PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK HERBAL PADA RANSUM TERHADAP PERFORMENT ITIK PEDAGING

dokumen-dokumen yang mirip
THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Ade Trisna*), Nuraini**)

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

Performan Ayam Pedaging yang Diberi Probiotik dan Prebiotik dalam Ransum (Performances of Broilers That Given Probiotics and Prebiotics in the Ration)

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PENGARUH PENAMBAHAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PRODUKSI TELUR ITIK TEGAL

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

EFFECT OF ADDITION PROBIOTICS Lactobacillus sp. POWDER IN FEED ON THE LAYING HENS PERFORMANCES.

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

PENGARUH SUPLEMENTASI ASAM AMINO DL-METIONIN DAN L-LISIN KADALUARSA DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

PENGARUH IMBANGAN ENERGI DAN PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT KARKAS DAN BOBOT LEMAK ABDOMINAL AYAM BROILER UMUR 3-5 MINGGU

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

JANHUS Journal of Animal Husbandry Science Jurnal Ilmu Peternakan Fakultas Pertanian, Universitas Garut ISSN :

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MANFAAT DEDAK PADI YANG DIFERMENTASI OLEH KHAMIR SACCHAROMYCES CEREVISIAE DALAM RANSUM ITIK BALI JANTAN

PENGARUH TINGKAT PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN (Restricted Feeding) TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER JANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN YANG DITAMBAH PROBIOTIK Lactobacillus casei DENGAN DOSIS BERBEDA TERHADAP PERFORMA ITIK MAGELANG JANTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler yang Mengonsumsi Air Kunyit

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

EVALUASI PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA ITIK PEDAGING YANG DIBERI LEVEL AMPAS TAHU YANG BERBEDA

SKRIPSI BERAT HIDUP, BERAT KARKAS DAN PERSENTASE KARKAS, GIBLET

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN ENTOK LOKAL (Muscovy Duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN. W. Tanwiriah, D.Garnida dan I.Y.

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

ISBN: Seminar Nasional Peternakan-Unsyiah 2014

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Efektivitas Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Performa Puyuh Petelur Umur 7-14 Minggu

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

Transkripsi:

Subekti, Endah., dkk. Pengaruh Penambahan Probiotik... PENGARUH PENAMBAHAN PROBIOTIK HERBAL PADA RANSUM TERHADAP PERFORMENT ITIK PEDAGING Endah Subekti, Dewi Hastuti Program Studi Agribisnis Universitas Wahid Hasyim Semarang (bekti_unwahas@yahoo.com) (dewi_uwh@yahoo.com) ABSTRACT The experiment was conducted to determine the effect of probiotics in diet on performance ( feed consumption, weight gain, and feed conversion) of ducks. Two hundred of day old ducks were divided into five dietary treatments. Each treatment was replicated four times with ten ducks per replicate. The five dietary treatments were P0 (diet without the addition of probiotics), P1 (diet plus probiotics 5 ml/l), P2 (diet plus probiotics 10 ml/l), P3 (diet plus probiotics 15 ml/l) and P4 (diet plus probiotics 20 ml/l). Five dietary treatments and drinking water were given ad libitum. The collected data were analysed using analysis variance of completely randomized design and continued by Duncan s New Multiple Range Test if analysis of the variance indicated significant difference. The result showed that addition of probiotic levels in diet on duck was significantly different on weight gain and feed conversion ratio of duck. Diet with probiotic 15 ml/l (P3) resulted good performance of duck. It gave an average weight of 1,366 g, 2.07 feed conversion and feed consumtion 2,829 for six weeks. Keywords: Duck, Probiotic, Performance. PENDAHULUAN Akibat krisis global, membuat perekonomian di Indonesia ikut mengalami krisis. Hal ini menuntut kita untuk bisa lebih kreatif untuk dapat memanfaatkan segala sumber daya yang kita miliki baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara luas. Salah satu sumber daya alam yang berpeluang untuk dikembangkan adalah ternak itik, karena cukup banyak daerah di Indonesia yang telah menciptakan sentra-sentra produksi itik lokal dan telah menjadi usaha pokok masyarakat setempat. Di samping itu, potensi bahan pakan juga tersedia melimpah disepanjang tahunnya dengan harga relatif murah. Hal ini karena itik dapat diberi pakan berupa sisa atau hasil sampingan produk pertanian dan perikanan seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil kedelai, pollard, kepala udang atau tepung ikan. Bahan pakan tersebut banyak tersedia hampir diseluruh Indonesia. Selain itu, kemajuan teknologi dan kemudahan dalam mencari sumber bahan pakan seperti konsentrat pabrik berkadar protein 36% sangat membantu dan mempermudah peternak dalam menyiapkan ransum untuk itik yang efisien. Di samping potensi bahan pakan lokal, Indonesia juga memiliki beragam itik lokal dengan keunggulan daya adaptasi dan produksi yang tinggi. Dengan seleksi yang ketat untuk tujuan pemurnian dan pembentukan galur, dapat dilakukan persilangan antar jenis itik untuk menghasilkan itik hibrida. Saat ini MEDIAGRO 11 VOL. 11. NO. 2. 2015. HAL. 11-21

