A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
(Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

BAB V PENUTUP. peraturan-peraturan dan teori-teori yang ada, dapat ditarik kesimpulan sebagai

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut sebagai UUPK). 2 Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan da

I. PENDAHULUAN. perekonomian. Kebutuhan masyarakat yang tinggi terhadap sektor masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Beragam layanan elektronik banking kini bisa dinikmati setelah melewati

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan tersebut terjadi di semua bidang, baik sosial, budaya, ekonomi, maupun

BAB I PENDAHULUAN. munculnya Internethingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH DI SEKTOR LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai nasabah serta dana yang disimpannya dari pihak-pihak yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. OJK berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang Undang Otoritas Jasa

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. dana dari masyarakat dan menyalurkannya secara efektif dan efisien pada

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak membutuhkan dana yang besar. 1 Salah satu sumber dananya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, tujuan Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pelaksanaan strategi nasional untuk mencapai keuangan inklusif.

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. disingkat HKI) telah berkembang sangat pesat. Sebagai ilmu yang baru, HKI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong manusia untuk berbondong-bondong memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya pada saat zaman penjajahan Belanda dengan adanya Vereenidge Oost

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan dan pertumbuhan pembangunan, masalah kebutuhan. tidak dapat dipisahkan dengan kesinambungan pembangunan.

3 Lihat UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa. Keuangan (Bab VI). 4 Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara,

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.04/2016 TENTANG AGEN PERANTARA PEDAGANG EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Keuangan Bank (Bank Financial Institution) merupakan salah

I. PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia itu sendiri diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Secara spesifik fungsi bank adalah sebagai agent of trust yang berarti dasar

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas

Pasal 12 ayat (1) dan (2)

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB I. yang salah satu bentuknya berupa e-banking. 2 Dengan adanya fasilitas

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh partisipasi dan kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang semua teknologi semakin berkembang

BAB V PENUTUP. dirugikan akibat penerapan dari layanan E-banking; 2. Setelah melakukan analisis yuridis terhadap Putusan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia pada saat ini. Undang-Undang perbankan mulai disahkan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/5/PBI/2006 TENTANG MEDIASI PERBANKAN GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan. harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya.

BAB I PENDAHULUAN. perputaran uang yang terjadi, hal itu akan semakin mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

dan dipertahankan agar tidak berpaling pada bank lain.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan iptek dan globalisasi membawa kemudahan dan kemanfaatan kepada

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah,

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB II PRINSIP MENGENAL NASABAH DI PASAR MODAL. uang dengan cara mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

JENIS, PERIZINAN, PENDIRIAN DAN KEPEMILIKAN

BAB I PENDAHULUAN. (LBKK). Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Lembaga Keuangan Bukan Bank

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan baik karena adanya unsur kepercayaan. Kepercayaan ini muncul karena adanya pelaksanaan hak dan kewajiban yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu konsumen sebagai pemakai barang dan jasa dan produsen sebagai pihak yang memproduksi barang dan jasa tersebut. Bank di dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat itu didasarkan atas prinsip kepercayaan (fiduciary principle) dan sifat hubungan hukumnya sebagai hubungan kepercayaan (fiduciary relation), karena itulah bank sering disebut (fiduciary institution). Prinsip kepercayaan merupakan prinsip yang harus dipegang teguh dalam pengelolaan industri perbankan. 1 Bank sebagai Financial intermediaris antara unit surplus of fund dengan unit lack of fund membawa konsekuensi timbulnya interaksi yang intensif antara bank sebagai pelaku usaha dengan nasabah nasabah bank sebagai konsumen dari jasa perbankan, maka hak-hak dari nasabah tentunya harus dipenuhi oleh pihak bank ketika nasabah tersebut mempercayakan untuk memakai produk perbankan. Bisnis perbankan adalah bisnis kepercayaan dengan demikian perbankan akan dijauhi ketika kepercayaan itu tidak terpenuhi. 2 1 Nindyo Pramono, 2006, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 243-244. 2 Bambang Suprayitno, Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Antara Nasabah dan Bank Serta Konsepsi Ke Depannya, Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5, Nomor 2, Desember, 2008, hlm. 204. 1

