I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pangan sebagai kebutuhan dasar manusia sangat menentukan kelangsungan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

KID Jenggik Utara: Memenuhi Kebutuhan Air Masyarakat Tani di Desa

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PEMBERDAYAAN HIMPUNAN PETANI PEMAKAI AIR

BAB I PENDAHULUAN. desa yang amat kecil dan terpencil dari desa-desa lain yang ada di Kecamatan

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

MANFAAT LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENGURANGI RESIKO RAWAN PANGAN DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 473 TAHUN 2011 TANGGAL PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI DAN NELAYAN DI KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 72 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KETAHANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

Abstrak. Kata kunci: Evaluasi, Pemberdayaan, Efektivitas, Kesejahteraan

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)

BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH KONSOLIDASI LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TANGGAL : 11 Februari 2013 PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

RAPAT KOORDINASI LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT (LPM)

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

PERAN LUMBUNG PANGAN SWADAYA DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

Dina Dwirayani, Tety Suciati. Fakultas Pertanian, Universitas Swadaya Gunung Jati. korespondensi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

WALIKOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL DISTANNAK NAGAN RAYA

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 33 /PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI ACEH (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2015)

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

VII. PERAN KELEMBAGAAN TERHADAP KEMANDIRIAN, KESEJAHTERAAN PETANI, DAN KEBERLANJUTAN PERTANIAN STRAWBERRY

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk kelanjutanhidupnya, oleh karena itu terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagisetiap orang.berdasarkan hal itu maka ketahanan pangan didefinisikansebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermindari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman, merata, dan terjangkau. Dalam rangka mewujudkan pemenuhankebutuhan akan pangan bagi seluruh penduduk di suatu wilayah, makaketersediaan pangan menjadi sasaran utama dalam kebijakan pangan bagipemerintahan suatu negara. Ketersediaan pangan tersebut dapatdipenuhi dari tiga sumber, yaitu: (1) produksi dalam negeri; (2)pemasukan pangan; dan (3) cadangan pangan. Bila terjadi kesenjanganantara produksi dengan kebutuhan pangan di suatu wilayah dapat diatasidengan melepas cadangan pangan, oleh sebab itu cadangan panganmerupakan salah satu komponen penting dalam ketersediaan pangan. Salah satu caranya untuk menjamin pemenuhan kebutuhan konsumsi penduduk secara fisik maupun ekonomi, diperlukan pengelolaan cadangan pangan diseluruh komponen masyarakat yaitu dengan menumbuh-kembangkan sekaligus memelihara tradisi masyarakat secara perorangan maupun kelompok untuk menyisihkan sebagian hasil panen sebagai cadangan pangan dengan membangun lumbung pangan. Masyarakat desa Karayunan Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka sebagian besar bekerja sebagai petani dengan kepemilikan lahan sempit < 0,25 ha. Para petani memiliki kebiasaan menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan harga yang relatif murah karena dianggap cepat untuk menyukupi kehidupan sehari-hari mereka.sehingga pada saat musim kemarau, masyarakat cenderung mengalami kesulitan pangan karena hasil panen mereka telah habis, dan saat musim tanam tiba masyarakat kesulitan memperoleh bibit, sehingga harus melakukan peminjaman modal untuk memperoleh bibit. Potensi Desa Karayunan Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka dapat dikembangkan secara optimal dengan dukungan dari Pemerintah baik daerah maupun pusat dan Investor yang berkenan menanamkan modal sehingga diharapkan dapat berperan aktif 1

dalam rangka mendukung program ketahanan pangan dan dapat mengentaskan kemiskinan khususnya di Desa Karayunan Kecamatan Cigasong. 1.2. Tujuan Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Kelompok Tani Buah Opatbertujuan untuk: 1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat tentang peran sosial maupun ekonomi kelembagaan lumbung pangan Kelompok tani Buah Opat. 2. Meningkatkan volume stok cadangan pangan di Kelompok tani Buah Opat untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggota terutama yang mengalami kerawanan pangan; 3. Meningkatkan kemampuan pengurus dan anggota kelompok dalam pengelolaan cadangan pangan; 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan cadangan pangan masyarakat dalam penyediaan pangan secara optimal dan berkelanjutan. 1.3. Output 1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat tentang peran sosial maupun ekonomi kelembagaan lumbung pangan. 2. Meningkatnya volume stok cadangan pangan di Kelompok tani Buah Opat untuk menjamin akses dan kecukupan pangan bagi anggota. 3. Terlaksananya fasilitasi peningkatan kemampuan dalam pengelolaan lumbung pangan. 4. Tersedianya dan berkembangnya cadangan pangan milik kelompok secara berkelanjutan. 2

