LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN DISUSUN OLEH MUHAMAD HASBI ASHSHIDIQI PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS INTERNASIONAL JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
KEGIATAN 4 SISTEM KARDIOVASKULER. MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (leukocyte)

Ilmu Pengetahuan Alam

Definisi fisiologi / ilmu faal Manusia sistem organ organ sel Sistem organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

SISTEM PEREDARAN DARAH

Laporan Praktikum V Darah dan Peredaran

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

Sistem Peredaran Darah Manusia

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

SISTEM SIRKULASI OLEH : DRS. DJOKO IRAWANTO

A. KOMPONEN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

Praktikum II UJI OKSIHEMOGLOBIN & DEOKSIHEMOGLOBIN

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

MEKANISME TRANSPOR PADA MEMBRAN SEL

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOLOGI PERHITUNGAN JUMLAH ERITROSIT DARAH

SISTEM PEMBULUH DARAH MANUSIA. OLEH: REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Energi Protein Ransum terhadap Total Protein Darah Ayam Lokal Jimmy Farm

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Penentuan Tekanan Darah, Denyut Nadi, dan Golongan Darah yang disusun oleh: N

Eritrosit Vertebrata

Laporan Praktikum III Osmoregulasi dan Peredaran Darah

IV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit)

Makalah Sistem Hematologi

STRUKTUR DAN FUNGSI SEL Oleh: Heru Nurcahyo

FISIOLOGI DARAH DAN JANTUNG PADA KATAK (Rana sp.)

Luas permukaan. Jarak zat pelarut dan zat terlarut. Suhu.

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB I SISTEM TRANSPORTASI. A. Sistem Transportasi Pada Manusia Transportasi adalah proses pengambilan dan pengedaran zat-zat dalam tubuh mahluk hidup.

PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

PRINSIP BIOENERGETIKA PADA HEWAN

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Tujuan Pembelajaran. 1. Dapat menjelaskan 3 komponen penyusun sistem peredaran darah pada manusia.

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA Disusun oleh : Moh. Amuy Saepudin NIM : Kelas : Biologi 3a. Click here to begin

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI SEL MENGAMATI SEL DARAH MERAH MANUSIA. Nama Dosen : drh. Bhintarti S. Hastari, M.Biomed Tanggal Praktikum : 11 Mei 2012

Cairan intraseluler terdapat di dalam sel cairan sitoplasma dan nukleus; cairan interstitial atau cairan ekstraseluler cairan diantara sel-sel /

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertukaran cairan tubuh sehari-hari (antar kompartemen) Keseimbangan cairan dan elektrolit:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menyikapi perubahan kondisi kehidupan sekarang ini, khususnya di bidang

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI

Kompetensi Memahami mekanisme kerja fisiologis organ-organ pernafasan

B. Tujuan Percobaan C. Hipotesis

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) VII

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SISTEM SIRKULASI JANTUNG, PEMBULUH ARTERI, VENA, KAPILER. ial_fibrillation.html

SISTEM SIRKULASI MANUSIA

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA STRUKTUR SEL DARAH MERAH DAN KONSENTRASI SEL-SEL DARAH MERAH

CAIRAN TUBUH DARAH (solid) plasma

SYSTEM PEREDARAN DARAH DARAH JANTUNG DAN ANATOMI PEMBULUH DARAH SIRKULASI DARAH

BAB I PENDAHULUAN. Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.

3.1 Membran Sel (Book 1A, p. 3-3)

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

SISTEM SIRKULASI MANUSIA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.5

KELAS XI SMA IPA KODE SOAL 713 SENIN 20 NOVEMBER 2017

SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA

METABOLISME ENERGI DAN TERMOREGULASI ABSTRAK

TRANSPORTASI TRANSMEMBRAN MEMBRAN SEL

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari sel darah. (Evelyn C. Pearce, 2006)

biologi SET 12 TUBUH MANUSIA 1 (SISTEM PEREDARAN DARAH) DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Mikrosirkulasi Pada Katak yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Aditia Nim : 60

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR. Pengaruh Nikotin dan Alkohol Terhadap Laju Alir Darah Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn)

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

Struktur dan Fungsi Hewan Tujuan Instruksional Khusus

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI I PENGAMBILAN DARAH VENA DAN DARAH KAPILER

Konsep Sel, Jaringan, Organ dan Sistem Organ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

Transkripsi:

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN DISUSUN OLEH MUHAMAD HASBI ASHSHIDIQI 12317244004 PENDIDIKAN BIOLOGI KELAS INTERNASIONAL JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014

MENGHITUNG DENYUT NADI DAN CARDIAC OUTPUT A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis. 2. Menghitung Cardiac Output (CO). B. DASAR TEORI Respirasi adalah proses umum dimana organisme mengambil energi bebas dalam lingkungannya dengan mengoksidasi substrat organik. Untuk mencapai hasil tersebut, organisma tingkat tinggi memakan berbagai bahan makanan dan mengubah menjadi molekul sederhana melalui proses pencernaan dan molekul yang terbentuk masuk dalam sel-sel yang selanjutnya mengalami oksidasi dengan bantuan sejumlah molekul oksigen yang berasal dari sitem pernapasan. Produk dari oksidasi (CO2 dan H2O) dikeluarkan oleh sel ke dalam lingkungannya. Tujuan dari pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen (O2) bagi seluruh jeringan tubuh dan membuang karbondioksida (CO 2) ke atmosfir. Dalam proses respirasi terdapat beberapa tahapan-tahapan yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal merupakan sebentuk pertukaran gas, sehingga oksigen (O 2) dari paru-paru masuk ke dalam darah, dan karbondioksida (CO2) dan air (H2O) keluar dari darah masuk ke paru-paru. Sedangkan respirasi internal merupakan proses pertukaran karbondioksida (CO2) dengan oksigen (O2) di tingkat sel. Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada. Bagian kanan dan kiri jantung masing-masing memiliki ruang sebelah atas (atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar. Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh. Denyut Nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah di dalam pembuluhdarah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan menggunakan ujung jari tangan di sepanjang jalannya prmbuluh darah arteri, terutama pada tempat-tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah arteri. Frekunsi

denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Efek Windkessel yaitu aorta akan mengembang jika ventrikel berkontraksi sehingga darah dari ventrikel dapat tertampung dalam aorta dan diteruskan ke arteri. Aorta mempunyai daya komplians (peregangan) yang sangat tinggi. Tempat-tempat lain untuk menghitung denyut nadi antara lain yaitu : 1. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis 2. Arteri caratis : Pada leher 3. Arteri femoralis : Pada lipatan paha 4. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki 5. Arteri politela : Pada lipatan lutut 6. Arteri bracialis : Pada lipatan siku 7. Ictus cordis : Pada dinding iga, rusuk ke 5 7 Frekuensi denyut nadi ( heart rate, HR) yaitu banyak denyut jantung permenit. Stroke Volume (SV) yaitu volume satu kali pompa yang merupakan volume akhir diastole dikurangi volume akhir sistole. Volume akhir diastole tergantung regangan (komplians), tekanan mendorong (filling pressure) vena cava. Tekanan nadi saat beristirahat pada kebanyakan orang adalah 40 mmhg dan ini bisa meningkat hingga 100mmHg ketika orang dewasa yang sehat sedang berolahraga. Sangat jarang terjadi tekanan denyut nadi kurang dari 40mmHg. Jika tekanan nadi lebih rendah dari biasanya, itu mencerminkan stroke volume rendah dan ini berarti bahwa jantung tidak mampu memompa jumlah darah yang seharusnya. Hal ini bisa disebabkan karena masalah yang sangat serius seperti gangguan jantung kongestif atau shock. Jika tekanan nadi lebih dari 40 mmhg, biasanya terbaca volume antara 60 dan 80mmHg, ada beberapa alasan mengapa hal ini terjadi. Ini merupakan indikator adanya arteri yang kaku, kebocoran pada katup aorta, dan adanya jalur ekstra pada aliran darah dari arteri ke hipotiroidisme, urat, atau beberapa jenis kombinasi dari hal tersebut. Cardiac Output (CO) adalah banyak darah yang dipompa selama satu menit. Cardiac Output merupakan hasil kali dari strike volume dengan frekuensi denyut jantung. Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi denyut jantung antara lain yaitu jenis kelamin, jenis aktifitas, temperatur, usia, berat badan dan keadaan emosi atau psikis. C. METODE PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan a. Jam (stopwatch) b. Tally counter

2. Cara Kerja a. Langkah pertama Menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan hingga merasakan denyut nadi. Menghitung banyaknya denyutan dalam semenit (heart rate, HR). b. Langkah kedua Melakukan kegiatan olahraga selama ± 10 menit. Melakukan pengukuran denyut nadi seperti langkah pertama. c. Langkah ketiga Menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus : Cardiac Output (CO) = HR x SV D. HASIL PRAKTIKUM Laki-laki No Sebelum Kegiatan Kode Umur Nama Denyut Nadi CO No Setelah Kegiatan Kode Denyut Umur Nama Nadi 1 Hasbi 20 80 5.600 1 Hasbi 20 85 5.950 2 Opik 20 95 6.650 2 Opik 20 148 10.360 3 Reza 20 86 6.020 3 Reza 20 126 8.820 4 Rendra 19 88 6.160 4 Rendra 19 132 9.240 5 Bayu 19 80 5.600 5 Bayu 19 120 8.400 6 Joko 19 91 6.370 6 Joko 19 115 8.050 7 Hening 19 89 6.230 7 Hening 19 150 10.500 Total 609 42.630 Total 876 61.320 Rata-rata 87 6.090 Rata-rata 125.14 8.760 Standar Deviasi 5.5377 387.64 Standar Deviasi 22.093 1546,5 Perempuan No Sebelum Kegiatan Kode Denyut Umur Nama Nadi CO No Setelah Kegiatan Kode Umur Nama Denyut Nadi 1 Noviana 20 81 5.670 1 Noviana 20 108 7.560 CO CO

2 Ana A. 20 90 6.300 2 Ana A. 20 123 8.610 3 Vyta 20 65 4.550 3 Vyta 20 132 9.240 4 Anna As. 20 85 5.950 4 Anna As. 20 121 8.470 5 Fatharani 19 81 5.670 5 Fatharani 19 81 5.670 6 Kurnia 18 71 4.970 6 Kurnia 18 71 4.970 7 Dita 21 93 6.510 7 Dita 21 93 6.510 8 Agustina 19 78 5.460 8 Agustina 19 78 5.460 9 Luthfiani 20 92 6.440 9 Luthfiani 20 92 6.440 10 Cinthya I. 20 80 5.600 10 Cinthya I. 20 80 5.600 11 Marbelisa 18 91 6.370 11 Marbelisa 18 91 6.370 12 Fatma 19 82 5.740 12 Fatma 19 82 5.740 13 Untsa 19 88 6.160 13 Untsa 19 88 6.160 14 Asri F. 20 83 5.810 14 Asri F. 20 83 5.810 15 Sari 18 67 4.690 15 Sari 18 67 4.690 16 Galuh 19 105 7.350 16 Galuh 19 105 7.350 17 Ayu Dien 20 96 6.720 17 Ayu Dien 20 96 6.720 Total 1.428 99.960 Total 1.591 111.370 Rata-rata 84 5.880 Rata-rata 93.588 6.551 Standar Deviasi 10.386 727.04 Standar Deviasi 18.584 1300.9 E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengukur denyut nadi (pulsus) pada arteri radialis dan menghitung Cardiac Output (CO). Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain stopwatch dan tally counter, sedangkan cara kerja dalam praktikum ini yaitu dengan menempelkan ketiga jari pada pergelangan tangan di atas arteri radialis dengan sedikit menekan hingga merasakan denyut nadi. Kemuadian menghitung banyaknya denyutan dalam semenit (heart rate, HR). Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit dan menghitung kembali banyaknya denyutan dalam semenit seperti pada kegiatan pertama. Setelah itu menghitung Cardiac Output (CO) dengan menggunakan rumus : Cardiac Output (CO) = HR x SV

Pulsus atau denyut nadi merupakan tekanan darah yang menekan dinding arteri dan merambat di sepanjang arteri. Pada umumnya pulsus merupakan akibat dari tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi ventrikel kiri. Pulsus umumnya diperiksa pada arteri radialis pada manusia, arteri ekor pada sapi atau kerbau, arteri femuralis pada kucing, dan arteri jugularis (leher) pada kuda. Hasil yang diperoleh dibagi dalam 2 kelompok yaitu kelompok laki-laki yang terdiri atas 7 orang dan kelompok perempuan yang terdiri atas 17 orang. Pada kelompok laki-laki, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 87 dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 6,090. Denyut nadi terendah pada kelompok laki-laki sebelum dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari Hasbi dan Bayu yaitu 80. Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh dari Opik yaitu 95. Kemudian melakukan kegiatan berolahraga selama 10 menit berlari-lari atau menuruni tangga. Selanjutnya menghitung kembali banyaknya denyut nadi dan cardiac output (CO) seperti pada kegiatan pertama. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata banyak denyut nadi pada kelompok laki-laki setelah melakukan kegiatan berolahraga yaitu 125,14 dengan jumlah cardiac output (CO) yaitu 8,760. Denyut nadi terendah pada kelompok laki-laki setelah dilakukan kegiatan berolahraga diperoleh dari Hasbi yaitu 85. Sedangkan, denyut nadi tertinggi diperoleh dari Hening yaitu 150. Dari kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 84 dengan rata-rata cardiac output (CO) sebanyak 5,880. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah dari Vyta yaitu 65 dan denyut nadi tertinggi diperolah dari Galuh sebanyak 105. Kemudian hasil setelah melakukan kegiatan berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 93,588 dengan cardiac output (CO) sebanyak 5,551. Dengan banyak denyut nadi terendah diperolah dari Sari yaitu 67 dan denyut nadi tertinggi diperolah dari Vyta sebanyak 132. Dari analisis diatas, diperoleh bahwa selalu terjadi peningkatan dari sebelum berkegiatan olahraga hingga setelah berkegiatan olahraga. Hal ini dikarenakan kerja jantung meningkat dalam memompa darah guna memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh. Dengan kata lain, semakin lama dan keras kegiatan kegiatan olahraga maka semakin banyak denyut nadi ditimbulkan. F. KESIMPULAN 1. Pada kelompok laki-laki, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 87 dengan rata-rata cardiac output (CO) yaitu 6,090. Setelah kegiatan berolahraga, rata-rata banyak denyut nadi yaitu 125,14 dengan jumlah cardiac output (CO) yaitu 8,760.

