PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI BENGKULU

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

POTENSI, PELUANG DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN INTEGRASI SAPI-SAWIT DI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak 3,25 persen dan 2,89 persen seperti disajikan p

Tabel 1. Komponen teknologi introduksi pengkajian No. Jenis kegiatan Teknologi Ukuran/dosis penggunaan 1. Perbibitan sapi Kandang : Ukuran sesuai juml

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Komparasi Kelayakan Finansial Usaha Perkebunan Sawit Rakyat dengan Sistem Integrasi Sawit-Sapi dengan Usaha Perkebunan Sawit Tanpa Sistem Integrasi

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. sapi mencapai 19 persen dari jumlah konsumsi daging Nasional (Dirjen

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

KETERSEDIAAN INOVASI TEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA MANUSIA MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PERKEBUNAN SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN PETERNAKAN SAPI MENUJU SWASEMBADA DAGING 2010

POTENSI, PELUANG DAN ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI-KELAPA SAWIT DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak C O

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawn dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak setelah tahun 2004 sudah mencapai luasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Kondisi Geografis dan Persebaran Tanaman Perkebunan Unggulan Provinsi Jambi. Jambi 205,43 0,41% Muaro Jambi 5.

POTENSI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI DI KABUPATEN KUTAI TIMUR, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

KEBIJAKAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI

ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN RENAH PAMENANG SEBAGAI SALAH SATU KAWASAN UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

DUKUNGAN USAHA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak gembirakan, namun masih dijumpai beberapa perma

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pemanfaatan sumberdaya pakan berupa limbah pert

KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI TANAMAN TERNAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI SAWIT PADA LAHAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TIMUR

Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS. Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS. Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak unggul (DISTANBUNNAK TANAH BUMBU, 2006). ANDJAM

KONSEP PEDOMAN SISTEM INTEG RASI SAPI DI PERKEBU NAN KELAPA SAWIT

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat pedesaan dan berkembang di hampir seluruh wilayah

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri Olahannya sebagai Pakan Ternak pembukaan lahan perkebunan, kehutanan, dan pert

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Judul Kegiatan : Penggunaan pakan berbasis produk samping industri sawit pada sistem perbibitan sapi model Grati dengan tingkat kebuntingan 65%

Peran dan fungsi pemerintah pada era otonomi daerah adalah. berupa pelayanan dan pengaturan (fasilitator, regulator dan dinamisator)

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

KAJIAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PAKAN SAPI POTONG MELALUI PEMANFAATAN HASIL IKUTAN TANAMAN PENSEJAHTERAAN PETANI (GPP) DI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

POTENSI LIMBAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

Transkripsi:

Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAMBANG PRAYUDI 1, NATRES ULFI 2 dan SUPRANTO ARIBOWO 3 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2 Dinas Peternakan Provinsi Jambi 3 Dinas Perkebunan Provnsi Jambi ABSTRAK Pengembangan ternak sapi melalui sistem integrasi pada kawasan perkebunan kelapa sawit, berpeluang besar dikembangkan di Provinsi Jambi. Dari sisi ketersediaan tenaga kerja, pelang terbesar pengembangan ternak sapi terdapat di perkebunan rakyat. Dengan luasan perkebunan kelapa sawit rakyat sebesar 205.599 ha, dimana satu hektar kebun sawit mampu menghidupi satu ekor ternak sapi, diharapkan akan terdapat populasi ternak sebanyak 205.599 ekor pada tahun pertama. Hal ini sangat mendukung program peningkatan perbaikan gizi masyarakat dengan kebutuhan protein hewani yang juga meningkat seiring dengan meningkatnya perekonomian penduduk. Beberapa manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat pekebun kelapa sawit yang menerapkannya, antara lain tersedianya tenaga keja ternak untuk mengangkut tandan buah segar (TBS) dari dalam kebun ke tempat penampungan, tersedianya pupuk kandang yang dapat menekan biaya pupuk kimia, berorientasi ramah lingkungan dengan semakin berkurangnya penggunaan pupuk kimia dan herbisida, dan ternak sapi dapat menjadi tabungan hidup. Namun dalam tahapan pengembangannya di Provinsi Jambi masih perlu mencari solusi terhadap masalah dan kendala yang berupa: keterbatasan modal, relatif rendahnya mutu genetik ternak sapi rakyat, rendahnya mutu gizi pakan alami, dan belum adanya invetor (pengusaha) yang berorientasi kemitraan. Oleh karena itu, dalam tahapan implementasi, perlu mengupayakan kredit yang kondusif, peningkatan kemampuan manajerial pekebun, perbaikan infrastruktur pedesaan, kebijakan perdagangan, serta inovasi teknologi baru yang lebih efisien. Kata Kunci: Integrasi, Ternak Sapi, Perkebunan Kelapa Sawit PENDAHULUAN Usaha agribisnis di sektor pertanian secara monokultur telah terbukti sangat rentan terhadap risiko kerugian, karena harga jual produk pertanian yang umumnya berfluktuasi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, diversifikasi (penganekaragaman) jenis usaha baik secara vertikal maupun horizontal merupakan upaya untuk mengurangi risiko ketergantungan terhadap usaha monokultur. Dalam upaya mewujudkan hal tersebut perlu inovási teknologi yang sesuai untuk diintegrasikan dalam usaha pokok, dengan mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia, dan secara teknis, ekonomi dan sosial budaya layak dan dapat diterima oleh masyarakat pelaku usaha secara berkelanjutan. Pola integrasi tanaman perkebunanternak sapi merupakan salah satu alternatif usaha diversifikasi, dimana salah satu contoh adalah pada perkebunan kelapa sawit milik rakyat. Integrasi ternak ruminansia pada perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi telah dilaksanakan di beberapa tempat seperti ternak sapi di Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi (menggembalakan ternak di bawah pohon sawit); ternak kerbau di Kubang Ijo, Kabupaten Merangin (menggembalakan dan pemanfaatan tenaga kerja ternak untuk pengangkutan tandan sawit); serta pengembangan kambing di Petaling, Kabupaten Muaro Jambi dan di Hitam Ulu, Kabupaten Merangin (ULFI, 2004). Pengembangan sistem integrasi ternak sapi di perkebunan kelapa sawit diharapkan dapat memberikan manfaat langsung maupun tidak langsung terhadap kesejahteraan pekebun sawit yang sekaligus sebagai peternak sapi. Manfaat tersebut diantaranya dapat berupa tambahan penghasilan dari penjualan hasil produksi ternak sapi, pupuk kandang untuk bahan perbaikan kesuburan lahan, serta manfaat lainnya yang dalam skala kecil dapat mendorong berlangsungnya usahatani secara berkelanjutan. 123

Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi KERAGAAN PERKEBUNAN SAWIT Provinsi Jambi saat ini sedang giat mengembangkan perkebunan kelapa sawit, baik oleh perkebunan swasta, perkebunan negara maupun perkebunan rakyat. Keragaan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 1. Dari total luasan tersebut, luas Perkebunan Swasta mencapai 139.276 ha (38,2%), Perkebunan Negara 19.671 ha (5,4%), dan Perkebunan Rakyat 205.599 ha (56,4%). Industri kelapa sawit disamping hasil utamanya adalah crude palm oil (CPO), juga banyak menghasilkan produk samping yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak sapi. Produk samping yang berpotensi sebagai bahan pakan sapi tersebut diantaranya adalah pelepah sawit (oil palm frond), lumpur sawit (palm oil sludge), serabut mesocarp (palm press fibre), bungkil inti sawit (palm kernel meat), dan hijauan antar tanaman (HAT) sawit (SUBAGYONO, 2004; ULFI, 2004). Di Provinsi Jambi, potensi pakan yang telah banyak dimanfaatkan petani adalah HAT yang berupa tanaman penutup tanah (cover crops) dan rumput yang tumbuh subur secara liar. Limbah tanaman maupun olahan kelapa sawit tersebut cukup besar potensinya sebagai bahan pakan sapi (Tabel 2). Tabel 1. Luas dan produksi kelapa sawit Provinsi Jambi, tahun 2004 Kabupaten Luas (ha) TBM TM TR Jumlah Produksi (ton) Produktivitas (kg/ha) Batanghari Muaro Jambi Tebo Bungo Merangin Sarolangun Tanjab Barat Tanjab Timur 15.292 32.979 5.937 12.477 5.288 6.767 10.767 8.77 60.112 52.200 24.238 20.506 37.531 25.961 43.298 1.918 858 140 76.262 85.179 30.175 32.983 42.819 32.868 54.065 10.195 151.920 147.877 64.034 57.863 141.268 64.620 147.266 5.274 2.527 2.833 2.642 2.822 3.764 2.489 3.401 2.750 Jumlah 97.784 265.764 998 364.546 780.122 2.935 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi (2004) Keterangan: TBM: tanaman belum menghasilkan, TM: tanaman menghasilkan TR: tanaman rusak Tabel 2. Produk limbah tanaman dan olahan kelapa sawit per hektar per tahun Jenis limbah Bahan segar (kg) Bahan kering (%) Bahan kering kg) Daun (tanpa lidi) Pelepah Tandan kosong Serat perasan Solid Bungkil sawit 1.430 6.292 3.680 2.880 4.704 560 46,18 26,07 92,11 93,11 24,07 91,83 658 1.640 3.386 2.681 1.132 514 Jumlah limbah 10.011 Sumber: JALALUDIN et al. (1991) 124

Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi Dengan luasan kelapa sawit 364.546 ha tersebut (Tabel 1) dan besarnya limbah tanaman maupun olahan kelapa sawit yang tersedia sebagai bahan pakan, sebenarnya sangat besar kemampuan daya dukung perkebunan kelapa sawit untuk pengembangan ternak sapi di Provinsi Jambi. Pada prinsipnya, seluruh luasan perkebunan sawit tersebut dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ternak sapi melalui sistem integrasi, namun dari segi ketersediaan tenaga kerja yang lebih siap untuk dikembangkan adalah perkebunan rakyat. Dengan asumsi 1 ha lahan perkebunan sawit dapat menampung 1 ekor sapi, maka potensi perkebunan sawit rakyat saja mencapai 205.599 ekor sapi. Apabila 3 ekor sapi dapat menghasilkan 5 ton pupuk kandang/tahun (GUNAWAN et al., 2004a; 2004b), maka dari jumlah sapi tersebut akan diperoleh pupuk kandang sebesar 342.665 ton/tahun. Jumlah tersebut besar artinya untuk perbaikan kesuburan lahan kelapa sawit milik rakyat, dan dapat mengurangi jumlah pupuk buatan yang harus diberikan. Apabila Perkebunan Swasta dan Negara juga berpartisipasi mengembangkan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawitnya, maka potensi ternak sapi yang dapat dikembangkan di Provinsi Jambi akan lebih besar lagi. KERAGAAN TERNAK SAPI Pada tahun 2003, populasi ternak sapi di Provinsi Jambi sebesar 145.845 ekor, dengan pertumbuhan 2,66%/tahun, dimana jumlah sapi yang dipotong mencapai 17.589 ekor. Kebutuhan ternak sapi untuk memenuhi konsumsi lokal cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya konsumsi daging per kapita, dan semakin membaiknya ekonomi masyarakat. Secara umum, Provinsi Jambi masih mengalami defisit dalam neraca pemasukan dan pengeluaran ternak sapi. Pemasukan mencapai 17.253 ekor, terutama untuk kebutuhan Kota Jambi dan sekitarnya, sementara pengeluaran ternak sapi sebesar 3.484 ekor berlangsung ke Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Riau Kepulauan (Batam) (DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAMBI, 2004). Dengan demikian terlihat bahwa Provinsi Jambi memiliki prospek yang cukup baik sebagai wilayah untuk investasi di bidang peternakan sapi, khususnya melalui sistem integrasi sapi pada kawasan perkebunan sawit. Pengembangan ternak sapi di Provinsi Jambi dimaksudkan untuk sapi potong melalui penggemukan serta untuk sapi bibit. Usaha penggemukan sapi sebagai penghasil daging merupakan usaha ekonomi jangka pendek dalam memperoleh keuntungan maupun pengembalian modal sepanjang memenuhi kaidahkaidah pemeliharaan yang ditetapkan sedangkan pada pengembangan usaha sapi bibit, perlu waktu yang relatif lama untuk pengembalian modal. Namun demikian apabila ditinjau dari segi kesinambungan ketersediaan bibit, upaya ini akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang dan cocok dilaksanakan dengan sistem integrasi pada perkebunan sawit. Untuk menghasilkan bibit sapi bermutu tinggi, perlu upaya peningkatan mutu genetik melalui inseminasi buatan (IB) dengan menggunakan sperma induk pejantan unggul. Jenis sapi induk betina yang sesuai untuk maksud tersebut adalah sapi Bali yang berbadan besar, untuk mengurangi risiko kesulitan proses melahirkan. MASALAH, KENDALA PENGEMBANGAN, DAN ALTERNATIF PEMECAHAN Walaupun sistem integrasi ternak sapi pada perkebunan sawit di beberapa daerah telah menunjukkan hasilnya dan telah dirasakan manfaatnya oleh petani khususnya perkebunan rakyat, masih terdapat masalah maupun kendala untuk pengembangannya dalam skala yang lebih luas lagi. Di Provinsi Jambi, masalah dan kendala yang teridentifikasi adalah keterbatasan modal, relatif rendahnya mutu genetik ternak sapi rakyat, rendahnya mutu gizi pakan alami, dan belum adanya investor (pengusaha) yang berorientasi kemitraan. Keterbatasan modal pekebun kelapa sawit untuk membeli bibit sapi bermutu baik secara mandiri, merupakan alasan yang tak terhindarkan. Di sisi lain, belum tersedia kredit yang menunjang bagi pengembangan ternak sapi; sementara kredit yang banyak diluncurkan oleh pemerintah umumnya adalah untuk pengembangan tanaman pangan. Untuk 125

Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi itu perlu diadakan kredit yang kondusif dari pemerintah untuk pengembangan ternak sapi dengan mudah pengurusannya dan tingkat bunga rendah. Masih relatif rendahnya mutu genetik sapi rakyat mengakibatkan produktivitas maupun efisiensi usaha ternak sapi menjadi rendah. Oleh karena itu peningkatan mutu genetik ternak sapi rakyat perlu mendapat perhatian yang serius, dengan mempermudah pelayanan IB. Tentunya jenis sapi yang ditingkatkan mutu genetiknya harus memenuhi syarat, terutama untuk menghindari risiko kesulitan dalam proses melahirkan (distokia), dimana dalam hal ini direkomendasikan jenis sapi Bali. Rendahnya mutu gizi pakan alami menyebabkan peningkatan bobot sapi per satuan waktu menjadi lambat. HAT di perkebunan kelapa sawit umumnya dari jenis rumput liar yang mutu gizinya rendah. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan mutu gizi HAT dengan menanam jenisjenis rumput bermutu baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak mengganggu pertumbuhan maupun operasional pengangkutan tandan kelapa sawit dalam kebun. Belum adanya pengusaha yang dapat bermitra dengan pekebun kecil untuk mengembangkan ternak sapi. Hal ini perlu ditumbuhkembangkan pada masa yang akan datang. Pengembangan pekebun kecil dengan pengusaha dalam konteks kemitraan akan sangat membantu pemerintah, dengan semakin berkurangnya dana pemerintah dalam kegiatan pengadaan ternak sapi. MANFAAT PENGEMBANGAN INTEGRASI KELAPA SAWIT SAPI Telah disebutkan di atas bahwa integrasi kelapa sawit sapi merupakan usaha yang bersifat sinergis dalam pemanfaatan sumberdaya yang tersedia dalam ruang dan waktu. Usaha ini juga merupakan usaha diversifikasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pekebun kelapa sawit yang tadinya hanya mendapatkan penerimaan dari penjualan tandan buah segar (TBS). Tambahan manfaat bagi pekebun yang melaksanakan sistem integrasi tersebut antara lain: 1. Pekebun dapat memanfaatkan tenaga ternak sapi untuk mengangkut TBS dari dalam kebun menuju jalan besar yang telah ditetapkan sebagai tempat pengumpulan. 2. Limbah tanaman dan olahan kelapa sawit serta HAT dapat digunakan untuk pakan dasar ternak. Dengan memanfaatkan HAT, kondisi kebun menjadi lebih bersih dari gulma yang berarti dapat mengurangi biaya penyiangan serta berorientasi ramah lingkungan, karena selama ini pekebun banyak menggunakan herbisida. 3. Pupuk kandang dari kotoran sapi dapat dimanfaatkan untuk perbaikan lingkungan tumbuh kelapa sawit (kesuburan tanah baik secara kimiawi maupun biologi meningkat) sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Penggunaan pupuk kandang dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia sehingga biaya produksi dapat lebih ditekan. 4. Ternak sapi menjadi tabungan hidup bagi pekebun. Pemenuhan keperluan biaya perhelatan keluarga, sekolah anak, sandang, dan perbaikan rumah umumnya menggunakan dana yang berasal dari penjualan ternak sapi. PENUTUP Pengembangan ternak sapi melalui sistem integrasi di kawasan perkebunan kelapa sawit berpeluang besar untuk dikembangkan di Provinsi Jambi, mengingat potensi perkebunan kelapa sawit yang tersedia cukup luas terutama perkebunan rakyat. Selain sistem integrasi tanaman dan ternak serta sumberdaya lahan yang sinergis, sistem ini merupakan upaya menganekaragamkan pendapatan pekebun kelapa sawit untuk mendorong pertumbuhan ekonominya. Sudah selayaknya sistem integrasi tersebut mendapat dukungan dari semua pihak terkait. Dalam implementasinya di lapangan, perlu mengupayakan kredit yang kondusif, peningkatan kemampuan manajerial pekebun, perbaikan infrastruktur pedesaan, kebijakan perdagangan, serta inovasi teknologi baru yang lebih efisien. 126

Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi DAFTAR PUSTAKA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAMBI. 2005. Laporan Tahunan Dinas Perkebunan Provinsi Jambi TA 2004. Disbun Provinsi Jambi. DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAMBI. 2004. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Jambi TA 2003. Disnak Provinsi Jambi. GUNAWAN, B. HERMAWAN, SUMARDI dan E.P. PRAPANTI. 2004a. Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit di Perkebunan Rakyat Bengkulu. Balitbang Provinsi Bengkulu. p. 41. GUNAWAN, B. HERMAWAN, SUMARDI dan E.P. PRAPANTI. 2004b. Keragaan model pengembangan integrasi sapi sawit pada perkebunan rakyat di Provinsi Bengkulu. B. HARYANTO, I WAYAN MATHIUS, B.R. PRAWIRADIPURA, D. LUBIS, A. PRIYANTI dan A. DJAJANEGARA (Eds.). Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Pros. Seminar Nasional. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 430438. JALALUDIN, S., Z.A. JELAN, N. ABDULLAH and Y.W. HO. 1991. Recent developments in the oil palm byproduct based ruminant feeding system. Proc. MSAP, Penang, Malaysia. pp. 3534. SUBAGYONO, D. 2004. Prosek pengembangan sistem ternak pola integrasi di kawasan perkebunan. B. HARYANTO, I WAYAN MATHIUS, B.R. PRAWIRADIPURA, D. LUBIS, A. PRIYANTI dan A. DJAJANEGARA (Eds.). Sistem Integrasi Tanaman Ternak. Pros. Seminar Nasional. Puslitbang Peternakan. Bogor. hlm. 1317. ULFI, N. 2004. Pengembangan usaha peternakan di lahan kelapa sawit. Makalah disampaikan pada Seminar Pengelolaan Lahan dan Tanaman Terpadu. BPTP Jambi. hlm. 7. 127