BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Definisi Oprasional

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

DAFTAR PUSTAKA. Al Barry, Zakariya Ahmad. Hukum Anak-anak Dalam Islam. Penerjemah. Chadijah Nasution. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon), yaitu makhluk yang pada

BAB I PENDAHULUAN. tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

ALTERNATIF HUKUM PERKAWINAN HOMOSEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan perbuatan yang paling penting didalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perempuan dari kedua jenis tersebut Allah menjadikan mereka saling

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG ISBAT NIKAH. Mengisbatkan artinya menyungguhkan, menentukan, menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi oleh pasangan suami istri yang terikat

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. antara suami, istri dan anak akan tetapi antara dua keluarga. Dalam UU

Falasifa, Vol. 7 Nomor 1 Maret

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap keluarga yang hidup di dunia ini selalu mendambakan agar keluarga itu

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

HAK ASUH ANAK DALAM PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sangat penting dalam realita

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial yang harus diakui keberadaanya, dalam membentuk keluarga, masyarakat dan negara. Anak juga merupakan

SALINAN P U T U S A N NOMOR 55/Pdt.G/2011/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. Demikian menurut pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang. manusia dalam kehidupannya di dunia ini. 1

P E N E T A P A N Nomor : 0046/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

PEMBATALAN PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM FAKTOR PENYEBAB SERTA AKIBAT HUKUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. hidup rumah tangga setelah masing-masing pasangan siap untuk melakukan

P U T U S A N. Nomor :81/Pdt.G/2012/PA. Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

PENETAPAN Nomor : 04/Pdt.P/2011/PA.Gst

BAB I PENDAHULUAN. wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia perkawinan merupakan salah satu hal. yang penting terutama dalam pergaulan hidup masyarakat.

P U T U S A N. Nomor: 0072/Pdt.G/2010/PA.Spn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta Islam mengatur hubungan manusia dengan alam semesta. Dalam perjalanan hidup manusia ditakdirkan berpasang-pasangan untuk meneruskan generasinya, dan untuk mewujudkan keharmonisan dalam kehidupannya, sehingga terjadilah sebuah perkawinan. 1

2 Perkawinan merupakan jalan untuk meneruskan generasi manusia. Perkawinan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 didefinisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Berbeda dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sebab Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak mengenal definisi perkawinan. Seperti dalam Pasal 26 Burgerlijk Wetbeok bahwa Undang-Undang memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan. 2 Perkawinan ialah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. 3 Pernikahan adalah asas hidup yang paling utama dalam menentukan pergaulan di masyarakat. Pernikahan itu bukan saja merupakan satu jalan yang sangat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan kerukunan, akan tetapi pernikahan dapat dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lain, dan banyak nilai-nilai ibadah yang terkadung dalam pernikahan. 4 Oleh karena di dalam pernikahan terkandung banyak nilai-nilai ibadah, maka suatu pernikahan harus diperlihara dengan baik karena. Pernikahan yang dipelihara dengan baik bisa abadi dan bisa tercapai tujuan dari penikahan yaitu terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah. Selain itu pernikahan juga disyariatkan 1 Undang-Undang Republin Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan & Kompilasi Hukum Islam, (Bandung: Citra Umbara, 2012) h. 2 2 R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta: Pradnya Paramita, 2008) h.8 3 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata (Jakarta: Intermasa, 2003) h. 23 4 Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat (Buku I), (Bandung: Pustaka Setia, 2001) h. 11

3 untuk melestarikan keturunan yang baik. Pernikahan yang tidak diperlihara dengan baik dapat menimbulkan terjadinya perceraian. Secara umum sebab putusnya perkawinan itu ada karena perceraian dan kematian. Dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, membagi sebab-sebab putusnya perkawinan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu kematian, perceraian dan atas keputusan pengadilan hal seperti ini tercantum. Hal yang sama juga dijelaskan dalam Pasal 113 Kompilasi Hukum Islam yang mengatakan bahwa perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas putusan Pengadilan. Dalam hukum perkawinan Agama Islam menentukan bahwa apabila salah seorang di antara kedua suami isteri meninggal dunia, maka telah terjadi perceraian dengan sendirinya. Dimulai sejak tanggal meninggal tersebut. 5 Putusnya perkawinan karena kematian akan ada hubungannya dengan kewarisan, dimana ada pewaris dan ahli waris yang berkaitan erat dengan putusnya perkawinan karena kematian. Dalam Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dinyatakan bahwa pewarisan hanya terjadi karena kematian. Jadi kematian seseorang tersebut merupakan syarat terjadinya perwarisan. Dengan meninggalnya seseorang maka kekayaan beralih kepada ahli waris. 6 Dalam masalah pewarisan, ahli waris bisa merupakan orang yang sudah dewasa maupun anak yang masih dibawah umur. Anak dibawah umur 5 Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 229 6 Saifullah, Buku Ajar Wawasan Hukum Perdata Di Indonesia (Edisi Revisi), Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2011, h.89

