Tipologi Rumah di Lahan Ilegal Studi Kasus : Kampung Beting Remaja - Jakarta Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

Rumah Tinggal yang terletak di Jalan Ibi Kasan No. 02, Kelurahan Langkai, Kecamatan Pahandut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

RUMAH SUSUN PENJARINGAN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DINAS PERUMAHAN DAN GEDUNG PEMDA

Seminar hasil penelitian SAPPK ITB 4 Desember Memahami kemiskinan perkotaan dan perumahannya di Bandung dan Subang: Morfologi rumah kampung kota

Bentuk dan Konstruksi Bangunan Rumah Nelayan Rumput Laut, Kabupaten Bantaeng

Kepuasan Huni dan Perubahan Hunian pada Rumah Paska Bencana Erupsi Merapi

Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal

MODEL RUMAH BAGI KELUARGA MUDA BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA PALEMBANG BERDASARKAN PREFERENSI DAN PERSPEKTIF PERKEMBANGAN KELUARGA

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 2 PRODUK. Anugerah adalah penduduk asli dan pendatang baru yang ada di kota

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

LAPORAN RENCANA PERBAIKAN MES KARYAWAN

contoh rumah minimalis sederhana

Konsep Land Sharing Sebagai Alternatif Penataan Permukiman Nelayan di Kelurahan Gunung Anyar Tambak Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi Penelitian (RA ) : Ir. Purwanita Setijanti. M.Sc. Ph.D : Ir. Muhammad Faqih. M.SA.Ph.D. Bagoes Soeprijono Soegiono

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BINA NUSANTARA JAKARTA

TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN TAMBORA JAKARTA BARAT

Konsep Design Mikro (Bangsal)

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya.

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB)

EKSPLORASI DENAH RUMAH TINGGAL DI LAHAN MAGERSARI

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Aktivitas Pengrajin Gerabah di Desa Pagelaran

TIPOLOGI WAJAH BANGUNAN RUMAH KUNO DI DESA SEMPALWADAK KABUPATEN MALANG

Tipologi Rumah Tinggal dengan Harga Rp Juta di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

KEBIJAKAN NASIONAL PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

Optimalisasi Rumah Murah Tipe 36 Menjadi Rumah Sehat Studi Kasus Perumahan Bulan Terang Utama, Malang

PENATAAN INTERIOR UNIT HUNIAN RUMAH SUSUN SEWA SURABAYA SEBAGAI HASIL DARI PROSES ADAPTASI BERDASARKAN PERILAKU PENGHUNI

PRINSIP PENATAAN RUANG PADA HUNIAN MUSLIM ARAB DI KAMPUNG ARAB MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ungkapan atau kata dari bahasa Inggris Geography yang terdiri

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah; Kurangnya fasilitas-fasilitas dasar;

SISTIM DAN METODA PENGADAAN PERUMAHAN PADA PERMUKIMAN KAMPUNG KOTA DI SURABAYA

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Pertama, gambaran karakteristik kemiskinan pada daerah perkotaan di

Pakuan Village, Perumahan Murah Terbaru Paramount di Curug

The Cure House, West Jakarta Kampung Apung, Jakarta Barat

Rusun Rancacili: Rumah Produksi Kolektif

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

DEPARTEMENT PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA SATUAN KERJA PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Meningkat Rumah dengan Praktis dan Tepat Guna Saturday, 06 October :01

CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH: CONTOH:

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

FHANPROPERTY PROUDLY PRESENT. JAGAKARSA PALACE exclusive town houses

PERUBAHAN POLA RUANG DALAM PADA HOME INDUSTRY SARUNG TENUN SAMARINDA DI KECAMATAN SAMARINDA SEBERANG

Rumah Baca sebagai Representasi Pemikiran Arsitektur Achmad Tardiyana

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat

Renovasi Rumah Tinggal Sederhana sebagai Pemenuhan Kebutuhan Konsumen pada Perumahan di Kabupaten Sidoarjo. Julistyana Tistogondo, ST, MT ABSTRAK

