BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan media elektronik di

Definisi: keadaan yang terjadi apabila perbandingan kuantitas jaringan lemak

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

TESIS HUBUNGAN SCREENTIME DENGAN STATUS OBESITAS PADA REMAJA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Menurut data

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal (Soetjiningsih, 2016). Umumnya

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Responden menurut Usia. sisanya merupakan kelompok remaja awal.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Masalah gizi, tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Asupan Makanan dan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas Anak Sekolah Dasar di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa anak dan remaja adalah masa dimana manusia. mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik secara

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau

BAB 1 PENDAHULUAN. serius karena termasuk peringkat kelima penyebab kematian di dunia.sekitar 2,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak-anak khususnya anak usia sekolah merupakan generasi penerus bangsa,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak dalam tubuh. 1 Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Underweight dapat terjadi pada dewasa dan anak-anak. Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan ideal adalah model kurus dan langsing, obesitas dipandang sebagai

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas Obesitas dan overweight merupakan dua hal yang berbeda, namun demikian keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai IMT diatas normal. Pengukuran IMT didapat berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m 2 )). Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pendekatanuntuk mengetahui total lemak tubuh dan bersifat aksesibel, reliabel, tidak invasif, dan valid, namun tidak memberikan informasi tentang kompartemen tubuh seperti lean body mass dan masa tulang. Secara fungsional, obesitas didefinisikan sebagai peningkatan yang berlebihan dari massa simpanan lemak somatik dalam bentuk trigliserida. 14,15 Grafik pertumbuhan yang dipublikasikan oleh Centers for Disease Control (CDC)berdasarkandata darinational Healthand Nutrition Examination Survey(NHANES)tahun 2000 dan 2002 memberikan standar IMT terhadap usia untuk anak berusia 2 sampai 19 tahun berdasarkan jenis kelamin. KomiteAhli Evaluasidan PenangananObesitasmerekomendasikan penggunaan grafik iniuntuk menilai danmengidentifikasistatus nutrisi anak. 16 Tabel 2.1. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh berdasarkan CDC. 17 24

Klasifikasi Anak dan remaja (CDC ) Berat badan kurang Normoweight Overweight Obesitas < 5 Persentil 5 sampai < 85 persentil 85 sampai < 95 persentil 95 persentil 2.2. Etiologi Obesitas Menurut hukum termodinamik, obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak yang seiring dengan waktu akan menyebabkan peningkatan berat badan.kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh rendahnya metabolisme tubuh, aktivitas fisik, dan efek termogenesis makanan. 14,18,19 Secara umum penyebab obesitas sangat kompleks, dimana obesitas disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara genetik, metabolik, sosioekonomi, gaya hidup, dan asupan kalori. 20 Sebagian besar gangguan hemostasis ini disebabkan oleh faktor idiopatik (obesitas primer atau nutrisional) sedangkan faktor endogen (obesitas sekunder atau nonnutrisional, yang disebabkan kelainan sindrom atau defek genetik) hanya mencakup 10% kasus. 21 25

Obesitas idiopatik terjadi akibat interaksi multifaktorial. Faktor-faktor yang berperan tersebut dikelompokkan menjadi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik yang diketahui mempunyai peranan kuat yaitu parental fatness. Anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga obesitas. Bila salah satu orang tua obesitas, kejadiannya sampai 40%, dan bila kedua orang tua tidak obesitas, maka prevalensi turun menjadi 14%. Faktor lingkungan yang berperan sebagai pennyebab terjadinya obesitas mencakup 5 hal yaitu nutrisional (perilaku makan), aktivitas fisik, gaya hidup, trauma, (neurologis dan psikologis), medikamentosa (steroid), dan sosial ekonomi. 18,21 Faktor genetikmerupakan gangguan pada gen yang mengakibatkan obesitas yaitu mutasi gen Insulin-Induced Gen 2 (INSIG2) dan Fat mass and Obesity asscociated protein (FTO), gen yang mengatur massa lemak dan obesitas. Kelainan genetik lain terkait obesitas yang telah lama dikenal seperti sindrom Prader-Willi yang mana gen terlibat dalam perilaku ini yang berkaitan dengan regulasi nafsu makan dan keinginan untuk beraktivitas fisik. Sampai saat ini terdapat lebih dari 600 gen, marker, dan kromosom yang dikaitkan dengan obesitas. 22 Secaragenetik,obesitasmelibatkan beberapamekanisme yaituhiperphagiadanefisiensipenggunaan energi. Efisiensi penggunaan energi dikaitkandengan berkurangnyatermogenesis untukmengatur suhu tubuh. Adanya ketidakseimbangan sistem 26

