Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Workshop Minishop Management BAB I PENDAHULUAN

STRATEGI PEMILIHAN SUPPLIER DALAM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PADA BISNIS RITEL

Bisnis Eceran 2. Usaha Eceran Berdasarkan Kepemilikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

Merancang dan Mengelola Jaringan Nilai dan Saluran Pemasaran

Struktur Dasar Bisnis Ritel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB XI MENDISTRIBUSIKAN BARANG DAN JASA. Strategi distribusi

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

TUGAS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dewasa ini menjadikan konsumen semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah persaingan bisnis saat ini, para pelaku bisnis harus selalu

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

DASAR-DASAR MANAJEMEN PEMASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis jasa saat ini sudah banyak dijumpai di setiap kota

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

MARKETING MANAGEMENT 12 th edition. Pertemuan 11 Strategi Distribusi

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III ENDANG SUPARMAN SKOM,MM. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

PENGARUH GENDER DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. ritel tersebut diakibatkan karena adanya perkembangan usaha manufaktur serta

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAGIAN 2 STORE-BASED RETAILING

PENGARUH GENDER DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN MENGENAI PELAYANAN HYPERMART SOLO GRAND MALL SKRIPSI. Disusun oleh: HAIKAL HABIB HUSAIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian Retail menurut Hendri Ma ruf (2005:7) yaitu, kegiatan usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan kondisi pasar juga menuntut peritel untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha di Indonesia mengalami

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dalam Suprapti (2010:2) adalah aktivitas yang dilakukan seseorang ketika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Pemasaran bukan hanya sekedar

BAB 7 STRATEGI PELAYANAN PELANGGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTRODUCTION What is Retailing?

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehingga, pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sektor industri manufaktur maupun jasa. Perusahaan harus

PENGARUH BAURAN RITEL TERHADAP CITRA TOKO (STUDI PADA KONSUMEN TOSERBA LARIS PURWOREJO)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

b. Proses dan Saluran Distribusi Proses penyaluran produk akan memberikan dampak yang besar pada jumlah pembelian produk dan membawa keuntungan bagi

MANAJEMEN OPERASIONAL. BAB VI Supply Chain

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Retail adalah suatu penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Sumber : AC Nielsen, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, Media Data

BAB II KERANGKA TEORI. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat semakin majunya perkembangan industri retail yang. begitu cepat dan beragam, maka mau tidak mau menuntut produsen

Pemasaran Pada Perusahaan Kecil. Oleh Sukanti, M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Teori-teori tersebut berkaitan dengan penjualan.

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. kondusif, khususnya di Indonesia. Akibat krisis global yang melanda saat ini,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah kegiatan menjual barang atau jasa kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri,

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA

SUYANTO B

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

DISTRIBUSI. Kegiatan untuk menyalurkan barang-barang yang dipasarkan secara efektif dan tepat kepada para konsumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Materi 14 Mendistribusikan dan Mempromosikan Produk. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

BAB I PENDAHULUAN. adanya pertumbuhan dan kemajuan ekonomi. Seiring dengan majunya

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini ditunjukkan oleh beragamnya jenis usaha yang diupayakan oleh masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu kegiatan yang pesat perkembangannya yaitu kegiatan jual beli barang maupun jasa dengan sistem eceran atau lebih dikenal dengan istilah bisnis eceran. Namun dalam modul ini yang akan lebih banyak dibahas yaitu kegiatan jual beli barang saja. Kegiatan bisnis jual beli barang ini dijalankan dalam berbagai bentuk, ada yang dalam bentuk usaha mandiri atau independent store, usaha mini swalayan atau minishop/minimarket dan bahkan dalam bentuk mini departement store yang terkenal dengan istilah toko serba ada (toserba). Bentuk eceran lainnya seperti franchising semakin berkembang dengan pesat. Sebagai contoh franchise mini market Indomaret milik Grup Salim, diperkirakan gerai (toko-jaringan) Indomaret telah mencapai lima ratus lebih di Jabotabek. Perkembangan lainnya yaitu munculnya Lippo Shop yang mengakuisisi saham DialMart, sehingga menenggelamkan nama DialMart. Dengan anggota yang telah mencapai 80.000 pelanggan maka dapat dikatakan bisnis ini telah memberikan keuntungan sekaligus sisi positif lain yang cukup menjanjikan. Kenyataan ini memperlihatkan perkembangan aktivitas bisnis yang menggembirakan. Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait dirintis oleh pebisnis eceran dengan sungguh-sungguh agar kelangsungan usahanya dapat tercapai. Misalnya kerjasama dengan pemasok untuk mendapatkan barangbarang yang dibutuhkan yang umumnya disertai dengan potongan harga tertentu, atau kerjasama dengan perusahaan periklanan, media cetak, televisi, sebagai sarana promosi untuk meningkatkan volume penjualan. LePMA-LPBP 1

