BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. Bantuan Pembangunan Humaniter dan Bantuan Teknis Organisasi Buruh. Internasional Untuk Mengatasi Pekerja Anak di Pantai Gading

PERAN WEST AFRICA COCOA AGRICULTURAL PROJECT (WACAP) DALAM MENGELEMINASI PEKERJA ANAK PANTAI GADING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jurnal karya Reed Wood tahun 2014 dengan judul Aiding Labor: Foreign Aid and

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iii. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR SINGKATAN... vi. ABSTRAK... viii. ABSTRACT... ix BAB I...

Pekerja Rumah Tangga Anak (PRTA)

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

RESUME. Situasi anak secara umum di India menunjukkan banyak. ketidakadilan yang serius yang dialami oleh anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

BAB IV UPAYA DAN HAMBATAN ILO DALAM MENANGGULANGI KASUS PEKERJA ANAK DI THAILAND

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Masalah kemiskinan telah menyebabkan masalah lain muncul, salah

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

Mencapai Kepatuhan melalui Perencanaan Strategis Kepatuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. sekaligus menyatakan tanggung jawab media kepada masyarakat. Beberapa ahli

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB IV KESIMPULAN. Isu non-konvensional mendapatkan perhatian lebih pasca Perang Dingin. Isu

I. PENDAHULUAN. yang baik dengan cara mengembangkan potensi industri-industri yang ada. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pe n g e m b a n g a n

PEKERJA ANAK. Dibahas dalam UU NO 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejaterahan Bagian 1 Paragraf 2.

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB 2 PRAKTIK PERBUDAKAN ANAK DI PANTAI GADING. 2.1 Gambaran Umum dan Sejarah Produksi Kakao Pantai Gading

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

IRRI LEPAS 44 PADI VARIETAS BARU DI AFRIKA DAN ASIA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PENANDATANGANAN UNIDO-INDONESIA COUNTRY PROGRAMME JAKARTA, SENIN, 16 MEI 2016

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam

KOMITE AKSI NASIONAL PENGHAPUSAN BENTUK.BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

b. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000

COMPANY POLICY OF EMPLOYMENTS 2016

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan yang penting dalam pembangunan ekonomi adalah

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK BAGI ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. ini melibatkan aktor lain seperti organisasi internasional untuk mengatasi

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA Peringatan Hari Kakao Indonesia (Cocoa Day) ke 3 Tanggal September 2015 di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perkembangan media Televisi sekarang ini yang semakin maju dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan atau organisasi membutuhkan peran public relations untuk

BAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG KOMITE AKSI ACEH PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I : PENDAHULUAN. Australian Greens, Our Story, < diakses pada Senin 4 Mei

Oleh : Amin Budiamin

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 (Hamburg, 27 April 1979)

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengurangi kemiskinan. Namun pertumbuhan ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB III. Pekerja Anak di Pantai Gading. masalah ekonomi rumah tangga melainkan juga menyangkut masalah sumber

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. massa yang setiap hari selalu memberitakan mengenai kasus-kasus kejahatan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2 beracun, saat ini tumbuh pesat dalam rangka memenuhi kebutuhan perindustrian dan pertanian. Perdagangan bahan kimia dan pestisida berbahaya tertentu

SINGKATAN DAN ISTILAH...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Masih banyaknya masalah yang telah disebutkan sebelumnya dapat dilih at bahwa India membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menerapkan prinsip

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

-2-3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Repu

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN MARITIME LABOUR CONVENTION, 2006 (KONVENSI KETENAGAKERJAAN MARITIM, 2006)