telah dihasilkan itik hibrida dengan daya adaptasi, kecepatan tumbuh dan produktivitas daging, serta telur yang lebih tinggi dari kedua induknya. Dengan semakin berkembangnya usaha kuliner dengan bahan dasar daging itik, maka permintaan terhadap daging itik sangat meningkat tajam. Selama ini pada umumnya para usaha kuliner dengan bahan dasar daging itik memperoleh daging itik dari jenis itik petelur yang sudah tidak produktif lagi/ itik petelur afkir. Daging dari itik petelur afkir mempunyai kelemahan diantaranya adalah daging relatif alot, ukuran karkas terlalu besar untuk ukuran satu porsi dan ketersediaannya membutuhkan waktu lama karena harus menunggu itik tersebut diafkir terlebih dahulu. Untuk memenuhi permintaan pasar terhadap daging itik yang semakin tinggi, maka mulai dikembangkan untuk menyediakan itik jenis pedaging yang dipelihara khusus dengan tujuan untuk diperoleh dagingnya dengan pemeliharaan yang lebih singkat yaitu sekitar 10-12 minggu sudah dapat dipanen dengan bobot berkisar antara 1,2-2,6 kg per ekor. Probiotik merupakan mikroba hidup dalam media pembawa yang menguntungkan ternak karena menciptakan kondisi yang optimal untuk pencernaan pakan dan meningkatkan efisiensi konversi pakan sehingga memudahkan dalam proses penyerapan zat nutrisi ternak, meningkatkan kesehatan ternak, mempercepat pertumbuhan dan memprotek dari penyakit pathogen tertentu. Seperti yang disampaikan dalam artikel yang termuat di http://ayamherbal.wordpress.com/, Probiotik pada pakan tambahan ternak berfungsi untuk mengatur keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan. Probiotik mengandung bakteri asam laktat hidup. Bakteri ini tidak patogen, aman dan bersifat menyehatkan serta membantu meningkatkan efisiensi pencernaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kompiang, dkk (2006) bahwa penambahan Probiotik Biovet (larutan Bacillus apiarius 109 CFU/ml) lewat air minum, sebanyak 2 cc/liter air minum setiap hari. Pada minggu pertama, dan selanjutnya 2 kali setiap minggu sampai akhir percobaan menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup ayam yang memperoleh probiotik (1,65 kg) secara nyata (P < 0,05) lebih tinggi dari kontrol (1,56 kg). Nilai FCR dari ayam-ayam yang memperoleh probiotik, 1,69 secara nyata (P < 0,05) lebih baik dari kontrol (1,77). Begitu pula halnya dengan angka kematian dari ayam yang memperoleh probiotik, persentase kematian (4,53%) lebih rendah dari kontrol (5,81%). Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa efektivitas B. apriarius sebagai probiotik di lapangan searah dengan hasil penelitian di kandang percobaan, yakni dapat menggantikan fungsi antibiotik sebagai growth promotor. Dari hasil penelitian-penelitian pada unggas dalam hal ini ayam, penggunaan probiotik menunjukkan hasil yang positif, maka untuk mempercepat pertumbuhan produksi daging serta menghemat biaya pakan penelitian ini dilakukan pada unggas lain yaitu itik untuk memberikan tambahan probiotik pada ransum itik dengan harapan penambahan probiotik ini dapat meningkatkan proses pencernaan pada itik sehingga lebih efisien dalam pemanfaatan pakannya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan probiotik pada ransum terhadap performens itik pedaging yang Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 12

