Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Performans Dua Strain Broiler yang Mengonsumsi Air Kunyit

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP TAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER (The Effect of Papain Extract on the Broiler Performance)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu dari April 2014, di peternakan

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

MATERI DAN METODE. Materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kandang closed house milik PT. Rama Jaya Farm,

Substitusi Ransum Jadi dengan Roti Afkir Terhadap Performa Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Umur Starter Sampai Awal Bertelur

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

PENGARUH TINGKAT PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN (Restricted Feeding) TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III MATERI DAN METODE

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH PENGGUNAAN KUNYIT DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

PENGARUH PENGGUNAAN LITTER SEKAM, SERUTAN KAYU, DAN JERAMI PADI TERHADAP PERFORMA BROILER DI CLOSED HOUSE

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP KONSUMSI PAKAN, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI PAKAN PADA AYAM PEDAGING

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

PENGARUH RANSUM DENGAN PERSENTASE SERAT KASAR YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMA AYAM JANTAN TIPE MEDIUM UMUR 3--8 MINGGU

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERFORMA AYAM PEDAGING PADA SISTEM BROODING KONVENSIONAL DAN THERMOS

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

Ade Trisna*), Nuraini**)

PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AYAM BROILER DENGAN PEMBERIAN RANSUM YANG BERBEDA Chairul Fadli DosenFakultas Pertanian Prodi Peternakan UniversitasAlmuslim

PENGGUNAAN TEMPE SORGHUM DALAM RANSUM DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

RANCANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS SCL MATA KULIAH : ILMU TERNAK UNGGAS. Oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

MATERI DAN METODE. Materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang relatif singkat (Murtidjo, 2001). Menurut Kartasudjana dan Suprijatna

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH PEMBERIAN DEDAK PADI FERMENTASI TERHADAP PERTUMBUHAN AYAM BROILER

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik PT. Rama Jaya Lampung, Desa Jati

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

PERFORMA AYAM SKRIPSI

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

Transkripsi:

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit Syahrio Tantalo 1 Intisari Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan performans dua strain broiler yang mengonsumsi air kunyit. Level air kunyit sebagai perlakuan adalah 10 g/600 ml. Dua strain broiler tersebut adalah strain CP 707 unsexed and Lohmann unsexed. Jumlah ayam percobaan yang digunakan adalah 100 ekor Day Old Chicken (DOC) untuk setiap strain broiler. Penelitian ini dirancang dengan 2 perlakuan strain broiler dan setiap perlakuan memiliki 15 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 6 atau 7 ekor DOC. Untuk membandingkan performans kedua strain broiler tersebut, maka data dianalisis dengan menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993). Parameter yang diamati adalah konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan berat badan, konversi ransum, dan income over feed cost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performans strain CP 707 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari strain Lohmann pengaruh perlakuan air kunyit terhadap konsumsi air minum, konsumsi ransum, dan pertambahan berat badan; tetapi tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum dan income over feed cost. Broiler strain CP 707 lebih respon terhadap perlakuan konsumsi air kunyit yang ditunjukkan pengaruhnya pada performans broiler tersebut. Kata Kunci : Air Kunyit, Perfomans, Strain, Broiler Comparison of Two Strains of Broiler Performance When Kunyit Water of Consumption Abstract The objective of the research was to know comparation of two strains of broiler performance which were consumed with kunyit water. Level of water kunyit as treatment was 10 g/600 ml. Two strains of broiler were CP 707 unsexed and Lohmann unsexed. Every broiler strain consist of 100 Day Old Chicken (DOC). Experiment was designed with two treatments of strain broiler and each treatment had 15 replications. Each replication was 6 or 7 DOC. Comparison of data was analyzed by using t-student on 5% signification (Steel dan Torrie, 1993). Parameters measured were water consumption, feed intake, body weight gain, feed conversion, and income over feed cost. Results showed the highest effect of kunyit water significant (P<0,05) of broiler performance of strain CP 707 on water consumption, feed intake, and body weight gain, but no significant effect on feed conversion, and income over feed cost. Broiler of strain CP 707 was the responsive to treated water kunyit of consumption which shown on its effect on performance. Key Word : Kunyit Water, Performance, Strain, Broiler 1 Staf Pengajar Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung 146