II.GAMBARAN UMUM 1.1. Aspek Wilayah Desa Karayunan mempunyai luas wilayah 581,878 ha, terdiri dari 152,186 ha lahan sawah dan 429,692 ha lahan darat. Potensi lahan usahatani Desa Karayunan terdiri dari lahan sawah dan lahan darat. Luas lahan sawah sekitar 26,15 % dari keseluruhan wilayah Desa Karayunan. Komoditi utama yang dibudidayakan di lahan sawah antara lain yaitu ; padi, jagung, dan kacang tanah.perincian luas lahan sawah dilihat dari segi pengairannya disajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Luas Lahan Berdasarkan Pengairannya No. Jenis Irigasi Luas (Ha) Keterangan 1. Irigasi Teknis 58,866 38,68 % 2. Irigasi ½ Teknis 9,180 6,03 % 3. Pengairan Pedesaan - 4. Tadah Hujan 84,140 55,29 % Jumlah 152,186 Sumber : Profil Desa Karayunan Tahun 2014 Desa Karayunan memiliki Luas lahan darat yang lebih luas dibandingkan dengan luas lahan sawah, kurang lebih sekitar 73,85 % atau sekitar 429,692ha dari keseluruhan Luas wilayah desa. Pembagian lahan darat menurut status penggunaannya terdiri dari : Pemukiman, Tegalan, Fasilitas Umum, Perkebunan Rakyat, dan Kolam yang diperinci pada Tabel. 3

Tabel 2. Luas Lahan Darat Menurut Status Penggunaannya No. Pembagian Lahan Luas (Ha) Keterangan 1. Pemukiman 50,385 11,72 % 2. Tegalan 268,846 62,57 % 3. Fasilitas Umum 51,091 11,89 % 4. Perkebunan Rakyat 59,370 13,82 % 5. Kolam - Jumlah 429,692 Sumber : Profil Desa Karayunan Tahun 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa luas lahan tegalan merupakan daerah terluas menurut status penggunannya sekitar 268,846 ha dengan komoditi utama yang di usahakan yaitu ; tanaman ubi kayu, jagung dan kacang tanah. 1.2. Kelembagaan Lumbung Pangan Masyarakat 1. Nama Kelompok : BUAH OPAT Tahun Pendirian : 1980 Tahun Pengukuhan : 16Mei 2013 2. Kepengurusan Ketua : Taslim Sekretaris : Nana Juhana Bendahara : Suja i 3. Seksi-Seksi Sarana dan Prasarana : Sapta Usaha : Rudin Pemasaran : Burhan Gudang : Sudarka 4. Jumlah Anggota : 24 Orang (terlampir) 5. Kegiatan Usaha : - Simpan Pinjam - Jual beli gabah 4

II. PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHANNYA 2.1. Permasalahan Adapun yang menjadi permasalahan di Kelompok tani Buah Opat, antara lain yaitu : 1. Pengetahuan, sikap dan keterampilan anggota tentang peran sosial maupun ekonomi kelembagaan lumbung pangan masih rendah. 2. Masih terbatasnya permodalan dalam memenuhi kebutuhan pinjaman anggota dan masyarakat sekitar Kelompok tani. 3. Modal Kelompok tani Buah Opat untuk pembelian gabah pada saat panen raya masih kurang. 4. Belum memiliki sarana dan prasarana lumbung pangan terutama lumbungsebagai tempat menyimpan gabah,yangselama ini hanya menggunakan gudang milik salah satu anggota. 5. Masih rendahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan pengelolaan lumbung pangan dalam hal manajemen usaha, administrasi dan pengembangan usaha lumbung pangan. 2.2. Upaya Pemecahan Masalah Upaya pemecahan masalah yang terdapat di Kelompok tani Buah Opat diantaranya yaitu: 1. Melaksanakan pertemuan rutin dengan pihak terkait/penyuluh pertaniansecara berkala dan berkesinambungan berkenaan dengan lumbung pangan. 2. Meningkatkan kesadaran anggota dalam kegiatan pemupukan modal/simpanan serta melakukan konsultasi dan koordinasi dengan pihak terkait berkenaan dengan bantuan modal baik untuk pembangunan lumbung maupun modal pengembangan usaha melalui pembuatan proposal pengajuan dana bantuan. 3. Melaksanakan atau mengikutsertakan pengelola lumbung dalam pendidikan keterampilan manajemen dan pengembangan usaha lumbung pangan atau melalui pembinaan oleh instansi terkait atau penyuluh pertanian. 5