meliputi penambahan bobot badan, konsumsi pakan, dan efisiensi penggunaan pakan. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Itik Itik yang digunakan dalam penelitian ini adalah 200 ekor Day Old Duck (DOD) jantan jenis hibrida. Gambar 1. Bebek Umur 1 hari (DOD) Pakan dan Minum Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan yang disusun sesuai dengan kebutuhan ternak. DOD umur 0-2 minggu menggunakan pakan starter dengan kandungan protein kasar 21% dan energi metabolis 2800 kkal/kg dan untuk DOD umur 3-6 minggu menggunakan pakan finisher dengan kandungan protein kasar 19% dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Pakan dan minum diberikan secara adlibitum. Probiotik yang digunakan dalam penelitian dicampurkan pada ransum. Untuk kontrol (PO) yaitu ransum tidak ditambah probiotik, perlakuan P1 yaitu ransum ditambah probiotik sebanyak 5 ml/liter, perlakuan P2 yaitu ransum ditambah probiotik sebanyak 10 ml/liter, perlakuan P3 yaitu ransum ditambah probiotik sebanyak 15 ml/liter, perlakuan P4 yaitu ransum ditambah probiotik sebanyak 20 ml/liter. Kandang Kandang yang digunakan adalah kandang bambu yang alasnya diberi litter sekam. Kandang disekat-sekat membentuk 20 buah petak-petak persegipanjang dengan ukuran tiap petak 0,75m x 1m x 1m. Masing-masing petak dilengkapi dengan tempat pakan, tempat minum dan bolam lampu 10 Watt sebagai penghangat. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 13

Timbangan Timbangan yang digunakan untuk menimbang pakan dan penambahan bobot badan itik digunakan timbangan digital kapasitas 5 kg dengan kepekaan 1 g. Metode Pemberian pakan itik disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi yaitu dengan menggunakan ransum starter untuk itik umur 0-2 minggu, dan menggunakan ransum finisher untuk itik umur 3-6 minggu. Ransum dan air minum diberikan secara adlibitum. Untuk rancangan percobaan penelitian sebagai berikut : PO : Sebagai kontrol (ransum tidak ditambah probiotik) P1 : Ransum ditambah probiotik 5 ml/ liter P2 : Ransum ditambah probiotik 10 ml/ liter P3 : Ransum ditambah probiotik 15 ml/ liter P4 : Ransum ditambah probiotik 20 ml/ liter Masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan dan masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor DOD. Untuk mengetahui jumlah konsumsi pakan maka ransum sebelum diberikan ditimbang terlebih dahulu demikian juga sisa pakan juga ditimbang. Prosedur Penelitian Persiapan Kandang Dua ratus ekor itik jantan hibrida, dikelompokkan secara acak kedalam 5 kelompok perlakuan (P0, P1, P2, P3 dan P4). Masing-masing kelompok terdiri dari empat ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari 10 ekor. Petak kandang diberi kode sesuai dengan perlakuan penelitian. Masing-masing petak kandang dilengkapi tempat pakan, tempat minum, lampu penghangat dan diberi alas litter dari sekam. Sebelum digunakan, kandang dan peralatan kandang dilakukan proses desinfektan/ cuci hama. Penimbangan itik Itik ditimbang pertama kali pada saat dimulai penelitian yaitu saat itik berumur satu hari, kemudian penimbangan selanjutnya dilakukan setiap satu minggu sampai pada akhir penelitian yaitu saat itik sudah mencapai umur 6 minggu. Pengambilan Data Parameter yang diambil meliputi pertambahan bobot badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. 1. Pertambahan bobot badan. Itik ditimbang pada waktu mulai penelitian, kemudian setiap seminggu sekali dilakukan penimbangan itik secara teratur sampai akhir penelitian, kemudian data yang diperoleh dirata-rata sehingga diperoleh bobot badan selama penelitian. 2.Konsumsi pakan. Konsumsi pakan dapat diketahui dengan penimbangan sisa pakan yang ada setiap minggu untuk mengurangi jumlah pakan yang diberikan Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 14