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

oleh : Eka Rianta S. Database and Mapping Officer ACF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di Indonesia adalah pembangunan yang dilaksanakan

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN SIDOARJO

at the best spot with most convenient access

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

POLA HUNIAN DI KAWASAN PERMUKIMAN DIATAS SUNGAI (DESA TANJUNG MEKAR, KABUPATEN SAMBAS)

PADUAN WAWANCARA PENELITIAN. : Fenomena Kemiskinan Pada Masyarakat Petani Sawah. : Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung

APARTEMEN DI GEDEBAGE

PENERAPAN SIMBIOSIS RUANG PADA TEMPAT TINGGAL DULU DAN KINI SEBAGAI KONSEP RANCANG RUMAH SUSUN DI KEDIRI

Signature Product. the modern compact city

Pendampingan dalam Pendataan Bangunan di Kawasan Permukiman Tradisional 3-4 Ulu Palembang

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI POLA TATA RUANG RUMAH PRODUKTIF BATIK DI LASEM, JAWA TENGAH

SUMBU POLA RUANG DALAM RUMAH TINGGAL DI KAWASAN PECINAN KOTA BATU

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

PERCEPATAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DIREKTUR PERKOTAAN, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAPPENAS JAKARTA, 5 SEPTEMBER 2017

Tipomorfologi Fasade Bangunan Pertokoan di Sepanjang Ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta

Fransiskus Hamonangan-L2B Co-Housing Di Kota Semarang 2013

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan

POLA RUANG DALAM RUMAH PANGGONG DI KAMPUNG BONTANG KUALA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Lokasi Kampung Pulo Sumber: hasil olahan pribadi

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Perumahan di Kawasan Gempol Bandung: Tinjauan dari Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan

SURAT PEMBERITAHUAN OBJEK PAJAK

DEVELOPER BY.

EBOOK PROPERTI POPULER

BAB III TINJAUAN KHUSUS

Konsep paradigma development from below sebagai suatu strategi. pembangunan bottom up planning. Pengembangan dari bawah pada