Peningkatan volume penjualan, berarti meningkatnya jumlah transaksi yang terjadi pada suatu toko. Transaksi yang terjadi tentunya perlu dicatat dalam bentuk suatu laporan tertentu sehingga pebisnis eceran dapat melakukan evaluasi yang diperlukan untuk peningkatan aktivitas bisnisnya. Bentuk-bentuk laporan tersebut selanjutnya akan dibahas dalam bagian lain dari modul ini. Melihat kondisi tersebut di atas, maka yang dibutuhkan dalam pengelolaan suatu toko selain pelayanan, strategi penentuan lokasi, ketersediaan barang (inventory) dan promosi, pencatatan transaksi yang baik dan benar memegang peranan yang tak kalah penting, hal ini dikenal dengan istilah Retail Accounting (Akuntansi Eceran). Konsep Dasar Bisnis Eceran Definisi dasar dari bisnis eceran adalah semua kegiatan dan aktivitas bisnis yang ditujukan pada penjualan barang dan jasa secara langsung kepada pihak konsumen. Karenanya bisnis eceran adalah bagian dari sistem pendistribusian produk, sebagai jembatan antara pabrik atau manufaktur dan konsumen. Seorang pebisnis/pedagang eceran harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Seringkali diperlukan perubahan kebijakan dan strategi dari pihak pedagang untuk mengantisipasi perkembangan dan perubahan keinginan dan kebutuhan dari konsumen. Untuk itu berbagai informasi berkaitan dengan pesaing, informasi dari konsumen, informasi dari pemerintah, buku-buku dan laporan bisnis lainnya diperlukan dalam mengembangkan bisnis eceran. Konsep yang dapat mendukung suksesnya usaha seseorang dalam bisnis eceran yaitu menerapkan 6 prinsip, menjual barang yang tepat (the right item), dengan tempat yang tepat (in the right place), pada waktu yang tepat (at the right time), jumlah yang tepat/memadai(in LePMA-LPBP 2

the right quantity), dengan harga yang sesuai (at the right price), dan pelayanan yang memuaskan (with the right service). Suatu transaksi eceran merupakan kegiatan tukar-menukar barang antara dua pihak sehingga kedua pihak tersebut mendapat kepuasan. Pada awalnya transaksi dilakukan secara barter barang, namun perkembangan selanjutnya transaksi merupakan pertukaran antara uang dan barang. Klasifikasi eceran 1. Dilihat dari kepemilikannya, eceran dapat diklasifikasikan ke dalam : a. Independent retailers, biasanya usahanya masih skala kecil dengan satu toko. Operasional toko dilakukan secara individual, kekeluargaan atau perkawanan b. Chain store, beberapa toko dimiliki dan dikelola oleh pusat. Biasanya jenis produk yang dijual, layout dan pelayanan dari setiap toko seragam c. Franchises, merupakan kontrak kerjasama antara perusahaan induk (franchisor) dan independet businessperson (franchisee). Pihak franchisee mengikuti aturan dan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan induk dimana mereka berhak menggunakan nama dan menjual produk serta jasa franchisor. Untuk itu pihak franchisee membayar fee dan sekian persen keuntungan kepada franchisor. Ada tiga jenis perjanjian franchisee untuk bisnis eceran : (1) Manufacturer-retailer program, pihak franchisor sekaligus manufaktur. Contohnya perusahaan perminyakan dan manufaktur mobil yang mendistribusikan produknya melalui sistem eceran yang mereka miliki. (2) Wholesaler-retailer program, pihak franchisor bertindak sebagai wholesaler (3) Trademark/trade name license program. Pihak franchisor bertindak sebagai induk yang memiliki trade name dan standarisasi operasional LePMA-LPBP 3