2. Dari kelompok perempuan, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 84 dengan rata-rata cardiac output (CO) sebanyak 5,880. Setelah kegiatan berolahraga, rata-rata banyaknya denyut nadi yaitu 93,588 dengan cardiac output (CO) sebanyak 5,551.

DAFTAR PUSTAKA Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY. Pearce, Evelyn. 1983. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia. Soedjono, Basuki M.Pd. 1988. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang Press. Wulangi, S. Kartolo. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

PENGARUH TEKANAN OSMOTIK TERHADAP ERITROSIT A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. 2. Mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. B. DASAR TEORI Pada hewan multiseluler, sel-sel yang menyusun organisme berada dalam suatu lingkungan yang disebut lingkungan interna ( melieu interieur). Lingkungan interna tersebut tidak lain adalah ruang antar sel (intercelluler space). Ruang antar sel bukan merupakan suatu ruang kosong, melainkan ruangan yang dipenuhi cairan, demikian juga ruang dalam sel (sitoplasma). Cairan tubuh hakekatnya merupakan pelarut zat-zat yang terdapat dalam tubuh, dengan demikian mengandung berbagai macam zat yang diperlukan oleh sel dan sisa-sisa metabolisme yang dibuang oleh sel. Selain itu, cairan tubuh juga pemberi suasana pada sel, sebagai contoh kehangatan (suhu), kekentalan (viskositas), dan keasaman (ph) yang dipengaruhi oleh faktor - faktor fisik maupun kimiawi dari dalam dan luar tubuh. Zat-zat yang diperlukan oleh sel antara lain: 1. Oksigen untuk pembakaran dan menghasilkan energi serta panas. 2. Makanan dalam bentuk sari-sari makanan (glukosa, asam lemak, dan asam amino) untuk membentuk energi, dinding sel dan sintesis protein. 3. Vitamin. 4. Mineral sebagai katalisator proses enzimatis. 5. Air sebagai media pelarut di dalam sel. Cairan darah merupakan sarana untuk transport makanan maupun sisa-sisa metabolisme, membawa nutrisi (komponen makanan) mulai dari proses absorbsi dan mendistribusikannya sampai tingkat intraseluler di mana nutrisi akan mengalami proses metabolisme. Hasil proses metabolismenya akan didistribusikan ke seluruh tubuh dan ekskresinya akan dikeluarkan dari tubuh. Distribusi cairan tubuh dibedakan menjadi cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Cairan intrasel adalah cairan yang berada dalam sel yang merupakan jumlah cairan terbanyak, ± 70 % dari jumlah total air dalam tubuh. Sedangkan cairan ekstrasel adalah cairan yang berada di luar sel, jumlahnya ± 30 % dari cairan seluruh tubuh.

Tekanan osmotic adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Molekul air mempunyai sifat umum yaitu bergerak secara difusi sesuai dengan gradient (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah zat terlarut yang sedikit (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlahzat yang terlarut banyak (konsentrasi pelarut rendah). Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel. 1. Cairan isotonik. Jika suatu sel diletakkan pada suatu larutan dengan zat terlarut impermeabel (tidak dapat dilewati) maka sel tidak akan mengerut atau membengkak karena konsentrasi air dalam cairan intraseluler tidak dapat masuk atau keluar dari sel sehingga terdapat keseimbangan antara cairan intraseluler dan ekstraseluler. 2. Cairan hipotonik. Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeabel lebih rendah, air akan berdifusi ke dalam sel menyebabkan sel membengkak karena mengencerkan cairan intraseluler sampai kedua larutan mempunyai osmolaritas yang sama. 3. Cairan hipertonik. Jika suatu sel diletakkan dalam larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut impermeable lebih tinggi, air akan mengalir keluar dari sel ke dalam cairan ekstraseluler. Pada keadaan ini sel akan mengerut sampai kedua konsentrasi menjadi sama. Osmosis memainkan peranan yang sangat penting salah satunya pada membran sel darah merah saat mengalami peristiwa hemolisis dan krenasi. Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan laru tan NaCl hipotonis), medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah. Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya

eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit. Membran sel eritrosit seperti halnya membran sel lainnya tersusun atas lipid bilayer dan bersifat semipermeabel. Membran sel yaitu selaput yang membatasi sel dengan lingkungan disekitarnya (melieu interieur) dan berfungsi sebagai pelindung, penyaring dan pengatur kelurmasuknya zat-zat dari luar ke dalam maupun sebaliknya. Pada kondisi cairan hipertonis, maka air akan berpindah dari dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan (krenasi). Sebaliknya pada kondisi hipotonis, maka air akan masuk ke dalam eritrosit sehingga eritrosit akan mengalami pengembungan yang selanjutnya akan pecah (lisis). Zat-zat yang didapat dari hasil metabolisme diangkut melalui sirkulasi darah kemudian melalui kapiler pindah ke ruang antar sel ( intercelluler space) selanjunya berpindah ke sitoplasma melalui membran sel. C. METODE PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan Mikroskop Blood lancet steril (disposable) Kapas alkohol Object glass Larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi 2. Cara Kerja Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah pada 3 object glass yang berbeda. Mengamati menggunakan mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit.