Pendahuluan Usaha peternakan broiler di Indonesia saat ini berkembang dengan cukup pesat. Perkembangan usaha peternakan broiler yang pesat ini terjadi karena sifat genetis broiler yang mempunyai kecepatan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan jenis ternak lainnya. Broiler modern saat ini dapat mencapai berat badan 1,6 kg/ekor hanya dalam waktu 35 hari dengan konversi ransum kurang dari 1,7 (Unandar, 2003). Perbaikan dalam hal penampilan broiler ini terjadi karena adanya rekayasa genetik. Adanya rekayasa genetik akan menuntut perbaikan dalam aspek lainnya, seperti tata laksana pemeliharaan dan perbaikan kualitas ransum, karena bila tidak maka tingkat pertumbuhan broiler yang baik tersebut tidak dapat tercapai. Ransum yang baik adalah ransum yang mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh hewan dalam perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan. Namun, ransum yang sudah lengkap kandungan zat makanannya belum dapat menjamin penampilan broiler akan lebih baik. Efisiensi suatu bahan makanan ditentukan oleh kemampuan ternak dalam mencerna bahan makanan karena tidak semua zat makanan dapat dicerna dan diserap oleh alat pencernaan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan kecernaan ransum dan penyerapan zat makanan biasanya dalam ransum diberikan feed additive. Selain melalui ransum, penggunaan feed additive juga dapat dilakukan melalui air minum. Salah satu feed additive yang dapat digunakan adalah kunyit. Kunyit merupakan jenis tanaman obat-obatan tradisional yang banyak tersebar di Indonesia, namun penggunaannya untuk ternak belum optimal. Kunyit merupakan salah satu tanaman obat tradisional golongan Zingiberaceae yang dapat berfungsi sebagai obat dan dapat merangsang kantung empedu untuk berkontraksi mengeluarkan cairan empedu (Tjitrosoepomo, 1994). Menurut Anggorodi (1985), cairan empedu yang mengandung enzim amilase dapat menetralisir keasaman isi usus, dan menciptakan kondisi alkalis dalam usus. Penelitian ini bertujuan untuk untuk membandingkan performans (konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, konversi ransum, dan income over feed cost broiler dari dua strain broiler yang diberi minum air seduhan kunyit. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 35 hari, mulai 8 Maret 2007 sampai 12 April 2007, bertempat di kandang ayam Laboratorium Produksi dan Reproduksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 ekor DOC broiler strain Lohmann unsexed yang berasal dari perusahaan pembibitan broiler PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk. dan 100 ekor DOC broiler strain CP 707 unsexed yang berasal dari perusahaan pembibitan broiler PT Charoen Phokphand Indonesia, Tbk. Bobot rata-rata day old chick (DOC) yang digunakan yaitu strain CP 707 sebesar 49,27 ± 0,90 g dengan koefisien keragaman 1,82% dan strain Lohmann (MB 202) sebesar 41,04 ± 1,17 g dengan koefisien keragaman 2,86%. Pemeliharaan broiler untuk keperluan koleksi data dilakukan selama 35 hari. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini adalah ransum komersial 147

