BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA GENSET TYPE EC 1500a MENGGUNAKAN BAHAN PREMIUM DAN LPG PENGARUHNYA TERHADAP TEGANGAN YANG DIHASILKAN

MODIFIKASI MESIN DIESEL SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR SOLAR MENJADI LPG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GAS MIXER

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN OTTO BAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN BAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DENGAN MANUAL. data data dari tabel hasil pengujian performansi motor diesel. sgf = 0,845 V s =

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bahan dan alat uji yang digunakan untuk pengumpulan data, pengujian, diagram

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER EMPAT LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS LPG DAN BIOGAS

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

SKRIPSI MOTOR BAKAR. Disusun Oleh: HERMANTO J. SIANTURI NIM:

UJI PERFORMANSI MESIN DIESEL BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN MODIFIKASI SISTEM PEMBAKARAN DAN MENGGUNAKAN KONVERTER KIT SEDERHANA

Bagaimana perbandingan unjuk kerja motor diesel bahan bakar minyak (solar) dengan dual fuel motor diesel bahan bakar minyak (solar) dan CNG?

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM, HIDROGEN DAN ETANOL 96% TERHADAP PERFOMANSI DAN EMISI GAS BUANG MESIN GENSET OTTO

III. METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah:

LATAR BELAKANG. Alternatif pengganti bahan bakar minyak. Nilai Emisi LPG. Converter Kit Manual yg Brebet. Converter Kit

KAJIAN PERFORMANSI MESIN GENSET OTTO DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN CAMPURAN ZAT ADITIF-PREMIUM (C1:80, C3:80, C5:80)

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL PADA BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BENSIN

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN CAMPURAN SOLAR DAN BIOSOLAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN DIESEL

Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepeda motor 4-

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi sepeda motor bensin 4-langkah 100 cc. uji yang digunakan adalah sebagai berikut :

PENGARUH VARIASI PERBANDINGAN BAHAN BAKAR SOLAR-BIODIESEL (MINYAK JELANTAH) TERHADAP UNJUK KERJA PADA MOTOR DIESEL

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR BIODIESEL CAMPURAN MINYAK JARAK PAGAR (JATROPHA CURCAS) DENGAN CRUDE PALM OIL (CPO)

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERFORMANSI MOTOR BAKAR SATU SILINDER BAHAN BAKAR BIOGAS DAN BAHAN BAKAR GAS LPG

ANALISA VARIASI BENTUK JET NEEDLE KARBURATOR PADA MOTOR4 TAK 125 CC BERBAHAN BAKAR E 100 DENGAN SISTEM REMAPPING PENGAPIAN CDI

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

PERBANDINGAN UNJUK KERJA GENSET 4-LANGKAH MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN LPG DENGAN PENAMBAHAN MIXER VENTURI

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT

: Suzuki Satria F 150 cc. : 150 cc, 4 langkah, DOHC pendingin udara. : Cakram depan belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER 4 LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN BIOGAS

Jurnal FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014


BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III PROSES MODIFIKASI DAN PENGUJIAN. Mulai. Identifikasi Sebelum Modifikasi: Identifikasi Teoritis Kapasitas Engine Yamaha jupiter z.

Spesifikasi Bahan dan alat :

III. METODE PENELITIAN

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN BIODIESEL SESAMUM INDICUM

III. METODOLOGI PENELITIAN. uji yang digunakan adalah sebagai berikut.

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Sistem Putaran Stasioner (Idle Speed)

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR OTTO BERBAHAN BAKAR PERTALITE DENGAN CAMPURAN PERTALITE-ZAT ADITIF CAIR

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

BAB III METODE PENELITIAN. Daya motor dapat diketahui dari persamaan (2.5) Torsi dapat diketahui melalui persamaan (2.6)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

KAJIAN STUDI PENGARUH JARAK MEDAN MAGNET 2500 GAUSS DENGAN RUANG BAKAR TERHADAP PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM

PENGARUH CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM, HIDROGEN DAN ETANOL 99% TERHADAP PERFORMANSI DAN EMISI GAS BUANG MESIN GENSET OTTO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan bahan baku biodiesel dilakukan di laboratorium PIK (Proses

PENGUJIAN PERFORMANSI GENERATOR SET MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR SOLAR DAN PERTAMINA DEX

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PRESTASI MOTOR BENSIN HONDA KARISMA 125 CC TERHADAP BAHAN BAKAR BIOGASOLINE, GAS LPG DAN ASETILEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. berikut ini adalah diagram alir kerangka pelaksanaan penelitian. PEMBUATAN CATALYTIC CONVERTER PENGUJIAN EMISI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI KINERJA MESIN BERBAHAN BAKAR SOLAR DAN CPO DENGAN PEMANASAN AWAL SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mesin uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mesin 2 langkah 135 cc dengan data sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERNYATAAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR BERKAPASITAS 125 CC MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR PERTAMAX DENGAN LPG

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, mesin uji yang digunakan adalah motor bensin 4-langkah

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

Selenoid valve 12 volt, suhu, torsi maksimum, daya maksimum, dan emisi gas buang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

PENGARUH BESAR MEDAN MAGNET TERHADAP PRESTASI MESIN DIESEL STASIONER SATU SILINDER

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengujian dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama kurang lebih 2 bulan. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan bakar premium dan bahan bakar LPG (liquified petroleum gas) 3.2.2 Alat Alat yang dipakai dalam eksperimen ini terdiri dari: 1. Generator set bensin 4-langkah merk STARKE Tipe GFH1900LX 2. Multimeter yang digunakan untuk mengukur tegangan yang terjadi pada saat pengujian 3. Tachometer untuk mengukur jumlah putaran per menit 4. Alat uji emisi LPGauto LPG analyzer 5. Alat bantu perbengkelan, seperti: kunci pas, kunci inggris, kunci ring, obeng, tang, dan lain sebagainya. 6. Bola lampu yang digunakan sebagai pengatur daya yang akan diuji 7. Stop wacth, untuk menentukan waktu yang direncanakan, menghabiskan berapa banyak bahan bakar yang dibutuhkan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi: a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuraan dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing-masing pengujian. b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian karakteristik bahan bakar premium dan bahan bakar LPG yang diperoleh dari berbagai sumber yang ada.

