Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

HUKUM KETENAGANUKLIRAN; Tinjauan dari Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh Eri Hiswara Hak Cipta 2014 pada penulis

Kajian Soal Tertulis Sertifikasi Personel PPR Tahun 2015 Review of the Written Test Question for RPO Sertification Year of 2015

MENINGKA TKAN EFISIENSI PELA TIHAN PERSONEL UJI T AK RUSAK RADIOGRAFI. Bagiyono Pusat Pendidikan dan Pelatihan - BAT AN

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SERTIFIKASI TENAGA KERJA

KAJIAN PERSYARATAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR KARTINI

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

STANDAR PELAYANAN PELATIHAN PPR INDUSTRI TK. 1, TK.2 DAN MEDIK TK.1 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pengembangan Peraturan Perundang-undangan berkaitan dengan Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA MELALUI PROGRAM SERTIFIKASI KOMPETENSI KERJA. oleh

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR

: Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor : Kep. 24 /DJPPK/V/2006 Tanggal : 17 Mei 2006

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

STANDAR PELAYANAN PELATIHAN RADIOGRAFI LEVEL I PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

LEGALISASI SERTIFIKASI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI. Disampaikan Oleh : SULISTYO

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KESIAPAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

SERTIFIKASI KOMPETENSI KONSERVASI ENERGI HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

KESIAPAN SDM HORTIKULTURA MENYAMBUT ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN ROEDHY POERWANTO DEWAN PEMBINA PERHORTI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

9/26/2017. Jenis pekerjaan yang dihormati karena memiliki standar teknis spesifik atau etika profesi yang tinggi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN KERJA DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

EVALUASI LEGALISASI KEGIATAN PENGENDALIAN DAERAH KERJA RADIASI DI LINGKUNGAN RSG-GAS

URGENSI AMANDEMEN TERHADAP PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 45/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA

PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI PROFESI PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

LSP Teknologi Informasi Indonesia

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI LSP PPT MIGAS

DIRECTORATE OF COMPETENCY STANDARD AND TRAINING DEVELOPMENT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/Permentan/SM.200/6/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perub

KAJIAN TERHADAP PERATURAN TENTANG SEIFGARD DAN KEAMANAN BAHAN NUKLIR MENGGUNAKAN KUESIONER US DOE (UNITED STATES DEPARTMENT OF ENERGY)

(Lembaga Sertifikasi Profesi Kegiatan Usaha Hulu Migas)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PENGAWASAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DALAM BIDANG ENERGI

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi Bidang Industri Tingkat 3 Tahun 2017 [Indragini] ISSN

2018, No pelatihan profesi, uji kompetensi dan sertifikasi profesi yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; c. bahwa berdas

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

REVIU PERATURAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DI INDONESIA

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG AUDIT PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

- 2 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 79 /POJK.04/2017 TENTANG PENDAFTARAN LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DI BIDANG PASAR MODAL

Keamanan Sumber Radioaktif

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PERSYARATAN UMUM ASESOR LISENSI, LEAD ASESOR DAN FASILITATOR SISTEM MANAJEMEN MUTU LSP

Labibah Zain. 12 Januari 2012 di Menara Penninsula Hotel Jakarta dan materi ini adalah. BELUMFINAL karena masih harus masuk Tim Perumus.

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

TANTANGAN BADAN PENGAWAS MENGIMPLEMENTASIKAN PERATURAN PENGGUNAAN PESAWAT SINAR X UNTUK DIAGNOSTIK.

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Laporan. Analisis Keselamatan Reaktor Nondaya. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pedoman 206 PERSYARATAN UMUM TEMPAT UJI KOMPETENSI

SKEMA SERTIFIKASI (LSP BATAN) Berbasis SNI ISO-9712 : 2014 SS/LSP/BATAN. Nama Tanggal Tanda Tangan Disiapkan Jepri Sutanto, ST, M.

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELATIHAN ASESOR LISENSI PEDOMAN BNSP

Badan Nasional Sertifikasi Profesi =================================== PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI OLEH PANITIA TEKNIS BNSP PEDOMAN BNSP 304

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1998 TENTANG BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEEFEKTIF AN PELAKSANAAN PROGRAM PROTEKSI RADIASI DI UNIT KERJA. Aris Sanyoto Pusdiklat-Badan Tenaga Nuklir Nasional

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

A. Tujuan dan Manfaat

Transkripsi:

Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Abstrak Badan Tenaga Atom Intemasional (IAEA) memberikan rekomendasi kepada Badan Pengawas untuk melakukan review. dan pengujian terhadap kompetensi personil yang terlibat dalam pengoperasian instalasi nuklir. Untuk menjamin mutu, pengujian tersebut hams berdasarkan pada kompetensi standar tertentu. Makalah ini mengkaji sistem uji kompetensi yang dikembangkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) yang meliputi tiga pilar utama yaitu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Lembaga Diklat Profesi (LDP) & Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) dan BAPETEN dalam memberikan Surat Ijin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Sistem yang dikembangkan oleh BNSP lebih ditekankan pada kompetensi standar suatu jenis pekerjaan, sedangkan sistem yang dikembangkan oleh BAPETEN mengacu pada silabus/materi pelatihan. Untuk meningkatkan mutu, sistem pengujian dapat mengacu pada kompetensi standar yang dikembangkan oleh BNSP. Dari sudut pandang pengawasan, penempatan personil berkompeten akan meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecelakaan yang disebabkan faktor manusia. Abstract The International Atomic Energy Agency (IAEA) give recommendation to regulatory authority to review and assess the competence of personnel involved in the operation of nuclear installation. In order to assure the quality, the assessment should based on defined standard competency. This paper evaluate the two system that had been developed by BNSP which is consist of three mind building (that are SKKNI, LDP and LSP) and BAPETEN in the process granting of license for Radiation Protection Officer. The previous system mainly based on standard competency for defined task, meanwhile for the later based on training syllabus. To improve the quality, the assessment method can refer to system that had been developed by BNSP. From the regulatory authority's stand point, the selection of qualified personnel will minimize the occurrence that may lead to accident, especially human errorfactor. 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Disadari, selain S1S1 manfaat, aplikasi teknologi nuklir juga menyimpan potensi bahaya. Sejumlah kecelakaan, dari yang berskala kecil sampai besar telah mewamai perjalanan sejarah 32

Aris Sanyoto - Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir pengoperasian instalasi nuklir (termasuk fasilitas radiasi). Dari analisa data kecelakaan diketahui bahwa penyebab tertinggi terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia (68%). Untuk meminimalisir kecelakaan akibat faktor manusia, Badan Tenaga Atom InternasionaI (IAEA) mengeluarkan rekomendasi kepada Badan Pengawas supaya melakukan review dan penilaian terhadap kompetensi personii yang akan terlibat dalam pengoperasian instalasi nuklir. Untuk menjamin mutu, kompetensi personil harus diuji menggunakan metode dan standar tertentu. 1.2. Permasalahan Setiap instalasi nuklir atau instalasi lainnya yang memanfaatkan tenaga nuklir harus mempunyai sekurangkurangnya seorang Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang akan bertanggung-jawab terhadap keselamatan. Petugas ini harus menjalani kursus dan pengujian untuk membuktikan kualifikasi (kompetensi)nya. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem yang mampu menjamin mutu kursus dan uji kompetensi dalam menghasilkan PPR. 1.3. Tujuan dan Ruang Lingkup Tujuan dari tulisan ini adalah untuk membandingkan sertifikasi kompetensi personii yang dikembangkan oieh Badan NasionaI Sertifikasi Profesi (BNSP) dan sertifikasi Petugas Proteksi Radiasi (PPR) melalui pemberian Surat Ijin Bekerja (SIB) oieh ~APETEN. II. Review 11.1. Fungsi Bapeten dan Rekomendasi IAEA Mengingat masalah ketenaganukliran, selain mendatangkan manfaat juga menyimpan risiko, maka menurut UU No. 10 Tahun 1997, setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan, dan ketenteraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat, serta perlindungan terhadap Iingkungan hidup (pasal 16, ayat 1). Oleh karena itu setiap pemanfaatan tenaga nuklir perlu diawasi dan di Indonesia badan pemerintah yang bertugas melaksanakan fungsi pengawasan adalah Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Sistem pengawasan dilakukan dengan tiga fungsi yaitu peraturan, perizinan dan inspeksi (Pasal 14 ayat 2). Selain itu lembaga internasional seperti IAEA juga merekomendasikan kepada Badan Pengawas untuk juga melakukan review dan penilaian terhadap penyelenggaraan pelatihan (training) dan kualifikasi personil serta ketepatan penugasannya. 11.2. Tujuan Pengujian Kompetensi Personil Sejumlah industri nuklir telah mengalokasikan sumber daya yang signifikan besar guna pelaksanaan kegiatan penilaian kompetensi. Kegiatan ini meliputi seleksi penerimaan personil, penilaian peserta pelatihan, kualifikasi, rekualifikasi, otorisasi dan pelaksanaan promosi. Metoda dan prosedur pengujian yang tidak efektif, atau penafsiran 33

Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 hasil pengujian yang tidak sesuai, dapat mengakibatkan efek yang signifikan pada kinerja personil maupun keselamatan nuklir. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pengujian diperlukan keterampilan unik (pengalaman dan pelatihan) dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja personil maupun keselamatan nuklir. Pengembangan sistem pengujian dan item-item test terkait, penggunaan, penafsiran hasil dan perbaikan pengujian dan hasil, pendekatan terhadap pelatihan (systematic approach to training), harus merupakan bagian dari suatu proses berkelanjutan yang sistematis. Pengujian, dan terutama hasil pengujian, dapat juga digunakan untuk memotivasi peserta pelatihan, mengevaluasi program dan peningkatan instruksi. Selain itu, pengujian dapat juga digunakan sebagai umpan balik pengajaran. 11.3.Dasar Pengujian Area spesifik yang diuji harus sesuai dengan area penting menyangkut unjuk kerja sebuah pekerjaan. Analisa yang sesuai menyangkut pekerjaan atau tugas dimana peserta pelatihan sedang dilatih, memberikan arab terhadap keseluruhan program pelatihan. Menurut referensi[3], analisa tugas atau pekerjaan atau analisa kompetensi pekerjaan harus dilakukan. Kompetensi dan tugas yang dibutuhkan untuk kinerja pekerjaan harus dikenali, didokumentasikan dan tercakup dalam program pelatihan sebagai hasil suatu analisa tugas atau pekerjaan dan analisa kompetensi dan pekerjaan. Sasaran hasil pelatihan yang mengidentifikasi isi pelatihan dan menggambarkan prestasi yang memuaskan diperoleh dari analisa tugas ini. Pengujian secara efektif memerlukan pemilihan dan penggolongan jenis kompetensi secara hati-hati sebelum pengembangan pengujian. Penetapan suatu hubungan langsung antara syarat pekerjaan yang nyata, sasaran program belajar pelatihan dan materi setiap test meningkatkan keandalan dan validitas pengujian. 11.4.Metode Pengujian Tidak ada metoda pengujian tunggal yang sesuai untuk semua situasi. Satu metoda yang sesuai untuk satu lingkungan atau jenis pekerjaan tertentu mungkin kurang sesuai untuk lingkungan yang lain. Masingmasing metoda mempunyai kekurangan dan kelebihan. Mutu pengujian tergantung pada mutu sasaran pelatihan dan konsistensi antara sasaran hasil dan item pengujian. Sebelum sebuah sistem pengujian dibuat, maka harus dipilih metoda yang sesuai. Ada tiga metode dasar pengujian yaitu: (1) pengujian tertulis, (2) pengujian lisan dan (3) pengujian unjuk kerja (performa). Pengujian tertulis adalahjenis utama pengujian yang digunakan untuk menilai pengetahuan dan, sedikit lebih luas, untuk menguji sikap. Format pengujian tertulis meliputi pilihan ganda, esei dan jawaban pendek/singkat dan jenis format lain seperti mempertemukan dan memberikan label pertanyaan. Ujian lisan adalah jenis yang utama untuk 34