untuk franchisee unitnya. Jasa pelayanan seperti McDonald s, Kentucky Fried Chicken adalah contoh dari kategori ini. 2. Dilihat dari jenis pelayanannya, eceran diklasifikasikan ke dalam : a. Full Service Stores. Dalam kategori ini pihak pengecer menyediakan berbagai jasa mulai pembayaran secara kredit, pengiriman langsung, pembungkusan, instalasi, perbaikan dan berbagai jenis layanan jasa lainnya. Contohnya adalah Departement store. Cara ini dilakukan untuk dapat bersaing dengan kompetitor lain termasuk ke dalamnya adalah pemberian potongan harga dan pricing. b. Limited Service Store. Jenis ini biasanya ditemukan untuk produk atau barang yang membutuhkan bantuan dari pelayan toko, terutama bila konsumen ingin mencoba produk atau barang yang akan dibelinya. Contohnya adalah pakaian pria atau wanita, sepatu, asesoris, otomotif dan meubel. c. Self service store. Bentuk layanan dimana konsumen dapat memilih produknya secara langsung. Untuk memudahkan konsumen mencari barang yang dibutuhkannya pengelola memasang display klasifikasi barang yang mudah dilihat konsumen. Kadang disediakan beberapa pelayan toko yang membantu konsumen mencari barang dicarinya. 3. Dilihat dari tipe produk yang dijual a. Departement store, merupakan eceran yang menjual berbagai jenis produk. Secara umum produk yang dijual departemen store terbagi menjadi 3 tipe yaitu : kebutuhan wanita, pria dan anak-anak, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan umum. b. Discount store, hampir mirip dengan departemen store namun dikhususkan menjual barang-barang bermerk dengan harga miring. LePMA-LPBP 4

c. Supermarket, seringkali disebut departement store for food, karena menjual makanan dan minuman. Pada perkembangan selanjutnya supermarket juga banyak menjual kebutuhan sehari-hari lainnya. d. Speciality and Single-Line Stores, eceran yang mengkhususkan menjual barang-barang dengan spesifikasi khusus, seperti barang-barang kulit, pemoles mobil, cuci-cetak film dan lain-lain. Karena kekhususannya hanya konsumen dengan kebutuhan khusus pula yang datang untuk membeli barang-barang tersebut. Dalam eceran tradisional, pedagang dan konsumen saling bertemu di suatu tempat atau toko, namun sejalan dengan perkembangan zaman, kini dikenal beberapa metode menjual barang secara eceran, diantaranya : a. Mail order. Dengan cara ini, konsumen cukup memesan barang kepada pebisnis eceran melalui surat, untuk kemudian pebisnis eceran mengirim barang yang dipesan konsumen tadi. Dari sisi konsumen dengan cara ini mereka dapat menghemat waktu, selain itu konsumen dapat memesan barang di tempat yang sangat jauh. Sedangkan dari sisi pebisnis eceran keuntungan dari sistem ini adalah dapat meningkatkan jumlah konsumen, tidak terbatas wilayah tertentu saja. Selain itu pebisnis eceran dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk menjual barangnya ke konsumen. Perkembangan internet ikut meningkatkan penjualan barang melalui mailorder ini, dengan memanfaatkan kartu kredit untuk memudahkan sistem pembayarannya. b. Telephone selling. Konsep dasarnya adalah telemarketing, dimana konsumen tinggal menghubungi pebisnis eceran untuk memesan barang yang dibutuhkannya, untuk kemudian pebisnis eceran mengirimkan barang yang dipesan konsumen tadi. Cara ini biasanya hanya efektif untuk cakupan wilayah tertentu. LePMA-LPBP 5

c. Household contact adalah penjualan eceran dengan cara dari pintu ke pintu, atau penjualan secara berkeliling dari rumah ke rumah. Beberapa barang ada yang cocok dijual dengan cara ini, diantaranya penjualan buku-buku atau ensiklopedia, kosmetik atau penghisap debu. d. Automated Merchandising (Vending Machine) adalah pembelian barang dengan cara memasukkan koin ke dalam mesin. Biasanya vanding machine ini digunakan untuk gula-gula, makanan atau minuman ringan e. Catalog Showroom, adalah cara penjualan dimana pebisnis eceran hanya memperlihatkan katalog dari barang-barang yang dijualnya. Biasanya katalog tersebut menawarkan berbagai macam barang berkualitas dengan harga miring. f. Boutiqe.Butik termasuk ke dalam independent shop atau suatu departement dalam toko besar yang menjual produk khusus, dimana butik tersebut menempati area tertentu dalam toko dengan penampilan, dekorasi dan suasana yang berbeda. Pada saat sekarang butik tidak hanya terbatas pada barang-barang seperti baju atau aksesorisnya namun banyak pula butik yang mengkhususkan pada hobi-hobi tertentu, misalnya butik tennis yang menjual berbagai macam barang yang ada hubungannya dengan tennis. g. Warehouse, biasanya barang yang ditawarkan adalah makanan atau furniture retailing dengan pelayanan yang sangat minimal. Biasanya menempati lokasi yang tidak begitu besar dan menyerupai gudang h. Hypermarket. Jenis ini merupakan kombinasi dari discount store dan supermarket, dimana barang yang dijual ditempatkan pada rak-rak yang tinggi. LePMA-LPBP 6