setiap minggunya dari masing-masing kandang sehingga dapat diketahui konsumsi pakan setiap kandang dalam g/kelompok/minggu yang selanjutnya dapat diketahui konsumsi pakan dalam g/ekor/hari selama penelitian. 3. Konversi pakan. Konversi pakan didapat dengan cara menghitung jumlah ransum yang dikonsumsi per minggu selama penelitian, kemudian dibagi dengan pertambahan bobot badan dalam satuan bobot dan waktu yang sama. Analisis Data Analisis data dengan menggunakan analisis variansi rancangan acak lengkap pola searah (RAL), dan apabila ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan dan data diolah dengan bantuan software SPSS. + = BB awal Probiotik pada Pakan Kenaikan bobot badan HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak untuk fungsi normal tubuh pada periode tertentu. Kebutuhan pakan dalam beternak itik penting untuk diperhatikan karena dapat berpengaruh terhadap performen itik. Pemberian pakan yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan itik. Pada penelitian ini pemberian pakan dilakukan berdasarkan fase pemeliharaan yakni untuk itik umur 0-2 minggu diberikan pakan starter dan untuk itik umur 2-6 minggu menggunakan pakan finisher. Data hasil penelitian terhadap rata-rata konsumsi pakan itik per ekor selama 6 minggu dapat dilihat pada Tabel 1. Feily dan Harianto (2012) menyatakan bahwa rata-rata konsumsi pakan pada itik raja adalah sekitar 2,6 kg/ekor selama pemeliharaan 6 minggu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika waktu pemeliharaan diperpanjang hingga tujuh minggu pakan yang dibutuhkan meningkat menjadi 3,4 kg/ekor. Pakan tersebut diberikan secara terbatas 2 x sehari yaitu pagi pukul 08.00 dan sore hari pukul 16.00. Dalam penelitian ini diperoleh rata-rata konsumsi pakan sebesar 2.832 g/ekor selama pemeliharaan 6 minggu. Lebih tingginya konsumsi pakan itik tersebut disebabkan pemberian pakan dalam penelitian ini diberikan secara ad libitum. Jumlah konsumsi pakan pada ternak yang diberikan secara ad libitum pada umumnya lebih besar dibandingkan pemberian pakan secara terbatas. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 15

Tabel 1. Rata-Rata Konsumsi Pakan Itik Per Ekor Selama 6 Minggu (g/ekor). Ulangan Perlakuan P4 P0 P1 P2 P3 1 2.820 2.850 2.844 2.830 2.825 2 2.825 2.822 2.828 2.825 2.830 3 2.823 2.858 2.840 2.835 2.828 4 2.827 2.834 2.839 2.838 2.832 Rata-rata ns 2.824 2.841 2.838 2.832 2.829 ns berbeda tidak nyata Respon perlakuan dengan penambahan probiotik terhadap konsumsi pakan itik selama penelitian ( 6 minggu) dapat dilihat pada ilustrasi berikut : Dari ilustrasi tersebut terlihat bahwa pengaruh perlakuan yaitu dengan meningkatnya aras pemberian probiotik pada ransum terhadap konsumsi pakan itik selama pemeliharaan 6 minggu cenderung menurun, namun berdasarkan hasil analisis variansi penurunan konsumsi pakan itik tersebut berbeda tidak nyata, sehingga besarnya konsumsi pakan itik adalah relatif sama antar perlakuan. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa konsumsi pakan antar perlakuan dalam penelitian ini menghasilkan perbedaan yang tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh karena pakan yang digunakan untuk semua perlakuan dalam penelitian ini kandungan gizinya sama, baik untuk pakan fase starter maupun pakan untuk fase finisher. Untuk pakan starter mengandung protein kasar 21% dengan energi metabolis 2800 kkal/kg yang diberikan pada semua itik umur 0-2 minggu. Untuk pakan finisher mengandung protein kasar sebesar 19% dengan energy metabolis 2900 kkal/kg yang diberika untuk semua itik mulai umur 2-6 minggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Summers dan Lesson (1993) yang menyatakan bahwa kandungan energi merupakan faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan. Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh kandungan protein pakan Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 16