BAB VI HASIL PERANCANGAN

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

Persepsi Pemilik Rumah Sederhana Sehat (RSS) Menuju Rumah Sehat Nyaman Tipe 36

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Tipologi Rumah di Lahan Ilegal Mei Nisa Fajria 1, Ismet B. Harun 2, M.Jehansyah Siregar 3 (1) Teknik Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (2) Teknik Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung (3) Teknik Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung Abstrak Kampung Beting Remaja, Kel.Tugu Utara, Kec.Koja (Jakarta Utara) termasuk dalam kategori perumahan dan permukiman informal di Indonesia. Rumah-rumah di permukiman ini berdiri di atas ilegal, terbangun secara mandiri, dan permanen. Sebagian besar dari rumah di permukiman ini tidak memiliki infrastruktur hunian yang memadai, seperti sumber air bersih, jaringan listrik, dan sistem sanitasi. Jika dilihat dari luas, luas bangunan, organisasi ruang, fisik bangunan, gaya bangunan, dan infrastruktur hunian, maka tipe rumah di permukiman ini sangat beragam. Diduga keberagaman tersebut berhubungan dengan masalah legalitas permukiman ini. Sehingga untuk mengetahui bagaimana tipologi rumah-rumah tersebut, diperlukan studi lebih lanjut mengenai tipologi rumah dalam kaitannya dengan legalitas. Kata-kunci : informal, legalitas, rumah, tipologi Pengantar Kampung Beting Remaja merupakan sebuah permukiman yang termasuk kategori perumahan dan permukiman informal di Indonesia. Lokasi permukiman ini berada di wilayah Jakarta Utara, berdekatan dengan Jakarta Islamic Center (eks Lokalisasi Prostitusi Kramat Tunggak). Luas area permukiman ini adalah 4,4Ha dan sejak tahun 1970-an berstatus sengketa karena diklaim sebagai yang dimiliki oleh 15 perusahaan. Hunian di Kampung kota dibangun secara mandiri oleh pemiliknya (Zhu, 2010). Unit-unit hunian di Kampung Beting Remaja sangat beragam bentuknya. Ada yang terlihat sangat permanen dengan material bangunan berkualitas baik, namun ada juga yang terlihat kurang layak karena menggunakan material seadanya. Semua unit hunian tersebut terbangun berdasarkan kemampuan penghuni dan luas yang mereka miliki. Keberagaman bentuk fisik bangunan hunian di permukiman ini menghasilkan beberapa tipe rumah di permukiman informal ini. Tipologi merupakan sebuah sistem untuk menginterpretasikan variasi bentuk bangunan (Habraken, 1998). Ada banyak cara untuk menemukan tipologi rumah. Pada penelitian ini akan dideskripsikan mengenai tipologi rumah informal di Kampung Beting Remaja yang dilihat melalui luas, luas bangunan, organisasi ruang (pola perletakkan ruang), fisik bangunan (jumlah lantai dan material), gaya bangunan (bentuk atap), dan infrastruktur hunian (sumber air bersih, jaringan listrik, dan sistem sanitasi). Permukiman informal tidak memiliki infrastruktur hunian yang memadai (Ahsan & Quamruzzaman, 2009). Sebagian besar unit hunian di permukiman ini tidak memiliki infrastruktur hunian yang memadai, seperti misalnya sumber air bersih dan jaringan listrik di dalam rumah. Menurut UN-HABITAT (2003), sistem legalitas dalam hak kepemilikan dan keamanan bermukim sangat penting untuk peningkatan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 F - 19

Tipologi Rumah di Lahan Ilegal kualitas hidup. Permukiman ini telah mengalami penggusuran beberapa kali dan para penghuninya pun sudah mendapatkan uang ganti rugi, namun sampai saat ini masih ada penghuni yang tetap bertahan karena merasa memiliki hak atas tempat tinggalnya tersebut. Terlebih bagi mereka yang telah puluhan tahun bermukim di wilayah ini. Legalitas berdampak pada keamanan bermukim masyarakat (Siregar, 2009). Keamanan bermukim merupakan strategi penting dalam mewujudkan hidup yang berkelanjutan (UN-HABITAT, 2003). Keamanan bermukim terdiri atas keamanan bermukim secara de jure, secara de facto, dan berdasarkan persepsi penghuni (Van Gelder, 2010). Selanjutnya, untuk mengetahui gambaran yang utuh mengenai tipe rumah informal dalam kaitannya dengan legalitas tersebut, diperlukan studi lebih lanjut mengenai tipologi rumah, sehingga dapat dijadikan referensi dalam penataan fisik permukiman informal dengan permasa legalitas. Metode Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif (Sugiyono, 2009). Sampel pada penelitian ini dipilih secara random (acak) dan jumlah sampel yang ditentukan adalah 50 rumah. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data primer yang didapatkan melalui wawancara, pengamatan, dan dokumentasi. Metode Pengumpulan Data Bentuk wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tertutup untuk mengetahui bagaimana karakteristik penghuni dan legalitas tempat tinggalnya. Sedangkan pengamatan dan dokumentasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi fisik huniannya, untuk selanjutnya akan ditemukan tipe denah dan fasad rumah yang dijadikan objek penelitian ini. Dokumentasi pada penelitian ini diantaranya adalah foto-foto yang diambil melalui pengamatan pada kondisi hunian. F - 20 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis tipo-morfologi berdasarkan 3 variabel utama, yang terdiri atas variabel penghuni, tipologi rumah, dan legalitas. Tabel 1. Variabel penelitian No Penghuni Analisa dan Interpretasi Melalui pengumpulan data di lapangan, maka dapat diketahui bagaimana karakteristik penghuni dan tipologi rumah dalam kaitannya dengan legalitas. Karakteristik penghuni Tipologi rumah 1 Asal daerah Luas 2 Pendidikan 3 4 5 6 Sumber pendapatan Lama bermukim Jumlah keluarga Jumlah anggota keluarga Luas bangunan Organisasi ruang Fisik bangunan Gaya bangunan Infrastruktur hunian Legalitas Kepemilikan Bukti hak Cara mendapatkan Lamanya keabsahan Alasa memilih Keamanan bermukim Melalui wawancara dengan 50 orang Kepala Keluarga, diketahui bahwa kebanyakan dari mereka berasal dari DKI Jakarta, sementara selebihnya berasal dari Jawa barat, Jawa tengah, Sumatera, Banten, Jawa timur, Kalimantan, dan Sulawesi. Sebagian besar dari mereka yang menyewa rumah di permukiman ini telah tinggal selama 0 2 tahun, sementara bagi mereka yang memiliki rumah pribadi di permukiman ini telah tinggal selama lebih dari 20 tahun. Sebagian besar hanya berhasil mencapai pendidikan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sumber pendapatan mereka sehari-hari berasal dari bekerja dalam bidang jasa. Pekerjaan jasa dalam hal ini di antaranya adalah jasa pertu-