berbentuk crumble yaitu ransum BR-1, yang berasal dari PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. Kandungan zat makanan ransum BR-1 yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Ransum BR-1 Kandungan Zat Makanan Nilai Zat Makanan BR-1 a BR-1 b Air (%) 9,20 Maks 13,00 Abu (%) 5,50 Maks 6,00 Protein Kasar (%) 23,26 Min 22,00 Lemak Kasar (%) 7,80 Min 4,00 Serat Kasar (%) 3,20 Maks 5,00 BETN (%) 51,04 - Energi Bruto (Kkal/kg) 4.178,23 - Energi Metabolis (Kkal/kg) c 3.342,58 - Keterangan : a) Hasil analisis di Laboratorium Ilmu Nutisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (2007) b) PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk. (2007) c) Hasil perhitungan 80% dari energi bruto (Patrick dan Schaible, 1980) Kunyit diberikan pada ayam percobaan melalui air minum secara ad libitum dalam bentuk air seduhan kunyit dengan dosis 10 g/600 ml air. Air seduhan kunyit diberikan secara berselang yaitu 2 hari diberi air minum perlakuan, dan 1 hari diberi minum air putih. Jadwal pemberian air minum perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. Hari ke- Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 Gambar. Jadwal Pemberian Perlakuan Air Seduhan Kunyit Keterangan : Waktu pemberian perlakuan air seduhan kunyit Waktu pemberian air minum biasa Penelitian ini dilakukan secara eksperimental yang terdiri atas dua perlakuan yaitu broiler strain Lohmann unsexed dan broiler strain CP 707 unsexed yang diberi ransum dan air minum yang sama (air seduhan kunyit dengan dosis 10 g/600 ml air). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 15 kali dengan satuan percobaan yang terdiri atas 6 atau 7 ekor ayam. Seluruh data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993). Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji t-student pada taraf nyata 5%, menunjukkan konsumsi air minum, konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari broiler strain Lohmann. Selain itu, broiler yang diberi minum air kunyit pada strain CP 707 dan strain Lohmann tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum dan income over feed cost nya. Secara rinci perbandingan performans broiler hasil penelitian ini tertera pada Tabel 2 148

Tabel 2. Rata-Rata Nilai Peubah Performans Broiler yang Diberi Perlakuan Air Seduhan Kunyit. Peubah Strain Broiler Lohmann CP 707 Konsumsi Air Minum (ml/ekor/hari) 166,57 b 218,78 a Konsumsi Ransum (g/ekor/hari) 69,83 b 76,03 a Pertambahan Berat Badan (g/ekor/hari) 46,30 b 51,33 a Konversi Ransum 1,46 a 1,44 a Income Over Feed cost 2,11 a 2,15 a Hasil uji t-student (Tabel 2) terhadap konsumsi air minum broiler yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 nyata lebih tinggi (P<0,05) dari strain Lohmann. Artinya pemberian air seduhan kunyit tersebut dapat direspons lebih baik oleh broiler strain CP 707 daripada strain Lohmann. Konsumsi air minum yang berbeda ini disebabkan oleh jumlah konsumsi ransum strain CP 707 (76,03 g/ekor/hari) yang lebih tinggi (Tabel 2) dibandingkan dengan strain Lohmann (69,83 g/ekor/hari). Dalam hal ini, konsumsi ransum merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi air minum. Semakin tinggi jumlah ransum yang dikonsumsi ternak maka semakin tinggi pula tingkat konsumsi air minumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002) yang menyatakan bahwa konsumsi air minum dipengaruhi oleh konsumsi ransum, jenis ayam, aktivitas ayam, dan lingkungan. Selain itu, Tillman, dkk. (1998) menambahkan bahwa air merupakan unsur terpenting sebagai pemindah panas yang berfungsi membantu proses pencernaan dan menjadi media untuk transportasi produk-produk metabolisme serta produk-produk sisa metabolisme. Rata-rata konsumsi air minum broiler strain CP 707 (218,78 ml/ekor/hari) hasil penelitian lebih tinggi daripada standar pemeliharaan (164,80 ml/ekor/hari) rekomendasi PT Charoen Phokphand Indonesia, Tbk., 2006. Hal ini diduga konsumsi air minum broiler strain CP 707 akan meningkat rata-rata 6,5% setiap kenaikan suhu 1º C (PT Charoen Phokphand Indonesia, Tbk., 2006). Selain itu, rata-rata konsumsi air minum broiler strain Lohmann (166,57 ml/ekor/hari) hasil penelitian lebih rendah jika dibandingkan dengan standarnya (185,17 ml/ekor/hari) rekomendasi Lohmann Indian River, 2006. Konsumsi ransum broiler yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 (76,03 g/ekor/hari) nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada strain Lohmann (69,83 g/ekor/hari). Hal tersebut diduga bahwa broiler strain CP 707 mempunyai kemampuan genetik untuk mengonsumsi ransum lebih banyak daripada broiler strain Lohmann. Hal ini sesuai dengan pendapat Scott, dkk. (1982), bahwa kemampuan biologis dari setiap ayam berbeda dalam mencerna dan mengabsorpsi makanan, sehingga jumlah konsumsi ransum juga berbeda. Selain itu, kondisi ini membuktikan bahwa adanya pengaruh perbedaan konsumsi air seduhan kunyit pada kedua strain broiler tersebut. Semakin banyak konsumsi air minum pada broiler strain CP 707, maka semakin banyak pula kurkumin kunyit yang terkonsumsi oleh ayam tersebut. Menurut Rukmana (1994), kurkumin yang terkandung di dalam kunyit memiliki fungsi yang dapat merangsang dinding kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, 149