Dalam kenyataannya ada beberapa hal yang menyebabkan pergesekan dalam hubungan antara nasabah dan bank, jika pergesekan itu tidak diselesaikan dengan cepat dan memuaskan maka akan memunculkan risiko timbulnya sengketa antara keduanya. Beberapa hal tersebut antara lain yaitu 1) informasi yang kurang memadai mengenai karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan bank, 2) pemahaman nasabah terhadap aktivitas dan produk atau jasa perbankan yang masih kurang, 3) ketimpangan hubungan antara nasabah dengan bank, khususnya bagi nasabah peminjam dana, dan 4) tidak adanya saluran yang memadai untuk memfasilitasi penyelesaian awal friksi yang terjadi antara nasabah dengan bank. 3 Memperhatikan hal-hal tersebut di atas, Otoritas Jasa Keuangan menerbitkan peraturan mengenai Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di sektor jasa keuangan. Dalam melakukan fungsinya, Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa nasabah dengan bank (di luar pengadilan) pada dasarnya melewati dua tahap. Tahap pertama adalah penyelesaian lewat.jalur pengaduan nasabah dari pihak bank sendiri. Jika jalur ini tidak menyelesaikan permasalahan maka dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa seperti Mediasi Perbankan yang saat ini dijalankan oleh Otoritas Jasa Keuangan. 4 Kebutuhan Mediasi Perbankan sangat dirasa perlu mengingat kebutuhannya semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut berita resmi dari OJK bahwa sepanjang 2014, total pengaduan konsumen yang masuk di Layanan Konsumen Terintegrasi OJK mencapai 2.197 pengaduan. Sementara untuk (awal) tahun ini 3 4 Ibid. Lihat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 1/P.OJK/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan 2

(2015) hingga 11 Maret 2015, tercatat sebanyak 308 pengaduan. Untuk regional terbanyak yang melaporkan pengaduan pada 2014, posisi pertama ditempati DKI Jakarta dengan 847 pengaduan, Jawa Barat 430, Jawa Timur 418, Jawa Tengah 306 (termasuk di dalamnya Kantor Daerah Yogyakarta), dan Sumut 194 pengaduan. Untuk sektor yang tertinggi dilaporkan adalah masalah perbankan, lalu asuransi, lembaga pembiayaan, dan pasar modal. Persoalan perbankan kebanyakan menyangkut lelang agunan, restrukturisasi kredit, dan alat pembayaran menggunakan kartu. 5 Kebutuhan mediasi perbankan di Yogyakarta sebagai daerah dengan peringkat yang tinggi mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Kemudian, sebagai institusi baru, keberadaan mediasi perbankan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan tidak lepas dari perhatian bahwa sifatnya hanya sementara sebelum nantinya akan digantikan oleh Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang didirikan oleh Asosiasi di Sektor Perbankan. Hal ini menjadi menarik terkait dengan masa transisi peralihan dari Bank Indonesia yang tadinya melaksanakan mediasi perbankan kemudian diambil dan dilaksanakan sementara oleh Otoritas Jasa Keuangan sampai nantinya tanggal 31 Desember 2015 deadline pengalihan diberikan kepada Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa yang didirikan oleh Asosiasi di Sektor Perbankan, masih menyisakan pertanyaan oleh sebagian kalangan mengenai model dan mekanisme mediasi perbankan dalam masa transisi yang singkat ini. Hal ini dikarenakan di masa transisi yang singkat ini diketahui bahwa kewenangan mediasi juga diberikan 5 Otoritas Jasa Keuangan, Tingkat Pengaduan Konsumen dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Meningkat, http://www.ojk.go.id/ojk-tingkat-pengaduan-konsumen-dan-tingkat-kesadaranmasyarakat-meningkat, diakses 15 Mei 2015. 3