4 atau anak yang belum cakap hukum berada dalam kekuasaan orang tuanya yang masih hidup. Orang tua dan anak mempunyai hak dan kewajiban yang harus diterima dan dijalani satu sama lain. Untuk menjamin terlaksananya hak dan kewajiban masing-masing pihak, maka Undang-Undang mengatur mengenai hak dan kewajiban tersebut. Dalam perundang-undangan Indonesia, orang tua terutama ayah maupun ibu yang memiliki kecakapan hukum terhadap anak-anak mereka yang belum cakap hukum, secara otomatis adalah orang yang bertanggung jawab dalam merawat, memelihara serta mewakili anak tersebut dalam perbuatan hukum. Seorang anak yang lahir ke dunia ini, serta merta membutuhkan orang lain yang akan memeliharanya, baik dirinya, harta bendanya ataupun hak miliknya, karena ia membutuhkan orang lain yang akan mengawasi penyusuan dan pengasuhannya. Demikian juga ia membutuhkan orang lain untuk menjaga dan memeliharanya, serta mendidik dan mengajarinya, dan melaksanakan bermacam-macam urusan yang berhubungan dengan jasmaniyahnya dan pembentukan kepribadiannya, selain itu anak membutuhkan orang yang akan mengawasi urusan hak miliknya, agar supaya dipelihara dan diperkembangkan. 7 Sehingga ia membutuhkan seorang wali untuk mewakili perbuatan hukum ketika ia belum dewasa, hal seperti ini disebut dengan perwalian. Perwalian dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 poin (h) dikatakan bahwa perwalian adalah kewenangan yang diberikan kepada seorang untuk 7 Zakariya Ahmad al Barry, Hukum Anak-anak Dalam Islam. Penerjemah Chadijah Nasution, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977) h. 106

5 melakukan sesuatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, atau kedua orang tua yang masih hidup tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Berbeda dengan kekuasaan orang tua terhadap anak-anaknya yang secara otomatis adalah sebagai wali dan pengasuh anaknya, maka dalam keadaan dimana orang tua tersebut tidak cakap dalam menjalankan kewajibannya atau karena meninggalnya kedua orang tua, Seorang yang ditunjuk oleh hakim dapat menjadi wali bagi anak-anak tersebut. Dalam hal ini pencabutan dan permohonan penunjukan wali adalah dilakukan oleh Pengadilan Agama. Seperti dalam Pasal 47 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 menyatakan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan pernikahan ada dibawah kekuasaan orang tua selama kekuasaan tersebut tidak dicabut. 8 Namun pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut terkadang tidak berlaku, contohnya dalam persyaratan administrasi seperti pembuatan passport maupun kepentingan lain. Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengetahi bahwa orang tua kandung tidak perlu mengajukan permohonan penetapan wali atas anaknya, karena berdasarkan peraturan perundang-undangan, mereka secara otomatis adalah wali bagi anak-anak mereka. Namun, pada kenyatannya peneliti menemukan satu perkara yang keluar dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dimana seorang ibu kandung memohon penetapan perwalian kepada Pengadilan Agama Kabupaten Madiun atas anak kandungnya, yang 8 Pasal 47 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

6 permohonan tersebut tercatat dengan nomor register 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn. Penetapan tersebut berisi tentang pengajuan permohonan perwalian yang dilakukan oleh ibu atas anak kandungnya yang ayah kandung anak tersebut atau suami dari pemohon sudah meninggal dunia pada tahun 2007. Pengajuan permohonan perwalian ini untuk dapat mewakili anaknya dalam melakukan perbutan hukum. Perbuatan hukum yang dimaksud adalah, pemohon bermaksud untuk menjual tanah waris bagian anaknya yang belum cukup umur untuk kebutuhan anaknya yaitu untuk kehidupan seharihari anaknya tersebut. Bentuk akhir dari permohonan ini adalah Majelis Hakim mengabulkan permohonan yang diajukan oleh pemohon. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut. Peneliti bermaksud untuk mengangkat penelitian ini dengan judul Permohonan Perwalian Oleh Ibu Kandung Atas Anaknya Untuk Melakukan Transaksi Penjualan Tanah Waris Di Pengadilan Agama Kabupaten Madiun. B. Batasan Masalah Agar permasalahan tetap fokus dan tidak meluas pembahasannya, maka pembatasan terhadap masalah ini sangat diperlukan. Pembatasan masalah ini supaya tujuan dari penelitian bisa tercapai, dan juga supaya fokus penelitian ini jelas. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada salah satu perkara yang merupakan permohonan perwalian yang diajukan oleh ibu kandung atas anaknya untuk melakukan transakasi penjualan tanah waris yaitu pada penetapan nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn.