D. HASIL PRAKTIKUM No. Nama Waktu Krenasi (detik) 0,3 % 0,5 % 0,7 % 1 % 3 % 1 Vyta Andri S.U. 369 199 88 - - 2 M. Hasbi Ash. - 184 87-20 3 Rinaldi Indra S. 363 197 89 - - 4 Opik Prasetyo 288 210 107 - - 5 Anna Astuti - 197 73-23 6 Rendra Darari F.I. 338 201 67 - - 7 Fatharani Yurian W. - 49-35 30 8 Kurnia Imalasari - 350 140-35 9 Hanifudi Bayu F. 400 192 94 - - 10 Dita Imanasita W. 363 189 97 - - 11 Agustina Budi I. - 70 55 36-12 Luthfiani P. - 110-34 17 13 Marbelisa B. - 130-101 66 14 Fatma Ismawati - 60-41 45 15 Rizza Untsa N. - 125-32 19 16 Andi Joko P. - 203 86-21 17 Hening T.R. - 63 57 37-18 Asri F. - 58-49 25 19 Sari Trisnaningsih - 361 165-36 20 Shintya Galuh N.S. - 260 120-25 21 Ayu Dien I. 368 213 103 - - Rata-rata 335 172 95 46 30 E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan hemolisis dan krenasi eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan dan mengetahui presentase hemolisis eritrosit pada berbagai konsentrasi larutan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu mikroskop, sampel darah, blood lancet steril (disposable), kapas, alkohol, object glass, dan larutan NaCl dengan berbagai konsentrasi. Prosedur kerja yang dilakukan antara lain mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian enusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Meneteskan darah pada 3 object glass yang berbeda, setelah itu engamati menggunakan mikroskop dan mencatat waktu hemolisis eritrosit. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.3 % adalah 335 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.5 % adalah 172 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 0.7 % adalah 95 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 1 % adalah 46 detik. Rata-rata waktu krenasi pada konsentrasi 3 % adalah 30 detik. Dari hasil tersebut menujukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl makan waktu krenasinya semakin cepat. Hal ini dikarenakan konsentrasi larutan pada lingkungan interna ( melieu interieur) semakin pekat, sehingga waktu krenasi sel juga akan semakin cepat. Tekanan osmotic adalah daya dorong air yang dihasilkan oleh partikel-partikel zat terlarut di dalamnya. Molekul air mempunyai sifat umum yaitu bergerak secara difusi sesuai dengan gradient (laju pertambahan) konsentrasi. Air cenderung berdifusi dari daerah zat terlarut yang sedikit (konsentrasi pelarut tinggi) ke tempat jumlahzat yang terlarut banyak (konsentrasi pelarut rendah). Keseimbangan osmotik merupakan kekuatan yang besar untuk memindahkan air agar dapat melintasi membran sel. Bila cairan interseluler dan ekstraseluler dalam keseimbangan osmotic, maka perubahan yang relative kecil pada konsentrasi zat terlarut impermeable dalam cairan ekstraseluler dapat menyebabkan perubahan luar biasa dalam volume sel. Cairan di lingkungan interna (melieu interieur) memiliki tekanan atau konsentrasi sama dengan cairan dalam sel disebut isotonis ( osmotic equilibrium), lebih tinggi daripada cairan dalam sel disebut hipertonis, dan lebih rendah dari cairan dalam sel disebut hipotonis. Cairan hipertonis akan menarik air secara osmosis dari sitoplasma ke luar sehingga eritrosit akan mengalami penyusutan atau yang disebut krenasi atau plasmolysis. Sebaliknya, cairan hipotonis akan menyebabkan air berpindah ke dalam sitoplasma sehingga eritrosit akan menggembung yang kemudian pecah (hemolisis). F. KESIMPULAN 1. Waktu krenasi Konsentrasi 0.3 % = 335 detik Konsentrasi 0.5 % = 172 detik Konsentrasi 0.7 % = 95 detik Konsentrasi 1 % = 46 detik Konsentrasi 3 % = 30 detik 2. Semakin tinggi konsentrasi larutan NaCl makan waktu krenasi sel semakin cepat.

DAFTAR PUSTAKA Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY. Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

MENGHITUNG SEL DARAH MERAH (ERYTHROCYTE) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menghitung jumlah sel darah merah (SDM). B. DASAR TEORI Darah pada semua hewan vertebrata tersusun atas plasma, sel darah merah (SDM), sel darah putih (SDP), keping-keping darah (trombosit). Plasma berfungsi sebagai medium cair yang di dalamnya terlarur protein (albumin, fibrinogen, dan globulin) sehingga disebut protein plasma. Selain itu, juga terlarut nutrien lainnya (glukosa, asam lemak, dan kolesterol), vitamin, mineral, garam anorganik terutama sodium klorida (NaCl), limbah metabolisme dan gas. Erotrosit pada manusia berbentuk diskus bikonkav, diameternya 6-9 µm, bagian tengah memiliki ketebalan 1 µm, bagian tepi mamiliki ketebalan 2-2.5 µm dan tidak memiliki inti. Membran eritrosit tersusun atas fosfolipid (lipid bilayer) layaknya membran sel lainnya. Sitoplasma tersusun atas hemoglobin (Hb) sekitar 34%, tidak terdapat mitokondria, lisos om, ribosom, retikulum endoplasma, dan badan Golgi. Sehingga metabolisme sangat terbatas dengan menggunakan enzim-enzim metabolisme yang telah ada. Kation yang terdapat dalam sitoplasma eritrosit antara lain yaitu K +, Na +, Ca 2+, Mg 2+ dan anion dalam bentuk Cl -, HCO 3-, Hb, fosfat anorganik dan 2,3-DPG. Eritrosit secara umum terdiri dari hemoglobin, sebuah metaloprotein kompleks yang mengandung gugus heme, dimana dalam golongan heme tersebut, atom besi akan tersambung secara temporer dengan molekul oksigen (O2) di paru-paru dan insang, dan kemudian molekul oksigen ini akan di lepas ke seluruh tubuh. Oksigen dapat secara mudah berdifusi lewat membran sel darah merah. Hemoglobin di eritrosit juga membawa beberapa produk buangan seperti CO2 dari jaringan-jaringan di seluruh tubuh. Hampir keseluruhan molekul CO2 tersebut dibawa dalam bentuk bikarbonat dalam plasma darah. Myoglobin, sebuah senyawa yang terkait dengan hemoglobin, berperan sebagai pembawa oksigen di jaringan otot. Keutuhan bentuk eritrosit sangat tergantung pada tekanan osmosis medium sekitarnya. Pada kondisi hipotonik akan mengalami pembengkakan kemudian ruptur (hemolisis). Hemolisis pada kondisi isotonik terjadi karena agen-agen yang merusak permukaan, seperti sabun, deterjen atau klorofom. Sitoskeleton berfungsi untuk mengatur bentuk membran eritrosit sehingga bentuknya fleksibel. Krenasi jika berada pada lingkungan (larutan) yang hipertonis.

Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 6.000.000 sel per mm 3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 5.500.000 sel per mm 3 (pada perempuan). Polisitemia (polycythemia) adalah suatu kondisi jumlah eritrosit meningkat sangat nyata di dalam sirkulasi. Anemia adalah kondisi kemampuan tubuh mengangkut oksigen berkurang karena berkurangnya jumlah SDM atau Hb. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yaitu : 1. Fisiologis karena adaptasi terhadap lingkungan lokal, misalnya adaptasi pada tempat tinggi (pegunungan), maka jumlah SDM dapat mencapai 8 juta sel per mm 3, hal ini disebut physiological polycythemia. 2. Patologis karena adanya tumor pada sumsum tulang, maka jumlah SDM dapat mencapai 10-11 juta sel per mm 3, hal ini disebut polycythemia vera. Umur (lifespan) eritrosit dalam sirkulasi berkisar antara 120 hari pada laki-laki dan 100 hari pada perempuan. Setelah melampaui batas tersebut, eritrosit akan kehilangan kemampuan metabolisme yang kemudia akan dihancurkan oleh limfa, hati, sumsum tulang dan sel retikuloendothelial. Sebagian besar komponennya akan dimanfaatkan kembali seperi Fe dari heme dan asam amino dari globin. C. METODE PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan Blood lancet steril (disposable) Alkohol Kapas Larutan Hayem 2. Cara Kerja Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak bagian tengah (E) kemudia dilanjutkan pada kotak yang berada di atas (B), bawah (H), kanan(f) dan kiri (D) dari kotak tengah.

A B C D E F G H I Menghitung dengan rumus : Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10 x 5 x 200 Atau Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10.000 D. HASIL PRAKTIKUM Perempuan No Nama Umur Kotak Jumlah 1 Shintya Galuh N.S 19 2 Kurnia Irmalasari 18 3 Sari Trisnaningsih 18 4 Rizza Untsa N. 19 Kiri Atas 60 Kanan Atas 79 Kanan Bawah 74 Kiri Bawah 55 Tengah 95 Total 363 Kiri Atas 73 Kanan Atas 86 Kanan Bawah 65 Kiri Bawah 71 Tengah 65 Total 360 Kiri Atas 87 Kanan Atas 91 Kanan Bawah 96 Kiri Bawah 82 Tengah 103 Total 459 Kiri Atas 81 Kanan Atas 89 Kanan Bawah 75 Kiri Bawah 83 Tengah 81 Jumlah eritrosit (SDM/ mm3) = 363 x 10.000 = 3.630.000 SDM/mm 3 = 360 x 10.000 = 3.600.000 SDM/mm 3 = 459 x 10.000 = 4.590.000 SDM/mm 3 = 409 x 10.000 = 4.090.000 SDM/mm 3

5 Dita Imanasita W. S. 20 6 Iis Aida Y. 20 7 Citra Ayuliasari 20 8 Vyta Andri S. U. 19 9 Agustina Budi L. 19 10 Fatharani Yurian W. 19 11 Asri F. 20 12 Noviana Hapsari 20 Total 409 Kiri Atas 77 Kanan Atas 97 Kanan Bawah 80 Kiri Bawah 85 Tengah 83 Total 422 Kiri Atas 83 Kanan Atas 97 Kanan Bawah 72 Kiri Bawah 98 Tengah 99 Total 447 Kiri Atas 61 Kanan Atas 55 Kanan Bawah 57 Kiri Bawah 53 Tengah 59 Total 285 Kiri Atas 71 Kanan Atas 79 Kanan Bawah 83 Kiri Bawah 73 Tengah 74 Total 380 Kiri Atas 87 Kanan Atas 84 Kanan Bawah 77 Kiri Bawah 102 Tengah 129 Total 479 Kiri Atas 113 Kanan Atas 89 Kanan Bawah 100 Kiri Bawah 104 Tengah 81 Total 487 Kiri Atas 84 Kanan Atas 107 Kanan Bawah 79 Kiri Bawah 75 Tengah 77 Total 422 Kiri Atas 70 Kanan Atas 77 Kanan Bawah 76 Kiri Bawah 74 Tengah 72 = 422 x 10.000 = 4.220.000 SDM/mm 3 = 447 x 10.000 = 4.470.000 SDM/mm 3 = 285 x 10.000 = 2.850.000 SDM/mm 3 = 380 x 10.000 = 3.800.000 SDM/mm 3 = 479 x 10.000 = 4.790.000 SDM/mm 3 = 487 x 10.000 = 4.870.000 SDM/mm 3 = 422 x 10.000 = 4.220.000 SDM/mm 3 = 373 x 10.000 = 3.730.000 SDM/mm 3

Total 373 Total 48.860.000 SDM/mm 3 Rata-rata 4.071.667 SDM/mm 3 Standar Deviasi (SD) 581968,9672 Laki-laki No Nama Umur Kotak Jumlah 1 Muhamad Hasbi A. 20 2 Andi Joko P. 19 3 Rendra Darari F.I. 19 4 Opik Prasetyo 20 5 Muhamad Reza P. 20 6 Hanifudin Bayu F. 19 Kiri Atas 83 Kanan Atas 79 Kanan Bawah 80 Kiri Bawah 75 Tengah 85 Total 402 Kiri Atas 115 Kanan Atas 101 Kanan Bawah 118 Kiri Bawah 160 Tengah 142 Total 636 Kiri Atas 73 Kanan Atas 77 Kanan Bawah 75 Kiri Bawah 79 Tengah 78 Total 382 Kiri Atas 79 Kanan Atas 97 Kanan Bawah 109 Kiri Bawah 105 Tengah 154 Total 544 Kiri Atas 82 Kanan Atas 87 Kanan Bawah 95 Kiri Bawah 87 Tengah 97 Total 448 Kiri Atas 68 Kanan Atas 60 Kanan Bawah 56 Kiri Bawah 65 Tengah 71 Total 320 Jumlah eritrosit (SDM/ mm3) = 402 x 10.000 = 4.020.000 SDM/mm 3 = 636 x 10.000 = 6.360.000 SDM/mm 3 = 382 x 10.000 = 3.820.000 SDM/mm 3 = 544 x 10.000 = 5.440.000 SDM/mm 3 = 448 x 10.000 = 4.480.000 SDM/mm 3 = 320 x 10.000 = 3.200.000 SDM/mm 3

7 Hening Triandika R. 20 Kiri Atas 43 Kanan Atas 42 Kanan Bawah 51 Kiri Bawah 33 Tengah 32 Total 201 = 201 x 10.000 = 2.010.000 SDM/mm 3 Total 29.330.000 SDM/mm 3 Rata-rata 4.190.000 SDM/mm 3 Satandar Deviasi (SD) 1429090,62 E. PEMBAHASAN Sel darah merah, eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah dalam hewan bertulang belakang. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahaui jumlah sel darah merah (erytrosit). Alat dan bahan yang digunakan yaitu blood lancet steril (disposable), alkohol, kapas dan larutan Hayem. Langkah kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap larutan Hayem sampai tanda 101, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak bagian tengah (E) kemudia dilanjutkan pada kotak yang berada di atas (B), bawah (H), kanan(f) dan kiri (D) dari kotak tengah. enghitung dengan rumus : Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10 x 5 x 200 Atau Jumlah SDM/mm 3 = jumlah SDM x 10.000 Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan dalam 2 kelompok berdasarkan jenis kelamin, kelompok laki-laki terdiri atas 7 orang dang kelompok perempuan terdiri atas 12 orang.

