ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN HYDRANT

ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT PEMADAM KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DELAPAN BELAS

BAB 3 POMPA SENTRIFUGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

BAB II DASAR TEORI. Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS SARJANA MESIN-MESIN FLUIDA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM :

TUGAS AKHIR PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL PENGISI KETEL DI PT. INDAH KIAT SERANG

POMPA SENTRIFUGAL. Oleh Kelompok 2

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 42 LITER/ DETIK, HEAD 40M DAN PUTARAN 1450 PRM DENGAN PENGGERAK DIESEL

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mesin kerja. Pompa berfungsi untuk merubah energi mekanis (kerja putar poros)

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL UNTUK IRIGASI PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. misalnya untuk mengisi ketel, mengisi bak penampung (reservoir) pertambangan, satu diantaranya untuk mengangkat minyak mentah

BAB 2 LANDASAN TEORI. menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hampir meliputi di segala bidang kegiatan meliputi: pertanian, industri, rumah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BOILER FEED PUMP. b. Pompa air pengisi yang menggunakan turbin yaitu : - Tenaga turbin :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id

ANALISA PERFORMANSI POMPA SENTRIFUGAL PADA WATER TREATMENT DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM DI PKS PT UKINDO LANGKAT LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III PERANCANGAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN HEAD 200 M, KAPASITAS 0,25 M 3 /MENIT DAN PUTARAN 3500 RPM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menambah energi pada cairan dan berlangsung secara kontinyu.

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

ANALISA PERHITUNGAN DAYA POMPA PADA SPRINKLER SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG TOWER LANTAI 7 UNIVERSITAS MERCU BUANA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

LOGO POMPA CENTRIF TR UGAL

1. POMPA MENURUT PRINSIP DAN CARA KERJANYA

MENINGKATKAN KAPASITAS DAN EFISIENSI POMPA CENTRIFUGAL DENGAN JET-PUMP

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISA INSTALASI PEMIPAAN DAN PENGGUNAAN POMPA PADA GEDUNG ASRAMA HAJI DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu

BAB II LANDASAN TEORI

LU N 1.1 PE P N E G N E G R E TI T AN

ANALISA POMPA AIR PENDINGIN (COOLING WATER PUMP) KAPASITAS 166M 3 /H, HEAD 25M DI PLTA RENUN LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN SYSTEM HYDROLIK PADA MOVABLE BRIDGE DERMAGA KAPASITAS 100 TON

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT

BAB III PERHITUNGAN PERALATAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 PERHITUNGAN JUMLAH HIDRAN, SPRINKLER DAN PEMADAM

MESIN FLUIDA ANALISA PERFORMANCE POMPA SENTRIFUGAL TERHADAP KAPASITAS ALIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN HIDRAN DAN GROUNDING TANGKI DI STASIUN PENGUMPUL 3 DISTRIK 2 PT.PERTAMINA EP REGION JAWA FIELD CEPU. Aditya Ayuningtyas

PERENCANAAN IMPELLER DAN VOLUTE PADA REKAYASA DAN RANCANG BANGUN DUST COLLECTOR

BAB I PENDAHULUAN. Banyak macam pompa air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. Analisa Dan Perhitungan

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Kerja Praktek. ANALISA GANGGUAN PADA POMPA SENTRIFUGAL 75 kw DAN 55 kw PDAM TIRTA KAMUNING KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

TUGAS AKHIR PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT PEMBUKA BALL BEARING DENGAN HYDRAULIC JACK 4 TON

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

ANALISIS PENURUNAN KAPASITAS POMPA NATRIUM HIDROKSIDA (NaOH) DENGAN KAPASITAS 60 M 3 /JAM

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk merubah energi mekanik menjadi energi

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

Oleh: Dr.Ir. Ruslan Wirosoedarmo, MS Evi Kurniati, STP., MT

BAB I PENDAHALUAN 1.1 Latar Belakang.

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERENCANAAN POMPA SENTRIFUGAL DENGAN KAPASITAS 1,5 M 3 / MENIT

Transkripsi:

ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Program Studi S1 Jurusan Disusun Oleh : AGI ERGIN 01301-004 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2008 i

LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : AGI ERGIN Nim : 01301-004 Jurusan Fakultas Judul Tugas Akhir : : Teknologi Industri : ANALISA PERENCANAAN POMPA HYDRANT DAN INSTALASI PADA BANGUNAN GEDUNG X Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir ini Adalah benar hasil karya saya sendiri bukan salinan atau duplikat dari karya orang lain, kecuali kutipan-kutipan referensi yang telah disebutkan sumbernya Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya atas perhatiannya saya ucapkan Terima Kasih. Jakarta 04 Agustus 2008 Penulis ii

LEMBAR PENGESAHAN ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X Nama : AGI ERGIN Nim : 01301-004 Jurusan : Fakultas : Teknologi Industri Tugas ini telah diperiksa dan disetujui oleh: Mengetahui Pembimbing 1 Koordinator Tugas Akhir (Nanang Ruhyat. ST.MT) ( Nanang Ruhyat. ST.MT) iii

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim Syukur alhamdilillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, serta tidak lupa salawat dan salam pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta Keluarga, Sahabat, para pengikut beliau yang setia pada akhir jaman. Tugas ini dibuat sebagai salah satu syarat bagi Mahasiswa untuk menempuh Program Sarjana Strata Satu (S 1) pada Program Studi Fakultas Teknologi Industri Jakarta. Tugas Akhir ini disusun dengan judul ANALISA PERENCANAAN POMPA DAN INSTALASI HYDRANT PADA BANGUNAN GEDUNG X. Penulis menyadari tidak mungkin dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini tanpa adanya petunjuk, pengarahan, bimbingan serta dorongan semangat dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan Terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Kedua Orang Tua tercinta saya yang telah memberikan moril maupun material serta dorongan yang tak pernah pudar. 2. Istriku Yulyanti Handayani, SE, serta putriku Farah Mufidah Mayenti tercinta yang selalu setia dan sabar menemaniku. 3. Untuk Kakak-kakak serta Adikku yang selalu memerikan dukungan semangat serta doa. 4. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma selaku dekan Fakultas Teknologi Industri. 5. Bapak Nanang Ruhyat. ST. MT Selaku dosen Pembimbing Tugas Akhir, sekaligus sebagai Koordinator Tugas Akhir ini. 6. Bapak Haji A. septo Wulung. ST, selaku Inspektur Pemadam Kebakaran Kota Tangerang. 7. Semua Dosen Jurusan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya. iv

8. Rudi Tahyan. ST yang telah banyak membantu dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 9. Teman-temanku Zainuri Alfan. ST beserta istri Wida Novitasari. S Kom Ade Firdianto. ST, Yan Ratianto beserta istri Bayu Rini. S Kom, Imam Wijaya, Bimas, Budi Listiono. ST, Hendi Saryanto. ST, Achmad Samtari. ST, Iwan Wahyudi. ST, Dwi Fajar. ST, M. Sholeh. ST. 10. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Khususnya Angkatan 2001. 11. Kepada seluruh Instruktur Safety Riding Indonesia dan PUSDIKLANTAS Serpong. 12. Kepada seluruh Pengurus Pusat, Daerah, Chapter Association Motor Community Indonesia (AMCI) atas doa dan dukungannya selama ini. 13. Keluarga Besar Bike s Owner s Community (BIO-C). 14. Teman-teman di Front Indonesia Semesta (FIS). Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, Oleh karna itu Kritik dan Saran sangat di harapkan untuk Penyempurnaan Tugas akhir ini dalam rangka mendapatkan hasil yang baik di masa-masa yang akan datang. Jakarta 04 Agustus 2008 Penyusun v

Abstrak Hydrant merupakan suatu sistem untuk perlindungan dari kebakaran yang terdapat pada gedung ataupun pada mobil dinas kebakaran. Penempatan kotak hydrant pada bangunan gedung berdasarkan jangkauan, karena pada bangunan gedung banyak terdapat blok-blok yang terhalang oleh dinding. Menurut Standarisasi Nasional Indonesia, satu kotak hydrant untuk luasan 930 m². Batas tekanan pada nozzle pada selang hydrant harus 12.1 bar, apabila terjadi kelebihan tekanan, maka harus dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) supaya tekanan bisa diturunkan dan distabilkan kembali. Kapasitas pompa diperhitungkan untuk Riser pertama adalah 1.893 liter/menit (550 gpm) dan 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap penambahan pipa tegak atau Riser sampai batas maksimum 4.731 liter/menit (1.250 gpm). Cadangan air untuk kebakaran diperhitungkan untuk pemompaan 45 menit. Kata kunci : Hydrant, Riser, Nozzle, Sprinkler vi

Daftar Isi Halaman LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv Abstrak... vi Daftar Isi... vii Daftar Gambar... x Daftar Tabel... xii Nomenklatur... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Maksud dan Tujuan... 1 1I.3 Pembatasan Masalah... 2 1.4 Metodologi Penulisan... 2 1.5 Sistematika Penulisan... 2 BAB II LANDASAN TEORI... 4 2.1 Definisi Tentang Pompa Hydrant... 4 2.2 Jenis Pompa Untuk Sistem Hydrant..... 4 2.2.1 Tinjauan Umum Mengenai Pompa... 5 2.2.2 Pemakaian Pompa... 5 2.2.3 Klasifikasi Pompa... 6 2.2.4 Alternatif Pemilihan Pompa... 7 2.3 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal..... 7 2.4 Klasifikasi Pompa Sentrifugal...... 9 2.4.1 Klasifikasi Menurut Desain Rumah Pompa... 10 2.4.2 Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller..... 10 2.4.3 Klasifikasi Menurut Posisi Porosnya... 10 2.4.4 Klasifikasi Menurut Aliran Cairan... 12 vii

2.4.5 Klasifikasi Menurut SusunanTingkat... 12 2.4.6 Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa... 13 2.4.7 Konstruksi Pompa Sentrifugal... 14 2.5 Head Zat Cair........ 22 2.6 Hukum Kesebangunan... 24 2.7 Head Total Pompa...... 24 2.8 Putaran Spesifik... 27 2.9 Segitiga Kecepatan... 28 2.10 Performansi... 29 2.11 Daya Pompa Dan Efisiensi...... 30 2.12 Kavitasi...... 31 2.13 NPSH (Net Positive Suction Head) yang tersedia... 32 2.14 NPSH (Net Positive Suction Head) yang diperlukan... 33 2.15 Berbagai Pengaruh Pada NPSH yang tersedia..... 34 BAB III PERENCANAAN HYDRANT... 35 3.1 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Tingkat Kebakaran... 35 3.1.1 Data Bangunan... 38 3.2 Sistem Pipa Tegak... 39 3.3 Perancangan Pipa Tegak... 40 3.3.1 Jumlah Pipa Tegak Yang Disyaratkan... 40 3.3.2 Ukuran Pipa Tegak... 43 3.3.3 Penempatan Pipa Tegak... 44 3.3.4 Laju Aliran Pada Pipa Tegak... 44 3.3.5 Batasan Tekanan... 45 3.3.6 Cadangan Air... 45 3.4 Jenis-jenis dan Perencanaan Peralatan Hydrant... 46 3.4.1 Perencanaan Kotak Hydrant... 46 3.4.2 Sistem Sprinkler... 48 3.4.3 Sistem Halon... 50 3.5 Pembagian Zoning... 50 viii

