I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon), yaitu makhluk yang pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ajaran agama Islam mengatur hubungan manusia dengan Sang. Penciptanya dan ada pula yang mengatur hubungan sesama manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. atau salah satunya sudah meninggal, maka anak yang masih di bawah umur

PUTUSAN Nomor 0099/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor: 0066/Pdt.P/2013/PA.Pas

LAMPIRAN-LAMPIRAN. A. Penetapan nomor 001/Pdt.P/2014/PA.Kab.Mn.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015. KAJIAN YURIDIS HAK PERWALIAN ANAK DALAM PERCERAIAN DI INDONESIA 1 Oleh : Mutmainnah Domu 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecakapan Bertindak dalam Hukum Perdata. 1. Kewenangan Hukum, Kecakapan Bertindak, dan Kewenangan Bertindak

TENTANG DUDUK PERKARANYA

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Definisi Oprasional

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM

P E N E T A P A N Nomor 0009/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 53/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

P E N E T A P A N. Nomor : 0143/Pdt.P/2011/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dalam perjalanan di dunia mengalami 3 peristiwa yang

P E N E T A P A N Nomor 0095/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1961 TENTANG PERUBAHAN ATAU PENAMBAHAN NAMA KELUARGA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian

P E N E T A P A N. Nomor: 0062/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 69/PDT.P/2013/PA.MLG TENTANG PENGAJUAN PERWALIAN ANAK DI BAWAH UMUR

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0081/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas.

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. saseorang pasti mendapatkan sesuatu, baik dalam bentuk uang maupun barang

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling ketergantungan antara manusia yang satu dengan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

TINJAUAN MENGENAI ASPEK HUKUM PEMBAGIAN HARTA WARISAN MENURUT KUHPERDATA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Jepara)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi

P E N E T A P A N Nomor 0220/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRROHMANIRROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

bismillahirrahmanirrahim

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 62 TAHUN 1958 Tentang KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-harinya tidak dapat terlepas dari interaksi atau hubungan

I. PENDAHULUAN. maupun manfaat untuk dimiliki oleh penerima wasiat sebagai pemberian yang

P E N E T A P A N Nomor 0094/Pdt.P/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang disebut masyarakat, dan untuk memenuhi kebutuhan

HAK DAN KEWAJIBAN ORANG TUA DAN ANAK (ALIMENTASI) MENURUT K.U.H. PERDATA DAN U.U. NO.1 TAHUN 1974 SUNARTO ADY WIBOWO,SH.

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

PENETAPAN. Nomor 12/Pdt.P/2014/PA JP TENTANG DUDUK PERKARA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

I. PENDAHULUAN. terpenuhi, sehingga kadang-kadang terdapat suatu keluarga yang tidak

P E N E T A P A N Nomor : 72/Pdt.P/2008/PA.Kab.Mn

P E N E T A P A N. Nomor : 0068/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

P E N E T A P A N. Nomor : 0090/Pdt.P/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 62 TAHUN 1958 (62/1958) Tanggal: 29 JULI 1958 (JAKARTA)

bismillahirrahmanirrahim

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

P E N E T A P A N Nomor XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hakikat manusia tidak hanya sebagai makhluk individu melainkan juga

P E N E T A P A N. NOMOR : 06/Pdt.P/2013/PA.Slk BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

P E N E T A P A N Nomor 0074/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

PENETAPAN. Nomor: 33/Pdt.P/2013/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Pada waktu manusia dilahirkan ke dunia ini telah tumbuh tugas baru

BISMILLAHIRAHMANNIRAHIM

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PENGANGKATAN ANAK SECARA LANGSUNG (Peraturan Menteri Sosial RI Nomor : 110 Tahun 2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak)

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sukabumi

PENETAPAN Nomor : 04/Pdt.P/2011/PA.Gst

P E N E T A P A N. Nomor : XX/Pdt.P/2011/PA.Ktb BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. lapangan hukum kekayaan/harta benda yang dapat diwariskan. alasan timbulnya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam pewarisan, namun

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

PUTUSAN. Nomor 1552/Pdt.G/2014/PA.Plg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

Bab 3 PEMBAGIAN HARTA BERSAMA SEBELUM PERCERAIAN

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut senada dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 1.

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

PENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2014/PA.Pkc.

Bentuk: UNDANG-UNDANG. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 4 TAHUN 1961 (4/1961) Tanggal: 25 PEBRUARI 1961 (JAKARTA)

BAB II PENGURUSAN HARTA KEKAYAAN MILIK ANAK ANGKAT DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM PERDATA. A. Status dan Kedudukan Anak Angkat Menurut KUH Perdata

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial (zoon politicon), yaitu makhluk yang pada dasarnya mempunyai keinginan untuk hidup bermasyarakat dengan manusiamanusia lain. Artinya setiap manusia mempunyai keinginan untuk berkumpul dan mengadakan hubungan satu sama lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain. Masa ketergantungan manusia dengan sesamanya tidak pernah berhenti sejak lahir sampai meninggal dunia. 1 Salah satu aspek yang membuat manusia tergantung dengan manusia yang lain adalah dalam melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang membawa konsekuensi timbulnya hak dan kewajiban bagi orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut. Contoh perbuatan hukum ini cukup banyak, misalnya membuat perjanjian, membuat wasiat, melakukan jual beli, dan lain-lain. Seorang anak yang lahir ke dunia ini, serta merta ia membutuhkan orang lain untuk memeliharanya, baik dirinya ataupun harta bendanya. Ia membutuhkan orang lain yang akan mengawasi dan mengasuhnya selama ia masih belum dewasa. Demikian juga ia membutuhkan orang lain yang menjaga, memelihara, mendidik, dan melaksanakan bermacam-macam urusan yang berhubungan dengan jasmani dan rohaninya, serta membutuhkan orang lain yang akan mengawasi 1 Riduan Syahrani. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1999, hlm. 139