Untuk kelompok perempuan rata-rata jumlah SDM yaitu 4.071.667 SDM/mm 3, sedangkan ratarata SDM dalam kelompok laki-laki yaitu 4.190.000 SDM/mm 3. Berdasarkan teori, jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 6.000.000 sel per mm 3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 5.500.000 sel per mm 3 (pada perempuan). Pada kelompok perempuan terdapat 5 orang yang memiliki jumlah SDM dibawah standar yaitu Noviana Hapsari, Vyta Andri Setyo Utami, Citra Ayuliasari, Kurnia Irmalasari dan Shintya Galuh Nindy Sagita. Sedangkan untuk kelompok laki-laki terdapat 5 orang yaitu Muhamad Hasbi Ashshidiqi, Rendra Darari Fakhrin Ikranagara, Muhammad Reza Pahlevi, Hanifudin Bayu Firmansyah, dan Hening Triandika Rahman yang memiliki jumlah SDM dibawah standar. Sedangkan Andi Joko Purnomo memiliki jumlah SDM yang berlebih yaitu 6.360.000 SDM/mm 3. Kerungan jumlah SDM menyebabkan penyakit anemia, yaitu berkurangnya kemampuan darah mengangkut oksigen karena kurangnya jumlah SDM. Sedagkan polisistemia adalah kondisi dimana jumlah SDM meningkat secara nyata atau dalam kata lain jumlah SDM yang melampui standar. Dari data diatas, diketahui bahwa 10 orang diduga menderita anemia dan 1 orang diduga menderita polisitemia dari total 19 orang yang melakukan penghitungan SDM. F. KESIMPULAN 1. Jumlah eritrosit normal pada orang dewasa berkisar antara 4.500.000 6.000.000 sel per mm 3 (pada laki-laki) dan 4.000.000 5.500.000 sel per mm 3 (pada perempuan). 2. Terdapat 10 orang yang diduga menderita anemia yaitu Noviana Hapsari, Vyta Andri Setyo Utami, Citra Ayuliasari, Kurnia Irmalasari, Shintya Galuh Nindy Sagita, Muhamad Hasbi Ashshidiqi, Rendra Darari Fakhrin Ikranagara, Muhammad Reza Pahlevi, Hanifudin Bayu Firmansyah, dan Hening Triandika Rahman. Dan 1 orang yang diduga menderita polisistemia yaitu Andi Joko Puenomo.

DAFTAR PUSTAKA Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY. Pearce, Evelyn. 1983. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia. Soedjono, Basoeki.1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (LEUCOCYTE) A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menghitung sel darah putih (SDP). B. DASAR TEORI Sel darah putih (SDP) atau leukosit berasal dari myeloblast (stem cell). Pembentukan SDP di dalam sumsum tulang, kecuali limfosit yakni di kelenjar thymus dan bursa ekuivalen. Jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 9.000/mm 3. Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit ini sebagian dibentuk di sumsum tulang (granulosit, monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagidi jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma). Setelah dibentuk, sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai bagian tubuh untuk digunakan. Kebanyakan sel darah putih ditranspor secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan mengalami peradangan serius (Guyton, 1997). Fungsi sel darah putih ini adalah untuk melindungi badan dari infeksi penyakit serta pembentukan antibodi di dalam tubuh. Jumlah sel darah putih lebih sedikit daripada sel darah merah dengan perbandingan 1:700. Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/mm 3. Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000/mm 3. Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4.500-11.000/mm 3. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5.000-9.0004/mm 3. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/mm 3. Penyakit yang disebabkan akibat kelebihan sel darah putih yaitu leukemia atau kanker darah yang merupakan sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas tubuh penderita. Pada leukemia, sel darah putih membelah diri tidak terkendali dan sel darah muda yang normalnya hanya hidup di sumsum tulang dapat keluar dan bertahan hidup. Kondisi sel darah putih yang turun di bawah normal disebut leukopeni. Pada kondisi ini seseorang harus diberikan obat antibiotik untuk meningkatkan daya tahan dan keamanan tubuh.

Apabila tidak, maka orang tersebut dapat meninggal dunia. Pada orang yang terkena kanker darah atau leukemia, sel darah putih bisa mencapai 20 ribu butir/mm3 atau lebih. Kondisi di mana jumlah sel darah putih naik di atas jumlah normal disebut leukositosis Jenis-jenis SDP berdasarkan bentuk intinya dapat dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit. Granulosit karena mamiliki granula di dalam sitoplasmanya. Granulosit dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : 1. Neutrofil ( 62%), memiliki granula yang berukuran kecil dan berwarna merah muda serta dapat meningkat jumlahnya pada infeksi akibat bakteri. 2. Eosinofil ( 2,3%), memiliki granula berwarna kemerahan dan jumlahnya dapat meningkat pada infeksi parasit. 3. Basofil (0,4%), memiliki granulosa berwarna ungu dan biru dan jumlahnya dapat meningkat pada reaksi alergi. Agranulosit karena tidak memiliki granulosa di dalam sitoplasmanya. Agranulosit dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu : 1. Monosit (5,3%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, motil, bercat biru dan berfungsi sebagai fagosit. 2. Limfosit (30%), memiliki nukleus tunggal, berukuran besar, nonmotil, berbentuk bulat, bercat biru, dan berfungsi memproduksi antibodi. Sel-sel darah putih merupakan suatu komponen dalam mekanisme pertahanan tubuh yang penting. Sebagian besar darinya melakukan fagositosis, suatu proses inegasi dan digesi (memasukan dan mencerna makanan) mikroorganisme dan partikel asing lainnya. Netrofil dan monosit paling giat berfagositosis sedangkan eosinofil hanya sedang saja. Semua leukosit adalah sel motil, suatu sifat yang memungkinkannya menerobos kapiler darah melalui ruang interseluler dinding kapiler darah dan migrasi gerakan amuboid kearah luka karena ertikel menyerbu jaringan. Netrofil dan limfosit sengat motil, sementara eunosofil sangat lamban. Lekosit melindungi tubuh terhadap penyakit. Netrofil dan monosit menghancurkan bakteri dengan memakannya. Bakteri yang dimakan dicerna oleh enzim yang dikeluarkan lekosit. Lekosit terus melakukakan ingesi partikel sampai mereka terbunuh sehingga terkumpul hasil pemecahnnya. Netrofil mampu memakan 5 sampai 35 bakteri, monosit mampu memangsa sebanyak 100 bakteri sebelum kematiannya. Setelah bakteri dihancurkan, jaringan akan diganti. Beberapa jaringan mempunyai kemampuan regenerasi dengan perbanyakan sel-sel yang bertetangga. Kemampuan tersebut

pada jaringan kcil atau terbatas sekali dan digantikan oleh jaringan ikat yang mensekresikan serabut-serabut untuk membentuk jaringan parut. (Basoeki, 1988) C. METODE PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan Pipet khusus bertanda 11 Bilik hitung Blood lancet steril (disposable) Kapas Alkohol Reagen Turk 2. Cara Kerja Mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 11, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak A, C, G dan I. A B C D E F G H I Menghitung dengan rumus :

