BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Sejarah Singkat Ilmu Feng Shui

Dewa-Dewa Taoisme Yang Terkemuka

Wen Chang Di Jun, Kui Dou Xing Jun, Zhu Yi Fu Zi Dewa Pelindung Kaum Terpelajar

19. Koan Im Po Sat (Guan Yin Pu Sa) 觀音菩薩

15. Thian Siang Sing Bo (Tian Shang Sheng Mu) 天上聖母. mereka menjadi pengawalnya. Pada usia 28 tahun, yaitu pada masa. poanthian.blogspot.

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

三官大帝. San Guan Da Di.

Dewa Panjang Usia (Peng Zu, Ma Gu, Zhou Gong dan Tao Hua Nu)

水神海神. (Shui Xian, Hai Shen) Dewa Air dan Dewa Laut

( 城隍爺, 文武判官, 七爺, 八爺 )

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

SEMBAHYANG ONDE. Persiapan Sin Cia. Oleh : Marga Singgih. Jakarta, Desember 2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR ISI MATA PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok memiliki sejarah panjang tentang kemasyuran masa lalunya dari

BAB II PEMBAHASAN DAN PENYELASAIN MASALAH MENGENAI MITOS-MITOS MENYESATKAN DI SEKITAR FENG SHUI

BAB I PENDAHULUAN. telah dikembangkan sejak tahun lalu. Feng Shui ditulis pada periode kekaisaran Huang

Dewa Pelindung Masyarakat Nan An a). Guang Ze Zun Wang b). Guo Fen Yang Gong

Gambar 38. Perkiraan denah ming-tang 明堂, dengan 4 ruang skywell, dian-jing 天井 disekeliling ruang pusat. (

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Penduduk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, adat istiadat

Tee Cong Ong Pauw Sat Di Zang Wang Pu Sa. Pendamping kiri: To Ming Hwe Sio (Dao Ming Ho Sang) Pendamping kanan: Bien kong (Min Gong)

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

Tay Sing Ci Sing Sian Su Khonghucu. (Da Cheng Zhi Sheng Xian Shi Gongfuzi)

BAB V PENUTUP. Wonosobo sebagai kota di dirikannya kelenteng Hok Hoo Bio ( 福和庙 )

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di Nusantara tetapi juga

BAB V. Dewa-dewi lain yang sering dipuja

BAB VI. Sembahyangan lain dan asal usulnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

DEWA - DEWI KELENTENG. DISUSUN OLEH : Ir. E. SETIAWAN KWA THONG HAY YAYASAN KELENTENG SAMPOOKONG GEDUNG BATU - SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALIS DATA. Kudrati atau Supranatural merupakan suatu yang fitrah, terlepas dari beragam bentuknya.

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Hubungan Malayu..., Daulat Fajar Yanuar, FIB UI, 2009

Penjelasan 7 Jenis Kertas Sembayang (Kertas Mulia)

KEBERADAAN DAN KEGIATAN TAO SEBAGAI AGAMA TESIS. Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

BAB I PENDAHULUAN. tetapi gelombang imigrasi semakin pesat pada masa kolonial. Terbentuklah

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

BAB I PENDAHULUAN. Cina merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan dan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat

E-Book Kalender Feng Shui 2012

Filsafat China. 1. Jaman Klasik ( S.M.)

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah puisi. Dalam puisi identik dengan aspek keindahan,

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

E-Book Kalender Feng Shui 2009

Seni Berperang Sun Tzu

BAB I PENDAHULUAN. Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian memiliki nama asli Ru Jiao. Agama Khonghucu (Ru Jiao), maka Nabi Khonghucu merupakan nabi yang

BAB III DESKRIPSI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. mereka sebut sebagai kepercayaan Tri Dharma. Perpindahan masyarakat Tiongkok

I. 1. LATAR BELAKANG I. 1. A. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan dipandang sebagai sarana bagi manusia dalam beradaptasi terhadap

tuo jiao, 托腳, tuo tuan, 托槫 kaki pendukung, balok miring menahan gording diatasnya dan ujung lain bertumpu pada balok melintang.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

F. Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH 6 : PANDANGAN AGAMA KHONGHUCU TERHADAP MASALAH PERDAMAIAN DAN KEADILAN. Oleh: Ws. Dr. Oesman Arif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

36. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KHONGHUCU DAN BUDI PEKERTI SMP

BAB I PENDAHULUAN. bukan sekedar jumlah penduduk saja, melainkan sebagai suatu system yang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumah Ibadat Kelenteng. Gondomanan, Jl. Brigjend. Katamso No.3, Yogyakarta

shan, 山, shan qiang, 山牆, tembok berbentuk gunungan, kopwand, ampig, bagian atas tembok berbentuk sudut puncak pada atap pelana.

Politik dan Pemerintahan Jepang. Bagian I : Sejarah Jepang

Tamadun Cina. Tamadun Islam dan Tamadun Asia

BAB I PENDAHULUAN Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok Indonesia, edisi Bahasa Indonesia, hal. 24, PT Bhuana Ilmu Populer,

Pasang surut hubungan partai komunis dan partai nasionalis di cina tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu, setiap manusia saling memberikan

Nama : Charnan A/L Murliah COUSE CODE: MPU 2323.(G2) LECTURER S NAME: ENCIK AHMAD TARMIZI BIN ZAKARIA. SUBJECT: AGAMA-AGAMA DI MALAYSIA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

E-Book Kalender Feng Shui 2013

BAB IV LAPORAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

Bahagian A. (40 markah) Jawab semua soalan

Gambar 26. Tampak muka klenteng Xie Dian Gong, Bandung. Jelas terlihat pola simetris pada bangunan.(foto oleh penulis)

DEWA DAPUR DALAM PERSPEKTIF UMAT TRIDHARMA DI INDONESIA. (Studi Kasus Di Klenteng Hok Lay Kiong Bekasi)

Written by Imam S. Arizal Sunday, 06 February :39 - Last Updated Sunday, 06 February :49

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang

CIVIL RELIGION (FENOMENA AJARAN TRIDHARMA DI RIAU) Oleh: Alpizar dan Khotimah Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

Kata Kunci :Tionghoa-Indonesia; Marga; Tionghoa; Etnis Tionghoa - Indoneisa

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

Kegiatan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Filsuf Prancis, Rene Descartes ( ) menegaskan cogito ergo sum yang

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

Transkripsi:

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te atau Shang Di ( 上帝 ). Sebenarnya pengertian ini rancu, sebab pengertian Thian Kong dan Siang Te maknanya agak berbeda. Istilah Thian (Tian) sebenarnya secara harafiah berarti langit, yang menunjukkan tempat kediaman dari Siang Te (Shang Di), sedangkan Siang Te sendiri berarti yang termulia yang berada paling atas. Mengapa kerancuan ini bisa terjadi? Dalam buku-buku Tiongkok kuno (sebelum era Lao Tse), orang Tiongkok sudah mempercayai adanya sesuatu sebagai penguasa segala sesuatu di jagat raya ini. Sesuatu ini umumnya disebut Siang Te atau Thian, sebab menurut mereka, sesuatu penguasa kedudukannya pastilah di atas. Sejalan dengan pemujaan kepada Siang Te atau Thian, mereka juga mempercayai bahwa di tempat-tempat tertentu memiliki penguasa-penguasa sendiri (semacam penguasa lokal), sehingga timbul juga pemujaan kepada penguasa-penguasa lokal tersebut (penguasa sungai, penguasa gunung, penguasa bumi, dll). Setelah era Lao Tse, pemujaan kepada Siang Te dan pemujaan kepada penguasa-penguasa lokal, sedikit demi sedikit mulai tertata bentuknya sehingga hirarki pemerintahan langit menjadi semakin jelas. Menurut buku Myths and Legends of China karangan Werner, orang Tionghoa percaya bahwa pemerintahan surga / langit / kahyangan, termasuk para dewa dan malaikat, dipimpin oleh suatu sistem pemerintahan yang mirip dengan sistem pemerintahan yang ada di bumi. Dalam sastra Tionghoa disebutkan sebagai Tian Di Yi Li atau Langit dan bumi punya tatanan yang sama. Pemimpin tertinggi dan berkuasa penuh atas jagat raya, dipegang oleh Siang Te (Shang Di), dan menteri-menterinya dijabat oleh para dewa, baik sipil maupun militer. Kaisar yang memerintah di daratan Tiongkok dipercayai sebagai utusan dari langit (utusan Siang Te) yang diberi mandat untuk memerintah di bumi (oleh sebab itu, Kaisar Tiongkok selalu disimbolkan sebagai NAGA hewan perkasa 36