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT... 55 4.1 Data-data Perencanaan... 55 4.2 Perhitungan Head Total Pompa... 55 4.3 Head Statis Total... 56 4.4 Perbedaan Tekanan... 56 4.5 Kerugian Tekanan Akibat Gesekan Pada Pipa... 56 4.5.1 Kerugian Gesekan Pipa Pada Sisi Isap... 57 4.5.2 Kerugian Gesekan Pipa Pada Sisi Tekan... 60 4.5.3 Hasil Perhitungan Faktor Gesekan Pada Pipa... 64 4.6 Putaran Spesifik Pompa... 65 4.7 Effisiensi Pompa... 66 4.8 Daya Fluida... 67 4.9 Daya Pompa... 67 4.9.1 Daya Pompa Untuk Electric Main Pump (Pompa Utama) / Diesel Pump... 68 4.9.2 Daya Pompa Untuk Jockey Pump... 68 4.10 Kapasitas Cadangan Air... 70 BAB V PENUTUP... 71 5.1 Kesimpulan... 71 5.2 Saran... 72 DAFTAR PUSTAKA... 73 LAMPIRAN... 74 ix

Daftar Gambar Halaman Gambar 2.1 Aliran Fluida Di Dalam Pompa Sentrifugal... 8 Gambar 2.2 Volute Centrifugal Pump... 9 Gambar 2.3 Difuser Centrifugal Pump... 9 Gambar 2.4 Pompa Vertikal... 11 Gambar 2.5 Pompa Horizontal... 11 Gambar 2.6 Pompa Satu Tingkat... 12 Gambar 2.7 Pompa Bertingkat Banyak... 13 Gambar 2.8 Pompa Isapan Tunggal dan Pompa Isapan Ganda... 14 Gambar 2.9 Konstruksi Pompa senterifugal... 14 Gambar 2.10 Saluran Isapan samping... 15 Gambar 2.11 Saluran Isapan Ujung... 15 Gambar 2.12 Saluran Isapan Bawah... 16 Gambar 2.13 Saluran Isapan Atas... 16 Gambar 2.14 Mechanikal Seal... 20 Gambar 2.15 Aliran Melalui Pipa... 22 Gambar 2.16 Head Total Pompa... 25 Gambar 2.17 Head Pompa... 26 Gambar 2.18 Segitiga Kecepatan... 28 Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Pompa Volut... 29 Gambar 3.1 Contoh Penempatan Pipa Tegak dan Jarak Jangkauan... 42 Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4 )... 43 x

Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 150 mm (6 )... 43 Gambar 3.3 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4 )... 43 Gambar 3.4 (a) Metode ½ S dan ½ D... 48 Gambar 3.4 (b) Metode ¼ S dan ½ D... 48 Gambar 3.5 Sistem Satu Zona..... 52 Gambar 3.6 Sistem dua Zona...... 53 Gambar 3.7 Sistem Banyak Zona... 52 xi

Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Kapasitas Pompa dan Jumlah Cadangan Air. 45 Tabel 3.2 Rata-rata Temperatur dan warna Cairan Bola (Bulb)... 49 xii

NOMENKLATUR Simbol Keterangan Satuan A Luasan penampang pipa m² D Diameter pipa m f Koefisien - g Percepatan grafitasi m/s² GWR Ground Water Tank m³ H Head zat cair / head total m H Tinggi angkat total m h Head tekanan m h Tinggi kolom zat cair m h a Head statis m h c Head kerugian reducer pada pipa m h d Tinggi tekan m h e Head kerugian pada jalur pipa m h f Kerugian gesek m H losses Head kerugian total pada pipa m H s Tinggi hisap m K Koefisien kerugian tinggi tekan - L Panjang total pipa m L EK Bilangan ekivalen - m Massa kg n Putaran pompa rpm n p Efisiensi pompa - n s Putaran spesifik pompa C P Tekanan Hidrostatika N/m² P Daya pompa kw p Tekanan N/m² T Temperatur C Q Kapasitas aliran fluida m/s³ Re Bilangan Reynolds - V Volume m³ v Kecepatan aliran fluida m/s Z Head potensial m γ berat jenis N/m hp Perbedaan tekanan N/m² µ Viskositas kinematik air m²/s xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan bangunan semakin pesat diseluruh dunia diantaranya bangunan gedung-gedung bertingkat, pabrik-pabrik di area kawasan industri, kawasan perumahan serta apartemen untuk kehidupan manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Dalam hal ini seluruh bangunan tersebut harus memperhatikan atau mempertimbangkan faktor-faktor kejadian yang tidak diinginkan seperti musibah yang disebabkan oleh faktor alam atau faktor manusia diantaranya gempa bumi, kebakaran, banjir, pemanasan global dan lain-lain sehingga kita mengetahui pencegahan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Melihat permasalahan diatas penulis menitik beratkan kepada masalah kebakaran bangunan yaitu Analisa Perencanaan Pompa Hydrant Pada Bangunan Gedung yang berhubungan dengan pemilihan dan pemasangan pompa yang mengalirkan air untuk perlindungan kebakaran. 1.2 Maksud dan Tujuan Mengetahui sistem pompa hydrant untuk perlindungan kebakaran pada bangunan gedung. 1

1.3 Pembatasan Masalah Untuk mencegah penyimpangan di luar permasalahan, maka perlu dilakukan pembatasan masalah, diantaranya yaitu : Perencanaan instalasi hydrant untuk gedung Perencanaan pemipaan pada instalasi hydrant Perhitungan kerugian faktor gesekan pada pipa hydrant Perhitungan pompa 1.4 Metode Penulisan Metode kepustakaan, penulis mempelajari buku-buku untuk mendukung penulisan dan mencari referensi dari berbagai macam perpustakaan di Jakarta. Mempergunakan metode-metode yang dipergunakan dalam menganalisa system pompa hydrant. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dapat membantu dalam penyusunan tugas akhir ini. Melalui internet, agar mendapatkan informasi terbaru mengenai analisis sistem pompa. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan, tujuan penulisan, pembatasan masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. 2

BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas mengenai definisi umum, motor, pompa, kecepatan, klep, persyaratan system pompa hydrant. BAB III PERENCANAAN HYDRANT Bab ini membahas tentang spesifikasi standarisasi pemasangan sistem hydrant pada gedung, instalasi pemipaan, penempatan kotak kotak hydrant, cadangan air yang diperlukan, jenis jenis perlengkapan hydrant dan pembagian zoning. BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT Bab ini berisikan mengenai perhitungan kerugian gesekan pada pipa, performa dan effisiensi pompa. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan mengenai kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil pembahasan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 3

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Tentang Pompa Hydrant Hydrant merupakan suatu sistem keamanan untuk perlindungan kebakaran yang mekanisme kerjanya menggunakan sistem pompa air dengan tekanan cukup tinggi yang dapat bekerja secara otomatis apabila terjadi kebakaran pada ruang atau bagian utama dari suatu bangunan. Pompa yang dipakai untuk sistem hydrant ini adalah sebuah rangkaian pompa yang terpasang secara bersamaan yang dimana terdiri dari pompa utama (Main Electric Pump), Jockey Pump dan Diesel Pump. Material peralatan hydrant terbuat dari bahan tahan korosi seperti kuningan, tembaga, monel, stainless steel, atau material bahan korosi lainnya. 2.2 Jenis Pompa Untuk Sistem Hydrant Pipa pemadam adalah pipa tertutup yang bertekanan tertentu. Untuk menjaga tekanan dalam pipa dan mengalirkan air pada saat terjadi kebakaran, digunakan pompa untuk sprinkler dan hydrant dari tiga macam pompa yang dipasang pararel. 1. Main Electric Pump Disebut juga sebagai pompa utama, yang berfungsi memadamkan api bila terjadi kebakaran dan bekerja secara otomatis apabila hydrant atau sprinkler digunakan. 4

2. Jockey Pump Pompa ini berfungsi untuk menjaga atau mempertahankan tekanan dalam pipa agar tetap berada pada batas yang ditentukan. Penurunan tekanan bisa diakibatkan oleh kebocoran pada instalasi pipa, seperti pada sambungan pipa. Pompa ini mempunyai head yang tinggi dengan kapasitas kecil. Pengaturan tekanan dilakukan dengan manometer tekanan, yang dipasang pada tiap rangkaian pada masing-masing lantai. 3. Diesel Pump Pompa ini digunakan apabila terjadi kebakaran dalam keadaan seluruh aliran listrik mati dan juga sebagai cadangan apabila keadaan pompa utama rusak, pompa ini memiliki kapasitas yang sama besar dengan kapasitas Main Electric Pump. 2.2.1 Tinjauan Umum Mengenai Pompa Pompa adalah suatu mesin fluida yang digerakkan oleh suatu penggerak mula dengan maksud untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan, misalnya ke tempat yang lebih tinggi atau jauh jaraknya. 2.2.2 Pemakaian Pompa Pada zaman modern ini, telah dikembangkan berbagai macam pompa yang sesuai denga fungsinya masing-masing, seperti berfungsi sebagai berikut : Untuk sirkulasi air. Untuk perpindahan tenaga dengan cara memompakan cairan tersebut. 5

Untuk meningkatkan kecepatan air sehingga air tersebut dapat digunakan untuk memotong, menggali atau mengupas. Untuk memompa cairan atau bahan kimia yang akan diproses. Untuk dalam memilih pompa yang dimaksudkan, haruslah diketahui kapasitas aliran (Q) dan head (H) yang akan diperlukan tergantung dari kebutuhan perencanaan pompa tersebut. 2.2.3 Klasifikasi Pompa Pada dasarnya pompa terbagi atas dua golongan besar, yaitu : 1. Displacement pump / pompa pemindahan / pompa pendesak pemindahan zat cairnya didapat dengan mendesak zat cair keluar. Yang termasuk jenis pompa ini adalah ; Pompa torak / Pluyer. Pompa diafragma. Pompa berputar. Pompa roda gigi. Pompa ulir. Pompa kerja ganda (double acting pump). Kategori pompa pendesak mempunyai effisiensi yang tinggi yaitu 85 % sampai 90%. 2. Dynamic Pump / pompa tekanan dinamis pemindah zat cairnya dengan memberi kerja mekanis pada fluida yang menggunakan kipas/sudu/impeller. Energi mekanis yang dihasilkan dari putaran impller diubah ke dalam bentuk 6

kerja poros menjadi energi fluida. Energi inilah yang mengakibatkan pertambahan head tekan, head kecepatan dan head potensial pada zat cair. Yang termasuk pompa jenis ini adalah : Pompa sentrifugal, yang terdiri dari pompa volut dan pompa difuser. Pompa tumbukan. Pompa jet. Pompa aliran campur. Pompa aliran aksial. Kategori pompa tekan dinamis ini mempunyai efisiensi lebih rendah dari pompa pendesak. 2.2.4 Alternatif Pemilahan Pompa Secara garis besar, pompa terdiri dari pompa sentrifugal dan pompa torak. Pompa sentrifugal termasuk jenis pompa yang paling sering dan banyak digunakan. Pemilihan pompa untuk mengalirkan fluida ini didasarkan pada sifat itu sendiri dan kondisi yang diinginkan. Alternatif pemilahan pompa berdasarkan dari hasil analisa lapangan, maka pompa sentrifugal lebih banyak mempunyai keuntungan dari pada pompa torak. 2.3 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal Suatu pompa sentrifugal pada dasarnya terdiri dari satu impeller atau lebih yang dilengkapi dengan sudu-sudu, yang dipasangkan pada poros dan diselubungi oleh sebuah rumah (casing) yang berbentuk volute. Fluida memasuki impeller secara aksial didekat poros dan mempunyai energi, baik energi kinetik maupun 7

energi potensial, yang diberikan padanya oleh sudu-sudu. Begitu fluida meninggalkan impeller pada kecepatan yang relatif tinggi, fluida dikumpulkan didalam volute yang mentrasformasikan energi kinetik menjadi tekanan disertai dengan pengurangan kecepatan. Dengan cara demikian, pompa sentrifugal akan dapat memindahkan atau memompakan fluida ketempat-tempat yang lebih jauh atau lebih tinggi, jadi dalam hal ini pompa menambahkan energi pada fluida sehingga energi yang terkandung menjadi lebih besar. Gambar 2.1 Aliran fluida di dalam pompa sentrifugal Menurut caranya merubah tenaga kinetik menjadi tenaga tekan, maka pompa sentrifugal ini dapat dibagi menjadi dua macam cara, yaitu : 1. Volute Centifugal Pump Pada jenis ini, kecepatan fluida yang keluar dari impeller diperkecil dan tekanannya diperbesar pada saluran spiral di dalam casing. Saluran yang berbentuk spiral disebut volute. 8

Gambar 2.2 Volute Centrifugal Pump 2. Difuser Centrifugal Pump Pompa jenis ini digunakan difuser yang dipasang mengelilingi impeller, guna dari difuser ini adalah untuk menurunkan kecepatan aliran yang keluar dari impeller sehingga energi kinetik aliran dapat diubah menjadi energi tekan secara efisien. Difuser ini digunakan pada pompa yang bertingkat, sehingga difuserini juga berfungsi sebagai pengarah aliran dari dischange impeller sebelum ke suctioan impeller berikutnya. Gambar 2.3 Difuser Centrifugal Pump 2.4 Klasifikasi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal dapat diklasifikasikan menurut : Bentuk rumah pompanya Bentuk sudu impellernya 9

Aliran cairannya Jumlah tingkatnya Cara isapannya 2.4.1 Klasifikasi Menurut Desain Rumah Pompa Dibedakan atas tiga tipe yaitu : Pompa Volute, dimana rumah pompanya berbentuk spiral volute. Pompa Difuser, dimana rumah pompa terdapat difuser yang mengelilingi impeller. Pompa Volute Ganda, dimaksudkan agar beban radial pada poros pompa tidak terlalu besar. 2.4.2 Klasifikasi Menurut Bentuk Impeller Dibedakan atas : Impeller terbuka (Open Type Impeller) Impeller sebagian (Semi Open Type Impeller) Impeller tertutup (Closed Type Impeller) 2.4.3 Klasifikasi Menurut Posisi Porosnya Klasifikasi menurut posisi porosnya maka pompa dapat dibedakan atas : Pompa Vertikal Pompa ini mempunyai poros dengan posisi tegak. 10

Gambar 2.4 Pompa Vertikal Pompa Horizontal Pompa ini mempunyai poros dengan posisi mendatar, untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.5. Gambar 2.5 Pompa Horizontal 11

2.4.4 Klasifikasi Menurut Aliran Cairan Dibedakan atas : Pompa Aliran Aksial, dimana arah aliran cairan sejajar sumbu poros. Pompa Aliran Radial, dimana arah aliran cairan tegak lurus sumbu poros. Pompa Aliran Campuran, dimana arah aliran tidak aksial maupun radial. 2.4.5 Klasifikasi Menurut Susunan Tingkat Dibedakan atas : Pompa Satu Tingkat (Single Stage) Pompa ini hanya mempunyai satu impeller. Head total yang ditimbulkan hanya berasal dari satu impeller, sehingga relatif rendah. Gambar 2.6 Pompa Satu Tingkat Pompa Bertingkat Banyak (Multi Stage) Pompa ini menggunakan beberapa impeller yang dipasang secara seri pada satu poros. Zat cair yang keluar dari impeller pertama dimasukkan ke impeller berikutnya dan seterusnya hingga impeller yang terakhir. Panas (Head) total pompa merupakan penjumlahan dari head yang ditimbulkan oleh masing-masing impeller sehingga relatif tinggi. 12

Gambar 2.7 Pompa Bertingkat Banyak 2.4.6 Klasifikasi Menurut Cara Isapan Pompa Dibadakan atas : Pompa Isapan Tunggal Pada pompa jenis ini, zat cair masuk dari satu sisi impeller. Konstruksi yang sangat sederhana, sehingga umumnya banyak dipakai. Namun tekanan yang bekerja pada masing sisi isap tidak sama sehingga akan timbul gaya aksial yang arahnya menuju ke sisi isap menuju ke sisi ganda. Pompa Isapan Ganda Pada pompa jenis ini zat cair masuk melalui kedua sisi impeller tersebut dipasang saling bertolak belakang sehingga gaya aksial yang timbul akibat tekanan yang bekerja pada masing-masing sisi impeller akan saling membagi. Laju aliran total sama dengan dua kali laju aliran yang masuk mulai masing-masing impaller. Dibandingkan dengan pompa isapan tunggal yang sama kapasitasnya, pompa isapan ganda mempunyai kemampuan isapan yang lebih baik. 13

Gambar 2.8 Pompa Isapan Tunggal dan Pompa Isapan Ganda 2.4.7 Konstruksi Pompa Sentrifugal Komponen - komponen utama pompa sentrifugal : Gambar 2.9 Konstruksi Pompa Sentrifugal 1. Rumah Pompa Rumah pompa pada pompa sentrifugal berfungsi untuk menampung fluida yang keluar dari impeller. Selain itu, rumah pompa berfungsi untuk memudahkan dan mengarahkan fluida yang akan disalurkan keluar pompa. Rumah pompa 14

biasanya berbentuk volute (spiral) seperti bentuk pada rumah keong. Untuk air dingin yang mempunyai tekanan relatif rendah, rumah pompa biasanya terbuat dari bahan besi cor. Untuk tekanan yang melebihi 0,0689 bar (100 Psi) digunakan dari bahan semi baja, yaitu besi cor berkualitas tinggi. Untuk cairan yang sifatnya korosif yang dapat memberikan reaksi asam seperti air garam, bahan rumah pompa terbuat dari brons atau baja tahan karat. Pompa dengan poros horizontal, menurut letak saluran isapnya maka rumah pompa dapat dibagi menjadi empat macam yaitu : Saluran isap samping (Side Suction) Gambar 2.10 Saluran Isapan Samping Sluran isap ijung (End Suction) Gambar 2.11 Saluran isap Ujung 15

Saluran isap bawah (Bottom Suction) Gambar 2.12 Saluran Isap Bawah Saluran isap atas (Top Suction) Gambar 2.13 Saluran Isap Atas 2. Impeller Impeller, dalam pembuatannya, biasanya dicor dalam satu kesatuan. Impeller berfungsi untuk mengarahkan air dan memutar fluida agar timbul gaya sentrifugal. Agar dapat diperoleh efisiensi yang tinggi, permukaan impeller harus dibuat sehalus mungkin, baik dalam saluran pada sudu-sudu maupun pada bagian luar impeller. Sudu-sudu dari impeller yang berputar memberikan energi kecepatan kepada fluida. Energi kecepatan ini dalam pompa diubah menjadi tekanan. Bentuk impeller dan sudu-sudu harus disesuaikan dengan jenis fluida, tekanan naik yang 16

dibutuhkan, volume aliran, jumlah putaran dan sebagainya. Bentuk, ukuran dan jumlah sudu mempunyai pengaruh besar terhadap tekanan naik dan volume aliran. Impeller disebut "terbuka" jika tidak mempunyai dinding (tameng), "setengah terbuka" atau "tertutup" jika dilengkapi dengan dinding pada sisi sebelah masuk atau keluar, "tertutup" jika kedua sisinya diberi dinding. Dari ketiga impeller di atas, impeller tertutup adalah impeller yang paling banyak digunakan, karena impeller ini mempunyai efisiensi yang lebih besar untuk jangka waktu lebih lama. Menurut bentuknya impeller dibagi menjadi : a. Radial Impeller b. Francis vane atau Screw vane Impeller c. Propeler atau Axial flow Impeller d. Mixed flow Impeller Menurut jenis mekaniknya dibagi menjadi : a. Open Impeller Jenis Open Impeller biasanya dipakai pada pompa yang kecil, mudah mengalirkan cairan yang bersifat mengkikis. Bentuknya sama dengan radial impeller. b. Semi-Open Impeller Semi-Open Impeller mempunyai dinding pada bagian belakang atau salah satu sisi impellernya. Kadang-kadang dinding itu diberi kipas untuk mengurangi tekanan bagian hub impeller. 17

c. Closed Impellerer Closed Impellerer sering dipakai pada pompa sentrifugal tingkat tunggal saluran isap ujung untuk cairan yang jernih. Jenis ini mencegah kemungkinan terjadinya slip yang biasanya timbul pada open-impeller dan semi open impeller. 3. Ring penahan Aus Wear ring atau cincin penahan aus digunakan untuk mencegah kebocoran pada celah antara impeller dan rumah pompa. Cincin penahan aus ini mempunyai celah yang sangat kecil, yang satu dipasang pada impeller dan yang satu lagi dipasang pada rumah pompa. Cincin penahan aus pada impeller biasanya diulirkan ke impeller dengan ulir yang arah putarnya berlawanan arah dengan arah putaran impeller. Cincin panahan aus untuk rumah pompa dapat dibuat tidak berputar pada kedudukannya. Pemilahan wear ring tergantung dari jenis cairan yang dialirkan, perbedaan tekanan dan kecepatan putaran. Jenis yang paling banyak digunakan adalah flat type dan L type. 4. Poros Fungsi poros adalah untuk mentransmisikan momen torsi dar motor penggerak ke impeller pada saat mulai strat maupun selama pompa bekerja. Letak poros pada pompa dapat horizontal maupun vertikal. 5. Seal / Paking Fungsi seal / paking adalah untuk mencegah fluida keluar melalui poros dan menahan udara mengalir masuk ke dalam pompa. Paking untuk poros dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 18

a. Stuffing box (gland paking) Stuffing box terdiri dari suatu ruangan yang diisi oleh cincin-cincin paking dari katun, benang asbes atau bahan buatan biasanya PTFE (Polyetra Floucthyleen) atau teflon yang tahan terhadap segala macam cairan dan temperatur. Untuk paking yang terbuat dari metal ( metal putih, kuningan, alumunium ) harus dilumasi gemuk yang dililitkan dengan teras asbes. Untuk mendapatkan paking yang terdiri dari cincin-cincin ditekan dari luar dengan penekanan paking (gland). Untuk tekanan sampai 50 N/cm² cukup 4 cincin paking. Penampang cincin suffing box berbentuk bujur sangkar dengan sisi sebesar 0,25 kali diameter poros. b. Seal Mekanik Seal mekanik membentuk permukaan datar dua buah cincin bersinggungan saling meluncur, terjadi suatu penurunan pada tekanan pada lapisan cairan antara kedua cincin tersebut disebabkan oleh gesekan cairan. Seal mekanik dipakai untuk : Tekanan tinggi dan kecpatan keliling tinggi. Tidak boleh ada kebocoran. Sifat fluida yang dipompa melarutkan paking seperti bensin, petroleum propan. 19

Gambar 2.14 Mechanical Seal Komponen seal mekanik terdiri dari : Suatu permukaan seal yang tidak berputar. Suatu cincin seal yang berputar bersama poros. Pegas ulir dilandasi diafragma yang menekan kedua cincin tersebut. Ada 2 macam seal mekanik yaitu: Internal seal Bagian yang berputar terletak di dalam box dan berhubungan langsung dengan fluida yang dipompa. External seal Bagian yang berputar terletak di luar box dan berhubungan langsung dengan udara. 6. Bantalan (bearing) Fungsi bantalan pada pompa sentrifugal adalah untuk menjaga poros tetap lurus akibat adanya gaya radial dan aksial ketika pompa bekerja. Jenis bantalan yang sering dipakai : 20

a. Single row deep groove ball bearing Paling banyak dipakai pada pompa sentrifugal kecuali untuk ukuran besar. Bantalan ini baik untuk menahan beban aksial dan radial. b. Double row deep groove ball bearing Digunakan jika beban lebih besar dari pada yang diijinkan pada single row deep groove ball bearing. c. Seal aligning ball bearing Dipakai untuk beban besar dan putaran tinggi, tetapi hanya dapat menahan gaya aksial yang tidak terlalu besar. d. Angular contact ball bearing Digunakan menahan gaya aksial yang besar. Untuk gaya dari satu arah dipakai single row type dan untuk dua arah dipakai double row type. 7. Kopling Kopling digunakan untuk memindahkan gerak putar dan torsi dari motor penggerak ke motor pompa yang akan digerakkan. Dengan adanya kopling ketidak lurusan poros pompa dan poros motor listrik dapat diatur. Ada dua macam jenis kopling : Rigid coupings Flexible couplings 21

Yang paling sering dipakai untuk pompa sentrifugal adalah dengan bushing dari karet kopling fleksibel. 8. Pelat Pondasi dan Penumpu Pelat pondasi berfungsi untuk menyatukan kaki pompa dengan pondasi sehingga tidak bergeser, penumpu berguna untuk meluruskan pompa penggerak dan tidak bergeser. Penumpu juga berguna untuk meluruskan poros pompa motor penggerak dan poros serta menyerap, getaran-getaran yang terjadi ketika pompa bekerja. 2.5 Head Zat Cair Gambar 2.15 Aliran Melalui Pipa Head adalah tinggi atau permukaan zai cair terhadap suatu bidang tertentu. Dalam pembahasan ini telah dilakukan pengujian terhadap total head pada pompa pendingin sekunder, dimana perhitungan head total sendiri merupakan selisih antara discharge head dan suction head. 22

Aliran suatu zat cair (misalnya air) melalui suatu penampang saluran. Pada penampang tersebut zat cair mempunyai tekanan statis p (N/m²), kecepatan ratarata v (m/s) dan ketinggian z (m) diukur dari bidang referensi. Maka zat cair tersebut pada penampang yang bersangkutan mempunyai Head Total (H) : 2 p v H = + + Z γ 2 g Dimana : p/γ : Head tekanan v² / 2g : Head kecepatan Z : Head potensial Ketika head tersebut diatas tidak lain adalah energi mekanik yang dikandung oleh satuan berat (1 kg/m³) zat cair yang mengalir pada penampang yang bersangkutan. Head total tersebut dinyatakan dengan satuan tinggi kolom cairan zat cair dalam meter. Dalam satuan SI, head (H) dinyatakan sebagai energi spesifik Y, yaitu energi mekanik yang dikandung oleh cairan persatuan massa (1kg) zat cair. Satuan Y adalah J/kg, maka energi spesifik tekanan p/ρ, kecepatan v²/2 dan potensial gz. Makan persamaan energi spesifik total sebagai berikut : Y = g H 2 p v = + ρ 2 + g Z 23

Dimana, ρ = massa zat cair per satuan volume (kg/m³) 2.6 Hukum Kesebangunan Jika dua buah pompa sentrifugal yang geometris sebangun satu sama lain, maka kondisi aliran sebangun pula, berlaku hubungan sebagai berikut : Q Q 1 2 = n D n 1 2 3 1 3 2 D H ; H 1 2 = n D n 1 2 3 1 3 2 D P1 ; P 2 = n D n 1 2 3 1 3 2 D Dimana ; D Q H P n : Diameter impeller (m) : Kapasitas aliran (m³/s) : Head pompa (m) : Daya poros pompa (W) : Putaran pompa (rpm) Hubungan yang dinyatakan diatas tersebut "Hukum Kesebangunan Pompa". Hukum ini sangat penting untuk menaksir perubahan performansi pompa bila putaran dirubah. Hukum ini juga berguna untuk memperkirakan performansi pompa yang direncanakan apabila pompa tersebut geometris sebangun dengan pompa yang sudah diketahui performansinya. 2.7 Head Total Pompa Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan jumlah air seperti direncanakan, dapat ditentukan dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh pompa. Seperti pada gambar berikut : 24

Gambar 2.16 Head Total Pompa Head total yang dapat ditulis sebagai berikut : H = h a + h p 2 vd + h1 + 2 g Dimana : H h a : Head total pompa (m) : Head statis pompa (m) Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air sisi keluar dan sisi isap, tanda psitif (+) dipakai apabila muka air di sisi keluar lebih tinggi dari pada sisi isap. h p : Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan Air (m), h p = h p2 - h p1 h 1 : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan, dll (m), h 1 = h 1d + h 1s V d ²/2.g : Head kecepatan (m) g : percepatan gravitasi (m/s²) 25

Dalam hal pompa menerima energi dari aliran yang masuk ke sisi isapannya, seperti pada pompa penguat (pompa booster), maka head total pompa dapat dihitung dengan rumus berikut : Dimana : H = h a + h p + h + 1 1 2 g 2 2 ( v v ) d s h a : Perbedaan tinggi antara sembarang (A) di pipa keluar, dan sembarang titik (B) di titik isap (m) (lihat gambar di bawah). h p h 1 : Perbedaan head tekanan (A) dan titik (B) (m). : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan dan lain-lain, antara titik (A) dan titik (B) (m). V d V s : Kecepatan aliran rata-rata di titik (A) (m/s). : Kecepatan aliran rata-rata di titik (B) (m/s). Gambar 2.17 Head Pompa Apabila permukaan air berubah-ubah dengan perbedaan besar, Head Statis total harus ditentukan dengan mempertimbangkan karakteristik pompa, besarnya selisih perubahan permukaan air dan dasar yang dipakai untuk menentukan jumlah air yang harus di pompa. 26

Adapun hubungan antara tekanan dan Head tekanan dapat diperoleh dari rumus berikut : Dimana, h p P h p = 10x γ : Head tekanan (m) P γ : Tekanan (N/m²) : Berat persatuan volume zat cair yang dipompa (N/m³) Menurut ISO, energi spesifik Y (J/kg) kadang-kadang dipakai sebagai pengganti sebagai pengganti head H (m). adapun hubungannya adalah sebagai berikut : Y = g H Sebagaimana diutarakan sebelumnya, untuk menentukan head total yang harus disediakan pompa, perlu dihitung dahulu head kerugian h 1. 2.8 Putaran Spesifik Putaran spesifik adalah untuk 1 tingkat dimana impeller dapat memindahkan cairan sebanyak 1 m³/s dengan head 1 m atau dapat dituliskan sebagai berikut : 1/ 2 Q n s = n 3 / 4 H Dimana : n s : Putaran spesifik pompa (rpm) 27

n Q H : Putaran poros pompa (rpm) : kapasitas pompa (m³/s) : Head total pmpa (m) Putaran spesifik ini menentukan bentuk sudu-sudu yang dipakai sebagai impeller pada pompa sentrifugal. Bentuk sudu-sudu impeller tersebut adalah : a. ns = 12 35 impeller jenis radial b. ns = 35 80 impeller Francis c. ns = 80 160 impeller jenis mixed flow d. ns = 160 400 impeller jenis propeler 2.9 Segitiga Kecepatan Untuk setiap titik pada garis aliran, dapat digambarkan segitiga kecepatan. Segitiga kecepatan digunakan untuk mengetahui besaran-besaran kecepatan pada titik tersebut atau sudut yang dibentuk oleh kecepatan-kecepatan tersebut. Hal ini dalam rangka perencanaan dimensi pompa sentrifugal. C 3 C2 W3 W 2 C 2 m = C 3 m a 3 a 2 ß 3 ß 2 µ 2 C 3µ = k.c 2µ C 2µ µ 2 Gambar 2.18 Segitiga Kecepatan Dimana : C 3 C 2 : Kecepatan absolut air masuk sudu : Kecepatan radial air 28

U α β W : Kecepatan tangensial : Sudut antara kecepatan absolut dengan kecepatan tangensial : Sudut antara kecepatan relatif dengan kecepatan tangensial : Kecepatan relatif air Dalam memilih pompa yang tepat bagi keperluan tertentu, karakteristik pompa seperti diuraikan di atas sangat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan. 2.10 Performansi Bentuk pompa pada umumnya tergantung pada n s, jadi dapat dimengerti bila karakteristiknya juga akan tergantung pada n s. karakteristik sebuah pompa dapat digambarkan dalam kurva-kurva karakteristik yang menyatakan besarnya head total pompa, daya poros, efisiensi pompa terhadap kapasitas. Kurva performansi tersebut pada umumnya digambarkan pada putaran yang tetap. Gambar 2.19 Kurva Karakteristik Pompa Volut 29

Dari gambar terlihat bahwa kurva head-kapasitas menjadi curam pada pompa dengan harga n s yang semakin besar. Kurva daya terhadap kapasitas mempunyai harga minimum bila kapasitas aliran sama dengan nol pada pompa sentrifugal dengan n s kecil. Kurva efisiensi terhadap kapasitas dari pompa sentrifugal umumnya berbentuk mendekati busur lingkaran. Harga efisiensinya hanya sedikit menurun bila kapasitas berubah menjahui harga optimunnya. Dalam memilih pompa yang tepat bagi keperluan tertentu, karakteristik pompa seperti diuraikan di atas sangat penting untuk diperhatikan dan dipertimbangkan. 2.11 Daya pompa dan Efisiensi Parameter-parameter lain yang juga perlu diperhatikan dalam kurva karakteristik pompa adalah daya yang diperlukan pompa tingkat efisiensi. Rumusan secara garis besar untuk daya pompa yang diperlukan adalah : Dimana : Pw Pp = η P P p P w η p : Daya pompa (kw) : Daya air : Efisiensi pompa (berasal dari grafik efisiensi pompa) Rumusan untuk daya air adalah : Dimana : P w = ρ x g x Q x H ρ : Massa jenis fluida (kg/m³) 30

Q H g : Kapasitas pompa (m³/detik) : Head pompa (m) : Percepatan gravitasi (m/s²) Sedangkan untuk rumusan daya motor penggerak adalah : Dimana : P m = P p ( 1+ α) η t P m P p α η t : Daya motor (kw) : Daya pompa (kw) : Faktor cadangan (tabel faktor cadangan) : Efisiensi transmisi (tabel efisiensi transmisi) 2.12 Kavitasi Kavitasi adalah gejala menguapnya zat cair yang sedang mengalir, karena tekanan berkurang sampai di bawah tekanan uap jenuhnya atau tekanan sisi isap pompa lebih rendah dari tekanan uap jenuh fluida pada temperatur fluida tersebur. Akibat zat cair mendidih dan akan berbentuk gelembung-gelembung uap zat cair, yang terjadi pada zat cair yang mengalirkan di dalam pompa. Gelembunggelembung tersebut akan terbentuk terus-menerus dan kemudian pecah,. Sehingga pada dinding saluran disekitar aliran yang berkavitasi akan mengalami kerusakan. Pada pompa bagian yang mudah mengalami kavitasi adalah pada sisi isap pompa, karena tempat-tempat yang bertekanan rendah dengan fluida yang berkecepatan tinggi sangat rawan terhadap terjadi kavitasi. Kavitasi akan timbul apabila tekanan 31

neto sisi isap pompa turun menjadi lebih rendah dari tekanan uap pada temperatur cairnya maka dapat timbul gelembung udara yang menyebabkan kavitasi tersebut. Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan oleh kavitasi antara lain : Sudu-sudu impeller dapat termakan karena erosi kavitasi. Menimbulkan suara yang berisik. Menimbulkan kejutan-kejuatan dan vibrasi. Permukaan dinding akan termakan sehingga berlubang-lubang. Agar tidak terjadi kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran di dalam pompa yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada temperatur yang bersangkutan. Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan 2.13 NPSH (Net Positive Suction Head) Yang Tersedia NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki zat cair pada sisi isap pompa (ekivalen dengan tekanan mutlak pada sisi pompa), dikurangi dengan tekanan uap jenuh zat cair tersebut. Oleh karena itu besarnya NPSH yang tersedia dapat dibuat dengan persamaan : h sv = Pa Pv ρ g ρ. g h s h is 32

Dimana : h sv : NPSH yang tersedia (m) P a : Tekanan atmosfer (N/m³) P v : Tekanan uap jenuh pada temperatur yang besangkutan (N/m³) ρ g : Massa jenis fluida (kg/m³) : Percepatan gravitasi (m/s²) h s : Head isap statis (m) h is : Kerugian head pada posisi isap (m) Dengan demikian NPSH yang tersedia adalah merupakan tekanan absolut yang masih tersedia atau tersisa pada sisi isap pompa setelah dikurangi dengan tekanan uap air pada suhu yang bersangkutan. 2.14 NPSH Yang Diperlukan Tekanan terendah di dalam pompa bisanya terletak disuatu titik dekat setelah sisi masuk sudu impeller. Di bagian ini tekanan adalah lebih rendah dari pada tekanan pada bagian sisi isap atau lubang isap pompa. Hal ini dapat disebabkan oleh karena adanya kerugian head di nosel isap, kenaikan kecepatan aliran karena luas penampang yang menyempit dan kenaikan kecepatan aliran karena tebal sudu setempat. Jadi agar tidak terjadi penguapan zat cair, maka tekanan pada lubang isap pompa dikurangi dengan penurunan tekanan di dalam pompa, harus lebih tinggi 33

dari pada tekanan uap jenuh zat cair. Head tekanan besarnya sama dengan penurunan tekanan ini disebut dengan NPSH yang diperlukan. Agar pompa dapat beroperasi dengan tidak mengalami kavitasi maka NPSH yang tersedia harus lebih besar dari pada NPSH yang diperlukan. Jika head total pompa pada titik efisien maksimum dinyatakan sebagai H dan NPSH yang diperlukan untuk titik ini adalah NPSHr, maka didefinisikan sebagai : Dimana : NPSHr = σ. H σ NPSHr H : Koefisien kavitasi thoma : NPSH yang diperlukan : Head pompa 2.15 Berbagai Pengaruh Pada NPSH Yang Tersedia NPSH yang tersedia tergantung pada berbagai faktor, seperti tekanan atmosfer atau tekanan yang bekerja pada permukaan zat cair tekanan uap air pada temperatur yang bersangkutan dan head isap statis. Adapun besarnya NPSH yang tersedia dapat dihitung dari kondisi instalasi pompa terpasang, dalam hal ini NPSH yang tersedia harus lebih besar dari pada NPSH yang diperlukan. 34

BAB III PERENCANAAN HYDRANT Dalam perencanaan hydrant, terlebih dahulu harus diketahui spesifikasi dan jenis bangunan yang akan digunakan. Hal ini untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pemasangan instalasi hydrant dan pemilihan jenis pompa juga factor-faktor yang dapat menimbulkan bahaya terjadinya kebakaran yang disebabkan oleh kontruksi dari bangunan tersebut. Standarisasi pemasangan hydrant pada gedung, harus mengacu pada Peraturan Daerah (PERDA) dan Dinas Kebakaran Daerah untuk memenuhi persyaratan klasifikasi bangunan berdasarkan tingkat kebakaran. 3.1 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Tingkat Kebakaran Klasifikasi bangunan berdasarkan tingkat kebakaran dibedakan menjadi : a. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Ringan (Ligth hazard Occupancies) diantaranya adalah : Rumah Ibadah Bangunan Pendidikan Rumah Sakit Perpustakaan Musium Perumahan 35

b. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard Occupancies) kelompok 1 diantaranya adalah : Parkir untuk mobil dan ruang pamer Pabrik pembuat minum Pabrik pengalengan Pabrik pembuat dan pemproses susu Pabrik elektronik Pabrik gelas c. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Sedang (Ordinary hazard Occupancies) Kelompok 2 meliputi bangunan-bangunan : Penggilingan produk biji-bijian Pabrik kimia sedang Pabrik gula Pabrik destilasi Pencucian dengan sistem kering / kimia Penggilingan makanan ternak Pabrik pengolahan bahan kulit Pabrik Permesinan Pabrik pekerjaan metal Pusat perdagangan Pabrik pemproses kertas Penerbitan dan percetakan 36

Bengkel reparasi mobil Pabrik ban Pabrik pembuat tembakau Pabrik pengerjaan kayu dengan mesin d. Hunian dengan Bahaya Kebakaran Besar (Extra hazard Occupancies) Kelompok 1 yang meliputi : Hanggar pesawat terbang Ruang fluida hidrolik yang mudah terbakar Pengecoran Ekstrusi metal Pabrik plywood dan papan partikel Pabrik daur ulang karet Bangunan pemroses textile Bengkel dimana dilakukan pekerjaan melapis dengan foam plastik e. Hunian dengan Bahaya kebakaran Besar (Extra hazard Occupancies) Kelompok 2 yang terdiri dari : Pabrik Asphalt Saturating Pabrik yang mempunyai kegiatan penyemprotan dengan bahan cair yang mudah terbakar Pabrik pemproses plastik Solvent cleaning 37

Pabrik / bengkel dimana dilakukan pekerjaan varnis dan pengecatan dan pencelupan. Pada perencanaan hydrant ini penulis menganalisa dasar perancangan pada bagunan gedung apartement dengan ketinggian 18 lantai. 3.1.1 Data Bangunan No Lantai Fungsi Luas (m²) Elevasi 1 Lt. Basement 2 R. Pompa, R. Genset, R. Panel, Gudang, Lobby Lift, Parkir ± 4.729 m² - 8,40 2 Lt. Basement 1 R. Kontrol, R. Gardu PLN, R. STO, R.Trafo/PTM, R. PUTR, R. Kerja STP, Gudang, Lobby ± 4.821 m² - 3,70 Lift. 3 - Lt. Dasar Apartement unit, Tangga kebakaran, Lobby lift, Lobby ± 892,8 m² + 0,00 Entrance, Apartement Koridor, Toilet Umum. Entrance Gedung. ± 68 m² + 0,00 Locker, R. Penitipan Anak, Staff, ± 364,5 m² + 0,00 Check Point, Koridor, Lobby. - Main Lobby - Fasilitas Bangunan 4 - Lantai 1 - R. Fasilitas Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. Finess Center, Aerobic, Koridor. 5 - Lantai 2 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. - Fasiltas Kitchen, Outdoor, Dinning, Gedung Koridor. 6 -Lantai 3 s/d 11 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 7 - Lantai 12 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift, Mesin Lift. 8 - Lantai 13 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 9 Lantai 14 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 10 Lantai 15 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. ± 942,4 m² ± 306 m² ± 942,4 m² ± 306 m² ± 942,4 m² + 3,30 + 3,30 + 6,60 + 6,60 + 9,90 ± 793,6 m² + 12,20 ± 472 m² + 47,00 ± 669 m² + 50,50 ± 472m² + 54,00 38

11 Lantai 16 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 12 Lantai 17 Apartement Unit, Tangga Kebakaran, Lobby Lift. 13 Lantai 18 R. Mesin Lift, R. Pressurized Fan, R. Exhaust/Intake Fan, R. Roof Tank. ± 472 m² + 57,50 ± 472 m² + 61,00 ± 372 m² + 84,50 3.2 Sistem Pipa Tegak Dalam sistem pipa tegak, hydrant dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a. Sistem pipa tegak kering (Dry Stand Pipe) Pada sistem pipa tegak kering, semua instalasi dalam keadaan kosong tanpa ada kandungan air. Apabila terjadi musibah kebakaran, sumber air berasal dari pompa mobil pemadam kebakaran yang disambungkan ke Siamesse Connection. Pemasangan Siamesse Connection harus pada pinggir jalan yang mudah dijangkau dan tidak tersembunyi. Sistem pipa tegak kering hanya boleh dipasang pada daerah-daerah atau Negara-negara yang air dapat membeku dalam pipa. Sehingga sistem pipa tegak kering tidak dianjurkan dipasang di Indonesia. b. Sistem pipa tegak basah (Wet Stand Pipe). Sebaliknya pada sistem pipa tegak basah, semua instalasi terisi air yang bertekanan, sehingga apabila terjadi kebakaran dapat langsung digunakan. Untuk sistem pipa tegak basah harus dicadangkan air yang cukup yang biasanya disimpan pada Ground Water Tank (GWT) atau Water Reservoir. Pompa dengan laju aliran dan head yang cukup harus disediakan pada sistem ini. 39

Pada sistem pipa tegak basah juga harus dipasang Siamesse Connection seperti halnya pada sistem pipa tegak kering. Siamesse Connection ini dimaksudkan untuk menambah pasokan air dari mobil pemadam kebakaran setelah persediaan air pada Ground Water Tank habis. 3.3 Perancangan Pipa Tegak 3.3.1 Jumlah pipa tegak yang disyaratkan Setiap pipa tegak harus melayani tiap luas ruangan tidak lebih dari 930 m² dari setiap lantainya dan dalam jangkauan 38 m dari katup landing yang dipasang pada setiap pipa tegak. Pada gambar H 01 dibawah ini adalah contoh perencanaan jumlah pipa tegak dan jarak jangkaunya. Pada perencanaan ini jumlah pipa tegak di lantai basement 2 dan basement 1 yang digunakan sebagai tempat parkir mobil, jumlah pipa tegak dan box hydrant dihitung berdasarkan luas bangunan yaitu 1 (satu) kotak hydrant untuk luas 930 m². Tetapi pada bangunan di atasnya, dimana hunian apartemen ini dibatasi oleh dinding pemisah setiap 2 unit apartementnya, sehingga jangkauan pipa hydrant terhalang, dengan demikian jumlah pipa tegak akan lebih banyak, karena 2 unit apartement terdapat 1 (satu) buah pipa tegak, walaupun luasnya kurang dari 930 m². Berikut ini adalah jumlah kotak hydrant pada masing lantai berdasarkan luas lantai maupun batasan kelompok apartement. 40

a. Bangunan Parkir No Lantai Luas (m²) Jumlah Pipa Tegak (buah) Jumlah Kotak Hydrant (buah) 1 Basement 2 4729 7 6 2 Basement 1 4822 7 6 b. Bangunan Apartement No Lantai Luas (m²) Jumlah Pipa Tegak (buah) Jumlah Kotak Hydrant (buah) 1 Dasar 1256 4 2 2 Lantai 1 1250 4 4 3 Lantai 2 1250 4 4 4 Lantai 3 s/d 11 @ 942 @ 4 @ 4 5 Lantai 12 794 3 3 6 Lantai 13 669 3 3 7 Lantai 14 s/d 17 @ 472 2 2 Diameter pipa tegak masing-masing adalah 150 mm (6 ), pada lantai basement 2, basement 1 dan lantai dasar, satu pipa tegak ada yang melayani lebih dari satu kotak hydrant. 41

Gambar 3.1 Contoh Penempatan Pipa tegak dan Jarak jangkauan 42

3.3.2 Ukuran pipa tegak Diameter nominal pipa tegak yang dipasang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Diameter 100 mm (4 ) Pipa tegak diameter 100 mm (4 ) digunakan apabila ketinggian bangunan tidak lebih dari 40 m dan hanya ada satu katup landing disetiap lantainya. Atap < 40 m Lantai dasar Gambar 3.2 Sistem Pipa Tegak 100 mm (4 ) b. Diameter 150 mm (6 ) Diameter 150 mm (6 ) digunakan pada bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 40 m dan diperbolehkan menggunakan dua katup landing untuk setiap lantainya. Atap Atap Luas lantai >930 m² < 40 m < 40 m > 24 m Lantai dasar Lantai dasar Gambar 3.3 Sistem Pipa Tegak 150 mm (6 ) 43

3.3.3 Penempatan pipa tegak Penempatan pipa tegak harus sesuai dengan ketentuan di bawah ini : a. Di dalam suatu loby yang diventilasi dan mendekati tangga (bila tersedia). b. Pipa tegak harus dipasang dan diproteksi terhadap kerusakan mekanis dan api. c. Pipa tegak tidak boleh dipasang di dalam shaft yang di dalamnya terdapat pipa gas, pipa uap, pipa bahan baker atau kabel listrik. d. Apabila tidak terpasang pada daerah yang terlindung, maka pipa harus dibungkus atau dilindungi dengan bahan yang mempunyai tingkat ketahanan terhadap kebakaran selama 2 jam. 3.3.4 Laju aliran pada pipa tegak Untuk sistem kelas I dan kelas III laju aliran minimum dari pipa tegak hidroulik terjauh harus sebesar 1.893 liter/menit (550 gpm). Laju aliran untuk pipa tegak tambahan harus sebesar 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap pipa tegak, tetapi jumlah total laju aliran tidak boleh melebihi 4.731 liter/menit (1.250 gpm). Pada sistem kombinasi dimana pasokan air disamping untuk hydrant juga digunakan untuk sistem sprinkler otomatis, maka laju aliran yang digunakan adalah yang terbesar dari hydrant atau sprinkler dan tetap tidak melebihi 4.731 liter/menit (1.250 gpm). Untuk sistem kelas II, laju aliran minimum untuk pipa tegak terjauh adalah 379 liter/menit (100 gpm). Aliran tambahan tidak dipersyaratkan bila terdapat lebih dari 1(satu) pipa tegak. 44

3.3.5 Batasan tekanan Tekanan sisa pada titik terjauh dihitung secara hidroulik adalah 4,5 bar. Sedangkan tekanan maksimum pada setiap box hydrant tidak melampaui 12.1 bar (175 psi), apabila tekanan melebihi 12,1 bar karena bangunan cukup tinggi, maka pada zona bawah perlu dipasang Pressure Reducing Valve, sebuah katup untuk mengurangi tekanan sehingga tekanan statik tidak melebihi 12,1 bar. 3.3.6 Cadangan air Cadangan air pada Ground Water Tank harus tersedia setiap saat dan tidak boleh digunakan untuk keperluan lainnya. Cadangan air yang disediakan harus mencukupi kebutuhan selama pemompaan tidak kurang dari 45 menit. Volume air yang harus tersedia untuk cadangan air kebakaran adalah : V = Q x t V Q t : Volume air : Kapasitas pompa = 4.731 liter/menit (1.250 gpm) : Waktu pemompaan = 45 menit V = 4.731 x 45 Sehingga volume cadangan air adalah 212.895 liter. Berikut perkiraan cadangan air selama 45 menit pada kapasitas pompa dari 250 1250 US gpm. Tabel 3.1 Kapsitas Pompa dan Jumlah Cadangan Air No Kapasitas Pompa ( US gpm ) Jumlah cadangan air (liter) 1 250 42,581 45

2 500 85,162 3 750 127,744 4 1000 170,325 5 1250 212,895 3.4 Jenis jenis dan Perencanaan Peralatan Hydrant Peralatan hydrant merupakan suatu komponen utama yang fungsinya sangat berpengaruhya besar pada sistem hydrant yang digunakan. Peralatan hydrant harus memenuhi standarisasi yang ada dan jumlahnya harus sesuai dengan kebutuhan dari bangunan gedung jika terjadi kebakaran. 3.4.1 Perencanaan Kotak Hydrant a. Kotak hydrant dalam (Indoor Hydrant Box / IHB ) Kotak hydrant ini ditempatkan di dalam bangunan dengan batasan luas lantai 930 m² untuk satu kotak hydrant. Jumlah : 45 buah Tekanan min : 4,42 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 8,5 x 10 5 N/m² Debit air : 0,082 m/s b. Kotak hydrant luar (Out Door Hydrant Box) Sedangkan kotak hydrant luar ditempatkan di luar bangunan atau halaman yang mudah terjangkau oleh petugas dan biasanya ditempatkan dekat dengan pillar hydrant. 46

Jumlah : 8 buah Tekanan min : 5,9 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 8,1 x 10 5 N/m² Debit air : 0,082 m³/s c. Pillar hydrant Pillar hydrant adalah salah satu perlengkapan dari sistem yang ditempatkan di luar bangunan dekat dengan kotak hydrant luar. Pillar hydrant ini berfungsi untuk memadamkan api dari luar bangunan dan biasanya hanya petugas tertentu yang dapat menggunakannya yaitu petugas pemadam kebakaran atau petugas keamanan yang sudah terlatih. Hal ini dikarenakan tekanan pada pillar hydrant dan laju aliran air cukup besar. Jumlah : 8 buah Tekanan min : 5,9 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 8,1 x 10 5 N/m² Debit air : 0,038 m³/s d. Siamesse Connection Alat ini digunakan untuk menyambungkan pasokan air dari mobil dinas pemadam kebakaran ke jaringan instalasi untuk menambah pasokan air saat cadangan pada Ground Water Tank semakin berkurang. Penempatan Siamesse Connection harus dekat dengan jalan masuk atau jalan keluar dari jalan raya. Jumlah : 2 buah 47

3.4.2 Sistem Sprinkler Sistem ini merupakan sistem pencegahan pertama yang sangat baik. Dalam sistem sprinkler,kepala sprinkler dihubungkan langsung dengan sistem pemipaan yang berisi air bertekanan. Dengan demikian air dapat segera dipancarkan melalui kepala sprinkler pada saat kebakaran dan sistem ini sangat handal karena tidak ada sistem lain yang harus diaktifkan selain kepala sprinkler itu sendiri. Sistem ini juga dilengkapi dengan Head Detector atau Smoke Detector. Kepekaan temperatur : 68 ºC Warna fluida : merah Tekanan min : 1,37 x 10 5 N/m² Tekanan mak : 3,4 x 10 5 N/m² Debit air : 0,01 m³/s per lantai Untuk penempatan Sprinkler Head, terdapat dua jenis pengaturan penempatan, yaitu : Gambar 3.4 Metode ½ S dan ½ D Gambar 3.4 Metode ¼ dan ½ D S = Jarak antara dua Sprinkler Head yang terletak pada suatu jalur pipa D = Jarak antara dua pipa cabang di dalam suatu ruang 48

Berikut adalah beberapa jenis Sprinkler Head dan Drencher yang umum digunakan : Tipe Quartzoid Bulb Pada tipe ini berisi sebuah bola (bulb) yang terbuat dari kaca spesial (special glass) yang digunakan untuk menahan katup air pada tempatnya. Bola (bulb) tersebut berisi cairan kimia berwarna dimana bila dipanaskan (terkena panas) sampai suhu tertentu, maka cairan kimia akan mengembang yang akhirnya gelas akan pecah sehingga katup terbuka dan air akan mengalir menuju deflektor dan air akan memancar keluar untuk memadamkan api. Dalam pengunaan sprinkler heat ada berbagai jenis yang kaitannya dengan temperatur ruang yang terjadi kebakaran seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 3.2 Rata rata Temperatur dan Warna cairan Bola (Bulb) Rata rata Temperatur (ºC) Warna dan Cairan Bola 55 Orange 68 Merah 79 Kuning 93 Hijau 141 Biru 182 Ungu (Mauve) 227-288 Hitam 49

Tipe Side Wall Jenis ini untuk digunakan pada sisi samping ruangan atau koridor, sehingga air akan terpancar pada bagian tengah dari ruangan atau koridor. Jenis ini banyak digunakan pada terowongan terowongan. Tipe Window Drencher Tipe ini digunakan untuk memancarkan air pada (di atas) ruangan tertutup atau perkantoran. Untuk satu ruangan biasanya terdapat tiga atau lebih agar dapat menjangkau seluruh ruangan. Tipe Roof Drencher Tipe ini tidak jauh berbeda dengan tipe window drencher tetapi pemasangannya, tipe ini diletakkan pada atap (roof) untuk mencegah luasnya api. 3.4.3 Sistem Halon Sistem ini pada peletakkannya dan instalasinya tidak begitu jauh berbeda dengan Sprinkler System, hanya saja sistem ini fluida yang digunakan hanya berupa gas atau serbuk. Sistem ini biasa digunakan pada ruang perpustakaan, ruang komputer atau ruang kontrol listrik yang mana pada ruangan tersebut tidak memungkinkan digunakannya air. 3.5 Pembagian Zoning Pembagian zoning sangat tergantung pada ketinggian bangunan dan batas tekanan maksimum yang diijinkan pada nozzle hydrant yaitu 12.1 bar. Pembagian zoning pada sietem hydrant dapat dibedakan dibagi 3 yaitu : 50

a. Sistem satu zona b. Sistem dua zona c. Sistem banyak zona Pada sistem satu zona pipa tegak dari pompa ke titik hydrant yang tertinggi cukup dilayani dengan satu pipa tegak. Sedangkan pada sistem dua zona perlu adanya pembagian dua zona yaitu zona rendah dan zona tinggi. Pada zona rendah perlu dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) untuk mengurangi tekanan, karena tekanan pada pompa cukup tinggi agar sampai pada zona tinggi. Zona banyak biasanya diperlukan tangki penampungan air di tengah elevasi bangunan dan perlengkapan pompanya, karena keterbatasan tekanan maksimum yang diijinkan dan kemampuan pompa. Sedang pada zona rendah dan sedang berlaku sama seperti sistem dua zona yaitu perlu dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) pada zona rendah. Di bawah ini adalah contoh gambar sistem satu zona, dua zona dan banyak zona berdasarkan SNI 03-1745-2000. 51

Gambar 3.4 Sistem Satu Zona 52

Gambar 3.5 Sistem Dua Zona 53

Gambar 3.6 Sistem Banyak Zona 54

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT 4.1 Data data Perencanaan Jenis cairan : Air Massa jenis cairan : 1 kg/liter Temperatur cairan : 25ºC Kapasitas : 4.731 liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu Penggerak : Motor listrik Putaran : 3800 rpm 4.2 Perhitungan Head Total Pompa Dalam merencanakan head total pompa, maka diasumsikan bahwa pompa harus mampu mensuplai air sampai ke titik terjauh dengan tekanan yang diharapkan. Untuk mendapatkan head total pompa digunakan rumus sebagai berikut : H = h a + h P + h + 1 1 2g 2 2 ( V V ) d s Dimana : H h a h p : Head total pompa (m) : Head statis total (m) : Perbedaan head tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air (m) 55

h 1 : Berbagai kerugian head di pipa, katup, belokan, sambungan dan lain-lain. g : Percepatan gravitasi (m/s²) ( V 2 2 V ) d 2g s = Selisih head kecepatan keluar antara sisi tekan dan isap (m) Harga head total pompa yang digunakan harus lebih besar dari head total pompa yang harus dihitung, karena jika nilai total pompa yang akan dihitung lebih besar maka pompa yang akan direncanakan tidak dapat dipakai. 4.3 Head Statis Total (h a ) Beda ketinggian dari level air pada Ground Water Tank Kotak hydrant :102 meter Massa jenis cairan :1kg/liter Grafitasi : 9,8 Maka h a = 1 x 9,8 x 102 = 99,96 m 4.4 Perbedaan Tekanan ( h p ) Perbedaan head tekanan pada kotak hydrant terjauh dan tertinggi yaitu 45 meter (4,5 bar). 4.5 Kerugian Tekanan Akibat Gesekan pada Pipa Kerugian tekanan akibat gesekan sangat tergantung pada : Diameter dan panjang pipa Laju aliran Fitting-fitting Valve-valve 56

4.5.1 Kerugian gesekan pipa pada sisi isap Data data pada pipa : Panjang pipa (L) : 20 m Diameter (D) : 200 mm (0,2 m) Laju aliran (Q) :4.731 liter/menit (1250 gpm) 0,07885 m²/s a. Kecepatan cairan pada sisi isap Q = v A Q v = π D 4 2 0,07885 = 3,14 (0,2) 4 = 2,511 m/s b. Kerugian gesekan pada sisi isap 2 h f = f 2 L v D 2 g Dimana, f : faktor gesekan L : panjang pipa (m) D : diameter dalam pipa (m) v : kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s) g : percepatan gravitasi (m/s²) Faktor gesekan dapat dicari dengan rumus : D Re = v υ 57

Dimana, Re : Bilangan Reynold v : kecepatan rata-rata dalam pipa υ : Viskositas kinematik zat cair pada temperatur 25ºC 2,511 0,2 Maka, Re = 6 0,542 10 Viskositas dari air pada temperatur 25ºC = 0,542 x 10-6 = 926568,2 Untuk nilai Re > 4000 maka aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Maka dapat digunakan rumus Darcy atau diagram Moody untuk mendapatkan faktor gesekan ( f ) dalam pipa pada aliran turbulen. Dengan menggunakan rumus Darcy yaitu : 0,0005 λ = 0,020 + D 0,0005 = 0,020 + 0,2 = 0,0225 Dimana λ = faktor gesekan (ƒ) Maka, h f = 20 0.0225 0,2 = 0,723 m 2 2,511 2 9.8 c. Kerugian gesekan pada Elbow (90º) /sambungan L v = 2,511 m/s f = 0,75 58

h f = f 2 v 2 g h f 2 2,511 = 0.75 2 9,8 = 0,2412 m d. Kerugian gesekan pada Tee / sambungan T v = 2,511 m/s f = 0,9 h f = f 2 v 2 g h f 2 2,511 = 0.9 2 9,8 = 0,2895 m e. Kerugian gesekan pada Flexible Joint v = 2,511 m/s f = 0,8 h f = f 2 v 2 g h f 2 2,511 = 0.8 2 9,8 = 0,2573 m f. Kerugian gesekan pada Gate Valve v= 2,511 m/s f = 0,10 59

Jumlah katup k = 2 buah h f = f 2 v 2 g h f 2 2,511 = 0.10 2 2 9,8 = 0,064 m 4.5.2 Kerugian gesekan pipa pada sisi tekan Data data pada pipa : Panjang pipa (L) : 16 m Diameter (D) : 150 mm (0,15 m) Laju aliran (Q) :4.731 liter/menit (1250 gpm) 0,07885 m²/s a. Kecepatan cairan pada sisi tekan Q = v A Q v = π D 4 2 0,07885 = 3,14 (0,15) 4 = 4,464 m/s b. Kerugian gesekan pada sisi tekan 2 h f = f 2 L v D 2 g Dimana, f : faktor gesekan 60

L : panjang pipa (m) D : diameter dalam pipa (m) v : kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa (m/s) g : percepatan gravitasi (m/s²) Faktor gesekan dapat dicari dengan rumus : D Re = v υ Dimana, Re : Bilangan Reynold v : kecepatan rata-rata dalam pipa υ : Viskositas kinematik zat cair pada temperatur 25ºC 4,464 0,15 Maka, Re = 6 0,542 10 Viskositas dari air pada temperatur 25ºC = 0,542 x 10-6 = 1235424,3 Untuk nilai Re > 4000 maka aliran yang terjadi adalah aliran turbulen. Maka dapat digunakan rumus Darcy atau diagram Moody untuk mendapatkan faktor gesekan ( f ) dalam pipa pada aliran turbulen. Dengan menggunakan rumus Darcy yaitu : 0,0005 λ = 0,020 + D 0,0005 = 0,020 + 0,15 = 0,0233 Dimana λ = faktor gesekan (ƒ) 61

Maka, h f = 16 0.0233 0,15 2 4,464 2 9.8 = 2,50 m c. Kerugian gesekan pada Elbow (90º) /sambungan L v = 4,464 m/s f = 0,85 h f = f 2 v 2 g h f 2 4,464 = 0.85 2 9,8 = 0,8641 m d. Kerugian gesekan pada Tee / sambungan T v = 4,464 m/s f = 0,9 h f = f 2 v 2 g h f 2 4,464 = 0.9 2 9,8 = 0,9150 m e. Kerugian gesekan pada Flexible Joint v = 4,464 m/s f = 0,8 h f = f 2 v 2 g 62

h f 2 4,464 = 0.8 2 9,8 = 0,8133 m f. Kerugian gesekan pada Gate Valve v = 4,464 m/s f = 0,10 Jumlah katup k = 1 buah h f = f 2 v k 2 g h f 2 4,464 = 0.10 1 2 9,8 = 0,1016 m g. Kerugian gesekan pada Check Valve v = 4,464 m/s f = 0,2 h f = f 2 v 2 g h f 2 4,464 = 0.2 2 9,8 = 0,2033m 63

4.5.3 Hasil perhitungan faktor gesekan pada pipa a. Faktor gesekan pada pipa utama No Item D (mm) L (m) f k L Ek H f 1 Sisi isap 200 20 0,723 14,46 2 Elbow 200 0.02412 2 6,5 3,13 3 Tee 200 0,02895 2 14,0 8,10 4 Gate Valve 200 0,064 2 1,4 0,17 5 Flexible joint 200 0,2573 1 33,0 8,50 6 Sisi tekan 150 16 2,50 40 7 Elbow 150 0,8641 1 6,0 5,1846 8 Tee 150 0,9150 2 9,0 16,47 9 Gate valve 150 0.1016 1 1,2 0,121 10 Check valve 150 0,2033 1 12,0 2,439 11 Flexible joint 150 0,8133 1 24,0 19,51 Total H 1 = 118,08 b. Faktor gesekan pada pipa tegak No Item D (mm) L (m) f k L Ek H f 1 Pipa 150 102 0,43 43,86 2 Elbow 150 0.08 1 6,0 0,48 3 Tee 150 0,06 9 9,0 4,86 Total H 2 = 49,2 c. Faktor gesekan pada pipa cabang No Item D (mm) L (m) f k L Ek H f 1 Pipa 65 2 0,156 0,312 2 Elbow 65 0.13 1 2,4 0,312 3 Tee 65 0,16 1 0,48 0,076 Total H 3 = 0,7 64

H K pipa H K fitting/valve = L x f = f x L EK x k Dimana : H f L L EK f k : Head akibat kerugian gesekan : Panjang pipa : Panjang ekuivalent : Koefisien kerugian gesekan : Jumlah fitting/valve Total gesekan pada pipa : H 1 + H 2 +H 3 = 118,08 + 49,2 + 0,7 = 167,98 m Jadi Head total pompa adalah : H = h a + h P + h 1 2 Vd Vs + 2g 2 (4,464 2,511) = 99,96 + 45 + 167,98 2 9,8 = 161.69 162 meter 4.6 Putaran Spesifik Pompa (n s ) Data data pompa : Head total pompa (H) : 162 m Kapasitas pompa (Q) : 4.731 liter/menit = 0,07885 m³/s Putaran poros (n) : 3800 rpm Cairan : Air Temperatur cairan : 25ºC 65

n = s n Q H 3 / 4 3800 0,07885 n s = 3 / 4 162 = 23,50 rpm Dari putaran didapat, maka bentuk impeller adalah : ns = (12 35), adalah impeller jenis radial. 4.7 Effisiensi Pompa Gambar 4.1 Grafik efisiensi Pompa Berdasarkan grafik di atas dengan Q = 0,07885 m³/s dan putaran spesifik (n s ) = 23,50 rpm maka diperoleh effisiensi pompa (η p ) = 80 %. 66

4.8 Daya Fluida (P W ) Daya fluida adalah energi yang secara effektif diterima air akibat dari bekerjanya pompa. Daya fluida dapat dihitung dengan menggunakan rumus : P W = ρ x g x Q x H Dimana, ρ : Massa jenis fluida = 1000 kg/m³ Q : Kapasitas pompa H : Head total pompa = 0,07885 m³/detik = 162 m g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/s² Maka, P W = 1000 x 9,81 x 0,07885 x 162 = 125309,9 N.m/s = 125309,9 W = 125,3099 kw 4. 9 Daya Pompa (P) Daya pompa adalah daya yang harus tersedia dan digunakan oleh fluida. Daya ini merupakan daya yang harus digerakkan oleh motor penggerak pompa. Daya pompa yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa adalah sama dengan daya air dibagi dengan effisiensi pompa. Besarnya daya poros dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut : P = ρ g Q H η P 67

4.9.1 Daya pompa untuk Elektric Main Pump (Pompa Utama) / Diesel Pump Karena kapasitas Elektrik Main Pump (Pompa Utama) dan Diesel Pump mempunyai kapasitas yang sama maka : Data data pompa : Head total pompa (H) : 162 m Kapasitas pompa (Q) : 1250gpm= 4.731liter/menit = 0,07885 m³/s Putaran poros (n) : 3800 rpm Cairan : Air Massa jenis Cairan (ρ) : 1000 kg/m³ Temperatur cairan : 25ºC Efisiensi pompa (n p ) : 80 % Grafitasi (g) : 9,81 m/s² ρ g Q H P = η P 1000 9,81 0,07885 162 = 0,80 = 125309,9 0,80 = 156637,37 W = 156,63737 kw 4.9.2 Daya pompa untuk Jockey Pump Data data pompa : Head total pompa (H) : 162 m Kapasitas pompa (Q) : 550gpm = 1.892 liter/menit = 0,03153 m³/s Putaran poros (n) : 3800 rpm 68

Cairan : Air Massa jenis Cairan (ρ) : 1000 kg/m³ Temperatur cairan : 25ºC Efisiensi pompa (n p ) : 80 % Grafitasi (g) : 9,81 m/s² a. Putaran spesifik pompa (n s ) n = s n Q H 3 / 4 3800 0,03153 n s = 3 / 4 162 = 14,85 rpm b. Efisiensi pompa (n p ) Berdasarkan grafik efisiensi pompa dengan Q = 0,03153 m³/s dan putaran spesifik (n s ) = 14,85 rpm maka diperoleh effisiensi pompa (η p ) = 55 %. c. Daya pompa (P) ρ g Q H P = η P 1000 9,81 0,03153 162 = 0,55 = 50108,10 0,55 = 91105,64 W = 91,10564 kw 69

4.10 Kapasitas Cadangan Air Volume air yang harus tersedia untuk cadangan air kebakaran adalah : v = Q x t Dimana, v :Volume air cadangan Q : Kapasitas pompa = 4.731 liter/menit (1.250 gpm) T : Waktu pemompaan = 45 menit Sehingga cadangan air adalah = 4.731 x 45 = 212,895 liter 70

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan dari standarisasi untuk perlindungan kebakaran, jumlah kotak hydrant untuk bangunan gedung dihitung sesuai dengan luas bangunan atau jarak jangkauan dari selang hydrant yaitu radius 38 meter. 2. Jumlah kotak hydrant pada umumnya disesuaikan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu satu kotak hydrant untuk luasan 930 m². 3. Penempatan kotak hydrant ditempatkan berdasarkan jangkauan, karena bangunan gedung terdiri dari blok-blok sehingga terhalang oleh dinding pemisah antar blok. 4. Kapasitas pompa diperhitungkan untuk Riser pertama adalah 1.893 liter/menit (550 gpm) dan 946 liter/menit (250 gpm) untuk setiap penambahan pipa tegak atau Riser sampai batas maksimum 4.731 liter/menit (1.250 gpm). 5. Karena pipa tegak / Riser pada bangunan gedung melebihi kapasitas maksimum flow rate yang dipersyaratkan, maka kapasitas pompa hydrant ini menggunakan 4.731 liter/menit (1.250 gpm). 6. Batas maksimum tekanan yang diijinkan pada nozzle hydrant yaitu 12,1 bar. 71

7. Cadangan air untuk kebakaran diperhitungkan untuk pemompaan 45 menit, sehingga kapasitas cadangan air pada Ground Water Tank adalah 213 m³. 5.2 Saran 1. Pemasangan sistem hydrant harus disesuaikan dengan peraturan daerah dan dinas kebakaran untuk dilakukan standarisasi pemasangan. 2. Pengoperasian sistem hydrant harus dilakukan oleh orang yang terlatih, karena hydrant mempunyai tekanan air yang cukup tinggi. 3. Sistem hydrant harus selalu dilakukan perawatan dan pengecekan berkala pada setiap tiga bulan sekali untuk memastikan sistem dan peralatan hydrant dapat selalu berfungsi dengan baik. 4. Apabila terjadi kelebihan tekanan pada nozzle hydrant perlu dipasang Pressure Reducing Valve (PRV) supaya tekanan bisa diturunkan dan distabilkan kembali. 5. Air cadangan pada Ground Water Tank hanya dipakai apabila kebakaran terjadi, oleh kerena itu tidak boleh dipakai untuk keperluan lain. 72

DAFTAR PUSTAKA 1. Adyana, Sifat Mekanik Material Dan Analisis Kerusakan NDT, ISTN, Jakarta, 2000. 2. Chruch Austin h, Pompa Dan Blower Sentrifugal, Erlangga, Jakarta, 2000. 3. Departemen Pekerjaan Umum, Panduan Pemasangan Sistem Hydrant Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah & Gedung, Yayasan Badan penerbit Pekerjaan Umum, 1987. 4. Fritz Dietzel, Turbin Pompa dan Kompresor, Erlangga, Jakarta, 1990. 5. Khurmi R.S. Gupta dan Gupta J.K, A Teksbook Of Machine Design, Eurasia Publishing House LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1982. 6. Nouwen. A, Pompa 2, PT. Bharata Karya Aksara, Jakarta, 1981. 7. Raswari, Perencanaan Dan Penggambaran Sistem Pemipaan, Universitas Indonesia, Jakarta, 1990. 8. Sularso dan Tahara Haruo, Pompa Dan Kompresor, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1987. 9. Sularso dan Suga Kiyokatsu, Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1987. 73

LAMPIRAN 74

Tabel Kapasitas Pompa No Kapasitas Pompa ( US gpm ) Jumlah cadangan air (liter) 1 25 95 2 50 189 3 100 379 4 150 568 5 200 757 6 250 946 7 300 1136 8 400 1514 9 450 1703 10 500 1892 11 750 2839 12 1000 3785 13 1250 4731 14 1500 5677 15 2000 7570 16 2500 9462 17 3000 11355 18 3500 13247 19 4000 15140 20 4500 17032 21 5000 18925 75

76 Tabel Panjang Ekivalen Panjang Ekivalen (m) Diameter Nominal (mm) Belokan 90º Belokan 45º T-90º Aliran Cabang T-90º Aliran Lurus Katup Sorong Katup Bola Katup Sudut Katup Satu Arah 15 20 25 32 40 50 65 80 100 125 150 200 250 0,60 0,75 0,90 1,2 1,5 2,1 2,4 3,0 4,2 5.1 6,0 6,5 8,0 0,36 0,45 0,54 0,72 0,90 1,2 1,5 1,8 2,4 3,0 3,6 3,7 4,2 0,90 1,2 1,5 1,8 2,1 3,0 3,6 4,5 6,3 7,5 9,0 14,0 20,0 0,18 0,24 0,27 0,36 0,45 0,60 0,75 0,90 1,2 1,5 1,8 4,0 5,0 0,12 0,15 0,18 0,24 0,30 0,39 0,48 0,63 0,81 0,99 1,2 1,4 1,7 4,5 6,0 7,5 10,5 13,5 16,5 19,5 24,0 37,5 42,0 49,5 70,0 90,0 2,4 3,6 4,5 5,4 6,6 8,4 10,2 12,0 16,5 21,0 24,0 33,0 43,0 1,2 1,6 2,0 2,5 3,1 4,0 4,6 5,7 7,6 10,0 12,0 15,0 19,0

Gambar Diagarm Hazen Williams 77

Gambar Kurva Karakteristik Pompa Gambar Grafik Putaran Spesifik Pompa 78

Gambar Sistem Peralatan Kebakaran 79

Gambar Instalasi Pompa Kebakaran 80

GambarPompa HydrantUntukGedung 81