INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN TEKNOLOGI UNGGULAN KELAPA SAWIT BERBASIS OUTCOME BASED EVALUATION DI KALIMANTAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kode : X.229 KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA

KODE JUDUL : U21 PENELITIAN POLA DISTRIBUSI KELAPA SAWIT DI PULAU SUMATERA GUNA MENDUKUNG PROGRAM MP3EI

PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH

KARAKTERISASI DAN EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO DI KAB. DONGGALA DAN PARIGI MOUTONG PROV. SULTENG MENDUKUNG MP3EI

1.1 Latar Belakang Masalah

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ]

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PENYAKIT BUSUK BUAH PADA KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRIORITAS 5 MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2011 WILAYAH MALUKU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

Muhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

KODE JUDUL : X.46 AGROEKOLOGI WILAYAH PENGEMBANGAN VARIETAS TEBU DI LAHAN KERING SULAWESI SELATAN MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA GULA

logo lembaga Kode Judul X.303 Idawanni, SP KAJIAN IDENTIFIKASI DAN PENGENDALIAN PENYAKIT KARET RAKYAT DI KABUPATEN ACEH BARAT PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DIFUSI MODEL PENGELOLAAN TERPADU KEBUN JERUK SEHAT MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN HORTIKULTURA DI SENTRA JERUK SULAWESI SELATAN

ANALISIS KEBIJAKAN DAN PENYUSUNAN RENSTRA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

logo lembaga [ X.291] Ir. Annas Zubair, M.Si Serli Anas, S.Pt Dwi Rohmadi, S.Pt Jaka Sumarno, STP Sukarto

Penguatan Kapasitas Masyarakat Dalam Ketahanan Pangan Di Daerah Tertinggal:

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

REMEDIASI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH UNTUK PERKEBUNAN KARET RAKYAT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

KAJIAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI LAMPUNG

X.252 KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SAYURAN ORGANIK DI KALIMANTAN BARAT

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kode Judul G.2. Tim Kajian Bambang setiadi Bendjamin B.L Reza Lukiawan Febrian isharyadi Ary Budi Mulyono

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BALAI BESAR LITBANG SUMBER DAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN ENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

[ BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN] 2012

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI 2012

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. Helmi Loso Winarto Amrizal Yusuf Jonharnas

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN PENGOLAHAN LIMBAH CPO UNTUK PRODUKSI SABUN PADA SKALA USAHA KECIL

X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

[ nama lembaga ] 2012

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

PENGKAJIAN UJI ADAPTASI PENGGUNAAN BIBIT SOMATIK EMBRIO GENETIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO DI SULAWESI TENGAH

LATAR BELAKANG. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa

KEMENTERIAN PERTANIAN

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 8 Januari 2014

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

X.250 KAJIAN MESIN PENCACAH PELEPAH SAWIT UNTUK PENGOLAHAN PAKAN TERNAK MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-TERNAK (SISKA) DI KALIMANTAN BARAT

PENELITIAN PEMILIHAN MODA ANGKUTAN BATUBARA ANTARA ANGKUTAN SUNGAI DAN TRUK DI PULAU KALIMANTAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

PROPOSAL KAJIAN PENENTUAN DOSIS PUPUK OPTIMAL UNTUK PEMBIBITAN KELAPA SAWIT DI SUMATERA UTARA. HELMI DKK

PENERAPAN SIDa UNTUK PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN DI SUMATERA UTARA

KAJIAN POLA KEMITRAAN DALAM MEMPRODUKSI BENIH PADI BERMUTU DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Transkripsi:

KODE JUDUL: X.206 INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KAJIAN TEKNOLOGI UNGGULAN KELAPA SAWIT BERBASIS OUTCOME BASED EVALUATION DI KALIMANTAN KEMENTRIAN PERTANIAN Peneliti/Perekayasa 1. Dr.Ketut Kariyasa 2. Dr.Joko Pitono 3. Dr.Idha W.Arsanti 4. Ir.Agus Muharam, MS 5. Ir.Ade Supriatna, MSi INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI 2012

Pendahuluan Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang menjadi andalan untuk ekspor non migas Indonesia. Saat ini Indonesia menempati peringkat pertama untuk negara penghasil dan pengekspor CPO (Crude Palm Oil) di dunia dengan jumlah produksi lebih dari 18 juta ton per tahun. Perhatian pemerintah terhadap pengembangan komoditas sawit cukup besar. Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) telah menetapkan komoditas kelapa sawit sebagai komoditas utama untuk lebih dikembangkan di wilayah Kalimantan koridor 3. Selain sebagai sebagai komoditas ekspor utama Indonesia, juga diharapkan sekaligus sebagai titik ungkit pembangunan ekonomi daerah dalam menjamin peningkatan kesejahteraan petani setempat secara berkelanjut.

