BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan majunya perkembangan yang sedang dilakukan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya sendiri. Salah satu sumber

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kabupaten Sumedang. Biro keuangan tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

I. PENDAHULUAN. badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 05 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang optimal perlu diwujudkan untuk mendukung kemandirian

BAB III GAMBARAN DATA OBJEK PAJAK. Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG

NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PARKIR

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di perlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasiaonal. Tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Orde Baru yang menghendaki tegaknya supremasi hukum, demokratisasi dan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab daerah untuk

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PAJAK BAHAN BAKAR KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Setelah pemerintah pusat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BUPATI SORONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SORONG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1 Pajak Kendaraan Bermotor di Propinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2004 PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pemerintahan yang berhasil adalah pemerintahan yang harus mampu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

i

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemda tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk digunakan membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Pajak Daerah terdiri atas Pajak Propinsi dan Pajak Kabupaten atau Kota. Pajak daerah yang termasuk di dalamnya pajak kendaraan bermotor memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Kapasitas fiskal daerah sebagian besar didukung oleh penerimaan pajak daerah tersebut, berdasarkan data Dispenda Jawa Barat jumlah realisasi pendapatan asli daerah (PAD) tahun 2006-2010 mencapai Rp 26.256.351.671.746,65 atau 113 %. Dari jumlah tersebut, 109,43% berasal dari jumlah realisasi Pajak kendaraan bermotor (PKB) Provinsi Jawa Barat tahun 2006-2010. Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Yang menjadi objek kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Subjek kendaraan bermotor adalah orang pribadi, badan, pemerintah, pemerintah daerah, TNI dan Polri yang memiliki dan/atau menguasai kendaraan bermotor. Dinas pendapatan provinsi jawa barat secara historis diawali dengan unit kerja yang bertugas untuk melakukan pengurusan perpajakan dan pendapatan daerah, sebelum tahun 1971 ditangani oleh biro pendapatan dan perpajakan yang berada dalam lingkungan administrasi bidang keuangan. Berdasarkan surat keputusan gubernur provinsi jawa barat nomor 219/PO/V/OM/SK/71 tanggal 25 september 1971 dibentuk jawatan perpajakan dan pendapatan provinsi jawa barat. Jawatan ini secara efektif dimulai tahun 1

anggaran 1972/ 1973, dengan dikeluarkannya surat keputusan gubernur tersebut, untuk pertama kalinya pengurusan perpajakan dan pendapatan daerah ditangani secara terpisah dari lingkungan keuangan. Sejak tahun 1970 kantor dinas perpajakan dan pendapatan provinsi jawa barat, berdasarkan peraturan daerah nomor : 7/ DP.040/ 1978 tanggal 30 agustus 1978 kantor dinas pendapatan daerah provinsi jawa barat bertempat di jl.ir.h.juanda 37, tahun 1984 kantor dinas pendapatan daerah provinsi DT1 jawa barat pindah ke gedung baru yang berlokasi di jl.soekarno-hatta 528 bandung. Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Berdasarkan struktur organisasi diatas, bidang pajak terdiri dari : a. Seksi Penetapan dan Piutang pajak Seksi penetapan dan piutang pajak mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan penyusunan bahan petunjuk teknis dasar perhitungan pengenaan pajak daerah. 2

2. Pelaksanaan penyusunan bahan rancangan pedoman tata cara penghitungan dasar pengenaan pajak daerah. 3. Pelaksanaan penyusunan bahan kenijakan teknis pencairan tunggakan dan penghapusan pajak daerah. b. Seksi Sengketa Pajak Seksi sengketa pajak mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan penyusunan bahan petunjuk teknis pelayanan keberatan pajak daerah. 2. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis tentang tata cara pemberian keringanan pajak daerah. 3. Pelaksanaan penyusunan rumusan kebijakan teknis tentang tata cara pemberian restitusi. c. Seksi Pembukuan dan Pelaporan Pajak Seksi pembukuan dan pelaporan pajak mempunyai fungsi : 1. Pelaksanaan penyusunan bahan petunjuk teknis pembuatan rekapitulasi penetapan dan realisasi penerimaan pajak daerah. 2. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan teknis pengelolaaan data dan informasi pajak daerah. 3. Pelaksanaan penyusunan bahan fasilitas bidang pembukuan dan pelaporan pajak daerah. Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah adalah dalam bidang pengelolaan penerimaan pajak secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mencakup pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Pendapatan Daerah Uppd XX Bandung Barat menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Mengelola penerimaan kas yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah yang terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah, Dana Perimbangan serta Lain-lain Pendapatan Yang Sah. 3