dari langit. Jubah kebesaran Kaisar disebut jubah Naga. Selain Kaisar, tidak seorangpun boleh menggunakan attribut ataupun hiasan Naga. Bagi yang melanggar akan terkena hukuman pancung, sebab berarti dia men-sejajar-kan kedudukannya sama dengan kaisar). Upacara sembahyang kepada Siang Te hanya dilakukan oleh Kaisar dan keluarga kerajaan, rakyat tidak boleh mengikuti ataupun menghadirinya. Bagi rakyat, memuja Kaisar sebagai utusan Siang Te yang ada di dunia, sudah merupakan wujud pemujaan kepada Siang Te sendiri. Bila ada rakyat yang berani memuja kepada Siang Te secara langsung, berarti men-sejajar-kan dirinya dengan kaisar, dan dapat dikenai hukuman mati. Karena rakyat tidak mempunyai hak untuk memuja Siang Te secara langsung, maka ketika mereka mempunyai seorang Kaisar yang lalim dan penindas kaum lemah, rakyat mulai mencari obyek pengaduan agar penderitaan mereka berubah menjadi baik. Rakyat kemudian mempersonifikasikan dan melakukan pemujaan kepada Thian (Tian), yang sebenarnya hanyalah tempat kediaman Siang Te. (Mungkin mirip dengan jaman sekarang, dimana apabila ada kepala pemerintahan yang korup, maka rakyat lalu berbondong-bondong datang dan berunjuk-rasa di gedung kepala pemerintahan tersebut). Pemujaan kepada Thian tidak dilarang oleh Kaisar, bahkan Kaisar juga kadang-kadang ikut memujanya (di Beijing ada Tian Tan altar pemujaan kerajaan), sedangkan rakyat biasanya melakukan pemujaan di depan pintu rumah masing-masing. Dengan adanya pengaruh Taoisme, maka kemudian bermunculan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai Siang Te. Dalam buku-buku kuno, tokoh Siang Te memiliki beberapa sebutan, antara lain : Ming Ming Shang Di, Tang Tang Shang Di, Wei Huang Shang Di, Yuan Shi Tian Zun, Yu Huang Shang Di, dll. Setelah munculnya pengaruh Konfusianisme, mulailah upacara sembahyangan kepada Siang Te tertata lebih jelas. Dalam ajaran Konfusius, dikenalkan adanya tiga unsur dalam alam semesta, yaitu unsur Tian Huang (Penguasa Langit), Di Huang (Penguasa Bumi) dan Ren Huang (Penguasa Manusia). Penguasa tertinggi terletak pada Tian Huang atau Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut sebagai Huang Tian Shang Di. Pemujaan kepada Huang Tian Shang Di, banyak dilakukan 37