Metode Pengolahan Data Data yang diperoleh dari data primer dan data sekunder diolah ke dalam rumus empiris, kemudian data dari perhitungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik 3.4 Pengamatan dan Tahap Pengujian Pada penelitian yang akan diamati adalah: 1. Parameter tegangan dan parameter daya efektif 2. Parameter komsumsi bahan bakar spesifik (sfc) 3. Efisiensi thermal brake 4. Parameter komposisi gas buang Prosedur pengujian dapat dibagi beberapa tahap, yaitu: 1. Pengujian motor bensin dengan bahan bakar bensin premium 2. Pengujian motor bensin dengan bahan bakar LPG 3.5 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Otto Generator Set Disini dilakukan pengujian dengan menggunakan mesin Generator set 4- langkah dengan merk STARKE Tipe GFH1900LX Gambar 3.1 Generator set yang akan diuji

Spesifikasi : Capacity : 900 Watts/ 220V/ 50Hz Tank Capacity : 6 L DC Current : 12V/ 8.3A Starter : Manual Peak Power : 1,3 KW Rate Power : 1,0 KW Power Faktor : 1,0 Noise Level 7 m distance : 63 db Mesin : 3.0 Hp air Cooled OHV/ 3600 rpm Operation Time : 7 Hours Weight : 26 Kg Dimensions : 370 x 400 x 460 mm Pengujian ini juga menggunakan alat-alat seperti: a. Multi meter. Gambar 3.2 Multimeter Spesikikasi: Pabrikan :Fluke Type :2x AA 1.5 V Battery Dimension : 180 x 89 x 51.1 mm

b. Tachometer Gambar 3.3 Tachometer Spesifikasi: Pabrikan : Krisbow Dimension : 210 x 74 x 37 (mm) Type : Display 5 digital 18 mm (0,7 LCD) Accuracy : ± (0.05 % + 1digital) Sampling time : 0.8 sec (over 60 rpm) Range select : Auto range Time base : Quartz crystal Power : 4 x 1,5 VAA size battery or 6 V direct current stable or voltage power c. Bola lampu Bola lampu yang digunakan ada 8 buah yang masing-masing mempunyai daya 100 Watt per lampu dengan tegangan 220 Volt yang tersusun seperti di bawah ini

Gambar 3.4 Bola lampu Pada pengujian ini, akan diteliti performansi mesinbensin serta komposisi emisi gas buang. Pengujian ini dilakukan pada 6 variasi waktu, yaitu: 15 menit, 30 menit, 45 menit, 60 menit, 75 menit, dan 90 menit serta 3 variasi beban yaitu: tanpa beban, beben bolam dengan 400 watt dan 800 Watt. Pengujian dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghidupkan mesin dengan menarik starter yang terdapat pada mesin, memanaskan mesi selama 2 menit supaya mesin beroperasi dengan stabil. 2. Setelah mesin beroperasi dengan stabil, maka mesin diuji selama 15 menit. 3. Setelah mesin beroperasi selama 15 menit, diukur putaran. 4. Mencatat rpm melalui pembacaan tachometer. 5. Dihitung juga tegangan yang terjadi. 6. Mencatat tegangan dari hasil pembacaan multimeter. 7. Melanjutkan pengujian mesin pada 15 menit selanjutnya hingga 90 menit 8. Mengulang pengujian untuk variasi beban mesin Diagram alir pengujian performansi motor bakar bensin yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.5

Mulai Waktu uji bahan bakar: 15, 30, 45, 60,75,90 menit Putaran : n rpm Beban: P Watt Mencatat komsumsi bahan bakar selama 15, 30, 45, 60,75,90 menit Mencatat daya Mencatat tegangan Tidak Mencatat data hasil pembacaan alat ukur dengan rumus empirirs Mengulang pengujian dengan beban yang berbeda Validasi Ya Kesimpulan selesai Gambar 3.5 Diagram alir pengujian performansi mesin otto generator set

3.6 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang Pengujian emisi LPG buang yang dilakukan meliputi kadar CO, CO 2, UHC, dan O2 yang terdapat pada hasil pembakaran bahan bakar. Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian untuk kerja motor bakar premium dimana gas buang yang dihasilkan oleh mesin uji pada saat pengujian diukur untuk mengetahui kadar emisi dalam gas buang. Pengujian emisi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan alat auto logic gas analyzer. Diagram alir pengujian emisi gas motor bakar bensin yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.6. Gambar 3.6 Auto logic Gas analyzer

Mulai Menyambungkan perangkat auto gas analyzer ke komputer Mengosongkan kandungan gas dalam auto gas analyzer Memasukkan gas fitting ke dalam knalpot motor bakar Menunggu kira-kira 2 menit hingga pembacaan stabil dan melihat tampilannya di komputer Mengulang pengujian dengan beban yang berbeda Megolah data dari 5 kali pengujian selesai Gambar 3.7 diagram alir pengujian emisi LPG buang motor bakar

3.7 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Otto Generator Set Premium dengan Menggunakan Bahan Bakar LPG Prosedur pengujian dengan bahan bakar LPG sama dengan pengujian dengan pengujian bahan bakar premium. Tapi sebelum pengujian ini, karburator dimodifikasi, supaya karburator dapat menyalurkan LPG 3.7.1. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Memodifikasi Karburator 1. Karburator Karburator merupakan bagian dari mesin yang bertugas dalam sistem pengabutan(pemasukan bahan bakar ke dalam silinder). Untuk itu fungsi dari karburator antara lain: Untuk mengatur udara dan bahan bakar ke dalam saluran isap. Untuk mengatur perbandingan bahan bakar-udara pada berbagai beban kecepatan motor. Mencampur bahan bakar dan udara secara merata. Proses pemasukan bahan bakar kedalam silinder dinamakan karburasi. Sedangkan alat yang melakukan nya dinamakan karburator. Gambar 3.8 Karburator yang akan dimodifikasi

Sedangkan Komponen-komponen penting pada karburator diantaranya: a. Tabung Skep. Berfungsi membuka lubang venturi, sehingga udara yang dibutuhkan makin besar.dalam tabung skep terdapat pegas yg berfungsi untuk mengembalikan tabung Skep ke posisi semula saat handle gas di lepas. b. Jarum skep / Jet needle Jarum skep ini berada di dalam tabung Skep tugasnya membuka debit bahan bakar, semakin terangkatnya jarum skep, maka debit bahan bakar yang masuk ke venturi semakin banyak. Jarum skep memiliki setelan klip. Jika posisi klip semakin di bawah, bahan bakar semakin boros.begitu juga sebaliknya. c. Main Jet Main jet Berfungsi untuk mensuplai bahan bakar di saat mesin putaran tinggi. d. Pilot Jet Berfungsi buat mensuplai bahan bakar di putaran rendah (stasioner) hingga 4.000 rpm. Saat gas di tarik suplai pun berangsur hilang dan beralih ke Main jet yg akhirnya digantikan secara penuh oleh main jet di putaran atas. e. Idle Screw Idle screw bertugas menaikkan atau menurunkan rpm mesin. Semakin ke dalam (di putar ke kanan), baut akan mendorong tabung skep naik ke atas. f. Air screw Bekerja mengatur campuran udara dan bahan bakar ideal. Setiap motor punya setelan berbeda. Tapi, biasanya 2 hingga 2,5 putaran setelah ditutup habis. g. Pelampung & Jarum pelampung ( Float & Float valve) Kedua part ini berfungsi sebagai keran buka-tutup aliran premium dari tangki bahan bakar. Ketika premium di mangkuk karbu penuh, maka jarum yg berada di lidah pelampung akan menutup aliran premium yang masuk. Di dalam mangkuk juga terdapat pipa yang tugasnya membuang premium yang penuh di mangkuk.