b. Menyiapkan, menyerahkan, menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendaftaran wajib pajak daerah dan retribusi daerah. c. Menyiapkan, menyerahkan, menerima dan memeriksa kelengkapan formulir pendaftaran. d. Kegiatan penetapan yaitu dengan proses perhitungan penetapan pajak daerah dan retribusi daerah. e. Kegiatan penyetoran dilakukan melalui pemegang kas pembantu (BKP). f. Kegiatan angsuran dan penundaan pembayaran dilakukan dengan mengadakan penelitian, membuat surat pernyataan, membuat surat persetujuan dan menyerahkan kepada wajib pajak. g. Kegiatan yang dilaksanakan dalam keberatan dan banding yang disajikan terhadap materi atau isi dari ketetapan dengan membuat perhitungan yang seharusnya dibayar menurut perhitungan wajib pajak. h. Kegiatan penagihan dengan membuat, membatalkan, menerbitkan, menyerahkan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus. i. Kegiatan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan, sanksi administrasi. j. Kegiatan pengembalian kelebihan pembayaran dengan melakukan pemeriksaan yang ditandatangani oleh petugas dan wajib pajak. 1.2 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan pembangunan nasional, dana merupakan faktor penting sebagai sumber pembiayaan untuk menyelenggarakan pembangunan. Bagi Indonesia keterbatasan dan merupakan salah satu permasalahan yang serius bagi pemerintah. Pelaksanaan pembangunan sangat ditentukan oleh sumber dana yang tersedia, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan proyek pembangunan. 4

Salah satu usaha untuk membiayai pembangunan adalah dengan cara penarikan pendapatan yang potensial untuk membiayai pembangunan. Dalam rangka mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab, pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah sendiri, khususnya yang berasal dari pajak daerah, pelaksanaan pemungutan pajak daerah perlu ditingkatkan lagi. Daerah diberi wewenang untuk menggali sumber dana yang sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-masing, sehingga nantinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk membiayai rumah tangganya sendiri. Berdasarkan kewenangannya, pajak dapat dibedakaan sebagai Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Mengenai Pajak Daerah, peranannya juga sangat penting sebagai sumber Pendapatan Daerah dan sebagai penopang Pembangunan Daerah, karena Pajak Daerah merupakan salah satu Sumber Pendapatan Asli Daerah. Pajak sebagai satu perwujudan kewajiban kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat seperti pajak, retribusi dan lain lain, harus ditetapkan dengan Undang Undang. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang antara lain berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menjadi salah satu sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang berisi ketentuan ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Pajak Daerah dan Pajak Nasional, merupakan suatu sistem perpajakan Indonesia, yang pada dasarnya merupakan beban masyarakat sehingga perlu 5

dijaga agar kebijaksanaan tersebut dapat memberikan beban yang adil bagi seluruh masyarakat. Sejalan dengan sistem perpajakan nasional, pembinaan pajak daerah dan retribusi daerah dilakukan secara terpadu dengan pajak nasional. Terutama mengenai objek dan tarif pajak, sehingga antara Pajak Nasional dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, saling melengkapi. Meskipun beberapa jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sudah ditetapkan oleh Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Daerah Provinsi, Kabupaten / Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber sumber keuangan dengan menetapkan jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, selain yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tersebut diatas dan disesuaikan dengan aspirasi masyarakat daerah yang bersangkutan. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Jenis Pajak Daerah yang diatur dalam Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk Provinsi dan jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah untuk Kabupaten / Kota. Dalam Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ; diatur mengenai jenis Pajak Provinsi yaitu sebagai berikut : a. Pajak Kendaraan Bermotor ( PKB ) b. Pajak Kendaraan Bermotor Di Atas Air ( PKBDA ) c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ( BBNKB ) 6

d. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Diatas Air ( BBNKBDA ) e. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor ( PBBKB ) f. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah ( P3ABT ) g. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air permukaan ( P2AP) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dipungut berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah. Sedangkan pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor itu sendiri dilaksanakan oleh UP3AD, melalui kantor bersama samsat dimana dalam pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor tersebut dilakukan dengan sistem terpadu bersama pengeluaran STNK, pembayaran SWDKLLJ dan pembayaran BBNKB. Jadi dalam Samsat terdiri dari 3 (tiga) Instansi yaitu Dinas PPAD/UP3AD, Kepolisian dan Jasa Raharja. Pajak kendaraan bermotor merupakan pajak yang paling potensial bagi pendapatan daerah, hal ini dikarenakan jumlah kendaraan bermotor yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Jawa Barat merupakan hal positif bagi peningkatan pendapatan asli daerah Jawa Barat. Semakin banyak kendaraan bermotor, semakin besar pemasukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Tercatat sejak tahun 2006 sampai 2010 mengalami peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Jawa Barat. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Pertumbuhan Potensi Kendaraan Bermotor Di Jawa Barat Tahun 2006-2007 No Jenis Kendaraan Bermotor Tahun Pertumbuhan (%) 2006 2007 KBM % 1 Sedan dan Sejenisnya 154.370 170.344 15,974 10 2 Jeep dan Sejenisnya 58.692 66.203 7.511 13 3 Minibus dan Sejenisnya 491.904 554.414 62.510 13 4 Bus dan Sejenisnya 29.029 29.857 828 3 7