kangan, transportasi, perbengkelan, dan sebagainya. Tipologi rumah Melalui pengamatan dan dokumentasi data di lapangan, diketahui bahwa ada 6 tipe denah dan 4 tipe fasad rumah di permukiman ini. Kategorisasi tipe denah pada penelitian ini didasarkan oleh pola perletakkan ruang yang membentuk denah rumah ini. Sedangkan kategorisasi fasad didasarkan oleh bentuk atap bangunan yang membedakan antara rumah yang satu dengan lainnya. Kebanyakan rumah yang berdiri di permukiman ini memiliki denah tipe C dan fasad tipe B. Kebanyakan rumah dengan tipe denah A, B, C, dan E merupakan rumah sewa. Tipe denah A hanya terdiri atas satu ruang dengan berbagai fungsi (untuk menerima tamu, memasak, tidur, dan sebagainya), Tipe denah B terdiri atas R. Multi Fungsi dan Kamar Mandi. Tipe denah C terdiri atas Teras Depan, R.Multi Fungsi, Kamar Mandi, Dapur. Tipe denah E terdiri atas R. Multi Fungsi, Kamar Mandi, dan Kamar Tidur. Luas dan luas bangunan tipe denah A dan B adalah sekitar 9 20 m², dan ditempati oleh 1 keluarga dengan jumlah anggota keluarga sekitar 2 3 orang atau 4 6 orang. Untuk rumah dengan tipe denah B yang ditempati oleh 4 6 orang merupakan rumah sewa 2 lantai bangunan. Sedangkan Luas dan bangunan rumah dengan tipe denah C dan E adalah sekitar 21 30 m² dan ditempati oleh 1 keluarga dengan jumlah anggota keluarga sekitar 2 3 orang. Sementara itu, kebanyakan rumah dengan tipe denah D adalah rumah pribadi yang terdiri atas Teras Depan, R. Tamu, Kamar Tidur, Dapur, dan Kamar Mandi. Ada beberapa rumah dengan tipe denah ini yang memiliki ruang untuk tempat usaha. Luas dan bangunan dengan tipe denah ini adalah sekitar 41 50 m², dan ditempati oleh 2 3 orang atau 4 6 orang. Rumah dengan tipe denah F adalah rumah pribadi dan rumah sewa. Rumah pribadi dengan tipe denah ini terdiri atas R. Tamu, Kamar Tidur, Gudang, Dapur, Kamar Tidur, Balkon. Luas Mei Nisa Fajria dan bangunan rumah pribadi dengan tipe denah ini adalah sekitar 31 40 m², dan ditempati oleh 4 6 orang. Sedangkan rumah sewa dengan tipe denah ini terdiri atas R. Multi Fungsi, Kamar Tidur, Dapur, dan Kamar Mandi. Luas dan bangunan rumah sewa dengan tipe denah ini adalah sekitar 51 60m² dan ditempati oleh 7 9 orang. Tabel 2. Tipe denah (A) (B) (C) (D) (E) (F) Tabel 2. Tipe fasad (A) (C) (B) (D) Kebanyakan rumah dengan tipe fasad A dan B merupakan rumah sewa 1 lantai dengan bentuk atap pelana setengah. Material rangka atap yang banyak digunakan pada kedua tipe fasad ini adalah kayu. Material penutup atap yang banyak digunakan pada kedua tipe fasad ini adalah asbes. Material dinding yang banyak digunakan pada tipe fasad A adalah batako, sedangkan material pelapis tanah yang banyak Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 F - 21

