BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

Allah SWT semata. Untuk itu, manusia harus mengagungkan asma Allah, dengan

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

Pelestarian Cagar Budaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

PENGERTIAN DAN KRITERIA CAGARBUDAYA Muhammad Ramli

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional. Inilah salah satu isi

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1

PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU. M. Nendisa

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA [LN 2010/130, TLN 5168]

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Kata Kunci: Punden Berundak, Sumber Belajar Sejarah. Dosen Pembimbing Artikel

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERDAPAT PADA BENDA-BENDA PENINGGALAN PURBAKALA DAN UPAYA PELESTARIANNYA. Abstrak

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 58 Tahun : 2016

Nomor 66 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 66 TAHUN 2010 PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN BENDA CAGAR BUDAYA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGELOLAAN SITUS PURA MAOSPAHIT TONJA DENPASAR DALAM UPAYA PELESTARIANNYA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. (Yerik Afrianto S dalam diunduh tanggal 23

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Situs Megalitikum Pagar Batu terdapat di Kecamatan Simanindo tepatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara yang memiliki posisi strategis dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta merupakan kota budaya yang mempunyai beragam

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

P E L E S T A R I A N CAGAR BUDAYA OLEH KEPALA BPCB GORONTALO ZAKARIA KASIMIN

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan yang mutlak bagi setiap instansi, apalagi secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

Program Studi. : Ilmu Hukum

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

LAPORAN KEGIATAN PPM

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia dalam memberikan perhatian yang lebih besar kepada lingkungan hidup, mengingat kenyataan bahwa permasalahan lingkungan hidup telah menjadi masalah yang perlu ditanggulangi bersama demi kelangsungan hidup di dunia ini. Dewasa ini masalah lingkungan hidup berkembang sedemikian cepat sehingga tidak ada satu negara yang dapat terhindar dari padanya. Demikian pula halnya dengan Indonesia sebagai bangsa yang mempunyai beranekaragam kebudayaan dengan corak yang berbeda-beda, selain itu proses perkembangan teknologi, pembangunan dan peningkatan populasi (jumlah penduduk) selama dekade terakhir mengakibatkan berlipatnya aktivitas manusia dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pengelolaan lingkungan hidup sudah ada sejak adanya manusia di bumi dan perkembangannya telah mewariskan banyak hal pada generasi penerus seperti kebudayaan maupun sistem sosial dan diantara warisan tersebut termasuk pengetahuan kepercayaan, kesenian dan termasuk benda yang mengandung nilai-nilai tertentu dalam tata kehidupan masyarakat. Peninggalan sejarah dapat berasal dari waktu lampau dalam artian relatif, yaitu berasal dari puluhan tahun yang telah lampau atau berasal dari beberapa tahun atau beberapa bulan bahkan beberapa hari yang lalu. 1

2 Sedangkan peninggalan kepurbakalaan tidaklah menunjukkan usia beberapa tahun atau beberapa bulan yang lalu, tetapi berasal dari masa-masa puluhan tahun bahkan ribuan tahun yang lalu bahkan jutaan tahun yang lalu. Benda-benda peninggalan sejarah dan kepurbakalaan dapat pula dibagi menurut zaman, macamnya, bahan dan fungsinya. Menurut macamnya ada yang bergerak dan tak bergerak, alat-alat upacara, benteng dan lain-lain. Menurut bahannya ada peninggalan sejarah dan kepurbakalaan yang dibuat dari batu, tulang, logam, kertas, kulit, dan lain-lain. Sedangkan menurut fungsinya ada yang berupa candi, kuil, klenteng, gereja, kraton, pura, masjid, punden berundak atau benda upacara keagamaan dan lain-lain. 1 Warisan budaya bangsa Indonesia salah satunya adalah berupa peninggalan benda bersejarah yaitu Situs dan Cagar Budaya Sokoliman yang terletak di Dusun Sokoliman, kecamatan Karangmojo, kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Situs Sokoliman diperkirakan ada sejak zaman prasejarah sehingga merupakan salah satu situs tertua di Indonesia. Situs Sokoliman pada saat pertama diketemukan adalah berbentuk pilar atau tiang yang berjumlah lima buah yang dalam bahasa jawa disebut sokoliman yang berarti pilar yang berjumlah lima. Belum dapat diketahui secara jelas fungsi dari pilar tersebut pada zaman itu, hal ini disebabkan minimnya data dan karena benda sejarah tersebut telah hilang seiring berjalannya waktu, yang tersisa saat ini adalah berupa kuburan dari batu dan arca 1 Uka Tjandrasasmita,Pencegahan Terhadap Pencemaran Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Sebagai Warisan Budaya Nasional, Proyek Pemeliharaan dan Pemugaran Sejarah dan Purbakala, Jakarta, 1982, Hal 6-9