5 Truck/Pickup 271.173 292.290 21.153 8 6 Alat-Alat Berat 240 235 (5) (2) 7 Sepeda Motor 4.099.150 5.166.614 1.067.464 26 Jumlah 5.104.522 6.279.957 1.175.435 23 Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tabel 1.2 Pertumbuhan Potensi Kendaraan Bermotor Di Jawa Barat Tahun 2007-2008 No Jenis Kendaraan Bermotor Tahun Pertumbuhan (%) 2007 2008 KBM % 1 Sedan dan Sejenisnya 170.344 170.375 31 0 2 Jeep dan Sejenisnya 66.203 70.341 4.138 6 3 Minibus dan Sejenisnya 554.414 586.826 32.412 6 4 Bus dan Sejenisnya 29.857 26.977 (2.880) (10) 5 Truck/Pickup 292.290 297.264 4.974 2 6 Alat-Alat Berat 235 154 (81) (34) 7 Sepeda Motor 5.166.614 5.829.504 662.890 13 Jumlah 6.279.957 6.981.441 701.484 11 Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tabel 1.3 Pertumbuhan Potensi Kendaraan Bermotor Di Jawa Barat Tahun 2008-2009 No Jenis Kendaraan Tahun Pertumbuhan Bermotor (%) 2008 2009 KBM % 1 Sedan dan Sejenisnya 170.375 176.939 6.564 4 2 Jeep dan Sejenisnya 70.341 70.857 516 1 8

3 Minibus dan Sejenisnya 586.826 630.860 44.034 8 4 Bus dan Sejenisnya 26.977 28.180 1.203 4 5 Truck/Pickup 297.264 308.322 11.058 4 6 Alat-Alat Berat 154 157 3 2 7 Sepeda Motor 5.829.504 6.778.925 949.421 16 Jumlah 6.981.441 7.994.240 1.012.799 15 Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Tabel 1.4 Pertumbuhan Potensi Kendaraan Bermotor Di Jawa Barat Tahun 2009-2010 No Jenis Kendaraan Bermotor Tahun Pertumbuhan (%) 2009 2010 KBM % 1 Sedan dan Sejenisnya 176.939 196.150 19.211 11 2 Jeep dan Sejenisnya 70.857 79.818 8.961 13 3 Minibus dan Sejenisnya 630.860 725.363 94.503 15 4 Bus dan Sejenisnya 28.180 29.974 1.794 6 5 Truck/Pickup 308.322 341.287 32.965 11 6 Alat-Alat Berat 157 171 14 9 7 Sepeda Motor 6.778.925 8.073.923 1.294.998 16 Jumlah 7.994.240 9.446.686 1.452.446 18 Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat 9

Tabel 1.5 Rata-Rata Pertumbuhan Potensi Kendaraan Bermotor Di Jawa Barat Tahun 2006-2010 No Jenis Kendaraan Bermotor Rata-Rata Pertumbuhan (%) KBM % 1 Sedan dan Sejenisnya 10.445 6,27 2 Jeep dan Sejenisnya 5.282 8,11 3 Minibus dan Sejenisnya 58.365 10,26 4 Bus dan Sejenisnya 236 1,01 5 Truck/Pickup 17.538 5,98 6 Alat-Alat Berat (17) (6,42) 7 Sepeda Motor 993.693 18,57 Jumlah 1.085.541 16,72 Sumber : Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif jika usah itu mencapai tujuannya. Efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pajak kendaraan bermotor yang direncanakan, dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Efektivitas Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Terhadap Efektivitas Pendapatan Asli Daerah Tahun 2006 sampai 2010 (Studi Kasus di Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat). 10

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa rasio efektivitas pajak kendaraan bermotor di Jawa Barat tahun 2006 sampai 2010? 2. Berapa besar pengaruh efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor terhadap efektivitas pendapatan asli daerah di Jawa Barat tahun 2006 sampai 2010? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui rasio efektifitas pajak kendaraan bermotor di Jawa Barat tahun 2006 sampai 2010. 2. Untuk mengetahui besar pengaruh efektivitas pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor terhadap efektivitas pendapatan asli daerah di Jawa Barat tahun 2006 sampai 2010. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Akademisi Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dimana penulis dapat menambah pengetahuan, mendapat wawasan pembanding yang baik mengenai efektivitas pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah provinsi Jawa Barat dan dapat meningkatkan motivasi guna memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang kelak akan membutuhkannya. 11

1.5.2 Aspek Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dinas provinsi Jawa Barat mengenai keberadaan sektor pajak kendaraan bermotor yang sangat potensial untuk dipungut. 1.6 Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN Bab ini dijelaskan tinjauan terhadap objek studi, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Tinjauan pustaka yang dikaji dalam bab ini adalah yang terkait dengan permasalahan yang ingin ditelaah secara lebih mendalam dalam penelitian ini. BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel dan skala pengukuran, jenis data dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan perancangan hipotesis, penarikan kesimpulan, dan penetapan tingkat signifikansi. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menampilkan pembahasan dari hasil penelitian dan analisa dari hasil yang telah dilakukan dan pengolahannya dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran hasil pembahasan dari penelitian. 12