2 urusan hak miliknya agar dapat dipelihara dan dikembangkan. Anak yang masih di bawah umur tidak dapat melakukan perbuatan hukum sendiri tanpa bantuan orang tua atau walinya. Di lain pihak orang tua berhak dan wajib mewakili anaknya melakukan perbuatan hukum di dalam maupun di luar pengadilan, meliputi juga penguasaan terhadap harta anak dengan dibatasi oleh ketentuanketentuan tertentu agar tidak merugikan anak itu sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya disebut UU Perkawinan) peraturan tentang kekuasaan orang tua terdapat pada Pasal 47, 48, dan 49. Pasal tersebut menjelaskan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya. Orang tua mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar pengadilan. Orang tua tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan barang-barang tetap yang dimiliki anaknya yang belum dewasa kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya. Pada Pasal 307 dan 308 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) juga dijelaskan bahwa orang yang melakukan kekuasaan orang tua terhadap anak yang masih di bawah umur, harus mengurus barang-barang kepunyaan anak tersebut dan harus bertangggung jawab, baik atas hak milik barang-barang itu maupun atas pendapatan dari barang-barang lain yang tidak boleh dinikmatinya. Apabila timbul keadaan di mana orang tua tersebut tidak cakap dalam menjalankan kewajibannya atau karena meninggalnya kedua orang tuanya, maka seseorang yang ditunjuk oleh hakim dapat menjadi wali bagi anak-anak tersebut.

3 Dalam hal ini pencabutan dan permohonan penetapan seseorang menjadi wali dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Pengertian tentang perwalian itu sendiri dapat dilihat dalam Pasal 50 ayat 1 UU Perkawinan yang menjelaskan bahwa anak yang belum mencapai umur 18 tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali. Kemudian pada Pasal 50 ayat 2 UU Perkawinan dijelaskan bahwa yang menjadi kekuasaan wali adalah mengenai pribadi anak yang bersangkutan maupun harta bendanya. Dengan demikian ruang lingkup kekuasaan wali sama dengan ruang lingkup kekuasaan orang tua. Orang tua, menurut KUH Perdata dan UU Perkawinan, yang memiliki kecakapan hukum terhadap anak-anak mereka yang belum cakap hukum, adalah pihak yang bertanggung jawab dalam merawat dan memelihara serta mewakili anak tersebut dalam perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan. Namun dalam kehidupan bermasyarakat hal tersebut terkadang tidak dapat terealisasi secara langsung. Seperti dalam melakukan tindakan jual beli tanah, orang tua perlu mengajukan permohonan penetapan untuk menjadi wali bagi anak-anak mereka sendiri di samping permohonan untuk izin menjual tanah, padahal dalam peraturan yang ada, mereka otomatis adalah wali bagi anak-anak mereka. Objek penelitian yang akan diteliti dalam kasus perwalian ini adalah Penetapan Nomor 57/Pdt.P/2014/PN. Pbl. Pada Penetapan No. 57/Pdt.P/2014/PN. Pbl, Para Pemohon yang bernama PHJ dan HA, memohon kepada majelis hakim untuk menetapkan Para Pemohon sebagai wali dari anak yang masih di bawah umur

4 bernama AI, yang merupakan anak kandung Para Pemohon sendiri berdasarkan Kutipan Akta Kelahiran Nomor 666/L/U/IP/1998. Selain itu Para Pemohon juga memohon agar majelis hakim memberikan ijin kepada para pemohon untuk menjual sebidang tanah seluas 76 m 2 yang terletak di Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi sebagaimana tertera dalam Sertipikat Hak Milik Nomor 1570 atas nama AI. Adapun alasan Para Pemohon mengajukan permohonan tersebut adalah untuk memenuhi persyaratan dari Pejabat Pembuat Akta Tanah yaitu perlu adanya penetapan perwalian dan ijin menjual dari Pengadilan Negeri karena tanah yang akan dijual Para Pemohon adalah atas nama AI, anak Para Pemohon yang masih di bawah umur. Dalam penetapan ini, hakim mengabulkan seluruh permohonan para pemohon, yaitu menetapkan para pemohon sebagai wali dari anak mereka yang masih di bawah umur serta memberi ijin kepada Para Pemohon untuk menjual sebidang tanah tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi yang berjudul Penetapan Pengadilan tentang Perwalian Orang Tua terhadap Anak Kandung sebagai Syarat Transaksi Jual Beli Tanah (Studi Penetapan Nomor 57/Pdt.P/2014/PN.Pbl). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam menetapkan kedudukan orang tua sebagai wali dalam Penetapan No. 57/Pdt.P/2014/PN. Pbl?

5 2. Bagaimana akibat hukum Penetapan No. 57/Pdt.P/2014/PN. Pbl bagi para pihak? C. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini akan difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan ilmu hukum keperdataan, khususnya dalam bidang hukum keluarga. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami pertimbangan hakim dalam menetapkan kedudukan orang tua sebagai wali pada Penetapan No. 57/Pdt.P/2014/PN.Pbl 2. Untuk mengetahui dan memahami akibat hukum dari Penetapan No. 57/Pdt.P/2014/PN. Pbl bagi para pihak E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan tentang hukum keperdataan, khususnya di bidang hukum keluarga dan perikatan. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai upaya pengembangan kemampuan dan pengetahuan hukum bagi peneliti dalam lingkup hukum perdata khususnya hukum keluarga dan perikatan

6 b. Sebagai sumbangan pemikiran, bahan bacaan, dan sumber informasi serta bahan kajian bagi yang memerlukan c. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung