ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BAWANG GORENG PADA INDUSTRI ACRAN SIGI DI DESA LOLU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

TITIK PULANG POKOK PRODUK OLAHAN COKELAT PADA INDUSTRI SA ADAH AGENCY DI KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA FURNITURE ROTAN PADA INDUSTRI IRMA JAYA DI KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA ABON SAPI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MUTIARA HJ MBOK SRI DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KERIPIK UBIKAYU PADA INDUSTRI PUNDI MASDI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BAWANG GORENG PADA C.V DUTA AGROLESTARI DI KOTAPALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CITRA LESTARI PRODUCTION DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH DODOL RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI CITA RASA DI KELURAHAN TINGGEDE KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTRIK USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM AMALIA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI MINYAK NILAM DI DESA LUMBUTAROMBO KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KERAJINAN TANGAN KAYU HITAM (EBONY) PADA UD. KRISNA KARYA EBONY DI KOTA PALU

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA RASA DI KOTA PALU

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA TAHU PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH TORTILA RUMPUT LAUT PADA INDUSTRI RISQA MULIA DI DESA OLAYA KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)

ANALISIS PENDAPATAN USAHA ABON IKAN TENGGIRI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA ALTHAF FOOD DI KOTA PALU

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK SUKUN PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA CITRA LESTARI PRODUCTION DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH

PENDAHULUAN. Nurmedika 1, Marhawati M 2, Max Nur Alam 2 ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN AGROINDUSTRI KERIPIK NENAS DAN KERIPIK NANGKA DI DESA KUALU NENAS KECAMATAN TAMBANG KABUPATEN KAMPAR

RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI MINYAK NILAM DI DESA LUMBUTAROMBO KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS TITIK IMPAS (BEP) VIRGIN COCONUT OIL PADA KUB YEVO MULIA DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

ANALISIS TITIK IMPAS SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PEDAGANG CABAI RAWIT DI WILAYAH KOTA GORONTALO* )

Arman dan Ruslang T., Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) :

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

ANALISIS PENDAPATAN KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU JAYA MAKMUR DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN NILAI TAMBAH EMPING TEKI PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DESA KERTASADA KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR CV. MENARA DI KOTA PALU

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK TALAS PRIANGAN PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA DARMATIAN PRODUCT DI KOTA PALU

23 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA VIRGIN COCONUT OIL (VCO) PADA UKM PENGAIS JAYA DI DESA AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA KERIPIK TAHU PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU KEDELAI PADA INDUSTRI TAHU AFIFAH DI KELURAHAN NUNU KECAMATAN TATANGA KOTA PALU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU JAYA MAKMUR DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PEMASARAN BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA FLAMBOYAN DI KELURAHAN PANAU KECAMATAN TAWAELI KOTA PALU

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN USAHA KURSI ROTAN PADA UKM MEUBEL SUMBER ROTAN TOHITI DI KOTA PALU

ANALISIS PROFITABILITAS KERIPIK SINGKONG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA PASUNDAN DI KOTA PALU

Suheli, M. dkk., Analisis Kelayakan Usahatani...

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA INDUSTRI KUE KHAS TORAJA JAYA PUTRA DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAANTULA JAYA KECAMATAN WITAPONDA KABUPATEN MOROWALI

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PEDAGANG KELAPA MUDA DI KELURAHAN TATURA UTARA DENGAN KELURAHAN TALISE KOTA PALU

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Usaha Bersama Jagung Goreng Gurih di Kelurahan

AGUS PRANOTO

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

ANALISIS BREAK EVEN POINT DAN RISIKO PENDAPATAN USAHA KERUPUK IKAN GABUS DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN NANAS MENJADI KERIPIK DAN SIRUP (Kasus: Desa Sipultak, Kec. Pagaran, Kab. Tapanuli Utara)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN BIJI KEMIRI DI DESA PANGGOI KECAMATAN MUARA DUA KOTA LHOKSEMAWE (Studi Kasus Usaha Ibu Asmiati) ABSTRAK

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Metode Analisis Data Analisis Biaya Produksi

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA OLAHAN COKELAT PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SA ADAH AGENCY DI KOTA PALU

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI DI KECAMATAN LUBUK PAKAM KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS NILAI TAMBAH INDUSTRI KERIPIK TEMPE SKALA RUMAH TANGGA (Studi Kasus Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang)