2. Selang Regulator Gambar 3.9 Selang Regulator 3. Tabung LPG Berfungsi sebagai tempat bahan bakar. Tabung ini juga berisi tekanan yang akan mengeluarkan LPG dengan tekanan tersebut Gambar 3.10 Tabung LPG 4. Kran Berfungsi untuk membuka atau menutup saluran selang regulator ke mesin Gambar 3.10 Kran

5. selang minyak vespa Gambar 3.11 Selang minyak vespa 3.7.2 Memodifikasi Karburator Proses modifikasi pada karburator dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Melepas komponen Pelampung & Jarum pelampung (Float & Float valve) yang terdapat pada karburator. b. Meminimaliskan udara yang masuk ke ruang pembakaran dengan cara menutup saluran udara yang ada pada karburator. c. Selang regulator dihubungkan dengan seleng minyak vespa menggunakan kran. d. Kemudian selang dihubungkan ke karburator yang telah dilepaskan pelampung dan jarum pelampung. e. Regulator dihubungkan ke tabung LPG Gambar 3.12 Pelampung & Jarum pelampung (Float & Float valve)

Gambar 3.13 selang regulator yang telah dihubungkan dengan karburator

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN 4.1 Pengujian Performansi Mesin Otto Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin generator set 4-langkah merk STARKE Tipe GFH1900LX melalui unit instrumentasi dan perlengkapan yang digunakan pada saat pengujian antara lain: Putaran (rpm) melalui tachometer Tegangan (volt) melalui multimetre Komsumsi bahan bakar yang digunakan dalam waktu yang ditentukan melalui gelas ukur 4.1.1 Tegangan Pada table 4.1 dapat dilihat besarnya tegangan untuk pengujian masingmasing torsi mesin baik dengan menggunakan bahan bakar premium maupun bahan bakar LPG jenis LPG pada berbagai kondisi pembebanan. Tabel 4.1 Data hasil pengujian tanpa beban dengan bahan bakar Premium Beban (Watt) Tanpa Beban DATA PREMIUM RATA-RATA Hasil Pembacaan WAKTU Unit Instrumentasi 15 30 45 60 75 90 Tegangan (Volt) 214.52 214.92 215.5 215.64 215.64 215.74 Putaran Mesin (rpm) 3249.2 3251 3252 3256.6 3256.6 3257

Tegangan (volt) Putaran vs Tegangan 216 215,8 215,6 215,4 215,2 215 214,8 214,6 214,4 3248 3250 3252 3254 3256 3258 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.1 Grafik Putaran vs tegangan tanpa beban dengan bahan bakar Premium Dari gambar 4.1 dijelaskan bahwa putaran yang terjadi pada saat mesin tanpa beban dari 3249.2 rpm sampai 3257 rpm. Sedangkan tegangan yang terjadi adalah 215.74 volt. Tabel 4.2 Data hasil pengujian tanpa beban dengan bahan bakar LPG Beban (Watt) Tanpa Beban DATA LPG RATA-RATA Hasil Pembacaan WAKTU Unit 15 30 45 60 75 90 Instrumentasi Tegangan (Volt) 62.64 63.12 63.36 63.56 63.76 64.2 Putaran Mesin (rpm) 2866.6 2875.8 2879 2882.6 2884.2 2887

Tegangan (Volt) Putaran vs Tegangan 64,4 64,2 64 63,8 63,6 63,4 63,2 63 62,8 62,6 62,4 2865 2870 2875 2880 2885 2890 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.2 Grafik Putaran vs tegangan tanpa beban dengan bahan bakar LPG Dari gambar 4.2 dijelaskan bahwa putaran pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG tanpa adanya beban mencapai 2887 rpm dan tegangan 64.2 volt. Dari gambar 4.1 dan gambar 4.2, diperoleh perbandingan bahwa: Putaran mesin saat menggunakan bahan bakar premium lebih besar dari pada saat menggunakan bahan bakar LPG, Tegangan pada pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium lebih besar dari pada saat menggunakan bahan bakar LPG, karena tegangan berbanding lurus putaran, semakin besar putaran maka tegangan juga semakin besar atau sebaliknya. Untuk pembebanan 400 Watt, Tegangan yang dihasilkan pada pengujian dapat dilihat pada table 4.3 di berikut: Tabel 4.3 Hasil pengujian untuk beban 400 Watt dengan bahan bakar premium DATA PREMIUM RATA-RATA Beban (Watt) Hasil Pembacaan Unit Instrumentasi WAKTU 15 30 45 60 75 90 400 Watt Tegangan (Volt) 255.28 256.2 256.76 257.1 257.3 257.58 Putaran Mesin 3317 3318.6 3321.4 3322.8 3323.4 3325.2 (rpm) Arus (Ampere) 1.567 1.561 1.558 1.556 1.554 1.5523

258 Putaran vs Tegangan 257,5 Tegangan (Volt) 257 256,5 256 255,5 255 3316 3318 3320 3322 3324 3326 Putaran mesin (rpm) Gambar 4.3 Grafik Putaran vs tegangan pada beban 400 watt dengan bahan bakar premium Dari gambar 4.3, dijelaskan bahwa putaran yang terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium adalah mencapai 3325.2 rpm dan tegangan yang terjadi adalah 257.58 volt. Untuk bahan bakar LPG dengan beban 400 Watt, tegangan yang dihasilkan dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut: Tabel 4.4 Hasil pengujian untuk beban 400 Watt dengan bahan bakar LPG Beban (Watt) 400 Watt Hasil Pembacaan Unit Instrumentasi Tegangan (Volt) DATA LPG RATA-RATA WAKTU 15 30 45 60 75 90 150.8 151.14 151.3 151.48 151.66 151.9 Putaran Mesin (Rpm) 2543.6 2547.2 2550.6 2553.6 2555.8 2558.6 Arus (Ampere) 2.652 2.646 2.643 2.640 2.637 2.633