Jumlah SDP/mm 3 = (jumlah total SDP x 20 x 10)/4 atau Jumlah SDP/mm 3 = jumlah rata-rata SDP x 20 x 10 D. HASIL PRAKTIKUM Perempuan No Nama Umur Kotak Jumlah Jumlah SDP/ Kiri Atas (A) 21 Kanan Atas (C) 20 1 = (107 x 20 x 10)/4 Vyta Andri S.U. 20 Kanan Bawah (I) 39 = 5.350 SDP/mm Kiri Bawah (G) 27 3 Total 107 2 Rizza Untsa N. 19 3 Citra Ayuliasari 20 4 Asri F. 20 5 Iis Aida Y. 20 6 7 8 Sari Trisnaningsih Shintya N.S. Galuh Fatharani Yurian W. 18 19 19 Kiri Atas (A) 32 Kanan Atas (C) 27 Kanan Bawah (I) 36 Kiri Bawah (G) 28 Total 123 Kiri Atas (A) 34 Kanan Atas (C) 38 Kanan Bawah (I) 36 Kiri Bawah (G) 32 Total 140 Kiri Atas (A) 27 Kanan Atas (C) 17 Kanan Bawah (I) 19 Kiri Bawah (G) 16 Total 79 Kiri Atas (A) 27 Kanan Atas (C) 36 Kanan Bawah (I) 35 Kiri Bawah (G) 36 Total 134 Kiri Atas (A) 22 7Kanan Atas (C) 15 Kanan Bawah (I) 25 Kiri Bawah (G) 28 Total 90 Kiri Atas (A) 58 Kanan Atas (C) 58 Kanan Bawah (I) 39 Kiri Bawah (G) 49 Total 204 Kiri Atas (A) 53 Kanan Atas (C) 52 Kanan Bawah (I) 35 = (123 x 20 x 10)/4 = 6.150 SDP/mm 3 = (140 x 20 x 10)/4 = 7.000 SDP/mm 3 = (79 x 20 x 10)/4 = 3.950 SDP/mm 3 = (134 x 20 x 10)/4 = 6.700 SDP/mm 3 = (90 x 20 x 10)/4 = 4.500 SDP/mm 3 = (204 x 20 x 10)/4 = 10.200 SDP/mm 3 = (171 x 20 x 10)/4

9 Kurnia Imalasari 18 10 Dita Imanasita W. 20 11 Agustina Budi I. 19 12 Cinthya I. 20 13 Marbelisa B. 18 Kiri Bawah (G) 25 = 8.550 SDP/mm 3 Total 171 Kiri Atas (A) 31 Kanan Atas (C) 20 = (106 x 20 x 10)/4 Kanan Bawah (I) 30 = 5.300 SDP/mm Kiri Bawah (G) 19 3 Total 106 Kiri Atas (A) 34 Kanan Atas (C) 36 Kanan Bawah (I) 20 Kiri Bawah (G) 29 Total 119 Kiri Atas (A) 46 Kanan Atas (C) 51 Kanan Bawah (I) 45 Kiri Bawah (G) 53 Total 195 Kiri Atas (A) 31 Kanan Atas (C) 32 Kanan Bawah (I) 34 Kiri Bawah (G) 35 Total 132 Kiri Atas (A) 34 Kanan Atas (C) 38 Kanan Bawah (I) 41 Kiri Bawah (G) 40 Total 153 = (119 x 20 x 10)/4 = 5.950 SDP/mm 3 = (195 x 20 x 10)/4 = 9.750 SDP/mm 3 = (132 x 20 x 10)/4 = 6.600 SDP/mm 3 = (153 x 20 x 10)/4 = 7.650 SDP/mm 3 Laki-Laki No Nama Umur Kotak Jumlah Jumlah SDP/ Kiri Atas (A) 30 1 Kanan Atas (C) 34 M. Hasbi Ash. 20 Kanan Bawah (I) 38 = (148 x 20 x 10)/4 Kiri Bawah (G) 48 = 7.400 SDP/mm 3 Total 148 2 Rinaldi Indra S. 3 Opik Prasetyo 19 Kiri Atas (A) 33 Kanan Atas (C) 48 Kanan Bawah (I) 37 Kiri Bawah (G) 36 Total 154 Kiri Atas (A) 38 Kanan Atas (C) 41 Kanan Bawah (I) 37 Kiri Bawah (G) 48 = (154 x 20 x 10)/4 = 7.700 SDP/mm 3 = (164 x 20 x 10)/4 = 8.200 SDP/mm 3

4 M. Reza Pahlevi 20 5 Andi Joko P. 19 6 Hening T.R. 20 Total 164 Kiri Atas (A) 42 Kanan Atas (C) 47 Kanan Bawah (I) 43 Kiri Bawah (G) 40 Total 172 Kiri Atas (A) 24 Kanan Atas (C) 25 Kanan Bawah (I) 26 Kiri Bawah (G) 21 Total 96 Kiri Atas (A) 53 7Kanan Atas (C) 55 Kanan Bawah (I) 56 Kiri Bawah (G) 33 Total 217 = (172 x 20 x 10)/4 = 8.600 SDP/mm 3 = (96 x 20 x 10)/4 = 4.800 SDP/mm 3 = (217 x 20 x 10)/4 = 10.850 SDP/mm 3 E. PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jumlah sel darah putih (SDP). Penghitungan jumlah SDP ini sangat diperlukan untuk mengetahui fungsi fisiologis pada manusia. Alat dan bahan yang digunakan yaitu pipet khusus bertanda 11, bilik hitung, blood lancet steril (disposable), kapas, dan alkohol. Pada praktikum ini, kesterilan sangan diperlukan untuk mengurangi potensi penularan penyakit tertentu. Prosedur kerja yang dilakukan yaitu mensterilkan ujung jari tengah atau jari manis menggunakan kapas yang telah ditetesi alkohol, biarkan hingga mengering. Kemudian menusuk ujung jari menggunakan blood lancet steril sehingga darah keluar. Setelah itu mengambil darah dengan pipet khusus sampai tanda 0,5 kemudian membersihkan ujungnya dengan kapas. Kemudian menghisap reagen Turk sampai tanda 11, lalu dikocok secara perlahan. Meneteskan cairan diatas dengan pipet lewat tepi kaca penutup hingga merata dan menghitung jumlah SDP dengan mikroskop pada kotak A, C, G dan I. Kemudian menghitung dengan rumus : Jumlah SDP/mm 3 = (jumlah total SDP x 20 x 10)/4 atau Jumlah SDP/mm 3 = jumlah rata-rata SDP x 20 x 10 Hasil yang diperoleh kemudian dikelompokkan ke dalam 2 kelompok yaitu kelompok lakilaki dan kelompok perempuan. Kelompok laki-laki terdiri atas 6 orang dan kelompok perempuan terdiri atas 13 orang.