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian oleh Pamasu dkk, (2013) dengan judul Analisis Produksi dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

e-j. Agrotekbis 4 (3) : 324-328, Juni 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA BAWANG GORENG PADA INDUSTRI ACRAN SIGI DI DESA LOLU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI Break-Even Point Analysis of Fried Shallot Business at Acran Sigi Industry in Lolu Village Sigi Biromaru District Sigi Regency Husnawati Haeruddin 1) 1) Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu e-mail: husnawati910@yahoo.com ABSTRACT This study aimed to determine the break-even point of fried shallot business at Acran Sigi Industry in Lolu Village, Sigi Biromaru District, Sigi Regency. This study was conducted in Acran Sigi Industry in March-April 2016. The types of data used were primary and secondary data. The respondents of this study comprised two people, namely the owner of Acran Sigi Industry and an unfixed worker of Acran Sigi Industry. The results showed that the break-even point for the 100 g Original packaging was achieved at the production volume of 18 (eighteen) packagings, so that income obtained during the break-even point was of Rp 450,000. The break-even point for the 100 g Spicy packaging was achieved at the production volume of 15 (fifteen) packagings, so that income obtained during the break-even point was of Rp 405,000. The break-even point for the 200 g Original packaging was achieved at the production volume of 7 (seven) packagings, so that income obtained during the break-even point was of Rp 350,000. The break-even point for the 200 g Spicy packaging was achieved at the production volume of 6 (six) packagings, so that income obtained during the break-even point was of Rp 324,000. The results showed that Acran Sigi Industry had reached the favorable or profit area because production exceeded the break-even point. Keywords: Fried Garlic, Break Event Point. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui titik pulang pokok usaha bawang goreng pada Industri Acran Sigi di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Penelitian ini dilaksanakan di Industri Acran Sigi pada bulan Maret-April. Menggunakan data primer dan data sekunder. Responden terdiri dari 2 orang, yaitu pemilik usaha Acran Sigi dan 1 orang tenaga kerja tidak tetap Industri Acran Sigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik pulang pokok untuk kemasan 100 gr Original dicapai pada volume produksi sebanyak 18 (delapan belas) kemasan sehingga diperoleh penerimaan saat titik pulang pokok sebesar Rp 450.000. Titik pulang pokok untuk kemasan 100 gr Pedas dicapai pada volume produksi sebanyak 15 (lima belas) kemasan sehingga diperoleh penerimaan pada saat titik pulang pokok sebesar Rp 405.000. Titik pulang pokok untuk kemasan 200 gr Original dicapai pada volume produksi sebanyak 7 (tujuh) kemasan sehingga diperoleh penerimaan pada saat titik pulang pokok sebesar Rp 350.000. Titik pulang pokok untuk kemasan 200 gr Pedas dicapai pada volume produksi sebanyak 6 (enam) kemasan sehingga diperoleh penerimaan pada saat titik pulang pokok sebesar Rp 324.000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Industri Acran Sigi sudah mencapai daerah laba atau daerah yang menguntungkan karena produksinya melebihi titik pulang pokok. Kata kunci: Bawang Goreng,Titik Pulang Pokok. 324