Putaran vs Tegangan Tegangan (Volt) 151,8 151,6 151,4 151,2 151 150,8 150,6 2540 2545 2550 2555 2560 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.4 Grafik Putaran vs tegangan pada beban 400 watt dengan bahan bakar LPG Dari gambar 4.4, dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, putaran mesin mencapai 2558.6 rpm sedangkan tegangannya adalah 151.9 volt Dari gambar 4.3 dan gambar 4.4 diperoleh perbandingan bahwa: Pada beban 400 Watt, putaran pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium lebih besar dari pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG dan ini menyebabkan tegangan pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium lebih besar dari pada saat menggunakan bahan bakar LPG Tabel 4.5 Hasil pengujian untuk beban 800 Watt dengan bahan bakar premium Beban (Watt) 800 Watt DATA PREMIUM RATA-RATA Hasil WAKTU Pembacaan Unit 15 30 45 60 75 90 Instrumentasi Tegangan (volt) 234.6 235.2 235.54 235.98 236.04 236.22 Putaran (rpm) 3337.2 3340.2 3342.2 3345.2 3345.8 3347.4 Arus (Ampere) 3.41 3.401 3.396 3.390 3.389 3.387

Putaran vs Tegangan Tegangan (Volt) 236,2 236 235,8 235,6 235,4 235,2 235 234,8 234,6 234,4 3336 3338 3340 3342 3344 Putaran Mesin (rpm) 3346 3348 Gambar 4.5 Grafik Putaran vs tegangan pada beban 800 watt dengan bahan bakar premium Dari gambar 4.5, dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar Premium, putaran mencapai 3347.4 rpm dan tegangan yang terjadi adalah 236.22 volt Untuk bahan bakar LPG dengan beban 800 Watt, tegangan yang dihasilkan ditunjukkan pada tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Hasil pengujian untuk beban 800 Watt dengan bahan bakar LPG DATA LPG RATA-RATA Beban (Watt) Arus (Ampere) Hasil WAKTU Pembacaan Unit Instrumentasi 15 30 45 60 75 90 Tegangan (volt) 121.06 121.32 121.54 121.72 121.94 122.22 Putaran (rpm) 2052.6 2060.2 2068.4 2076.2 2081.4 2089 Arus (Ampere) 6.608 6.593 6.574 6.572 6.56 6.545

Tegangan (Volt) Putaran vs Tegangan 122,4 122,2 122 121,8 121,6 121,4 121,2 121 2050 2060 2070 2080 2090 2100 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4. 6 Grafik Putaran vs tegangan pada beban 800 watt dengan bahan bakar LPG Dari gambar 4.6 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, putaran yang terjadi mencapai 2089 rpm dan tegangannya adalah 122.22 volt. Dari gambar 4.5 dan gambar 4.6 diperoleh perbandingan yaitu: Pada saat mesin diberi beban 800 Watt, putaran paling besar terjadi pada mesin menggunakan bahan bakar premium, begitu juga dengan tegangannya. Pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium waktu diberi beban 800 Watt, putaran meningkat dari saat diberi beban 400 watt, namun tegangan berkurang. Ini disebabkan pertambahan beban yang besar, namun pertambahan putaran tidak terlalu mempengaruhi tegangan, Pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG waktu diberi beban 800 Watt, putaran lebih kecih dari 400 Watt atau berkurang, sehingga tegangannya berkurang dari saat diberi beban 400 Watt.

Dengan menggabungkan gambar 4.1, gambar 4.3 dan gambar 4.5, maka diperoleh perbandingan tegangan mesin menggunakan bahan bakar premium. Dapat dilihat pada gambar 4.7. Tegangan (Volt) 260 250 240 230 220 210 Putaran vs Tegangan Menggunakan Bahan Bakar Premium 200 3240 3260 3280 3300 3320 3340 3360 Putaran Mesin (rpm) Tanpa Beban 400 Watt 800 Watt Gambar 4.7 Grafik Putaran vs Tegangan dengan menggunakan bahan bakar Premium Dari gambar 4.7 dijelaskan bahwa : Putaran tertinggi terjadi pada saat mesin dibebani dengan 800 Watt, yaitu 3347.2 rpm. Mesin pada generator akan menaikkan putaran secara otomatis jika beban pada generator ditambah Tegangan tertinggi terjadi pada saat mesin dibebani dengan 400 watt, yaitu 257.58 Volt. Sedangkan perbandingan tegangan pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, setelah gambar 4.2, gambar 4.4 dan gambar 4.6 digabung, seperti gambar 4.8 berikut:

Putaran vs Tegangan Menggunakan Bahan Bakar LPG Tegangan (Volt) 160 150 140 130 120 110 100 90 80 70 60 2050 2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400 2450 2500 2550 2600 2650 2700 2750 2800 2850 2900 Putaran Mesin (rpm) Tanpa Beban 400 Watt 800 Watt Gambar 4.8 Grafik Putaran vs Tegangan dengan menggunakan bahan bakar LPG Dari grafik 4.8 dijelaskan bahwa: Putaran tertinggi terjadi pada saat mesin tanpa adanya beban Tegangan yang tetinggi terjadi pada saat mesin dibebani dengan 400 Watt 4.1.2 Torsi Dari data yang diperoleh setelah dilakukannya pengujian, maka torsidapat diperoleh dengan menggunakan rumus di bawah ini, maka torsi dapat diperoleh. Rumus tersebut dapat ditulis sebagai berikut: P = 2πn 60 T T = 60P 2πn Pada pengujian tanpa beban, mesin tidak menghasilkan torsi, dikarenakan beban (P) sama dengan nol Dengan mengunakan hasil-hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.3, maka torsi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan bakar premium dengan beban 400 Watt, maka torsi adalah sebagai berikut: P = 400 Watt

Putaran = 3317 rpm T = 60.400 2. π. 3317 T = 1.121423 N.m Untuk waktu pengujian 30, 45, 60, 75, 90 menit dengan bahan bakar premium saat beban 400 Watt, ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Torsi yang dihasilkan pada beban 400 Watt dengan bahan bakar premium TORSI PADA BEBAN 400 Watt Waktu 15 30 45 60 75 90 400 Watt Putaran (rpm) 3317 3318.6 3321.4 3322.8 3323.4 3325.2 Torsi (N.m) 1.1521 1.1516 1.1506 1.1501 1.1499 1.1493 Torsi (N.m) Putaran vs Torsi 1,1525 1,152 1,1515 1,151 1,1505 1,15 1,1495 1,149 3316 3318 3320 3322 3324 3326 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.9 Grafik Putaran vs torsi pada beban 400 Watt dengan bahan bakar premium Dari gambar 4.9 dijelaskan bahwa torsi mengalami penurunan, yaitu sebesar 1.1521 N.m hingga 1.1493 N.m