oleh kaisar-kaisar dari jaman dinasti Ming dan Qing. Hal ini disimpulkan karena pada Altar Tian Tan terdapat sebilah papan suci yang bertuliskan Huang Tian Shang Di. Dengan masuknya pengaruh Buddhisme, kemudian muncul suatu aliran yang disebut Thian Tao (Tian Dao), yang merangkum ketiga ajaran yaitu Taoisme, Konfusianisme dan Buddhisme. Aliran ini mempertegas nama dan kedudukan Siang Te. Menurut mereka, alam semesta ini terdiri dari tiga tingkat, yaitu Li Tian (Nirwana), Qi Tian (Kahyangan) dan Xiang Tian (Bumi). Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Bing Bing Siang Te (Ming Ming Shang Di) dan berkedudukan di Li Tian / Nirwana. Bing Bing Siang Te mengeluarkan firmannya yang disebut Tao, yang merupakan sumber kebenaran dan sumber kehidupan semua makhluk. Sebagai pelaksana pemerintahan alam semesta dijabat oleh Giok Hong Tay Te (Yu Huang Da Di) dengan dibantu para dewa-dewi dan malaikat sebagai menteri-menterinya, yang berkedudukan di Qi Tian / Kahyangan. Kedudukan Giok Hong Tay Te dijabat secara berganti-ganti dan mempunyai batasan waktu. Sedangkan sebagai pelaksana pemerintahan di bumi, dijabat oleh para Hong Te (Huang Di / kaisar atau raja). Setelah jaman dinasti Song (tahun 960 1280), pengertian Thian dan Siang Te menjadi kabur, apalagi Kaisar sudah tidak begitu keras memberikan larangan pemujaan kepada Siang Te. Kemudian pada jaman dinasti Qing, bangsa Manchuria menjajah bangsa Han, akibatnya banyak para tokoh bangsa Han yang harus melarikan diri dari kejaran pasukan Manchuria. Mereka banyak yang bersembunyi di kebun tebu, sehingga pasukan Manchuria tidak bisa melihatnya. Setelah aman, mereka kembali ke rumah masing-masing dan mensyukuri keselamatan mereka itu dengan mengadakan sembahyang King Thi Kong (Jing Tian Gong). Sembahyang King Thi Kong ini biasanya dilakukan pada tanggal 8 malam tanggal 9 bulan 1 Imlek, tepat jam 12 tengah malam. Tradisi ini turun temurun hingga sekarang. Hal-hal yang dapat mengingatkan orang Tionghoa kepada pengalaman leluhurnya waktu itu, biasanya diikut sertakan dalam tata-cara sembahyang King Thi Kong, misalnya : - Meja sembahyang King Thi Kong biasanya diletakkan di atas dua atau empat bangku kecil. Hal ini disebabkan sewaktu pertama kali 38

mengadakan sembahyang King Thi Kong sebagai rasa syukur, leluhur mereka tidak memiliki meja khusus. Padahal leluhur mereka mempercayai bahwa pemujaan kepada Thi Kong (Tuhan) harus di atas pemujaan biasa (melakukan penghormatan di atas kepala), maka meja yang biasa (pendek) diberi ganjal bangku supaya menjadi lebih tinggi. - Di kanan kiri sisi meja, biasanya diikatkan sebatang tebu yang masih utuh (ada akar sampai ujung daunnya). Hal ini untuk mengingatkan saat leluhur mereka dikejar-kejar pasukan Manchuria dan bersembunyi di kebun tebu. Selain itu, tebu yang masih utuh juga melambangkan hidup manusia, bahwa kesuksesan seseorang harus dibangun dengan akar yang kuat (akar tebu), melalui berbagai rintangan dan pengalaman hidup (ruas tebu) sampai tercapainya kesuksesan (daun tebu yang menjulang tinggi). Kadang-kadang juga diletakkan berbagai macam sajian yang sebenarnya mengandung makna-makna tertentu, misalnya sesaji wajik kue mangkok kue khu, melambangkan hok lok siu (fu lu shou). Wajik biasanya disajikan dalam bentuk gunungan seperti tumpeng, yang bermakna agar keberuntungannya menggunung. Kue mangkok yang bentuknya selalu merekah pada bagian atasnya, bermakna agar hidupnya berkembang. Kue khu yang cetakannya berbentuk kura-kura, bermakna agar hidupnya panjang usia seperti kura-kura. Sajian lain biasanya disediakan lima macam buah dan enam macam masakan sayuran yang biasa disebut Ngo Ko Liok Jay (Wu Guo Liu Chai), bahkan ada juga yang menambahkan masakan dari tiga macam hewan (Sam Sing / San Xing) atau lima macam hewan (Ngo Sing / Wu Xing), dimana sajian Sam Sing atau Ngo Sing itu sebenarnya ditujukan untuk para malaikat pengawal Thian Kong. Disini jelaslah bahwa orang Tionghoa mempercayai adanya Tuhan sebagai penguasa tertinggi di jagat raya ini. Hanya saja konsepsi ke-tuhan-an ini berbeda dengan agama-agama lain, sebab bagi orang Tionghoa, Tuhan atau Thian Kong adalah Pencipta yang Esa, sedangkan pembantu-pembantunya (para dewa dan malaikat) yang bertugas mengawasi, menghukum dan memberikan ganjaran kepada manusia, sesuai dengan perbuatannya. 39