sampai ke tingkat daerah, sesuai prinsip aksesabilitas, dengan jumlah penyebaran yang banyak di daerah yaitu mencapai 35 kantor daerah. 6 Tentunya dalam masa transisi ini memunculkan pertanyaan mengenai sengketa-sengketa yang asih dalam proses atau belum berakhir. Seringkali pula di dalam memenuhi kebutuhan ini terjadi penyimpangan hukum atau kekosongan hukum guna menyiasati singkatnya waktu transisi ini. Dalam banyak kasus, ternyata kasus-kasus yang antara nasabah dan bank tidak hanya bersifat keperdataan murni. Artinya, acapkali dalam kasus tersebut terkait dengan unsur melawan hukum yang bersifat pidana. Kasus perdata beraspek pidana yang dimaksud bahwa sengketa perdata yang muncul dilatarbelakangi sebagai akibat perbuatan pidana. Kasus yang secara umum terjadi untuk menggambarkan kasus perdata beraspek pidana misalnya motor yang dititipkan di penitipan motor yang kemudian digelapkan oleh penjaga penitipan sehingga muncul dua kepala yaitu sengketa perdata dan juga perkara pidana. Kasus yang difokuskan dalam tulisan ini menyangkut kasus perdata beraspek pidana dalam perbankan misalnya penipuan lewat sms banking, penyadapan pin dan password kartu kredit ataupun pembobolan rekening nasabah. Menjadi menarik karena selama ini Alternatif Penyelesaian Sengketa termasuk mediasi lebih dikenal sebagai metode penyelesaian sengketa perdata, bukan pidana. Pertanyaannya adalah dalam kasus yang demikian, kasus perdata yang mengandung aspek pidana, bagaimanakah kemungkinkan penyelesaian yang dapat dilakukan apabila kasus tersebut tetap melalui mediasi perbankan, apakah 6 Jumlah kantor berdasarkan situs resmi Otoritas Jasa Keuangan yang beralamat di www.ojk.go.id/contact, diakses 25 Mei 2015. 4

penyelesian proses perdata dapat dilakukan bersamaan dengan proses acara pidananya atau menunggu sampai pidananya selesai; manakah sumber hukum yang tepat untuk dapat melengkapi kekosongan dalam sistem hukum ini. Konsekuensi dari kebutuhan tersebut, akademisi hukum dan praktisi hukum perlu untuk mempelajari lebih lanjut mengenai pelaksanaan mediasi perbankan di lapangan. Penulis mengambil topik pelaksanaan Mediasi Perbankan Di Masa Transisi Dalam Sengketa Perdata Beraspek Pidana Oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah Yogyakarta untuk dikaji dan dianalisis dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan mediasi perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah Yogyakarta di masa transisi pasca Bank Indonesia? 2. Bagaimanakah pelaksanaan penyelesaian sengketa perdata yang memiliki aspek pidana melalui mediasi perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah dan perumusan masalah sebagaimana tersebut di atas, maka yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 5

1. Untuk mengetahui dan memperoleh pemahaman mengenai pelaksanaan mediasi perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah Yogyakarta di masa transisi pasca Bank Indonesia. 2. Untuk mengetahui dan memperoleh pemahaman mengenai pelaksanaan penyelesaian sengketa perdata yang memiliki aspek pidana melalui mediasi perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah Yogyakarta. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran dari penulisan Tesis, Disertasi maupun Karya Ilmiah lainnya yang ada pada Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada serta perpustakaan lainnya dan mencari berbagai referensi, baik cetak maupun elektronik maupun media online (internet) bahwa penulis tidak menemukan karya ilmiah yang spesifik membahas tentang Pelaksanaan Mediasi Perbankan Di Masa Transisi Dalam Sengketa Perdata Beraspek Pidana Oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah Yogyakarta. Jadi penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan serta dijamin keasliannya, apabila telah ada penelitian sebelumnya terkait dengan objek penelitian yang sama, maka penelitian ini hanya bersifat pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya. Walaupun penulis tidak menemukan karya ilmiah yang spesifik sama, terdapat beberapa penelitian yang berjudul maupun bertema mirip. Perbedaan dari penelitian lainnya dapat dilihat dari permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Penelitian ini akan mengkaji konsep teoritis dan model mediasi yang mendasari pelaksanaan mediasi perbankan yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa 6

Keuangan Daerah; mengidentifikasi tahapan pelaksanaan mediasi, dasar pemilihan mediator, dan kekuatan hukum putusan mediasi serta ketentuan hukum dan persyaratan lainnya dalam mediasi perbankan yang dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah; serta menemukan parameter yang ideal bagi mediasi perbankan dalam penyelesaian sengketa perdata yang memiliki aspek pidana. Beberapa penelitian tersebut antara lain: 1. Penelitian yang berjudul Peranan Mediasi Perbankan sebagai Upaya Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Bank berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/PBI/2008 tentang Mediasi Perbankan, peneliti Pudjo Hunggul Hendrowasisto, skripsi tahun 2010. Penelitian ini memiliki kesimpulan yang diringkas berupa pertama, PBI memberikan aturan yang telah memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah bank; kedua, diperlukan putusan hakim guna mendapatkan kekuatan hukum seperti putusan yang inkracht dalam akta perdamaian Penelitian ini lebih berfokus pada peranan mediasi sebagai upaya perlindungan hukum yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia, sedangkan penelitian penulis lebih fokus pada konsep mediasi perbankan model Otoritas Jasa Keuangan Daerah. 2. Penelitian yang berjudul Tinjauan Penerapan Mediasi Perbankan sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa antara Nasabah dengan Bank melalui Bank Indonesia, peneliti Bagus Kurniatan, skripsi tahun 2008. Penelitian ini memiliki kesimpulan yang diringkas berupa pertama, mediasi perbankan sangat baik dipilih sebagai alternatif penyelesaian sengketa 7