Untuk bahan bakar LPG, torsi yang dihasilkan dengan menggunakan beban 400 Watt yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Torsi yang dihasilkan pada beban 400 Watt dengan bahan bakar LPG TORSI PADA BEBAN 400 Watt 400 Watt Waktu 15 30 45 60 75 90 Putaran (rpm) Torsi (N.m) 2543.6 2547.2 2550.6 2553.6 2555.8 2558.6 1.5025 1.5003 1.4983 1.4966 1.4952 1.4937 Torsi (N.m) Putaran vs Torsi 1,503 1,502 1,501 1,5 1,499 1,498 1,497 1,496 1,495 1,494 1,493 2540 2545 2550 2555 2560 Putaran Mesin Gambar 4.10 Putaran Vs torsi pada bebab 400 watt dengan mengguanakan bahan bakar LPG Dari gambar 4.10 dijelaskan bahwa torsi yang terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG mengalami penurunan dari 1.5025 N.m pada putaran 2543.6 rpm hingga 1.4937 pada putaran 2558.6 rpm. Dari gambar 4.9 dan gambar 4.10 diperoleh perbandingan yaitu: Pada saat pembebanan 400 Watt, torsi yang paling tinggi terjadi pada saat pengujian dengan bahan bakar LPG, dikarenakan putaran berbanding terbalik dengan torsi. Jika putaran makin besar maka torsi akan semakin kecil.

dengan Untuk bahan bakar premium dengan beban 800 Watt, torsi yang diperoleh Daya = 800 Watt Putaran = 3337,2 rpm T = 60.800 2. π. 3317 T = 1.14516 N.m Untuk waktu pengujian 30, 45, 60, 75, 90 menit dengan bahan bakar premium saat beban 800 Watt, ditunjukkan pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Torsi yang dihasil pada beban 800 Watt dengan bahan bakar premium TORSI PADA BEBAN 800 Watt 800 Watt Waktu (Menit) 15 30 45 60 75 90 Putaran 3337,2 3340,2 3342,2 3345,2 3345,8 3347,8 (rpm) Torsi (N.m) 2,29034 2,28828 2,28691 2,28486 2,28445 2,28309 Torsi (N.m) Putaran vs Torsi 2,291 2,29 2,289 2,288 2,287 2,286 2,285 2,284 2,283 2,282 3336 3338 3340 3342 3344 3346 3348 3350 Putaran mesin (rpm) Gambar 4.11 Grafik Putaran Vs torsi pada beban 800 watt dengan mengguanakan bahan bakar premium

Dari gambar 4.11 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium, torsi yang terjadi adalah 1.1452 N.m pada putaran 3337.2 rpm dan mengalami penurunan hingga 1.1415 N.m 3347.8 rpm Untuk bahan bakar LPG, torsi dengan beban 800 Watt yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.10 Torsi yang dihasil pada beban 800 Watt dengan bahan bakar LPG TORSI PADA BEBAN 800 Watt 800 Watt Waktu 15 30 45 60 75 90 Putaran (rpm) 2052.6 2060.2 2068.4 2076.2 2081.4 2089 Torsi (N.m) 3.7237 3.7099 3.6953 3.6814 3.6722 3.6588 Torsi (N.m) Putaran vs Torsi 3,73 3,72 3,71 3,7 3,69 3,68 3,67 3,66 3,65 2050 2060 2070 2080 2090 2100 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.12 Grafik Putaran Vs torsi pada beban 800 watt dengan bahan bakar LPG Dari gambar 4.12 dijelaskan bahwa pada saat mesin mengguanakan bahan bakar LPG torsinya mencapai 3.7237 N.m pada putaran 2057.6 rpm dan 3.6588 pada putaran 2089 rpm. Dari gambar 4.11 dan gambar 4.12 diperoleh perbandingan sebagai berikut:

Torsi pada saat dibebani 800 Watt, pada saat mesin mengguanakan bahan bakar LPG mengalami peningkatan dari saat dibebani 400 Watt, sedangkan pada saat menggunakan bahan bakar premium, torsi mengalami penurunan, dikarenakan makin besar Putaran maka torsi akan semakin kecil atau sebaliknya. Torsi pada saat pembebanan 800 Watt, mesin generator Pada saat menggunakan bahan bakar LPG menghasilkan Torsi lebih besar dari pada menggunakan bahan bakar premium Dengan menggabungkan gambar 4.9 dan gambar 4.11 maka perbandingan torsi pada mesin pada saat mesin menggunkan bahan bakar Premium dapat dilihat pada gambar 4.13. 2,5 Putaran vs Torsi menggunakan bahan Bakar Premium Torsi (N.m) 2 1,5 1 0,5 0 3310 3320 3330 3340 3350 Putaran Mesin (rpm) 400 Watt 800 Watt Gambar 4.13 Grafik putaran vs torsi menggunakan bahan bakar Premium Dari gambar 4.13 dijelaskan bahwa torsi terbesar pada saat mesin generator menggunakan bahan bakar Premium terjadi pada saat mesin dengan dibebani 800 Watt, karena torsi berbanding terbalik dengan putaran. Semakin besar putaran maka torsi akan semakin kecil dan sebaliknya.

Demikian juga pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, perbandingan torsi ditunjukkan pada gambar 4.14 Putaran vs Torsi menggunakan bahan Bakar LPG 3,45 Torsi (N.m) 2,95 2,45 1,95 400 Watt 800 Watt 1,45 2050 2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400 2450 2500 2550 2600 2650 2700 2750 2800 2850 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.14 Grafik Putaran vs Torsi menggunakan bahan bakar LPG Dari gambar 4.14 dijelaskan bahwa torsi terbesar pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG terjadi pada saat mesin dibebani 800 watt, karena putaran sewaktu dibebani 800 Watt lebih kecil dari pada saat dibebani 400 Watt 4.1.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific fuel consumption, Sfc) dari masing masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : Sfc = m f x103 P B dimana :Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kw.h) m f = laju aliran bahan bakar (kg/jam) Besarnya laju aliran massa bahan bahan bakar (mf) dihitung dengan persamaan berikut :

m f = sg f V f10 3 x 3600 t f dimana : sg f = spesific gravity V f = Volume bahan bakar yang diuji (dalam hal ini pada saat 15 menit (900 detik) awal, berapa ml komsumsi bahan bakar yang terjadi). t f = waktu untuk menghabiskan bahan bakar sebanyak volume uji (detik). Harga sg f untuk premium adalah 0.739,sedangkan untuk bahan bakar LPG adalah 0,56. Maka, dapat dihitung dalam percobaan laju aliran bahan bakar dengan memasukkan data-data yang diperoleh dari pengujian. 1. Pengujian tanpa beban V f = 95 ml t f = 900 detik m f = 0,739.95.10 3 x3600 900 = 0,28082kg / jam Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya (Sfc). Namun akibat tidak adanya daya yang digunakan, makabahan bakar spesifiknya (Sfc) adalah 0. Di bawah ini ditunjukkan tabel pengujian yang dilakukan selama 90 menit tanpa menggunakan beban 2. Pengujian dengan beban 400 Watt V f = 140 ml t f = 900 detik m f = 0,739.140.10 3 x3600 900 = 0,414kg / jam Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya (Sfc). Dengan menggunakan beban 400 Watt maka,