Pemujaan kepada Thian Kong semata-mata untuk mensyukuri segala berkah yang telah diberikannya kepada kita, sedangkan segala permohonan dilakukan kepada masing-masing dewa pembantu Thian Kong yang sesuai dengan tugasnya. Thian Kong menurut pengertian Tao adalah Esa, tidak bersifat Im-Yang atau dualisme (baik-buruk, fana-baka, menghukum-mengganjar, dll). Sedangkan para pembantunya, mulai dari tingkatan Giok Hong Tay Te (Yu Huang Da Di) yang tertinggi sampai malaikat terendah, masih memiliki sifat atau unsur Im-Yang. Itu sebabnya, mengapa di tempat pemujaan Thian Kong (Tian Gong Lu), tidak pernah terdapat Pwak Pwee (keping penunjuk untuk berkomunikasi dengan dewa) ataupun Cu Ciam (tabung berisi batang penunjuk angka ramalan). Begitu pula bahwa Thian Kong sebagai yang Esa, tidak pernah di-patung-kan (dipersonifikasikan). Dengan berkembangnya waktu, pengertian Thian Kong (Tian Gong) dan Giok Hong Tay Te (Yu Huang Da Di) menjadi kabur, sehingga pemujaan kepada Thian Kong secara salah kaprah dianggap sama dengan memuja kepada Giok Hong Tay Te. Apalagi hari ulang tahun Giok Hong Tay Te jatuh pada tanggal 9 bulan 1 Imlek, beberapa saat setelah dilangsungkannya upacara sembahyang King Thi Kong. Sebenarnya apabila diteliti, ada beberapa hal yang menguatkan pendapat bahwa Giok Hong Tay Te bukanlah Tuhan Yang Maha Esa, yaitu : - Pemujaan kepada Giok Hong Tay Te baru populer pada sekitar abad 11 (era dinasti Song). - Giok Hong Tay Te masih dipersonifikasikan, antara lain dalam bentuk gambar maupun arca. - Dalam cerita Se Yu Ki, Giok Hong Tay Te sempat dibuat bingung dan kelabakan saat berhadapan dengan Sun Go Kong, sehingga ia meminta bantuan Ji Lay Hud. - Konon Giok Hong Tay Te memiliki anak. Salah seorang anaknya (putera ke empat), dipuja orang dengan gelar Giok Hong Tay Cu (Yu Huang Tai Zi). - Dalam gambar maupun arca Giok Hong Tay Te ditampilkan dengan membawa Chao Hu, yaitu semacam surat tugas yang 40

diberikan oleh kaisar kepada bawahannya, surat tersebut biasanya dibawa di depan dada (disojakan) bila akan menghadap kaisar. Dari beberapa hal di atas, sebenarnya jelaslah perbedaan antara pemujaan kepada Thi Kong/ Tian Gong dengan pemujaan kepada Giok Hong Tay Te. Namun apapun sebutannya, maksud pemujaan dan penghormatan kepada Thian yang sebenarnya adalah ditujukan kepada Sang Pencipta Alam Semesta, Tuhan Yang Maha Esa. 41