PENDAHULUAN Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional sangat penting dan strategis. Hal ini terutama karena sektor pertanian masih memberikan lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk yang ada di pedesaan dan menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Peranan lain dari sektor pertanian adalah menyediakan bahan mentah bagi industri dan menghasilkan devisa negara melalui ekspor non migas. Bahkan sektor pertanian mampu menjadi katup pengaman perekonomian nasional dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda Indonesia dalam satu dasawarsa terakhir ini. (Dewi Sadono, 2008). Bawang merah (Allium ascalonicum L) atau yang sering disebut brabang oleh masyarakat jawa adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang di hasilkan. Umbi dari tanaman bawang merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan Indonesia. Bawang merah memiliki nilai ekonomi penting yang tidak bias diremehkan begitu saja. Berkembangnya bisnis kuliner dan industri bahan pangan seperti mie instan, makanan ringan, restoran siap saji dan sebagainya turut serta mempengaruhi permintaan bawang merah yang cenderung mengalami peningkatan (Dewi, 2012). Bawang merah Palu memiliki ciri yang mirip dengan bawang merah sumenep berdasarkan jumlah anakan per rumpun, tinggi tanaman, jumlah daun, serta bobot basah dan kering umbi. Namun, bawang ini agak berbeda dengan bawang merah Tinombo yang juga merupakan bawang lokal Sulawesi Tengah. Ciri bawang merah Palu berdasarkan morfologi daun adalah daun tegak hingga waktu panen. Ciri tersebut juga terlihat pada bawang merah Tinombo dan Sumenep. Perbedaannya daun bawang merah Palu berwarna hijau agak pucat, sedangkan bawang merah Tinombo dan Sumenep berwarnah hijau tua. Dilihat dari morfologi umbi, bawang merah palu memiliki bentuk umbi silindris seperti pipa, bulat agak memanjang dengan ukuran agak kecil. Maskar dkk (2001). Bawang goreng Palu memiliki tekstur yang padat, rasanya gurih serta memiliki aroma yang khas sehingga banyak disenangi oleh masyarakat sebagai bumbu masak maupun makanan ringan. (Ete dan Alam, 2009). Industri Acran Sigi masih kekurangan alat untuk memproduksi bawang goreng, dan susahnya mendapatkan bahan baku utama yaitu bawang merah lembah palu, Industri hanya mempunyai modal kecil sehingga Industri memproduksi sesuai modal yang di miliki. Industri Acran Sigi memproduksi 2 (dua) jenis bawang goreng yaitu rasa original dan rasa pedas, kedua bawang goreng tersebut mempunyai 2 farian kemasan berdasarkan beratnya yaitu: kemasan 100 gr dan kemasan 200 gr. Industri Acran Sigi belum mengetahui kapasitas produksi berapa dan nilai penjualan berapa yang harus dicapai sehingga industri Acran Sigi mencapai titik pulang pokok, dengan melihat belum adanya penelitian terdahulu mengenai analisis titik pulang pokok usaha bawang goreng pada industri rumah tangga Acran Sigi, maka sangat perlu untuk segera diteliti agar dapat memberi gambaran kepada perusahaan mengenai pada kapasitas produksi berapa dan pada penerimaan berapa sehingga produsen bersangkutan tidak mengalami kerugian namun juga tidak memperoleh laba. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar produksi yang dihasilkan dan nilai penjualan yang diterima usaha bawang goreng Acran Sigi kemasan 100 gr original, kemasan 100 gr pedas, kemasan 200 gr original, kemasan 200 pedas pada kondisi titik pulang pokok. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada industri bawang goreng Acran Sigi pada bulan Maret sampai April, yang bertempat di Desa Lolu Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa industri Acran Sigi merupakan penghasil bawang goreng di Kabupaten Sigi. 325

Penentuan Responden. Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yakni 1 orang pimpinan perusahaan dan 1 orang tenaga kerja yang mengetahui proses produksi bawang goreng di industri Acran Sigi. Responden tersebut dalam penelitian merupakan pimpinan industri Acran sigi sehingga responden mengetahui situasi dan kondisi perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian. Pengumpulan Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan (quesioner), sedangkan data sekunder diperoleh dari beberapa buku-buku literature, jurnal serta instansi terkait lainnya yang menunjang penelitian ini. Analisis Data. Analisis data yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu Analisis Titik Pulang Pokok, yang menurut (Sutrisno, 2000) sebagai berikut: BEP Unit = TFC P V P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit TFC = Total biaya tetap Q = Kuantitas penjualan Rumus BEP dalam rupiah (Sutrisno, 2000) sebagai berikut: BEP Rp = TFC 1 V/P P = Harga jual per unit V = Biaya variabel per unit TFC = Total biaya tetap TR = Total penerimaan Industri Acran Sigi yang diperoleh dari banyaknya jumlah bawang goreng Desa Lolu yang dihasilkan dikali dengan harga jual produk per kemasan (Rp) TC = Total biaya (Total Cost) yang dikeluarkan Industri Acran Sigi di Desa Lolu selama kegiatan produksi (Rp) TFC = Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh Industri Acran Sigi (Total Fixed Cost) yang terdiri dari biaya penyusutan alat dan pajak (Rp) AVC = Rata-rata biaya variabel per unit (Average Variabel Cost) (Rp) P = Harga jual bawang goreng per kemasan (Rp) Q = Total produksi bawang goreng (kemasan). Teori tersebut dapat disederhanakan dengan tujuan untuk mencari nilai TPP penerimaan, menjadi persamaan sebagai berikut: TR = P x Q TR = Penerimaan pada posisi titik pulang pokok (Rp) P = Harga pada posisi titik pulang pokok (Rp) Q = Jumlah produksi pada posisi titik pulang pokok HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi. Proses produksi adalah rangkaian pengolahan bahan baku dengan menggunakan peralatan dan tenaga kerja yang menghasilkan suatu barang dan produk. - Bahan baku, yaitu bawang merah Lembah Palu yang berkualitas. - Pengupasan merupakan proses awal dalam proses produksi. Bawang merah dikupas kulit bagian luarnya sehingga diperoleh bahan baku yang sesuai yang sesuai standar yang diinginkan. Proses pengupasan dilakukan oleh 3 orang tenaga kerja - Pencucian bawang merah dibersihakn, sesudah dibersihkan lalu dicuci dengan menggunakan air bersih sehingga seluruh kotoran yang masih menempel di bawang hilang dan bahan baku benar-benar bersih. Proses pencucian dilakukan oleh tenaga 326