dan protease untuk meningkatkan pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein. Peningkatan enzim-enzim pencernaan akibat pemberian kunyit tersebut menyebabkan proses pencernaan broiler lebih baik dalam mencerna ransum, sehingga kecernaan ransum akan meningkat dan mengakibatkan saluran pencernaan broiler lebih cepat kosong dan pada akhirnya konsumsi ransum broiler akan meningkat. Pendapat ini didukung oleh Anggorodi (1994) yang menyatakan bahwa cairan empedu juga mengandung garam empedu yang berfungsi untuk menetralkan kimus yang bersifat asam sehingga menciptakan ph yang baik (ph 6 8) untuk kerja enzim pankreas dan enzim usus. Selain itu, garam empedu dapat menetralisir asam-asam dan menciptakan kondisi alkalis yang menguntungkan untuk berlangsungnya pekerjaan enzim-enzim pencernaan, sehingga proses pencernaan dapat berlangsung dengan baik. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa selera makan broiler lebih terpacu dengan meminum air seduhan kunyit tersebut. Terpacunya selera makan broiler tersebut merupakan pengaruh lebih baiknya kecernaan ransum yang mengakibatkan waktu yang diperlukan makanan untuk melintas usus menjadi lebih cepat. Akibatnya akan memacu respons sensasi lapar pada broiler terhadap konsumsi ransum, sehingga kemampuan mengonsumsi ransum bertambah. Hal ini karena keinginan makan pada broiler selain akibat dari mekanisme kontrol syaraf juga didorong oleh kekosongan saluran pencernaan (Wahyu, 1992 dan Amrullah, 2004). Pertambahan berat badan broiler yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 (51,33 g/ekor/hari) nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada strain Lohmann (46,30 g/ekor/hari). Ratarata pertambahan berat badan yang berbeda pada setiap strain broiler yang diberi minum air kunyit ini disebabkan oleh perbedaan berat DOCnya. Bobot tubuh broiler yang besar pada awal pemeliharaan akan meningkatkan kemampuan dalam mengefisienkan ransum yang dikonsumsinya untuk pertumbuhan. Rata-rata bobot DOC broiler strain CP 707 (49,27 g/ekor) lebih berat jika dibandingkan dengan rata-rata bobot DOC broiler strain Lohmann (41,04 g/ekor). Begitu pula dengan bobot tubuh pada umur 1--7 hari (minggu pertama) broiler strain CP 707 (173,08 g/ekor) dan strain Lohmann (155,12 g/ekor). Hal ini sesuai dengan pendapat dari PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk. (2006) yang menyatakan bahwa bobot tubuh yang baik pada umur 1--7 hari (160--170 g) akan cenderung baik laju pertumbuhannya dan menghasilkan bobot tubuh yang sangat baik pula pada akhir masa panen. Rata-rata pertambahan berat tubuh yang berbeda nyata pada penelitian ini juga diduga dipengaruhi oleh jumlah konsumsi ransum yang berbeda pada setiap strainnya. Hal ini didukung oleh pendapat North dan Bell (1990) yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan broiler dipengaruhi oleh tipe ayam, strain ayam, jenis kelamin, konsumsi ransum, kondisi lingkungan, suhu, dan penyakit. Demikian pula dengan pendapat Siregar (1989) bahwa setiap strain broiler mempunyai kemampuan pertumbuhan yang berbeda dan jumlah konsumsi ransum merupakan salah satu jaminan bagi broiler untuk mencapai puncak produksinya, sehingga dengan adanya perbedaan strain broiler yang dipelihara dan perbedaan jumlah konsumsi ransumnya maka pertumbuhan juga akan berbeda. Fenomena ini menunjukkan bahwa pertambahan berat badan broiler yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 (51,33 g/ekor/hari) yang nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada strain Lohmann (46,30 g/ekor/hari) tersebut merupakan dampak kurkumin kunyit yang mengakibatkan peningkatan kecernaan 150