7 C. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pertimbangan Pengadilan Agama Kabupaten Madiun dalam menerima permohonan perwalian oleh ibu kandung terhadap anak di bawah umur? 2. Bagaimana dasar pertimbangan Majelis Hakim dalam mengabulkan permohonan penetapan ibu kandung sebagai wali terhadap anak dibawah umur dalam Penetapan Nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pertimbangan Pengadilan Agama Kabupaten Madiun dalam menerima permohonan perwalian oleh ibu kandung terhadap anak dibawah umur. 2. Untuk mengetahui pertimbangan Majelis Hakim mengabulkan permohonan penetapan ibu kandung sebagai wali terhadap anak dibawah umur dalam Penetapan Nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini bisa memberikan manfaat yang bersifat teoritis maupun manfaat yang bersifat praktis. 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat karena penelitian ini memberikan sumbangsih terhadap keilmuan. Menambah

8 kepustakaan tentang perwalian yang diajukan oleh ibu atas anak kadungnya dan juga memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, dan diharapkan juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi hakim-hakim di Pengadilan Agama. 2. Secara Praktis a. Manfaat bagi peneliti Penelitian ini digunakan sebagai tambahan informasi dan wawasan pengetahuan tentang perwalian yang diajukan oleh ibu atas anak kadungnya. Serta merupakan pelajaran berharga yang dapat mengaktualisasi diri peneliti sebagai mahasiswa dalam mengembangkan pemikiran konsep ilmu hukum. b. Manfaat bagi lembaga Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan kepustakaan yang dijadikan sarana pengembangan wawasan keilmuan khususnya di jurusan Al Ahwal Al Syakhshiyyah dan juga sebagai sumbangan pemikiran bagi akademisi dan praktisi hukum yang mempunyai keterkaitan dalam menangani masalah yang berkaitan dengan perwalian. F. Definisi Oprasional 1. Permohonan Perwalian yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah permohonan perwalian yang diajukan oleh Ibu kandung terhadap anaknya

9 di Pengadilan Agama untuk mendapatkan penetapan perwalian dari Pengadilan Agama. 2. Ibu Kandung pada penelitian ini adalah wanita yang telah melahirkan anak tersebut yang sekarang dalam keadaan sehat secara jasmani dan rohani. 3. Transaksi Penjualan Tanah Waris merupakan perbuatan hukum berupa penjualan tanah waris yang dilakukan oleh seseorang yang sudah cakap hukum, yang dalam hal ini seorang ibu ingin menjual tanah waris milik anaknya yang belum cakap hukum. G. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam memahami, berikut adalah sistematika penulisan skripsi yang akan peneliti tulis: Bab pertama dalam penelitian ini merupakan bab Pendahuluan. Dalam bab ini berisi pandangan global tentang pokok isi skripsi, dengan menyampaikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. Sedangkan bab kedua berisi Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka ini peneliti membahas tentang permohonan di Pengadilan khususnya Pengadilan Agama, membahas kewenangan Peradilan Agama, selain itu membahas tentang ultra petitum dalam putusan, membahas perwalian menurut hukum islam dan hukum positif di Indonesia, tentang usia dewasa dalam fiqh maupun usia dewasa dalam Undang-Undang, serta yang terakhir membahas tentang jual beli, jual beli tanah dan jual beli tanah waris.

10 Metode Penelitian merupakan pembahasan dalam bab ketiga. Metode Penelitian ini berisi pengolahan dan pengorganisasian data penelitian serta membahas data-data penelitian dengan teori yang relevan. Yang terdiri dari lokasi penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Pada bab keempat berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan. Peneliti akan mendeskripsikan data yang sudah peneliti peroleh di lapangan, kemudian peneliti analisis data tersebut. Dalam hal ini analisis peneliti tentang pertimbangan Pengadilan Agama Kabupaten Madiun dalam menerima permohonan perwalian oleh ibu kandung dan menganilisis pertimbangan Majelis Hakim dalam pengabulan permohonan penetapan wali dengan nomor penetapan 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn. Bab terakhir adalah Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini peneliti akan memberi kesimpulan dari hasil analisis, selain itu juga peneliti memberikan saran-saran yang dirasa perlu.