah. Cara melakukannya, yaitu tangan yang memegang tongkat diayunkan dari belakang ke arah depan melalui bawah ke tangan penerima tongkat. 2) Memberikan tongkat dari atas.cara melakukannya, yaitu tangan kanan yang memegang tongkat diayunkan dari belakang ke depan atas, kemudian tongkat diletakkan di telapak tangan kiri penerima tongkat. 2.1.4 Teknik Menerima Tongkat Estafet Secara Nonvisual Teknik menerima tongkat lari estafet secara nonvisual merupakan suatu teknik penerimaan tanpa melihat pemberi tongkat, setelah itu tangan diayunkan
13 kebelakang dengan posisi telapak tangan penerima dihadapkan keatas dengan keadaan penerima dan pemberi sementara berlari. Selanjutnya menurut Wahyuni, dkk (2010 : 138) bahwa teknik menerima tongkat dengan cara tidak melihat (nonvisual / blind pass) yakni Penerima tongkat melihat pelari yang akan memberikan tongkatbila sudah dekat, penerima tongkat lari secepat-cepatnya dengan pandangan tetap menghadap kedepan. Setelah mendengar tanda atau kode dari pelari yang akan memberikan tongkat, masih dalam keadaan lari yang secepatnya dengan pandangan mata tetap ke depan, tangan diayunkan ke belakang dengan telapak tangan menghadap ke atas. Gambar 2.3Menerima dengan cara tidak melihat (Nonvisual).(Wahyuni, dkk. 2010 : 138) Begitu pula menurut Hafid dan Rithaudin (2011 : 192) bahwa nonvisual dilakukan dengan cara pelari yang menerima tongkat melakukannya dengan berlari tanpa melihat tongkat yang akan diterimanya. Cara nonvisual ini biasanya digunakan dalam lari sambung 4 x 400 meter. Ada dua cara yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut. (1) Lengan penerima dijulurkan serong ke belakang bawah, telapak tangan menghadap ke belakang serong ke atas, ke empat jari rapat menuju
14 ke luar, ibu jari terbuka menuju ke dalam. Tongkat diberikan ayunan dari bawah ke atas, dan (2) Lengan penerima dijulurkan serong ke belakang bawah, telapak tangan menghadap ke belakang serong ke atas, ke empat jari rapat menuju ke luar, ibu jari terbuka menuju ke dalam.tongkat diberikan ayunan dari atas ke bawah. Disamping ituwahyuni, dkk (2010 :63) menyatakan bahwa dengan cara nonvisual ini pada saat tongkat diberikan, si penerimatidak melihat ke arah pemberi. Ada beberapa cara melakukannya, tetapi sampai saat ini hanya ada dua macam yang bisa digunakan, yaitu sebagai berikut. (1) Lenganpenerima dijulurkan serong belakang bawah, telapak tangan menghadap ke belakang serong atas, keempat jari rapat menuju keluar, ibu jari terbuka menuju ke dalam. Tongkat diberikan dengan ayunan dari bawah ke atas.dan penerima tidak melihat ke arah pemberi. (2) Hampir sama dengan di atas, hanya saja cara meluruskan tangan kanan benar-benar menghadap ke atas. Tongkat diberikan dari atas ke bawah. Kemudian menurut Sutrisno dan Khafadi (2010 : 33) bahwa cara nonvisual adalah teknik menerima tongkat dengan cara tidak menoleh/melihat ke belakang ketika tongkat berpindah tangan. Cara melakukannya adalah sebagai berikut. (1) Tangan yang menerima tongkat diayun ke belakang atas, telapak tangan menghadap atas, keempat jari rapat, dan ibu jari terbuka. (2) Tangan yang menerima tongkat diayun ke belakang dengan telapak tangan menghadap ke bawah, keempat jari rapat, dan ibu jari terbuka. (3) Tangan yang menerima tongkat dijulurkan ke belakang pinggul dengan telapak tangan menghadap ke dalam dan jari-jari agak ditekuk, sedangkan ibu jari dibuka.
15 Sarjono dan Sumarjo (2010 : 38-39) menambahkan bahwacara ini ketika tongkat diberikan, penerima tidak melihat atau menoleh ke arah pemberi tongkat. Adapun caranya adalah sebagai berikut. (a) Sambil berlari pandangan tetap ke depan, penerima meluruskan tangan kanan ke belakang agak serong ke bawah, tanpa melihat pemberi. dan (b) Hampir sama dengan yang di atas, perbedaannya tangan penerima diayun lebih tiggi, sehingga telapak tangan hampir menghadap ke atas. 2.1.5 Hakikat Metode Modeling Metode modeling merupakan salah satu metode mengajar dengan mengekspresikan sesuatu yang dibuat untuk dapat diamati atau ditiru langsung oleh siswa dalam proses pembelajaran, model juga dapat dilihat dan didengar oleh seseorang. Selanjutnya dijelaskan olehfilediamant s (2012) bahwa metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Kemudian menurut Binham s (2012) bahwa MetodeModeling The Waymerupakansalah satu metode mengajar yang dikembangkan oleh Mel Silbermam, seorang yang memang berkompeten dibidang psikologi pendidikan. Metode ini merupakan sekumpulan dari 101 strategi pengajaran. Sebuah metode yang menitik beratkan pada kemampuan seorang siswa untuk mengembangkan
16 potensi yang ada dalam dirinya. Karena siswa dituntut untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan. Sama halnya dengan Nurhayati (2011:5) dalam makalahnya menyatakan bahwa model adalah suatu konsep atau obyek yang digunakan untuk menyatukan atau mengekspresikan sesuatu.model biasanya dinyatakan dalam bentuk yang dapat dilihat secara komprehensip. Disamping ituazhari (2010 : 1) menyatakan bahwapemodelan dalam pembelajaran adalah suatu metode yang menghadirkan suatu acuan atau sesuatu yang dibuat untuk dapat diamati atau ditiru langsung oleh siswa dalam proses pembelajaran. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang oleh guru dengan melibatkan siswa. Begitu pula menurut Subekti (2011) bahwa teknik pemodelan merupakan bagian dari pendekatan kontekstual. Teknik pemodelan merupakan sebuah pengetahuan atau keterampilan yang dapat didemonstrasikan atau ada model yang dapat ditiru. Model tidak hanya terpaku pada guru atau siswa, melainkan model dapat dilihat dan didengar oleh seseorang. 2.2 Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, di ajukan hipotesis terhadap permasalahan yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Adapun hipotesis penelitian ini adalah Jikametode modeling diterapkan maka keterampilan dasar menerima tongkat estafetdengan cara nonvisualpadacabang olahraga atletik, siswa SMK Negeri 4 Gorontalo dapat ditingkatkan.
17 2.3 Indikator Capaian Ukuran keberhasilaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilihat melalui indikator kinerja yang sudah di tetapkan dengan sebagai berikut : apabila mendapat 75% dari keseluruhan siswa yang menjadi subjek penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan dalam melakukan keterampilan dasar menerima tongkat lari estafet hingga mencapai kategori baik (B) dengan rentang nilai 75-89, maka penelitian ini dinyatakan selesai.