Aris Sanyoto - Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir menilai sikap dan juga pengetahuan. PERKA BAPETEN No. 15 Tahun Ujian lisan dapat berupa wawancara 2008 tentang Persyaratan Untuk untuk para manajer dan staf Memperoleh Surat Ijin Bagi Petugas profesional, sampai pada tanya Tertentu di Instalasi Yang jawab yang lebih terstruktur dan Memanfaatkan Sumber Radiasi penggunaan lembaga ujian lisan Pengion, Pasal 1 (5) PPR adalah (untuk pengujian otorisasi). petugas yang ditunjuk oleh Pengujian performa adalah pemegang ijin dan oleh BAPETEN merupakan cara utama untuk dinyatakan mampu melaksanakan menilai ketrampilan tetapi dapat. pekerjaan yang berhubungan dengan juga digunakan untuk menilai sikap proteksi radiasi. Pemyataan mampu dan pengetahuan, terutama dengan diberikan oleh BAPETEN dalam penggunaan simulator. Pengujian bentuk Surat Ijin Bekerja (SIB), performa sering dikombinasikan setelah yang bersangkutan lulus dengan kelanjutan tanya jawab/ ujian yang diselenggarakan oleh lisan. Jenis pengujian performa Kepala BAPETEN (Pasal 9). dapat mulai dari penilaian yang Pelaksanaan ujian tersebut meliputi sedikit lebih formal tentang ujian tertulis dan lisan. penyelesaian tugas pekerjaan untuk Dinyatakan dalam Perka terse but, para manajer, professional/staf bahwa salah satu persyaratan untuk teknik dan staf badan pengawas mengikuti ujian tersebut adalah sampai on-the-job yang sangat sudah lulus pelatihan proteksi terstruktur, pengujian simulator dan radiasi yang dibuktikan dengan laboratorium untuk operasi, personil sertifikat telah mengikuti pelatihan teknisi dan pemeliharaan. proteksi radiasi (Pasal 11 ayat d). Selanjutnya dalam menyelenggarakan ujian SIB, Kepala BAPETEN membentuk tim penguji 11.5. Kompetensi Personil PPR oieh BAPETEN Aplikasi teknik nuklir meliputi berbagai bidang, seperti kesehatan, industri, pertanian, hidrologi, konstruksi jalan, pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain. Setiap jenis aplikasi tersebut memerlukan personil yang memiliki kompetensi menangani permasalahan keselamatan radiasi yang disebut Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Menurut yang bertugas melakukan pengujian dengan mengacu pada materi pelatihan sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1 dan 2 (Pasal 12 ayat 2). Secara bagan, proses pembentukan profesi PPR yang dikembangkan BAPETEN dapat dilihat dari Gambar I berikut. 35

Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 BAPETEN _IBAPETEN GarOl8l" 1. Proses Penile~u<an Pro!esi PPR 11.6. Sistem Kompetensi Personil olehbnsp Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dibentuk dengan Peraturan Pemerintah No.23 tahun 2004, adalah lembaga independen yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dengan tugas menyelenggarakan sertifikasi tenaga kerja melalui kompetensi. Dengan tugas seperti itu, pada dasamya BNSP adalah lembaga pengendali mutul kualitas tenaga kerja di Indonesia. Keberadaan BNSP kurang lebih sarna dengan Badan Standarisasi Nasional (BSN). Apabila BSN mengendalikan mutu barang dan jasa, maka BNSP mengendalikan mutu tenaga kerjanya. Mengingat bidang dan tingkat profesi yang hams disertifikasi kompetensinya sangat luas cakupannya, maka BNSP dapat memberi lisensi kepada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) melalui sistem akreditasi. LSP melakukan uji kompetansi dan sertifikasi kompetensi atas nama BNSP. Uji kompetensi yang dilakukan LSP,mengacu pada standar kompetensi Nasional yang telah dilakukan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. Sebagai kepanjangan-tangan BNSP, LSP berada dibawah kendali dan bertanggung jawab kepada BNSP. Dengan sistem uji kompetensi seperti ini, jaminan mutu dan kredibilitas sertifikat akan lebih dapat dipertanggung jawabkan. Selama ini jaminan mutu tenaga kerja banyak dilakukan melaui sistem ijazah sekolah atau sertifikat pelatihan. Hal ini berarti antara produsen dan pengendali mutu menjadi satu. Akibatnya fungsi kendali mutu kurang dapat dilakukan secara efektif. Sistem sertifikasi kompetensi yang dikembangkan BNSP meliputi tiga (3) pilar utama, yaitu (1) menetapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) 36

Aris Sanyoto - Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir oleh para stake holder (2) merumuskan silabus pelatihan berdasarkan SKKNI dan oleh Lembaga Diklat Profesi digunakan sebagai standar pelaksanaan pelatihan (3) melakukan assesment terhadap kompetensi peserta pelatihan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP). Sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. LDP dalam menyelenggarakan pelatihan berdasarkan materi yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi yang telah ditetapkan secara nasional. Di sisi lain, LSP yang merupakan kepanjangantangan BNSP, dalam melakukan uji kompetensi juga berdasarkan standar kompetensi kerja yang telah ditetapkan dalam SKKNI. Dengan MENAKERTRANS ~_L_D_P_--,I.,1BNSP I LSP I G81TQ8I"2. Pengermang8fl SDM Derbasis KOfTl)eteI ~j III. Analisa Data Sistem sertifikasi personil yang dikembangkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) berdasarkan tiga pilar utama, yaitu Pembentukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Lembaga Diklat Profesi (LDP) dan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang merupakan kepanjangantangan BNSP. Ketiga pilar tersebut berdiri secara terpisah dan independen. Sistem ini dikembangkan untuk menjamin mutu hasil uji kompetensi personil. Di satu sisi, cara uu, uji kompetensi yang dilakukan oleh LSP dapat dititikberatkan pada unjuk kerja kritis pad a setiap jenis pekerjaanl profesi yang dibutuhkan. Sistem ini diharapkan dapat menjamin mutu kompetensi personil, karena dilakukan oleh lembaga yang terpisah dan mengikuti stan dar atau acuan yang sarna (SKKNI). Sistem sertifikasi dalam bentuk pemberian Surat Ijin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang dikembangkan oleh BAPETEN juga memiliki kemiripan dengan sistem yang dikembangkan oleh BNSP 37

Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 dalam mensertifikasi kompetensi personil. Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) BATAN dan beberapa instansi lainnya, menyelenggarakan diklat proteksi radiasi berdasarkan materi yang telah ditetapkan dalam Perka BAPETEN No. 15 Tahun 2008. Setelah memperoleh sertifikat pelatihan, para peserta diuji oleh BAPETEN untuk mendapatkan Surat Ijin Bekerja (Sill). Sistem ini juga mengacu pada tiga pilar utama, yaitu Standar Materi Pelatihan, Lembaga Pelatihan dan Lembaga Penguji (BAPETEN). Meskipun sarna-sarna mengacu pad a tiga pilar utama, akan tetapi ada perbedaan antara sistem yang dikembangkan oleh BNSP dan BAPETEN. Acuan yang dikembangkan oleh BNSP adalah kompetensi standar (SKKNI), sedangkan BAPETEN menggunakan materilsilabus pelatihan standar. Artinya, dalam sistem BNSP, penekanan lebih dititikberatkan pada uji kompetensi. Bagimana personil yang sedang diuji dapat menerapkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan perilaku (attitude) untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah ditetapkan. Dengan cara ini maka LDP akan mengembangkan materi pelatihan yang sesuai dengan standar pengujian, sehingga peserta pelatihan dapat lulus ujian yang diselenggarakan oleh LSP. Sedangkan sistem yang dikembangkan oleh BAPETEN, Lembaga Pelatihan (Pusdiklat BAT AN) menyelenggarakan pelatihan berdasarkan materi-materi (minimal) yang telah ditetapkan oleh BAPETEN. Akibatnya, penyelenggara pelatihan kurang memperoleh informasi mengenai kompetensi yang diharapkan. Selain itu para penguji juga tidak mendapatkan gambaran (acuan) mengenai kompetensi yang diharapkan dari proses pengujian yang sedang dilakukan. Apalagi sistem ujian hanya meliputi ujian tertulis dan ujian lisan (Pasal 10) sehingga unjuk kerja (performa) dari peserta yang sedang diuji tidak mudah dikenali. Meskipun memerlukan usaha yang tidak mudah, sistem yang dikembangkan oleh BAPETEN ini bisa digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kompetensi standar Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Selanjutnya sistem ini bisa digunakan sebagai acuan dalam uji kompetensi (uji performa) dalam ujian PPR. Memang untuk pelaksanaan uji kompetensi dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit. Akan tetapi, sistem ini diyakini akan mampu mencetak personil-personil PPR yang berkompeten. Peningkatan mutu hasil ujian PPR ini diyakini juga akan membantu tugas-tugas BAPETEN dalam menjamin keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan dalam pemanfaatan tenaga nuklir (sumber radiasi), mengingat PPR ini merupakan mitra strategis BAPETEN. m. Kesimpulan Dari analisa data dapat disimpulkan hal-hal sebagai-berikut: Peningkatan mutu hasil ujian Petugas Proteksi Radiasi (PPR) 38

Aris Sanyoto - Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir yang dilakukan oleh BAPETEN dapat dilakukan dengan menetapkan standar kompetensi bagi setiap kategori/ klasifikasi PPR. Bagi Lembaga Diklat, stan dar kompetensi ini dapat digunakan sebagai dasar penyusunan silabus dan materi pelatihan yang dapat dikembangkan untuk menjawab standar pengujian yang tepat. Dari sudut pandang pengawasan, peningkatan mutu kompetensi PPR akan meminimalisir terjadinya kesalahan dan kecelakaan sehingga sangat membantu tugas-tugas BAPETEN. Daftar Pustaka PERKA BAPETEN No. 15 Tahun 2008 tentang Persyaratan Untuk Memperoleh Surat Ijin Bagi Petugas Tertentu di Instalasi yang Memanfaatkan Sumber Radiasi Pengion. PP No. 23 Tahun 2004 tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). International Atomic Energy Agency. "Competency assessment for Nuclear Industry Personnel", IAEA, Vienna, 2006. 39