Tipologi Rumah di Lahan Ilegal digunakan pada tipe fasad bangunan ini adalah plesteran. Pada tipe fasad B, material dinding yang banyak digunakan adalah batako atau bata merah. Sedangkan material pelapis tanah pada rumah dengan tipe fasad B adalah keramik. D KM Sementara itu, rumah-rumah dengan tipe fasad C dan D merupakan rumah pribadi. Rumah dengan tipe fasad C terdiri atas 1 lantai dengan bentuk atap pelana setengah. Sedangkan rumah dengan tipe fasad D terdiri atas 1 lantai dan 2 lantai dengan bentuk atap pelana penuh. Material yang banyak digunakan pada kedua tipe fasad ini untuk rangka atap adalah kayu, dan penutup atapnya adalah asbes. Material dinding yang banyak digunakan pada kedua tipe fasad ini adalah bata merah. Material pelapis tanah yang banyak digunakan pada tipe fasad C adalah keramik, sedangkan pada tipe fasad D adalah keramik atau kombinasi antara keramik dan plesteran. Pembahasan Sebagian besar rumah di permukiman ini terdiri atas 1 lantai bangunan yang dihuni oleh 1 keluarga. Kebanyakan rumah pribadi ditempati oleh 1 keluarga dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 4 6 orang. Sedangkan untuk kebanyakan rumah sewa, ditempati oleh 1 keluarga dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 2 3 orang. Luas dan luas bangunan rumah-rumah di permukiman ini relatif sama. Kebanyakan rumah pribadi memiliki luas dan luas bangunan sekitar 21 30m², sedangkan rumah sewa sekitar 9 20m². Tipe denah rumah pribadi yang paling banyak ditemukan di permukiman ini adalah Tipe denah D (Gb. 1) dengan pola perletakkan ruang terdiri atas Teras Depan(TD) R.Tamu(RT) Kamar Tidur(KT) Kamar Tidur(KT) Dapur(D) Kamar Mandi(KM). Sedangkan pada rumah sewa banyak ditemukan tipe denah C (Gb. 2) dengan pola perletakkan ruang terdiri atas Teras Depan(TD) - R.Multi Fungsi(RMF) Kamar Mandi(KM). Ruang multi fungsi yang dimaksud adalah sebuah ruangan yang digunakan oleh penghuni untuk berbagai fungsi (menerima tamu, tidur, memasak, dan sebagainya). F - 22 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 KT TD KT RT Gambar 1. Tipe denah D (rumah pribadi) KM RMF TD Gambar 2. Tipe denah C (rumah sewa) Tipe fasad rumah pribadi maupun rumah sewa yang paling banyak ditemukan di permukiman ini adalah tipe fasad B (Gb.3). Hampir semua rumah di permukiman ini menggunakan jenis atap pelana. Pada penelitian ini, bentuk atap pelana dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu atap pelana setengah dan atap pelana penuh. Sebagian besar rumah di permukiman ini menggunakan atap pelana setengah. Material rangka atap yang banyak digunakan adalah kayu, namun ada juga yang menggunakan bambu. Sedangkan untuk penutup atapnya, sebagian

Mei Nisa Fajria besar bangunan rumah di permukiman ini menggunakan asbes. Gambar 3. Tipe fasad B (Rumah pribadi & sewa) Material dinding yang banyak digunakan pada rumah-rumah di permukiman ini adalah bata merah dan batako. Sedangkan pelapis tanah yang banyak digunakan adalah keramik. Meskipun demikian, ada juga beberapa rumah yang hanya menggunkaan plesteran semen sebagai lantai rumahnya. Infrastruktur hunian di permukiman ini cenderung tidak memadai. Sebagian besar penghuni yang menempati rumah pribadi tidak memiliki sumber air bersih, sehingga mereka harus membeli air ke penjual air keliling atau menyalurkan selang ke rumah-rumah di dekatnya yang memiliki sumber air bersih, begitu pula dengan rumah-rumah sewa. Sedangkan untuk jaringan listrik, sebagian besar rumah pribadi memiliki akses jaringan listrik ke PLN. Kebanyakan rumah pribadi di Kampung Beting Remaja yang telah memiliki jaringan listrik adalah rumah-rumah yang berdekatan dengan permukiman lainnya yang tidak berstatus sengketa. Sementara itu, untuk sebagian besar rumah sewa yang berdiri di Kampung Beting Remaja tidak memiliki jaringan listrik, sehingga mereka harus menyalurkan kabel dari rumahrumah lainnya yang memiliki sumber listrik untuk mendapatkan jaringan listrik di dalam rumah. Akan tetapi, sebagian besar dari mereka telah memiliki sistem sanitasi masing-masing, meskipun ada juga beberapa rumah yang tidak memiliki sistem sanitasi pribadi, sehingga penghuninya menggunakan kamar mandi umum yang disediakan oleh beberapa penghuni permukiman ini sebagai penghasilan tambahan. Legalitas Seluruh rumah pribadi yang dijadikan objek penelitian ini tidak memiliki bukti kepemilikan secara formal. Lahan yang mereka tempati tersebut didapatkan dengan cara jualbeli. Alasan mereka membeli di permukiman ini adalah karena harganya yang terjangkau oleh kemampuan finansial mereka. Bukti hak atas yang mereka miliki hanyalah surat jual beli yang ditandatangai oleh pihak pembeli dan penjual, bukan sertifikat tanah yang tercatat Badan Pertanahan Nasional (BPN). Keberadaan sertifikat tanah merupakan instrumen terpenting untuk mencapai keamanan bermukim, karena dengan adanya sertifikat tanah berarti memiliki pengakuan hak secara de jure (legal). Sama halnya dengan para penghuni rumah pribadi, sebagian besar penghuni rumah sewa di permukiman ini tidak memiliki tanda bukti menyewa. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa pembayaran uang sewa yang mereka bayar setiap 1 bulan sekali itu hanya dicatat di buku milik pemilik rumah. Sebagian besar alasan mereka memilih menyewa rumah di permukiman ini adalah karena harga sewa yang terjangkau. Sebagian besar penghuni di rumah pribadi merasa leluasa untuk membangun atau merenovasi rumahnya dengan material bangunan berkualitas baik dan juga mewariskan rumahnya kepada anak mereka. Mereka juga menyatakan bahwa tidak pernah menalami konflik dengan siapa pun selama tinggal di permukiman ini. Selain itu, mereka memprediksikan bahwa tidak akan ada relokasi tempat tinggal di permukiman ini dalam waktu 5 tahun mendatang, namun mereka tidak akan mempertahankan tempat tinggalnya tersebut jika terjadi relokasi. Sementara itu, sebagian besar penghuni rumah sewa merasa tidak leluasa membangun atau merenovasi rumah yang mereka tempati, karena mereka harus melapor terlebih dahulu kepada pemilik rumah jika ingin merenovasi bangunan yang mereka tempati. Sama halnya dengan para penghuni rumah pribadi, mereka juga menyatakan bahwa tidak pernah mengalami konflik dan memperediksikan bahwa tidak akan terjadi relokasi tempat tinggal di permukiman ini Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013 F - 23