(Scott et al.,1976). Faktor lain yang menyebabkan konsumsi pakan tidak beda nyata antar perlakuan pada penelitian ini disebabkan oleh karena itik yang digunakan berasal dari strain yang sama, umur dan bobot awal relatif sama, aktifitas serta kondisi lingkungan yang sama pula, sehingga faktor-faktor yang menyebabkan penurunan atau kenaikan konsumsi pakan dapat dihilangkan (Siregar, et al., 1982). Berdasarkan hasil analisis variansi penurunan konsumsi pakan itik tersebut tidak beda nyata, sehingga besarnya konsumsi pakan itik adalah relatif sama antar perlakuan. Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan menurut Anggorodi (1979) adalah pertambahan besar organorgan tubuh, jantung, otak, jaringan otot dan tulang, sedang menurut Williams (1980) menyatakan bahwa pertumbuhan adalah perubahan ukuran yang dapat diukur dengan panjang, berat, jumlah atau volume. Pertumbuhan biasanya dinyatakan dengan pengukuran kenaikkan bobot badan tiap hari, tiap minggu atau tiap waktu lainnya (Tillman et al., 1989). Rata-rata pertambahan bobot badan itik selama penelitian (6 minggu) berkisar antara 1.175 g/ekor sampai 1.390 g/ekor. Data rata-rata pertambahan bobot badan itik selama penelitian secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan yaitu penambahan probiotik pada ransum itik selama pemeliharaan 6 minggu mampu meningkatkan bobot badan itik secara sangat nyata (P < 0,01). Rata-rata pertambahan bobot badan itik paling rendah terdapat pada kelompok perlakuan P0 (control) yaitu perlakuan dengan ransum tanpa penambahan probiotik. Sedang pertambahan bobot badan itik paling tinggi ditunjukkan pada kelompok perlakuan P4 yaitu perlakuan dengan ransum ditambah probiotik 20 ml/liter air minum. Berdasarkan uji Duncan menunjukkan bahwa peningkatan aras pemberian probiotik pada ransum dapat meningkatkan bobot badan itik secara nyata (P<0,01), dengan peningkatan paling tinggi dicapai pada penambahan aras probiotik dari P2 (perlakuan ransum ditambah probiotik 10 ml/l) ke P3 (perlakuan ransum ditambah probiotik 15 ml/liter). Sedang peningkatan aras probiotik lebih lanjut yaitu dari P3 ke P4 (ransum dengan penambahan probiotik 20 ml/liter) memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan yang tidak nyata. Tabel 2. Rata-Rata Pertambahan Bobot Badan Itik Per Ekor Selama 6 Minggu (g/ekor). Ulangan Perlakuan P4 P0 P1 P2 P3 1 1.370 1.182 1.217 1.270 1.360 2 1.380 1.175 1.210 1.260 1.365 3 1.375 1.195 1.220 1.275 1.363 4 1.390 1.180 1.215 1.285 1.375 Rata-rata a,b,c,d 1.379 d 1.183 a 1.216 b 1.273 c 1.366 d a,b,c,d superskrip pada baris rata-rata menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 17