0,414 x103 Sfc = 0,4 = 1035 g/kw.jam Dengan cara yang sama untuk setiap pengujian, maka hasil perhitungan Sfc untuk kondisi waktu 30, 45,60,75, 90 menit dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 400 Watt dengan bahan bakar premium (Sfc) Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 400 Watt (Sfc) Waktu 15 30 45 60 75 90 400 Watt Putaran (rpm) 3317 3318.6 3321.4 3322.8 3323.4 3325.2 Konsumsi bahan bakar(ml) 140 276 412.6 547.4 683 818 Sgf 0.739 0.739 0.739 0.739 0.739 0.739 m f (kg/jam) 0.414 0.408 0.407 0.405 0.404 0.403 Sfc (g/kw.h) 1035 1020 1017.5 1012.5 1010 1007.5 sfc (g/kw.h) Putaran vs sfc 1040 1035 1030 1025 1020 1015 1010 1005 3316 3318 3320 3322 3324 3326 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.15 Grafik Putaran vs sfc dengan beban 400 Watt dengan bahan bakar premium

Dari gambar 4.15 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium dan dibebani 400 Watt, sfc berkisar dari 1035 g/kw.h pada putaran 3317 hingga 1007.5 g/kw.h pada putaran 3325.2 rpm. Untuk pengujian dengan bahan bakar LPG, sfc yang dihasilkan dapat dilihat tabel 4.16 berikut: Tabel 4.12 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 400 Watt dengan bahan bakar LPG (Sfc) Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 400 Watt (Sfc) 400 Watt Waktu 15 30 45 60 75 90 Putaran (rpm) Konsumsi bahan bakar (ml) 2543.6 2547.2 2550.6 2553.6 2555.8 2558.6 48.571 96.071 144.642 193.214 240 289.285 Sgf 0.56 0.56 0.56 0.56 0.56 0.56 m f (kg/jam) 0.1088 0.1076 0.108 0.1082 0.10752 0.108 Sfc (g/kw.h) 271.9978 268.999 269.998 270.49 268.8 269.999 Sfc (g/kw.h) Putaran vs sfc 272,5 272 271,5 271 270,5 270 269,5 269 268,5 2540,0 2545,0 2550,0 2555,0 2560,0 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.16 Grafik Putaran vs sfc pada beban 400 Watt dengan bahan bakar LPG

Dari gambar 4.16 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG dan dibebani 400 Watt, mengalami naik turun sfc walaupun putaran mengalami kenaikan tanpa adanya penurunan. Pada putaran 2543.6 rpm, sfcnya adalah 27.9978 g/kw.h kemudian pada putaran 2547.2 rpm sfc menurun menjadi 568.998 g/kw.h. pada putaran 2550 rpm sfc naik mencapai 269.988 g/kw.h. Namun nilai sfc turun kembali menjadi 570.49 rpm pada putaran 2553.6 rpm dan naik lagi. Dari gambar 4.15 dan gambar 4.16 diperoleh perbandingan sebagai berikut: Konsumsi bahan bakar dengan menggunakan bahan bakar premium lebih besar dari pengujian dengan menggunakan bahan bakar LPG, Konsumsi bahan bakar spesifik (Specific fuel consumption, Sfc) yang terbesar terjadi pada saat menggunakan bahan bakar LPG. 3. Pengujian dengan beban 800 Watt V f = 191 ml t f = 900 detik m f = 0,739.191.10 3 x3600 900 = 0,564596 kg / jam Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar, maka dapat dihitung harga konsumsi bahan bakar spesifiknya (Sfc). Dengan menggunakan beban 400 Watt maka, Sfc = 0,564596x103 0,4 = 707,745 g/kwjam Dengan cara yang sama untuk setiap pengujian, maka hasil perhitungan Sfc untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut:

Tabel 4.13 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 800 Watt dengan bahan bakar premium (Sfc) Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 800 Watt (Sfc) Waktu 15 30 45 60 75 90 Putaran (rpm) 3337.2 3340.2 3342.2 3345.2 3345.8 3347.8 800 Watt Konsumsi bahan bakar(ml) 191 381.6 572.6 760.2 950.6 1137.2 Sgf 0.739 0.739 0.739 0.739 0.739 0.739 m f (kg/jam) 0.5646 0.564 0.5642 0.5618 0.5619 0.5603 Sfc (g/kw.h) 705.75 705 705.25 702.25 702.375 700.375 Sfc (g/kw.h) Putaran vs sfc 707 706 705 704 703 702 701 700 3336 3338 3340 3342 3344 3346 3348 3350 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.17 Grafik Putaran vs sfc pada beban 800 Watt dengan bahan bakar premium Dari gambar 4.17 dijelaskan bahwa nilai sfc pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium dan dibebani 800 Watt sfc yang terjadi mengalami penurunan. Dari 705.75 g/kw.h ke 700.375 g/kw.h.

Tabel 4.14 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 800 Watt dengan bahan bakar LPG (Sfc) Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 800 Watt (Sfc) Waktu 15 30 45 60 75 90 800 Watt Putaran Mesin (rpm) Konsumsi bahan bakar(ml) 2052.6 2060.2 2068.4 2076.2 2081.4 2089 53.928 107.857 161.786 215.714 269.622 325 sgf 0.56 0.56 0.56 0.56 0.56 0.56 m f (kg/jam) 0.1207 0.1208 0.1207 0.1208 0.1208 0.12133 Sfc (g/kw.h) 150.998 150.999 150.999 150.999 150.999 151.667 Sfc (g/kw.h) Putaran vs sfc 151,8 151,7 151,6 151,5 151,4 151,3 151,2 151,1 151 150,9 2050 2060 2070 2080 2090 2100 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.18 Grafik Putaran vs sfc pada beban 800 Watt dengan bahan bakar LPG Dari gambar 4.18 dijelaskan bahwa mesin pada saat mengguankan bahan bakar LPG dan dibebani 800 Watt, sfc mengalami kenaikan, dari yaitu 150.998 g/kw.h ke 151.67 g/kw.h.