perbankan dengan syarat-syarat tertentu; kedua, terdapat kendala dalam pelaksanaan mediasi perbankan. Penelitian ini lebih berfokus pada penerapan mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa, sedangkan penelitian penulis lebih baru dengan adanya Otoritas Jasa Keuangan yang telah menggantikan Bank Indonesia dan juga lebih spesifik mengedepankan sengketa perdata beraspek pidana dibanding penelitian Bagus yang lebih umum. 3. Penelitian berjudul Mediasi sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa di Bidang Perbankan, peneliti Veri Anthoni, tesis tahun 2008. Penelitian ini memiliki kesimpulan yang diringkas berupa pertama, kewenangan mediasi perbankan oleh Bank Indonesia telah sesuai UU Perbankan dan bagian dari Arsitektur Perbankan Indonesia; kedua, sengketa perdata yang mengandung unsur pidana dimungkinkan dapat diselesaikan melalui mediasi perbankan dan prioritas proses penyelesaiannya sangat tergantung pada posisi kasus masing-masing (kasuistis). Penelitian lebih berfokus pada Dasar Kewenangan Bank Indonesia untuk melaksanakan mediasi perbankan. Diketahui bahwa Locus atau tempat penelitian ini berbeda dimana penelitian sebelumnya dilakukan di Bank Indonesia, sementara penelitian ini mengambil Locus pada kantor Otoritas Jasa Keuangan di Daerah Yogyakarta. Tempus atau waktu penelitian ini pun berbeda dimana penelitian sebelumnya dilakukan tahun 2008, sementara penelitian ini mengambil Tempus pada tahun 2015, lebih dari lima tahun beda waktu penelitian juga perkembangan hukum yang terjadi di masyarakat. 4. Penelitian berjudul Analisis Yuridis Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2014 tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan terhadap Perlindungan Warga Negara Asing yang menjadi Konsumen Jasa Keuangan, peneliti Sony Hutahaean, skripsi tahun 2014. Penelitian ini memiliki kesimpulan yang diringkas berupa, pertama, perlindungan konsumen jasa keuangan juga berlaku bagi 8

warga negara asing, kedua, perlindungan warga negara asing masih memiliki kendala dalam pelaksanaanya karena peraturan yang kurang terperinci. Penelitian ini lebih berfokus pada hak-hak konsumen khususnya Warga Negara Asing (WNA), sedangkan penelitian penulis lebih memfokuskan diri pada konsep mediasi secara spesifik mediasi perbankan model Otoritas Jasa Keuangan Daerah terutama mengenai mekanisme mediasinya. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan dari aspek teori maupun kepentingan dari aspek praktis, yaitu 1. Manfaat dari aspek teori Dari hasil penelitian penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum pada khususnya. 2. Manfaat dari aspek praktek Beberapa manfaat penelitian ini dari aspek praktek antara lain : a. Manfaat bagi pembangunan hukum Penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh lembaga pembuat peraturan perundang-undangan untuk mendapatkan klarifikasi model mediasi perbankan yang dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan masyarakat. b. Manfaat bagi masyarakat Menambah pemahaman masyarakat akan pentingnya penyelesaian sengketa seperti mediasi perbankan untuk menyelesaikan sengketa dan melindungi hak-haknya. 9

c. Manfaat bagi nasabah bank Menjadi bahan rujukan akademis bagi Nasabah Bank sehingga mengerti keberadaan mediasi perbankan dan terdorong untuk menggunakan mediasi perbankan sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa. d. Bagi sektor perbankan nasional Menjadi bahan rujukan akademis bagi pelaku usaha di sektor perbankan sehingga dapat memahami mediasi perbankan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan Daerah 10