ransum dengan dibuktikan oleh data konsumsi ransumnya. Nilai konversi ransum merupakan hasil bagi antara jumlah konsumsi ransum dan pertambahan berat badan. Berdasarkan uji t-student (Tabel 2) menunjukkan bahwa konversi ransum broiler yang diberi minum air seduhan kunyit (10 g/600 ml air) pada strain CP 707 (1,44) tidak berbeda nyata dibandingkan dengan strain Lohmann (1,46). Konversi ransum yang tidak berbeda ini disebabkan oleh konsumsi ransum dan pertambahan berat tubuh pada masing-masing strain besarnya berimbang. Pada strain CP 707 konsumsi ransum yang relatif tinggi (76,03 g/ekor/hari) diikuti pula oleh pertambahan berat badannya yang tinggi (51,33 g/ekor/hari); sedangkan pada strain Lohmann pertambahan berat badannya rendah (46,30 g/ekor/hari) dengan konsumsi ransum yang rendah pula (69,83 g/ekor/hari). Akibatnya konversi ransum dari kedua jenis strain pada penelitian ini tidak berbeda. Hal ini selaras dengan pendapat Siregar (1989) menyatakan bahwa semakin banyak ransum yang dikonsumsi sementara pertambahan berat tubuh tidak meningkat maka akan diperoleh nilai konversi ransum yang besar, begitu juga sebaliknya. Konversi ransum dapat digunakan sebagai gambaran efisiensi produksi. Semakin rendah nilai konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum tinggi, sebaliknya semakin tinggi nilai konversi ransum berarti ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh per satuan berat semakin banyak atau efisiensi penggunaan ransum menurun (Rasyaf, 1995). Anggorodi (1994) menambahkan bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh suhu lingkungan, laju perjalanan ransum melalui alat pencernaan, bentuk fisik ransum, kesehatan ternak, dan komposisi zat-zat makanan. Hal lain juga dinyatakan pula oleh North dan Bell (1990) bahwa konversi ransum dapat dipengaruhi oleh tipe litter, panjang dan intensitas cahaya, luas lantai kandang per ekor, uap amonia dalam kandang, penyakit, dan bangsa ayam yang dipelihara. Income over feed cost (IOFC) merupakan perbandingan antara pendapatan usaha dan biaya ransum. Pendapatan usaha merupakan perkalian antara hasil produksi peternakan (kg) dengan harga produksinya. Biaya ransum adalah jumlah biaya yang keluarkan untuk menghasilkan kilogram produk ternak (Rasyaf, 1995). Berdasarkan hasil uji t-student (Tabel 2) menunjukkan bahwa broiler yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 dan strain Lohmann tidak berbeda nyata terhadap IOFC. Rata-rata IOFC setiap strain broiler yang tidak berbeda ini disebabkan oleh nilai konversi ransum kedua strain yang tidak berbeda nyata akibat berimbangnya jumlah konsumsi ransum dan bobot tubuh akhir yang dihasilkan oleh kedua jenis strain. Hal tersebut karena nilai IOFC sangat dipengaruhi oleh bobot tubuh akhir, konsumsi ransum, harga ransum, dan harga jual broiler. Rata-rata total konsumsi ransum saat penelitian selama 35 hari yaitu untuk broiler strain CP 707 sebesar 2.661,10 g/ekor dan untuk strain Lohmann sebesar 2.444,22 g/ekor; sedangkan harga ransumnya senilai Rp 3.550,00/kg. Bobot tubuh yang dihasilkan yaitu untuk strain CP 707 seberat 1.845,32 g/ekor dan untuk strain Lohmann seberat 1.661,78 g/ekor. Harga jual broiler pada saat penelitian adalah Rp 11.000,00/kg, sehingga didapatkan nilai IOFC untuk broiler strain CP 707 sebesar 2,15 dan untuk broiler strain Lohmann sebesar 2,11. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan akan berpengaruh terhadap bobot akhir broiler, sedangkan konsumsi ransum dan konversi ransum akan 151