Dari gambar 4.17 dan gambar 4.18 diperoleh perbandingan sebagaiyaitu: Pada saat mesin dibebani 800 Watt, sfc terbesar terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium. Ini menunjukkan bahwa sfc dipengaruhi putaran, semakin besar putaran maka sfc juga semakin besar Dengan menggabungkan gambar 4.15 dan gambar 4.17 maka perbandingan sfc pada mesin pada saat mesin menggunakan bahan bakar Premium dapat dilihat pada gambar 4.19 1200 1000 Putaran vs sfc Menggunakan Bahan Bakar Premium sfc (g.kw.h) 800 600 400 200 400 Watt 800 Watt 0 3315 3320 3325 3330 3335 3340 3345 3350 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.19 Putaran vs sfc dengan menggunakan bahan bakar Premium Dari gambar 4.19 dijelaskan bahwa, sfc tertinggi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium terjadi pada saat mesin dibebani dengan 400 watt. Ini dikarenakan sfc berbanding terbalik denga daya. Semakin besar daya mak sfc semakin kecil. Demikian juga pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, perbandingan sfc ditunjukkan pada gambar 4.20

Putaran vs sfc Menggunakan Bahan Bakar LPG sfc (g.kw.h) 270 260 250 240 230 220 210 200 190 180 170 160 150 140 2050 2080 2110 2140 2170 2200 2230 2260 2290 2320 2350 2380 2410 2440 2470 2500 2530 2560 Putaran Mesin (rpm) 400 Watt 800 Watt Gambar 4.20 Putaran vs sfc dengan menggunakan bahan bakar LPG Dari gambar 4.20 dijelaskan bahwa sfc tertinggi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG terjadi pada saat mesin dibebani dengan 400 watt. Dikarenakan semakin besar tegangan maka sfc semakin kecil 4.1.4 Efisiensi Termal Brake Efisiensi termal brake (brake thermal eficiency,η b ) merupakan perbandingan antara daya keluaran aktual terhadap laju panas rata rata yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar. Efisiensi termal brake dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : η b = P B m f.lhv. 3600 Dimana :η b : Efisiensi termal brake LHV : nilai kalor bawah bahan bakar (kj/kg) Besarnya nilai kalor bawah pembakaran (LHV) bahan bakar premium dapat dihitung dengan persamaan berikut: LHV = HHV 3240 (4.1)[Lit. 7] = 48000,12 3240

= 44760,12 kj/kg 0.4 η b = 0,41384x44760,12 x3600 η b = 7,774 % untuk pengujian pada waktu selanjutnya ditunjukkan pada tabel 4.21 berikut: Tabel 4.15 Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 400 Watt dengan bahan bakar premium Konsumsi Bahan Bakar Spesifik pada beban 400 Watt (Sfc) 400 Watt Waktu (Menit) Putaran Mesin (rpm) LHV (kj/kg) m f (kg/jam) 15 30 45 60 75 90 3317 3318.6 3321.4 3322.8 3323.4 3325.2 44740.12 44740.12 44740.12 44740.12 44740.12 44740.12 0.4138400 0.407928 0.406549 0.404529 0.403790 0.403001 η b (%) 7.773897 7.89009 7.91685 7.95638 7.97094 7.98655

8 Putaran vs Efisiensi Termal Brake 7,95 η b (%) 7,9 7,85 7,8 7,75 3316 3318 3320 3322 3324 3326 Putara n Mesin (rpm) Gambar 4.21 Grafik Putaran vs Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 400 Watt dengan bahan bakar premium Dari gambar 4.21 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium dan dibebani 400 Watt, efisiensi termal brake mencapai 7.9856 % pada putaran 3325.2 rpm. Efisiensi Termal Brake (η b ) untuk pengujian dengan bahan bakar LPG pada beban 400 Watt dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut: Tabel 4.26 Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 400 Watt dengan bahan LPG Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 400 Watt Waktu (Menit) 15 30 45 60 75 90 Putaran Mesin 2543.6 2547.2 2550.6 2553.6 2555.8 2558.6 400 Watt (rpm) LHV (kj/kg) 47120.801 47120.801 47120.801 47120.801 47120.801 47120.801 m f (kg/jam) 0.108 0.1075 0.1079 0.1081 0.10752 0.1079 η b (%) 28.088 28.401 28.296 28.243 28.422 28.296

ƞb(%) Putaran vs Efisiensi Termal Brake 28.450 28.400 28.350 28.300 28.250 28.200 28.150 28.100 28.050 2540 2545 2550 2555 2560 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.22 Grafik Putaran vs Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 400 Watt dengan bahan bakar LPG Dari gambar 4.22 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, efisiensi termal brake mencapai 28,296 % pada putaran 2558.6 rpm. Dari gambar 4.21 dan gambar 4.22 diperoleh perbandingan, yaitu: Pada saat mesin dibebani 400 watt, efisiensi termal brake tertinggi terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG. Untuk beban 800 Watt, Efisiensi Termal Brake (η b ) dengan bahan bakar premium ditunjukkan pada tabel 4.23 berikut: Tabel 4.17 Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 800 Watt dengan bahan bakar premium Efisiensi Termal Brake (η b ) pada Beban 800 Watt 800 Watt Waktu (Menit) Putaran Mesin (rpm) 15 30 45 60 75 90 3337.2 3340.2 3342.2 3345.2 3345.8 3347.4

LHV (kj/kg) m f (kg/jam) 44760.12 44760.12 44760.12 44760.12 44760.12 44760.12 0.56459 0.564 0.5642 0.56178 0.56199 0.56026 η b (%) 11.3964 11.4083 11.4043 11.4534 11.4491 11.4845 ηb (%) Putaran vs efisiensi termal Brake 11,49 11,48 11,47 11,46 11,45 11,44 11,43 11,42 11,41 11,4 11,39 3336 3338 3340 3342 3344 3346 3348 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.23 Grafik Putaran vs Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 800 Watt dengan bahan bakar premium Dari gambar 4.23, dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium dan dibebani 800 Watt, effisiensi termal brake mencapai 11.4845 % pada putaran 3347.4 rpm. Efisiensi Termal Brake (η b ) untuk pengujian dengan bahan bakar LPG pada beban 800 Watt dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut:

Tabel 4.18 Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 800 Watt dengan bahan bakar LPG Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 800 Watt (Sfc) Waktu (Menit) 15 30 45 60 75 90 Putaran Mesin 2052.6 2060.2 2068.4 2076.2 2081.4 2089 800 Watt (rpm) LHV (kj/kg) 47120.801 47120.801 47120.801 47120.801 47120.801 47120.801 m f (kg/jam) 0.1207 0.1207 0.1207 0.1207 0.12079 0.12133 η b (%) 50.596 50.595 50.595 50.595 50.595 50.373 50.650 50.600 50.550 Putaran vs Efisiensi Termal Brake ηb (%) 50.500 50.450 50.400 50.350 0 2 4 6 8 Putaran Mesin (rpm) Gambar 4.24 Grafik Putaran vs Efisiensi Termal Brake (η b ) pada beban 800 Watt dengan bahan bakar LPG

Dari gambar 4.24 dijelaskan bahwa pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG dan dibebani 800 Watt, efisiensi termal brakenya mencapai 50,373 % pada putaran 2089 rpm. Dari gambar 4.23 dan gambar 4.24 diperoleh perbandingan, yaitu: Pada saat mesin dibebani 800 Watt, efisiensi termal brake tertinggi terbesar terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG. Dengan menggabungkan gambar 4.21 dan gambar 4.23 maka perbandingan efisiensi termal brake pada mesin pada saat mesin menggunakan bahan bakar Premium dapat dilihat pada gambar 4.25 14 Putaran vs Efisiensi Termal Brake Menggunakan Bahan Bakar Premium ƞ b (%) 12 10 8 6 4 2 0 3315 3320 3325 3330 3335 3340 3345 3350 Putaran Mesin (rpm) 400 Watt 800 Watt Gambar 4.25 Grafik Putaran vs Efisiensi Termal Brake dengan menggunakan bahan bakar premium Dari grafik 4.25 dijelaskan bahwa, efisiensi termal brake tertinggi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium terjadi pada saat mesin dibebani dengan 800 Watt, karena efisiensi termal brake berbanding lurus dengan daya Demikian juga pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, perbandingan efisiensi termal brake ditunjukkan pada gambar 4.26

Putaran vs Efisiensi Termal Brake Menggunakan Bahan Bakar LPG ƞ b (%) 55 50 45 40 35 30 25 2050 2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400 2450 2500 2550 2600 2650 2700 2750 2800 2850 Putaran Mesin (rpm) 400 Watt 800 Watt Gambar 4.26 Grafik Putaran vs Efisiensi Termal Brake dengan Menggunakan bahan bakar LPG 4.2 Pengujian Emisi Gas Dari hasil pengujian dengan emisi LPG buang pembakaran bahan bakar Premium dan LPG melalui pembacaan Autologic LPG analyzer dapat dilihat dari table 4.19 berikut: Tabel 4.19 Hasil pengujian Emisi LPG Buang BAHAN BAKAR PREMIUM KADAR EMISI LPG BEBAN HC CO 2 (%) CO (%) ppm O 2 (%) Tanpa Beban 5.582 2.429 189.727 2.533 400 Watt 5.999 2.497 188.273 2.355 800 Watt 6.015 2.497 187.091 2.446 Tanpa Beban 5,277 2,265 186,272 2,585 LPG 400 Watt 5,514 2,554 188,182 2,444 800 Watt 5,677 2,408 187,146 2,386

Kadar CO 2 yang terbesar terjadi pada saat menggunakan bahan bakar premium, dan kadar CO yang paling besar terjadi pada saat menggunakan bahan bakar premium dibandingkan saat menggunakan bahan bakar LPG. Kadar O 2 yang paling besar terjadi pada saat menggunakan bahan bakar LPG. Setiap penambahan beban pada pengujian,dengan menggunakan premium akan mengalami penambahan kadar CO 2 dan kadar CO. Kadar HC ppm mengalami penurunan pada setiap penambahan beban saat menggunakan bahan bakar premium, sedangkan dengan menggunakan bahan bakar LPG HC ppm mengalami kenaikan saat penambahan beban Grafik Emisi Gas Buang 7 6 5 4 3 2 1 CO2 (%) CO (%) O2 (%) 0 Bensin Tanpa Beban Bensin 400 Watt Bensin 800 Watt LPG Tanpa Beban LPG 400 Watt LPG 800 Watt Gambar 4.27 Grafik Emisi LPG Buang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan pengujian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Putaran yang paling besar terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium, baik pada saat mesin tanpa dibebani, maupun dibebani dengan 400 Watt dan 800 watt, 2. Putaran yang tertinggi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium terjadi pada saat mesin dibebani dengan 800 Watt yaitu 3347 rpm, sedangkan pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG putaran yang tertinggi terjadi pada saat mesin tanpa dibebani yaitu 2887 rpm. 3. Tegangan tertinggi pada saat mesin menggunakan bahan bakar besin terjadi pada saat mesin dibebani 400 Watt yaitu 257,8 Volt, dan pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG tegangan tertinggi terjadi pada mesin dibebani 400 Watt. 4. Semakin Besar daya yang diberikan pada mesin, maka semakin besar Torsi yang terjadi. Tapi semakin besar Putaran pada mesin maka semakin kecil yang akan terjadi. Sehingga Torsi tertinggi terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG dengan beban 800 Watt yaitu 3,7237 N.m. 5. Bahan bakar yang dikomsumsi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium lebih banyak dari pada mesin saat mesin menggunakan bahan bakar LPG, yaitu tanpa beban,premium 556,7 ml/90menit, LPG 267,86 ml/90 menit. Dengan beban 400 Watt, premium 818 ml/90 menit, LPG 289.28 ml/90 menit. Dengan beban 800 Watt, premium 1137,2 ml/90 menit dan LPG 325 ml/90 menit

6. Konsumsi bahan bakar spesifik yang terbesar terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG yaitu pada saat mesin dibebani 400 watt sebesar 1035 g/kw.h 7. Semakin besar beban yang membebani mesin, maka Efisiensi Termal Brake juga akan semakin besar. Efisiensi Termal Brake terbesar terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar LPG pada beban 800 Watt yaitu 50,596 % 8. Kandungan CO 2 dan CO dalam emisi LPG buang akan semakin besar pada mesin generator jika beban makin besar, sedangkan kandungan O 2 semakin kecil jika mesin jika beban makin besar 9. Kandungan CO 2 dan CO tertinggi dalam emisi LPG buang terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakar premium sewaktu dibebani 800 Watt yaitu CO 2 =6,02 %, CO= 2,497 %, sedangkan kandungan O 2 tertinggi dalam emisi LPG terjadi pada saat mesin menggunakan bahan bakarlpg tanpa adanya beban, yaitu 2.553 %. 5.2 Saran 1. Perlu diadakan lagi kajian yang lebih dalam mengenai bahan bakar LPG sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. 2. Masih kurangnya perlengkapan yang tersedia dalam memodifikasi karburator mesin generator, sehingga menyebabkan proses dalam penyelesaian modifikasi berlangsung lama.