Tipologi Rumah di Lahan Ilegal dalam waktu 5 tahun mendatang, dan mereka pun tidak akan tetap bertahan di permukiman ini jika tiba-tida terjadi rekolasi tempat tinggal. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisa dan interpretasi data penelitian, diketahui bahwa rumah-rumah di Kampung Beting Remaja dikategorikan menjadi rumah milik pribadi dan rumah sewa. Sebagian besar rumah pada kedua kategori tersebut terdiri atas 1 lantai bangunan dan telah terbangun secara permanen. Hal tersebut dapat terlihat dari pemilihan jenis material bangunan yang digunakan pada sebagian besar rumah di permukiman ini. Luas dan luas bangunan di permukiman ini relatif sama. Pola perletakkan ruang pada rumah sewa lebih sederhana dari pada rumah pribadi. Pada rumah sewa selalu ada satu ruang yang dapat digunakan untuk berbagai fungsi. Jenis-jenis ruang yang selalu ditemukan pada rumah pribadi terdiri atas teras depan, ruang tamu, kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Fasad bangunan pada sebagian besar rumah di permukiman ini cenderung sederhana. Bentuk atap yang banyak digunakan adalah atap pelana setengah dengan menggunakan asbes sebagai penutup atap. Infrastruktur hunian seperti sumber air bersih, jaringan listrik, dan sistem sanitasi pada rumah-rumah di permukiman ini cenderung tidak memadai. Sebagian besar rumah tidak memiliki sumber air bersih dan jaringan listrik di dalam rumah. Akan tetapi, sebagian besar telah memiliki sistem sanitasi di dalam rumah. terlihat melalui bagaimana bukti kepemilikan yang mereka miliki, keleluasaan mereka dalam membangun atau merenovasi rumah, keinginan mereka mewariskan rumah kepada anak, dan pandangan mereka mengenai kemungkinan terjadinya relokasi tempat tinggal. Daftar Pustaka Ahsan,Reazul;Quamruzzaman,J.M. (2009). Informal Housing and Approaches towards the Low-income Society in Developing Countries. Paper. The Australian Sociological Association 2009 Annual Conference. Funo, Shuji; Yamamoto, Naohiko; Silas, Johan (2002). Typology of Kampung Houses and Their Transformation Process, A Study on Urban Tissues of an Indonesia City. Jurnal. Journal of Asian Architecture and Building Engineering. Habraken, N.J. (1988). Type As A Social Agreement. Congress of Architects. Siregar, M.Jehansyah (2009). Keamanan Bermukim (Secure of Tenure), FGD Penanganan Permukiman Squatter, Kementrian Perumahan Rakyat. Suardi, (2005). Hukum Agraria, Hal. 29-58. Penerbit : Badan Penerbit IBLAM. Sugiyono (2010). Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, BAB III Metode Penelitian Kualitatif, Hal.205-266. Penerbit : Alfabeta, Bandung. UN-HABITAT (2003). Security of Land Tenure Today. Nairobi. Regional Seminar on Secure Tenure. Van Gelder, Jean-Louis (2010). What tenure security? The case for a tripartite view. Hal. 449 456. Jurnal. Elsevier. Zhu, Jieming (2010). Symetric Development of Informal Settlements and Gated Communities: Capacity of the State The Case of Jakarta, Indonesia. Working Paper Series No.135. Asia Research Institute. 2. Sebagian besar alasan para penghuni membeli atau menyewa rumah di permukiman ini adalah karena harga yang terjangkau oleh kemampuan finansial mereka. Dalam kaitannya dengan legalitas, bentuk keamanan bermukim yang mereka miliki adalah keamanan bermukim berdasarkan persepsi penghuni. Hal tersebut dapat F - 24 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2013