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pekerja anak di perkebunan kakao Afrika Barat mulai menarik perhatian publik pada pertengahan tahun 2000. Pada saat itu salah satu stasiun televisi Inggris menayangkan sebuah tayangan dokumenter yang menampilkan pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di perkebunan kakao Afrika Barat (ILO-IPEC, 2005). Tayangan dokumenter dan pemberitaan intens yang menyusul disiarkan di media-media secara global menimbulkan keresahan pada pihak-pihak yang berkecimpung dalam industri kakao dan pemerintah nasional di wilayah Afrika Barat. Mereka khawatir publikasi media sekaligus opini publik yang buruk akan berujung pada pengenaan sanksi atau boikot terhadap industri dan ekspor kakao serta produksi coklat. Oleh karena itu para perwakilan industri kakao, berusaha menemukan jalan keluar dengan mengadakan pertemuan bersama perwakilan pemerintah negara-negara di Afrika Barat, para perwakilan Non Governmental Organization (NGO) terkait, para pengusaha di bidang produksi coklat dan komunitas donor internasional. Hasil dari pertemuan tersebut menghasilkan sebuah protokol yang bernama Protocol for the Growing and Processing of Cocoa Beans and their Derivative Products yang sejalan dengan Konvensi ILO Nomor 182 mengenai larangan dan tindakan segera untuk menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. 1

2 Maksud daripada bentuk-bentuk terburuk ini sendiri adalah pekerja anak yang terlibat dalam segala bentuk perbudakan, prostitusi, penyelundupan obat-obat terlarang dan terlibat dalam situasi pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan dan moral anak. Protokol yang juga disebut dengan nama Protokol Harkin-Engel tersebut ditandatangani pada 19 September 2001 oleh Asosiasi Manufaktur Coklat dan Yayasan Coklat Dunia sebagai upaya untuk mengeliminasi bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak di industri kakao dan coklat (ILO- IPEC, 2005). Sejalan dengan pembentukan Protokol Harkin-Engel, keterlibatan International Labour Organization (ILO) sangat diharapkan untuk turut membantu merealisasikan tujuan protokol. ILO melalui salah satu program bantuan teknisnya, International Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC) mencanangkan program subregional di wilayah Afrika Barat yang bertujuan untuk mengeliminasi dan mencegah pekerja anak di perkebunan kakao dan produksi agrikultur lainnya. Program tersebut adalah West Africa Cocoa and Commercial Agriculture Project to Combat Hazardous and Exploitative Child Labour (WACAP) yang telah berlangsung pada tahun 2002-2006. WACAP dijalankan di empat negara penghasil kakao di wilayah Afrika Barat; Ghana, Kamerun, Pantai Gading dan Nigeria, serta satu wilayah penghasil beras, yaitu Guinea (IPEC, 2007). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh ILO-IPEC sebelumnya di keempat negara, jumlah pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di perkebunan kakao diperkirakan sekitar 560.000 orang. Dari jumlah tersebut, meskipun tidak disebutkan dalam jumlah yang pasti, Pantai Gading dan Ghana merupakan dua

3 negara dengan jumlah pekerja anak paling tinggi yang bekerja di perkebunan kakao (Robson, 2010). Disamping itu, menurut penelitian dari Payson Center for the International Development and Technology Transfer (2007) dari Tulane University, Pantai Gading dan Ghana merupakan dua negara yang paling disoroti mengenai masalah pekerja anak yang bekerja pada kondisi berbahaya di perkebunan kakao. Sejalan dengan bertambahnya produksi kakao di kedua negara, penggunaan pekerja anak untuk menunjang industri agrikultur kakao juga semakin meningkat. Dalam perkembangannya, Ghana menjadi fokus ILO-IPEC dalam pelaksanaan WACAP. Menurut laporan ILO-IPEC (2005), selain karena kendala waktu yang singkat, terbatasnya dana dan kendala-kendala yang terjadi di negara lainnya (seperti terjadinya perang sipil di Pantai Gading dan kurang kooperatifnya pemerintah di beberapa negara), Ghana dilihat memiliki potensi keberhasilan yang lebih tinggi untuk penerapan program-program WACAP. Pemerintah Ghana, terutama Kementerian Tenaga Kerja, Pemuda dan Ketenagakerjaan juga menunjukkan sikap yang lebih kooperatif dalam merespon program WACAP yang dijalankan di Ghana. Beberapa program inti dalam WACAP akhirnya dirintis di Ghana sebelum dijalankan di negara lainnya. Meskipun WACAP diinisiasi oleh ILO-IPEC, namun dalam implementasinya juga turut bekerjasama dengan berbagai aktor, baik dari pemerintah Ghana ataupun dari beberapa NGO lokal dan internasional. Keterlibatan berbagai pihak dalam upaya mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja pada perkebunan kakao di Ghana ini telah mampu mengidentifikasi sekitar 6560 pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya serta mengeliminasi dan