Berdasarkan teori, jumlah leukosit pada orang dewasa normal berkisar 5.000 9.000/mm 3. Dalam kelompok laki-laki, Hening Triandika Rahman memiliki SDP lebih dari standar yaitu 10.850 SDP/mm 3, sedangkan Andi Joko Purnomo memiliki SDP dibawah standar yaitu 4.800 SDP/mm 3. Sedangkan pada kelompok perempuan, terdapat 2 orang yang memiliki SDP yang lebih dari standar yaitu Agustina Budi Lestari dan Shintya Galuh Nindy Sagita yang masingmasing memiliki jumlah SDP sejumlah 9.750 SDP/mm 3 dan 10.200 SDP/mm 3. Juga terdapat 2 orang yang SDP-nya kurang dari standar yaitu Sari Trisnaningsih dan Asri Fathianihayati yang masing-masing memiliki jumlah SDP, 4.500 SDP/mm 3 dan 3.950 SDP/mm 3. Jumlah SDP rendah dibawah standar mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki kelainan dalam proses penyembuhan dikarenakan kadar SDP yang sedikit. Sedangkan bagi orang yang memiliki SDP berlebih mengindikasikan potensi adanya leukimia, sehingga diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. F. KESIMPULAN 1. Terdapat 3 orang yang memiliki SDP dibawah standar yaitu Andi Joko Purnomo, Sari Trisnaningsih dan Asri Fathianihayati. 2. Terdapat 3 orang yang memiliki SDP diatas standar yaitu Hening Triandika Rahman, Agustina Budi Lestari dan Shintya Galuh Nindy Sagita. 3. Jumlah SDP rendah dibawah standar mengindikasikan bahwa orang tersebut memiliki kelainan dalam proses penyembuhan dikarenakan kadar SDP yang sedikit. Sedangkan bagi orang yang memiliki SDP berlebih mengindikasikan potensi adanya leukimia, sehingga diharapkan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. Nurcahyo, Heru dan Harjana, Tri. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. Yogyakarta : FMIPA UNY. Soedjono, Basoeki. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

PENGARUH SUHU LINGKUNGAN TERHADAP SUHU TUBUH A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Melakukan pengukuran suhu tubuh homeoterm. 2. Mengamati pengaruh suhu lingkungan terhadap suhu tubuh. B. DASAR TEORI Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi kehilangan panas karena evaporasi. Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya. Organisme berdarah panas (homeoterm) memiliki organ pengatur suhu tubuh yaitu hipothalamus agar suhu tubuh tetap pada kondisi optimal. Pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi) bertujuan agar panas yang dihasilkan dari berbagai proses metabolisme dan yang diperoleh dari lingkungan sekitar harus seimbang dengan banyaknya panas yang dikeluarkan oleh tubuh.

Proses regulasi atau pengaturan panas tubuh yang paling banyak berperan adalah sel-sel saraf hipothalamus yang peka terhadap perubahan suhu tubuh terutama suhu darah. Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh, maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan menambah produksi keringat. Mekanisme regulasi panas tersebut berlangsung secara cepat karena melibatkan sistem saraf dan hormon sehingga disebut neuro-endokrin. Regulasi panas tubuh menggunakan sistem feedback (umpan balik negatif) artinya apabila panas tubuh melebihi suhu optimal, maka hipothalamus akan berusaha menurunkan ke suhu optimal dan sebaliknya. Suhu tubuh manusia diatur oleh sistem thermostat di dalam otak yang membantu suhu tubuh yang konstan antara 36,5 o C dan 37,5 o C. Suhu tubuh normal manusia akan bervariasi dalam sehari. Seperti ketika tidur, maka suhu tubuh kita akan lebih rendah dibanding saat kita sedang bangun atau dalam aktivitas. Dan pengukuran yang diambil dengan berlainan posisi tubuh juga akan memberikan hasil yang berbeda. Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak, mulut, dan anus. Pengambilan suhu di bawah lidah (dalam mulut) normal sekitar 37 o C, sedang diantara lengan (ketiak) sekitar 36,5 o C sedang di rectum (anus) sekitar 37,5 o C Makanan yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi proses metabolisme sel tubuh. Proses tersebut bisa berlangsung cepat jika makanan yang masuk tergolong merangsang. Misalnya, makanan pedas atau makanan bersuhu tinggi. Jika proses metabolisme sel tubuh berlangsung cepat, suhu tubuh meningkat. Sitokin (salah satu protein) pun terpicu muncul. Salah satu bahan yang tergolong sitokin adalah kalikrein. Bahan itu berpengaruh terhadap pelebaran pembuluh darah yang menuju kelenjar keringat di kulit. Dampaknya, keringat pun mengucur keluar. Keringat merupakan mekanisme tubuh untuk mendinginkan diri. Ketika kita melepaskan cairan melalui pori-pori tubuh, maka cairan itu akan menguap. Keseluruhan proses itu menurunkan suhu tubuh. Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat yaitu :

1. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36 C 2. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 37,5 C 3. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 40 C 4. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40 C C. METODE PRAKTIKUM 1. Alat dan Bahan Katak Termometer batang Air dingin Air hangat Stopwatch 2. Cara Kerja Meletakkan termometer ke dalam mulut katak selama ± 5 menit, kemudian mengamati skalanya dan mencatatnya. Memasukkan katak ke dalam tabung Erlemeyer 1 L yang telah terisi air dingin ¾ volumenya kemudian mengamati suhu tubuhnya setelah 5 menit direndam. Mengulangi langkah kedua dengan menggunakan air hangat. D. HASIL PRAKTIKUM No Kelompok Suhu Katak ( o C) Suhu Praktikan ( o C) Awal Air Dingin Air Hangat Awal Air Dingin Air Hangat 1 Kelompok 1 31 20 34.5 37 37 37 2 Kelompok 2 30 18 32 36.4 36.2 33.8 3 Kelompok 3 36.8 26 37 37 37 37 4 Kelompok 4 20 24 35 36.8 36.8 36.8 5 Kelompok 5 23 25 36 35 35 35 6 Kelompok 6 32 29 37 36 36 36 7 Kelompok 7 20 24 35 36 36 36 8 Kelompok 8 18 24 34 36 36 36 9 Kelompok 9 19 23 35 35 35 35 10 Kelompok 10 18 22 33 36 36 36