Respon perlakuan dengan penambahan probiotik terhadap peningkatan bobot badan itik selama penelitian (6 minggu) dapat dilihat pada ilustrasi berikut: Dari ilustrasi tersebut terlihat bahwa pengaruh perlakuan yaitu dengan meningkatnya aras pemberian probiotik pada ransum terhadap peningkatan bobot badan itik selama pemeliharaan 6 minggu cenderung meningkat. Dengan peningkatan bobot badan paling tinggi diperlihatkan antara perlakuan P2 ke P3, sementara dari P3 ke P4 hanya mengalami peningkatan bobot badan yang relatif kecil atau tidak nyata. Penambahan probiotik pada ransum itik mampu meningkatkan pertambahan bobot badan itik. Hal ini disebabkan oleh karena probiotik mampu berperan dalam meningkatkan daya cerna itik, sehingga efisiensi penggunaan pakan juga meningkat yang pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap peningkatan pertambahan bobot badan itik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hidayah, N., dkk (2013) bahwa pemberian probiotik pada pakan dengan konsentrasi 107 cfu/ml, 109 cfu/ml dan 1011 cfu/ml memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata dengan kontrol terhadap pertambahan berat badan dan konversi pakan ayam kampung. Namun pemberian probiotik pada pakan dapat memengaruhi penampilan ayam kampung. Konsentrasi probiotik 109 cfu/ml menghasilkan pertambahan berat badan tertinggi dan konversi pakan terendah pada ayam kampong. Pengaruh perlakuan yaitu dengan meningkatnya aras pemberian probiotik pada ransum terhadap peningkatan bobot badan itik selama pemeliharaan 6 minggu cenderung meningkat. Dengan peningkatan bobot badan paling tinggi diperlihatkan antara perlakuan P2 ke P3, sementara dari P3 ke P4 hanya mengalami peningkatan bobot badan yang relatif kecil atau tidak nyata. Konversi Pakan Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 18

Tabel 3. Rata-Rata Konversi Pakan Itik Per Ekor Selama 6 Minggu (g/ekor) Ulangan Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 1 2,05 2,41 2,34 2,23 2,08 2 2,04 2,40 2,34 2,24 2,07 3 2,05 2,39 2,33 2,22 2,07 4 2,03 2,40 2,34 2,21 2,06 Rata-rata a,b,c,d 2,40 a 2,34 b 2,23 c 2,07 d 2,04 d a,b,c,d superskrip pada baris rata-rata menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) Konversi pakan (Feed Converse Ratio) adalah perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan berat hidup sampai ternak tersebut siap dipasarkan (Siregar et al., 1982). Konversi pakan merupakan salah satu kriteria dalam hal kemampuan ternak mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi bentuk yang berguna, dalam hal ini adalah pertambahan bobot badan. Rata-rata konversi pakan itik pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Pengaruh perlakuan yaitu peningkatan aras probiotik pada ransum itik terhadap besarnya konversi pakan secara analisis variansi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). Nilai konversi pakan pada penelitian ini berkisar antara 2,03 sampai 2,41. Perbedaan nilai konversi pakan tersebut berhubungan dengan pertambahan bobot badan itik yang berbeda sangat nyata sedang konsumsi pakan berbeda tidak nyata. Hal ini disebabkan oleh karena konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah kilogram pakan yang dikonsumsi dengan kilogram pertambahan bobot badan dalam waktu yang sama (Siregar et al., 1982). Rata-rata nilai konversi pakan paling tinggi terdapat pada kelompok control (P0) yaitu perlakuan dengan pemberian ransum tanpa penambahan probiotik. Rata-rata nilai konversi pakan pada kelompok control adalah 2,40. Nilai rata-rata konversi pakan paling rendah terdapat pada kelompok P4 ( perlakuan pemberian ransum dengan penambahan probiotik 20 ml/liter) yaitu 2,04. Siregar et al., (1982) menyatakan bahwa semakin kecil nilai konversi pakan berarti semakin baik tingkat konversi pakannya. Besar kecilnya nilai konversi pakan dipengaruhi oleh kemampuan daya cerna ternak, kualitas pakan yang dikonsumsi serta keserasian nilai nutrisinya yang terkandung dalam pakan tersebut (Anggorodi, 1985). Dalam penelitian ini penambahan probiotik pada ransum itik mampu meningkatkan daya cerna, sehingga efisiensi penggunaan pakan juga meningkat yang pada akhirnya dapat meningkatkan bobot badan itik. Respon perlakuan dengan penambahan probiotik terhadap penurunan nilai konversi pakan pada itik selama penelitian ( 6 minggu) dapat dilihat pada ilustrasi berikut : Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 19