4 mencegah 2312 pekerja anak agar tidak kembali bekerja di perkebunan kakao. WACAP merupakan program pertama dari ILO-IPEC yang dijalankan di Ghana terkait masalah pekerja anak. Pada saat berakhirnya WACAP, pemerintah Ghana mengadopsi salah satu program WACAP untuk dilanjutkan pelaksanaannya karena dilihat memiliki potensi jangka panjang untuk mengeliminasi dan mencegah masalah pekerja anak (ILO-IPEC, 2005). Maka dari itu penelitian ini ingin mengkaji lebih lanjut upaya ILO-IPEC melalui WACAP dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana upaya ILO-IPEC melalui WACAP dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana? 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada upaya ILO-IPEC yang bekerjasama dengan pemerintah Ghana, beberapa NGO serta komunitas lokal dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak di Ghana. Pekerja anak yang menjadi fokus adalah pekerja anak yang bekerja dalam kondisi berbahaya di perkebunan kakao. Pengambilan fokus tersebut dikarenakan WACAP sendiri merupakan program yang bertujuan untuk mengeliminasi bentuk-bentuk terburuk pekerja anak pada perkebunan kakao dan sektor agrikultur komersil lainnya. Lokus tahun yang

5 digunakan dalam penelitian ini adalah pada saat berlangsungnya WACAP di Ghana, yaitu antara tahun 2002-2006. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya yang dilakukan ILO- IPEC melalui WACAP dalam mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana pada tahun 2002-2006. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi akademisi, khususnya mahasiswa jurusan Hubungan Internasional yang juga mengkaji isu serupa terkait upaya organisasi internasional dalam menangani masalah pekerja anak. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi bagi masyarakat publik atau pihak-pihak lainnya mengenai isu terkait upaya organisasi internasional dalam menangani masalah pekerja anak. 1.6 Sistematika Penulisan bab, yaitu: Untuk mempermudah penulisan, penelitian ini akan dibagi menjadi lima

6 BAB I : Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang kajian pustaka dan kerangka konseptual dalam penelitian ini. BAB III: Pada bab ini penulis akan menguraikan metodologi penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, sumber data, tingkat analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyajian data. BAB IV: Pada bab ini penulis akan membagi pembahasan kedalam beberapa sub bab. Sub bab pertama akan memaparkan gambaran umum objek penelitian yang terdiri atas gambaran umum mengenai Ghana sebagai produsen kakao, yang membuat negara tersebut mempekerjakan anak-anak di perkebunan kakao. Hal tersebut kemudian terkait pada sejarah pekerja anak hingga kondisi pekerja anak di Ghana. Selanjutnya akan dipaparkan mengenai gambaran umum masuknya ILO- IPEC ke Ghana melalui WACAP. Sub bab kedua akan memaparkan upaya-upaya ILO-IPEC melalui WACAP untuk mengeliminasi dan mencegah pekerja anak pada perkebunan kakao di Ghana. Dalam menganalisis hasil temuan pada sub bab selanjutnya akan menggunakan teori bantuan luar negeri dengan konsep humanitarian development aid dan technical assistance of foreign aid. BAB V: Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan penelitian. Kesimpulan akan ditulis dalam bentuk rangkuman secara singkat berdasarkan fakta dan data seperti yang telah dipaparkan dalam bab empat sebelumnya. Selain itu penulis juga akan memberikan saran terkait hasil bahasan penelitian.