sarafotonommemberikan kontribusi terhadaprusaknya termogenesis. Hal ini menyebabkan makan yang berlebih pada suhu kamar yang dingin. 23 Faktor endokrin dan sarafmerupakan jalur umpan balik yang mengatur nafsu makan dan rasa kenyang sehingga terjadi pemantauan bahan bakar yang disimpandan asupan makanan jangka pendek. Jalur neuro endokrin menghubungkan antara jaringan lemak, saluran gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Hormon yang disekresi di saluran gastrointestinal yaitukolesistokinin, glucagon-like peptide-1 (GLP-1), dan peptida YY, serta umpan balik saraf vagal menimbulkan rasa kenyang sebagai respon nutrien intraluminal. 17,24 Hormon ghrelin merupakan peptida yang disekresi oleh lambung dan merupakan mediator jangka pendek yang penting mengatur nafsu makan. Hormon ghrelin dilepas saat lapar dan ditekan saat pemberian makanan. 24,25 Jaringan adiposa menimbulkan umpan balik ke otak melalui pelepasan hormon adiponektin dan leptin ke dalam darah. Jumlah adiponektin berkurang pada obesitas dan meningkat saat puasa. Berkurangnya adiponektin berhubungan dengan rendahnya sensitivitas insulin. Hormonleptin merupakan regulator lemak tubuh yang memberikan umpan balik terhadap reseptor di hipotalamus spesifik ventromedial sebagai suatu pusat regulasi nafsu makan dan pengeluaran energi. Kadar leptin yang rendah merangsang asupan makanan dan kadar leptin yang tinggi menghambat rasa lapar. 26 Serangkaian jaringan neuropeptide sampai di hipotalamus dan bekerja pada korteks serebri, hipofisis, dan sistem saraf 27

autonom. Sinyal efferen parasimpatis melewati nervus vagus dan meningkatkan sekresi insulin di sel beta pankreas. 17 Faktor lingkungan seperti pembangunan ekonomi dan teknologi di negara berkembang dimana mengubah pengetahuan, sikap, pola makan, gaya hidup, dan pendapatan penduduk. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi IMT yaitu gaya hidup sedentary, pola makan, asupan kalori, aktivitas fisik, medikasi (steroid), dan sosioekonomi. 5,6 Gaya hidup sedentary yang tidak membakar kalori atau latihan otot seperti menonton TV, video game, bermain komputer, dan media lain merupakan salah satu penyebab obesitas. 17 Perubahan pada industri makanan berhubungan dengan perubahan sosial. Makanan yang banyak disiapkan oleh industri adalah makanan yang tinggi kalori, mengandung lemak, dan karbohidrat sederhana. Selain itu, harga makanan relatif disesuaikan terhadap anggaran keluarga dan tingkat pemasaran semakin bertambah. Hal ini menyebabkan bertambahnya porsi makan dan frekuensi ngemil di antara waktu makan. 17,18 Adanya alat transportasi modern, perangkat kerja hemat tenaga, teknologimodern, dan berkurangnya kurikulum aktivitasjasmani di sekolah menurunkan pengeluaran energi. 22 Selain itu, kesibukandalam akademik juga menyebabkan anak kurang terlibat dalam kegiatan jasmani di sekolah. 17 Menurut rekomendasi Youth Risk Behaviour Survey (YRBS), remaja sebaiknya melakukan aktivitas fisik sedang hingga sangat aktif selama lebih 28