Berdasarkan uji Duncan, terlihat bahwa pengaruh peningkatan aras probiotik pada ransum mampu menurunkan nilai konversi pakan yang sangat nyata pada P1 P3, namun peningkatan aras probiotik lebih lanjut yaitu pada perlakuan P4 tidak menunjukkan penurunan nilai konversi pakan yang nyata dibanding P3. Penurunan nilai konversi pakan paling tinggi terjadi pada P2 ke P3. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan probiotik pada ransum itik berpengaruh terhadap peningkatan bobot badan secara nyata (P<0,01), dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan sehingga nilai konversi pakan menurun sangat nyata (P<0,01), namun tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya konsumsi pakan. Perlakuan P3 menunjukkan hasil yang paling baik dibanding perlakuan P0, P1, P2 dan P4. Perlakuan P3 memberi rata-rata bobot 1.366 g, konversi pakan 2,07 dan konsumsi pakan 2.829 g selama pemeliharaan 6 minggu yaitu dari DOD sampai umur 6 minggu. Hasil ini menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan P4 yang menggunakan penambahan probiotik yang lebih tinggi, sehingga P3 lebih hemat. SARAN Upaya meningkatkan bobot badan itik dan meningkatkan efisiensi penggunaan pakan disarankan dengan menambahkan probiotik pada ransum itik. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh peningkatan aras probiotik pada ransum itik terhadap pertambahan bobot badan, peningkatan daya cerna dan pengaruhnya terhadap konsumsi pakan, sehingga benar-benar dapat diketahui aras penambahan probiotik pada ransum yang memberikan hasil paling optimal. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 20

DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, R.1979. Ilmu Makanan Ternak Unggas. PT Gramedia, Jakarta. Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit Universitas Indobesia, Jakarta. Feily danharianto, B. 2013. 40 Hari Panen Itik Raja. PT Agromedia Pustaka, Jakarta. http : // ayamherbal.wordpress.com http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/3940/jurnal%20nurul% 20Hidayah.pdf?sequence=1PENGARUH PENAMBAHAN VARIASI KONSENTRASI STARTER PROBIOTIK PADA PAKAN TERHADAP PERKEMBANGAN AYAM KAMPUNG Gallus domesticus Kompiang, I.P., Supriyati dan Guntoro, S. 2006. http :// peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/semnas pro 06-97.pdf. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006 646 Pengaruh Probiotik Biovet Bacillus Apiarius. Pada Performan Ayam Pedaging : Uji Coba Lapangan (Effect Of Probiotic Supplementation On The Performance Of Broiler : Field Trials). Scott, M. L. Nesheim and R. J, Young.1976. Nutrition of The Chicken.2 nd ed., M. L, Scott and Association, Ithaca, New York. Siregar, A.P. dan M. Sabrani dan S. Pramu, 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan ke-2, Margie Group, Jakarta. Summers, J. D., and S. Lesson. 1993. Influence of Diets Varying in Nutrient Density on The Development and Reproductive Pervormance of White Leghorn Pullets. Poultry Science. 72 : 1500-1509. Supriyadi. 2009. Panduan Lengkap Itik. Penebar Swadaya. Jakarta. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo dan S. Labdosoekojo. 1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Williams, I. H., 1980. Growth and Energy in Acours Manual in Nutrition and Growth. H. L. Davies. International Development Program (AUIDP) Australia Vice Chacellors Comites, Malbourne. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian 21