berpengaruh terhadap biaya pengeluaran yang dibutuhkan selama pemeliharaan. Rata-rata nilai IOFC pada kedua strain penelitian ini berarti bahwa setiap pengeluaran biaya ransum sebanyak Rp.1,00 akan memperoleh keuntungan sebesar Rp.1,15 pada broiler strain CP 707; sedangkan keuntungan pada strain Lohmann senilai Rp.1,11. Fenomena ini didukung oleh pernyataan Rasyaf (2002), bahwa harga ransum sangat memengaruhi nilai IOFC yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai IOFC maka akan semakin baik atau sebaliknya, karena tingginya nilai IOFC berarti penerimaan yang didapat dari hasil penjualan ayam juga tinggi. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsumsi air minum, konsumsi ransum, dan pertambahan berat badan broiler yang diberi minum air seduhan kunyit pada strain CP 707 nyata lebih tinggi (P<0,05) daripada strain Lohmann, sedangkan konversi ransum dan income over feed cost (IOFC) tidak berbeda nyata. Daftar Pustaka Amrullah, I. K., 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan kedua. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutahir Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. Cetakan kelima. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Lohmann Indian River. 2006. Broiler Production Goals. Brosur. Cuxhaven. North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Fourth Edition. Van Nostrand Rain Hold. New York. Patrick, H dan P.J. Schaible. 1980. Poultry Feed and Nutrition. 2 nd Ed Avi Publishing Company, Inc. Wetsport Connecticut PT Charoen Pokhphand Indonesia. Tbk.2006. Manual Broiler Manajemen CP 707. Jakarta. Rasyaf, M. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan kedua puluh dua. Penebar Swadaya. Jakarta.. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Cetakan kedua. Penebar Swadaya. Jakarta. Rukmana. 1994. Kunyit. Cetakan Kelima. Kanisius. Yogyakarta. Scott, M.L., M.C. Nesheim and R.J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 2 nd Ed. M.L. Scott and Assoc. Ithaca, New York. Siregar, F. 1989. Pengaruh Ransum Komersial terhadap Performans Teknis dan Ekonomis beberapa Galur Ayam Broiler Umur Lima, Enam, dan Tujuh Minggu. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri. PT.Gramedia. Jakarta Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Edisi keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Cetakan Kelima. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Unandar, T. 2003. Ada Apa Dengan Broiler. Disampaikan dalam Temu Plasma Pintar. Bandar Lampung. Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 152