Permasalahan Penggunaan Benih Palsu/asalan masih cukup tinggi pada perkebunan kelapa sawit rakyat, menyebabkan produktivitas kelapa sawit rendah Banyak teknologi Badan Litbang berupa Benih Unggul Baru (VUB) kelapa sawit yang telah dihasilkan yang mempunyai peranan penting dan strategis untuk mengganti benih palsu Belum ada informasi empiris lengkap tentang dampak penggunaan teknologi, yaitu VUB tersebut terhadap peningkatkan kesejahteraan dan percepatan perekonomian setempat dalam kerangka MP3EI. Oleh karena itu, kajian ini sangat penting dilakukan untuk menyediakan informasi tentang dampak teknologi unggulan kelapa sawit pada perekonomian masyarakat setempat dan sekaligus sebagai bahan konsumsi bagi pengambil kebijakan dalam perbaikan pengembangan kelapa sawit rakyat ke depan.

Metodologi Kajian ini telah dilakukan di Kalimantan Barat dengan dasar pertimbangan bahwa Kalimantan Barat merupakan salah satu sentra pengembangan kelapa sawit di Kalimantan, setelah Kalimantan Tengah. Kabupaten Sanggau dipilih secara sengaja sebagai lokasi kajian, mengingat selain merupakan sentra produksi sawit di provinsi ini, di kabupaten ini juga terdapat perkebunan rakyat yang memakai benih unggul dan tidak unggul. Seperangkat alat analisis telah digunakan, antara lain: analisis tabulasi silang (deskritif), analisis kelayakan usaha pengembangan kelapa sawit (NPV,IRR, net BCR, Payback Period, BEY, BEP, dan ROI), analisis respon fungsi produksi, analisis dekomposisi produktivitas, analisis kovarian, serta analisis logit untuk mengetahui faktorfaktor yang berpengaruh adopsi teknologi unggulan.

Sinergi Koordinasi Perkembangan koordinasi dengan kelembagaan-program terkait adalah sebagai berikut: Ditjen Perkebunan, Dinas perkebunan, dan BPTP memfasitasi terkait kegiatan pengumpulan data sekunder dan data primer, Ditjen Perkebunan memberikan masukan untuk mempertajam hasil kajian yang selanjutnya akan dijadikan sebagai bahan kebijakan pengembangan kelapa sawit yang akan dilaksanakan di lapangan (UPT) oleh Dinas perkebunan Provinsi dan Kabupaten Indikator keberhasilan sinergi koordinasi adalah adanya fasilitasi dari Ditjen Perkebunan, Dinas perkebunan, dan BPTP dalam pengumpulan data sekunder dan data primer. Hasil rumusan dari kajian ini akan dipertimbangkan untuk dijadikan salah satu bahan kebijakan dalam pengembangan kelapa sawit yang akan diteruskan oleh Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten sebagai UPT setempat.

Pemanfaatan Hasil Beberapa temuan penting dan rekomendasi kebijakan dari hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan dalam pengembangan kelapa sawit khususnya oleh Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten sebagai UPT setempat khususnya dalam program pengembangan perkebunan sawit rakyat 1,5 juta ha sampai 2025. Indikator keberhasilan pemanfaatan rekomendasi kebijakan kajian dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat di Kalimantan Barat akan terlihat dengan semakin banyaknya petani yang menggunakan varietas unggul bermutu, berkembangnya luas lahan kelapa sawit, peningkatan produktivitas, serta meningkatnya pendapatan petani sawit.

Potensi Pengembangan Kedepan Potensi pengembangan hasil kajian ini ke depan setelah paket PKPP selesai yaitu melalui penyebaran informasi rekomendasi kebijakan dalam pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat khususnya di Kalimantan Barat dan secara umum tingkat nasional, dengan harapan penggunaan VUB semakin meluas sebagai pengganti benih asalan. Meningkatnya VUB mempunyai potensi besar dalam memperbaiki produksi sawit, pendapatan dan kesejehteraan petani sawit rakyat, dan mendukung MP3EI dalam mempercepat pembangunan pertanian di perdesaan. Strategi Pengembangan melalui kerja sama dengan Pemda, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten, Bakorluh/Bapelus, BPTP, Gapoktan/Kelompok tani.

Foto Kegiatan

Penutup Upaya peningkatan produksi sawit di Provinsi Kalimantan Barat sebaiknya lebih diprioritaskan pada peningkatan penggunaan benih sawit unggul, baru pilihan berikutnya adalah melalui perluasan areal perkebunan sawit. Perlu adanya upaya penyediaan benih bermutu pada tingkat rasional lebih banyak lagi. Efektivitas pemerintah dalam penyediaan pupuk bersubsidi untuk pengembangan kelapa sawit rakyat perlu terus di tingkatkan, serta penyediaan kredit bersubsidi untuk mendorong petani menerapkan teknologi introduksi Mendorong petani membuka lahan secara swadaya patut dipertimbangkan menjadi pilihan utama dibandingkan pola kemitraan. Pola-pola kemitraan yang telah berjalan dan cenderung kurang memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit perlu ditinjau kembali.