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Persiapan Tahap awal kegiatan berupa persiapan dan sosialisasi mencakup kegiatan-kegiatan pertemuan kelompok, identifikasi permasalahan dan gagasan serta penyusunan rencana yang akan dilaksanakan secara partisipatif dan dihadiri oleh seluruh anggota. Perencanaan yang disusun berupa pembuatan proposal, mobilisasi sumberdaya dan pengajuan proposal. 3.2. Pelaksanaan Kegiatan 1) Kegiatan yang sudah berjalan a. Simpanan Gabah - Simpanan Pokok gabah, simpanan gabah dilakukan satu kali pada saat masuk keanggotaan sebesar 30 kg/orang - Simpanan Sukarela, simpanan anggota yang disetorkan ke bendahara lumbung pangan pada saat panen, nilai besarannya tidak ditentukan dan tidak bersifat keharusan tiap anggota. b. Pinjaman Pinjaman terbuka setiap saat disesuaikan dengan keadaan keuangan yang ada di kas terutama pada saat paceklik. c. Jual Beli Gabah Pembelian gabah oleh kelompok dilakukan pada saat panen baik dari anggota lumbung maupun masyarakat sekitarnya. Sedangkan penjualan gabah merupakan gabah sisa stock dari gabah yang di pinjamkan oleh lumbung pangan, yang dijual pada saat paceklik. d. Pertemuan Rutin 6

Pertemuan rutin dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yang dihadiri oleh pengurus dan anggota melalui bimbingan dari instansi terkait/penyuluh Pertanian Lapangan. e. Pertemuan/Rapat Tahunan Pertemuan/Rapat Tahunan merupakan bentuk kegiatan pertemuan pertanggungjawaban pengurus kepada anggota lumbung pangan yang dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun satu kali. 2) Rencana pengembangan kegiatan Implementasi program dilaksanakan setelah proposal disetujui oleh pihak yang berkompeten dan mencakup pengembangan kapasitas, dalam hal ini dilakukan pelatihan keterampilan manajemen usaha tani, administrasi dan keterampilan pengembangan usaha lumbung pangan. 3.3. Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi bertujuan untuk untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan termasuk pemanfaatan dana serta menilai tingkat keberhasilan kegiatan pemberdayaan lumbung pangan Kelompok tani Buah Opatsesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Pengawasan dan evaluasi dilakukan secara partisipatif dan berkelanjutan, dalam hal ini dilakukan melalui pertemuan rutin anggota kelompok yang khusus diselenggarakan untuk maksud tersebut. Pertemuan dilaksanakan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali dengan materi pembahasan meliputi evaluasi terhadap kinerja usaha berdasarkan sistem pembukuan dan dinamika pemanfaatan program. 7

IV. PENUTUP Demikian proposal ini kami sampaikan untuk menjadi bahan pertimbangan Bapak Gubernur Jawa Barat dalam rangka mendorong kemandirian masyarakat Desa Karayunan Kecamatan Cigasong Kabupaten Majalengka, khususnya Lumbung Pangan Masyarakat Kelompok tanibuah OpatBlok Mekar Mulya melalui bantuan dana permodalan lumbung pangan masyarakat. Besar harapan kami agar program ini dapat direalisasikan sehingga kami dapat berperan serta dalam mendukungprogram ketahanan pangan pada khususnya dan pembangunan pertanian pada umumnya. Ketua Kelompok tani Buah Opat Karayunan, 08Januari 2015 Sekretaris TASLIM NANA JUHANA 8