3 menhir. Keberadaan situs Sokoliman haruslah diperhitungkan karena merupakan penghubung antara masa kini dengan masa lampau. Pengelolaan situs tersebut juga diperkuat dengan adanya Undang-Undang No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Pada pasal 1 Undang-Undang No 5 Tahun 1992 disebutkan pengertian benda cagar budaya adalah : a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurangkurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. b. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pengertian situs sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (2) Undang- Undang No. 5 Tahun 1992 menyebutkan bahwa: Situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda cagar budaya termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. Keberadaan situs Sokoliman kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan sehingga dapat dimungkinkan terjadinya gangguan yang menyebabkan rusak atau hilangnya benda-benda cagar sebagai obyek perdagangan untuk kepentingan pribadi oleh mereka yang justru memahami manfaat benda-benda atau cagar budaya tersebut. Hal ini menimbulkan adanya pencurian, pemindahan dan penyelundupan yang saat ini tidak terbatas pada benda-benda yang bernilai budaya akan tetapi juga terhadap benda-benda yang bernilai religius (keagamaan).

4 Hal ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian bukan hanya dari aparat pemerintah atau instansi yang terkait namun juga memerlukan peran serta masyarakat luas demi terjaga dan terpeliharanya keutuhan situs dan cagar budaya tersebut yang merupakan benda peninggalan sejarah yang memiliki nilai-nilai luhur bagi bangsa Indonesia. Kegiatan pelestarian terhadap keberadaan situs dilakukan untuk melestarikan nilai luhur budaya kepada generasi yang akan datang dengan harapan kelak mereka akan mengetahui bahwa leluhur mereka memiliki warisan yang tidak ternilai harganya. Pelestarian peninggalan budaya juga merupakan bagian dari pelestarian lingkungan maka dikeluarkan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Perlindungan hukum memiliki makna bagaimana hukum itu harus dilaksanakan oleh semua unsur-unsur, sehingga dalam perlindungan hukum tersebut diperhatikan unsur-unsur kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. 2 Dengan demikian perlindungan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum maupun individu, melalui pengawasan dan sarana administratif, keperdataan dan pidana. Perlindungan hukum yang bersifat preventif berarti bahwa pengawasan aktif dilakukan terhadap kepatuhan. 2 R.M.Gatot.P.Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.65-66

5 Berdasarkan uraian diatas penulis akan mengangkat judul skripsi ini adalah PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEBERADAAN SITUS DAN CAGAR BUDAYA SOKOLIMAN DI GUNUNGKIDUL dengan harapan hasil dari penulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pemerintahan kabupaten Gunungkidul maupun masyarakat Indonesia pada umunya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah yang dapat diangkat adalah : 1. Bagaimanakah pola perlindungan hukum terhadap ancaman kerusakan dan kepunahan Situs dan Benda Cagar Budaya Sokoliman di Gunungkidul? 2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses perlindungan hukum Situs Dan Cagar Budaya Sokoliman? 3. Upaya apa saja yang harus dilakukan dalam menjaga kelestarian Situs dan Benda Cagar Budaya Sokoliman? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola perlindungan hukum terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran dan perusakan situs dan benda cagar budaya Sokoliman. 2. Untuk mengetahui hambatan atau kendala seperti apa saja yang dihadapi selama proses perlindungan hukum.

6 3. Bagaimana upaya hukum terhadap kemungkinan terjadinya perusakan dan pencemaran situs dan cagar budaya Sokoliman. D. Manfaat Penelitian Penelitian sebagai kegiatan ilmiah yaitu merupakan usaha untuk menganalisa dan mengadakan konstruksi secara metodologis, sistimatis dan konsisten. Sedangkan manfaat dari penelitan ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis dalam hal ini penulis mengharapkan bahwa hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul dalam kaitannya dengan perlindungan dan penegakkan hukum terhadap Situs dan Benda Cagar Budaya Sokoliman dan/atau sebagai bahan diskusi atau semacamnya yang terkait dengan pelestarian lingkungan khususnya tentang pelestarian benda-benda sejarah dan purbakala.