kerja yang melakukan pengupasan sebanyak 3 orang tenaga kerja - Pengirisan kemudian lakukan proses pengirisan, dari itu diperoleh bawang merah dengan kualitas dengan irisan yang diinginkan. Proses pengirisan dilakukan oleh tenaga kerja yang melakukan kegiatan pengupasan dan pencucian sebanyak 3 orang tenaga kerja - Penggorengan proses penggorengan dilakukan setelah bahan baku sudah melalui pengirisan sehingga sehingga di peroleh bawanng goreng dengan rasa gurih dan renyah. Proses penggorengan dilakukan oleh satu orang tenaga kerja - Pengeringan bawang goreng dimasukan kedalam alat spiner atau mesin pengering. Proses dilakukan agar bawang yang selesai di goreng terpisah dengan minyak goreng sehingga dapat bertahan lama dan terasa lebih gurih dan renyah. - Pengemasan bawang goreng yang sudah selesai dispiner siap untuk dikemas dalam plastik yang telah tersedia dengan berbagai macam ukuran. Setelah dikemas produk siap untuk dipasarkan Proses pengemas dilakukan oleh satu orang yaitu tenaga kerja Biaya Produksi. Biaya produksi pada Industri Acran sigi meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan alat, pajak, gaji pimpinan dan Listrik. Adapun Biaya variabel meliputi bahan baku, bahan penolong, gaji karyawan Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Usaha Bawang Goreng (Keseluruhan). Total penerimaan usaha bawang goreng Acran sigi sebesar Rp 4.160.000/bulan, sedangkan total biaya tetap untuk keseluruhan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 659.617/bulan dan total biaya variabel untuk keseluruhan yang harus dikeluarkan sebesar Rp 2.326.000/bulan, sehingga total biaya yang dikeluarkan secara keseluruhan adalah sebesar Rp 2.985.617/bulan. Penerimaan dan Pendapatan Titik Pulang Pokok untuk Produk Bawang Goreng Original (Kemasan 100 gr). Rata-rata bawang goreng untuk kemasan original 100 gr sebanyak 40 kemasan dengan harga jual rata-rata Rp 25.000/kemasan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.000.000/bulan. Pendapatan yang diperoleh dari usaha bawang goreng untuk kemasan 100 gr adalah 200.096. titik pulang pokok untuk produk bawang goreng dalam bentuk kemasan original 100 gr adalah sebanyak 18 kemasan, dengan harga jual Rp 25.000/kemasan. Penerimaan pada posisi titik pulang pokok dalam satuan rupiah adalah Rp 450.000. Penerimaan dan Pendapatan Titik Pulang Pokok untuk Produk Bawang Goreng Pedas (Kemasan 100 gr). Rata-rata bawang goreng untuk kemasan 100 gr pedas 40 kemasan dengan harga jual rata-rata Rp 27.000/kemasan diperoleh penerimaan Rp 1.080.000/bulan. Total pendapatan yang diperoleh dari usaha bawang goreng untuk kemasan 100 gr pedas adalah Rp 272.762/bulan. titik pulang pokok untuk produk bawang goreng dalam kemasan 100 gr pedas adalah sebanyak 15 kemasan, dengan harga jual Rp 27.000,-per kemasan. penerimaan pada posisi titik pulang pokok dalam satuan rupiah adalah Rp 405.000. Penerimaan dan Pendapatan. Titik Pulang Pokok untuk Produk Bawang Goreng Original (Kemasan 200 gr). Rata-rata bawang goreng untuk kemasan 200 gr original sebanyak 20 kemasan dengan harga jual rata-rata Rp 50.000/kemasan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1.000.000/bulan. Total pendapatan yang diperoleh dari usaha bawang goreng untuk kemasan 200 gr original adalah Rp 312.596/bulan. Titik pulang pokok untuk produk bawang goreng dalam bentuk kemasan 200 gr original adalah sebanyak 7 kemasan, dengan harga jual Rp 50.000/kemasan. penerimaan pada posisi pulang pokok dalam satuan rupiah adalah Rp 250.000. 327