dari atau sama dengan 60 menit, dengan frekuensi 5 kali atau lebih dalam seminggu. Tingkatan aktivitas fisik dikategorikan menjadi 4 kelompok berdasarkan skor dari kuesioner yaitu 0 sampai 5 = perilaku kurang aktif (sedentary), 6 sampai 10 = aktivitas rendah, 11 sampai 15 = aktivitas sedang, 16 sampai 20 = sangat aktif. Remaja dengan perilaku kurang aktif dan aktivitas rendah dikategorikan sebagai remaja yang tidak aktif (tidak memenuhi rekomendasi) dan remaja dengan aktivitas sedang dan sangat aktif dikategorikan sebagai remaja yang aktif (memenuhi rekomendasi). 27 2.3. Screentime Screentime adalah jumlah jam per hari yang digunakan untuk menonton TV atau video, mengunjungi situs jejaring sosial atau bermain komputer bukan untuk tujuan pendidikan, bermain permainan video melaluiportableplaystation (PSP), tablet personal computer (tablet PC) atau telepon genggam. 3,11 Menurut AAP, screentime pada remaja disebut tinggi apabila lebih dari 2 jam per hari. 2 Screen media yang paling sering digunakan adalah TV. Banyak penelitian menemukan bahwa lama waktu menonton TV dan bermain komputer pada anak laki-laki maupun perempuan adalah sama. Namun anak laki-laki lebih banyak bermain permainan videodan cenderung memiliki screentime yang lebih lama dibandingkan anak perempuan (lebih dari 4 jam per hari). 1,11 29

2.4. Jenis-Jenis Program di Televisi Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan adanya hubungan antara jenis program di TV terhadap peningkatan IMT. Beberapa jenis program di TV adalah sebagai berikut: 28 1. Program pendidikan melalui siaran atau kabel bertujuan untuk pendidikan. Beberapa program berisi tentang nutrisi dan aktifitas fisik serta adanya pesan singkat dari sponsor di akhir program. Sponsor dapat berupa perusahaan makanan seperti makanan cepat saji. Kelebihan acara ini berisi pesan anti obesitas, namun kekurangannya adalah adanya pseudo-iklan (iklan dari logo atau nama) dari sponsor di akhir program. 2. Program pendidikan melalui Digital Video Disc (DVD) atau video berbeda dengan kategori pertama dari bentuknya. Program ini bertujuan untuk pendidikan dan kadang-kadang dapat diselingi iklan trailer film tetapi sangat jarang iklan makanan. Program ini berisi pesan anti obesitas dan tidak adanya pseudo-iklan di akhir program. 3. Program hiburan melalui DVD atau video seperti film kartun. Program ini tidak menampilkan iklan komersial selama atau diantara program tetapi juga tidak memberikan pesan anti obesitas pada anak-anak. 4. Program hiburan anak-anak melalui siaran atau kabel tidak bertujuan untuk pendidikan sehingga hampir selalu menampilkan iklan komersial 30

didalam program. Program ini ditargetkan kepada anak-anak sehingga penempatan produk dilarang. 5. Program hiburan untuk umum melalui siaran atau kabel. Anak-anak yang menonton program ini akan terpapar oleh iklan komersial dalam program dan penempatan produk yang dapatmenyebabkan obesitas. 2.5. Pengaruh Screentime Yang Lama Pengaruh screentime yang lama pada remaja mencakup tindakan kekerasan dan agresi, gangguan perilaku seksual, menurunnya prestasi sekolah atau masalah belajar, penggunaan obat-obatan, gangguan pola makan, kenaikan berat badan (overweight atau obesitas), gangguan kesehatan, gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 29,30,31 Gaya hidup sedentary meningkatkan keseimbangan energi antara konsumsi dan pengeluaran energi sehingga berkontribusi terhadap terjadinya obesitas. 32,33,34 Pengaruh screentimepada obesitas berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin tertentu. Hal ini karena aktivitas fisik berbeda untuk kelompok jenis kelamin dan usia tertentu. Anak perempuan dan anak yang berusia lebih tua memiliki aktivitas lebih sedikit dibandingkan anak laki-laki dan anak yang usianya lebih muda. 35 Screentime yang berlebih memberikan dampak negatif seperti kurang tidur, kurangnya perhatian, dan mengganggu hubungan antar individu. 29 Penggunaan screen media pada malam hari mengurangi waktu 31

tidur remaja sehingga remaja menjadi kurang aktif beraktifitas fisik. 26 Selain itu, kurang tidur juga dapat menyebabkan bertambahnya berat badan dan risiko obesitas. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya hormon leptin dan meningkatnya hormon ghrelin sehingga terjadi peningkatan rasa lapar dan nafsu makan. 17 Screen media mempengaruhi remaja tidak hanya dengan mengurangi waktu mereka untuk beraktivitas fisik atau tidur, tetapi juga mempengaruhi pola makan. 3 Remaja menghabiskan banyak makanan ringan sambil menggunakan screen mediasehingga menyebabkan asupan makanan yang lebih banyak. 32,36 Iklan produk makanan oleh konstitusi makanan yang ditayangkan pada screen media mempengaruhi pemahaman dan pemilihan makanan oleh remaja.remaja melihat hampir 4400 sampai 7600 iklan junk food dan fast food di TV dalam setahun. 14,36 Remaja cenderung mengkonsumsi makanan yang dilihat dari screen media seperti minuman soda, gorengan, dan makanan ringan. 12,32,34 2.6. Hubungan Screentime Dengan Obesitas Data NHANES III menunjukkan 26% anak berusia 8 sampai 16 tahun menonton TV lebih dari 4 jam per hari. 11 Remaja menghabiskan lebih banyak waktu padascreen media dibandingkan dengan kegiatan lain. Kamar tidur anak dilengkapi dengan screen media antara lain dua pertiga diantaranya 32

memiliki satu set TV, setengah memiliki DVD player atau alatuntuk permainan video, dan sepertiga memiliki akses internet atau komputer. 3 Sejak adanya screen media di kamar tidur terjadi peningkatan lama screentime yang mengubah perilaku dan menyebabkan obesitas. 37 Penelitian di Finlandia menyimpulkan bahwa lama waktu bermain komputer dengan jaringan internet memiliki hubungan positif dengan obesitas dan risiko overweight sedangkan penggunaan telepon genggam hanya memiliki korelasi lemah dengan IMT. 38 Penelitian di Boston mendapati bahwa anak dengan IMT 95 persentil memiliki screentime lebih dari 2 jam per hari dan/atau aktifitas fisik yang kurang dibandingkan anak dengan IMT < 95 persentil. 11 Walaupun beberapa dekade terakhir ini dikatakan bahwa meningkatnya screentime memberikan konstribusi terhadap peningkatan angka obesitas remaja, namun suatu penelitian longitudinal pada tiga daerah di Amerika Serikat memberikan penyataan bahwa hubungan antara screentime dan obesitas hanya positif pada sampel anak dan tidak pada remaja. 1 Suatu penelitian di Inggris memberikan bukti bahwa paparan terhadap iklan makanan meningkatkan asupan makanan terutama pada anak obes. Anak yang terpapar iklan cenderung memilih makanan tinggi lemak dan/atau makanan manis tinggi kalori. 39 Penelitian di Australia menemukan adanya hubungan screentime dengan peningkatan konsumsi makanan ringan atau 33

makanan dengan nilai gizi rendah yang dilihat dari iklan pada screen media. 40 Suatu penelitan di Amerika Serikat menyatakan bahwa semakin lama waktu menonton TV dalam seminggu menyebabkan bertambahnya asupan makanan. 41 Data dari YRBS melaporkan remaja yang menonton TV lebih dari 2 jam sehari mengkonsumsi jumlah sayuran dan buah-buahan yang tidak adekuat. Selanjutnya penelitian lain di Amerika Serikat menyatakan anak dan remaja yang menonton TV lebih dari atau sama dengan dua kali sehari saat jam makan keluarga, mengkonsumsi makanan tinggi nutrisi (biji-bijian, buahbuahan, sayuran, kacang-kacangan) lebih sedikit dibandingkan dengan menonton TV kurang dari dua kali sehari saat jam makan keluarga. 42 34

2.7. Konsep Penelitian OBESITAS Primer Sekunder Defek genetik/ Sindrom klinis Penyakit sistemik Genetik Lingkungan Gaya Hidup Sosioekonomi Trauma Medikamentosa Perilaku makan Screentime Aktivitas Fisik Gangguan Neurologis Psikologis Steroid Pilihan makanan - tinggi lemak - manis - tinggi kalori Iklan makanan Laju metabolisme Total Asupan makanan : yang diamati dalam penelitan Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian. 35