Penerimaan dan Pendapatan. Titik Pulang Pokok untuk Produk Bawang Goreng Pedas (Kemasan 200 gr). Rata-rata bawang goreng untuk kemasan 200 gr pedas sebanyak 20 kemasan dengan harga jual rata-rata Rp 54.000/kemasan diperoleh penerimaan sebesar Rp1.080.000/bulan. Pendapatan yang diperoleh dari usaha bawang goreng untuk kemasan 200 gr pedas adala Rp312.596/bulan. Titik pulang pokok untuk produk bawang goreng dalam bentuk kemasan 200 gr pedas adalah sebanyak 6 kemasan, dengan harga jual Rp 54.000/kemasan. Penerimaan pada posisi titik pulang pokok dalam satuan rupiah adalah Rp 324.000. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Titik pulang pokok untuk produk bawang goreng 100 gr original dicapai pada volume produksi sebanyak 18 (delapan belas) kemasan dengan harga sebesar Rp 25.000/kemasan maka nilai penjualan pada saat titik pulang pokok sebesar Rp 450.000/bulan, untuk produk bawang goreng kemasan 100 gr pedas titik pulang pokok dicapai pada volume produksi sebanyak 15 ( lima belas ) kemasan dengan harga sebesar Rp 27.000/kemasan maka nilai penjualan pada saat titik pulang pokok sebesar Rp 405.000/bulan, untuk produk bawang goreng kemasan 200 gr original titik pulang pokok dicapai pada volume produksi sebanyak 7 (tujuh) kemasan dengan harga sebesar Rp 50.000/kemasan maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp 350.000/bulan, dan untuk produk bawang goreng kemasan 200 gr pedas titik pulang pokok dicapai pada volume produksi sebanyak 6 (enam) kemasan dengan harga sebesar Rp 54.000/kemasan maka nilai penjualan yang diterima sebesar Rp 324.000/bulan. Saran Industri Acran Sigi terus mengembangkan usahanya agar dapat bersaing dengan industri-industri lainnya yang berada di Kabupaten Sigi maupun di luar Sigi. Meningkatkan jumlah produksinya agar Industri Acran Sigi memperoleh keutungan yang lebih besar. Kepada pihak pemerintah khususnya pemerintah agar bisa membantu mengembangkan Industri Acran Sigi dengan mengupayakan bantuan dalam bentuk modal usaha, penyuluhan dan pembinaan agar Industri Acran sigi bisa menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat bersaing dengan Industri yang lain. DAFTAR PUSTAKA Dewi. N,. 2012. Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dewi, S., 2008. Pemberdayaan Pertanian Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian di Indonesia. J. Penyuluhan Vol : 4. No. 1. Hal : 1-10. Ete, A., dan Alam, N., 2009. Karakteristik Mutu Bawang Goreng Palu Sebelum Penyimpanan. J. Agroland. Vol. 16 (4), Hal. 273-280. Maskar, Basrum, A, Lasenggo, Mamiek Slamet, 2001. Uji Multilokasi Bawang Merah Local Palu. Laporan Tahun 2001, Palu: BPTP Sulawesi Tengah. Sutrisno. 2000. Manajemen Keuangan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 328