BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

1. BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

Pencegahan Kecacingan dan Peningkatan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan

BAB I PENDAHULUAN I.1.

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

SOSIALISASI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA ANAK-ANAK TINGKAT SEKOLAH DASAR DI DESA TABORE KECAMATAN MENTANGAI KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

PREVALENSI INFEKSI CACING USUS YANG DITULARKAN MELALUI TANAH PADA SISWA SD GMIM LAHAI ROY MALALAYANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

HUBUNGAN PERILAKU DAN HIGIENE SISWA SD NEGERI DENGAN INFEKSI KECACINGAN DI DESA JUMA TEGUH KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak di SDN Barengan,

xvii Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Soil transmitted helminth (STH) merupakan cacing usus yang dapat. menginfeksi manusia dengan empat spesies utama yaitu Ascaris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

MALNUTRISI DAN INFEKSI CACING STH PADA IBU HAMIL DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK PEKANBARU. Yanti Ernalia, Dietisien, MPH dr Lilly Haslinda, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia.

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja. Tenaga kerja yang terpapar dengan potensi bahaya lingkungan

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. perilaku hidup bersih dan sehat. Pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. (neglected diseases). Cacing yang tergolong jenis STH adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Infeksi cacing masih merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang,

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN DENGAN INFESTASI CACING PADA PELAJAR SEKOLAH DASAR NEGERI 47 KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

Universitas Sumatera Utara

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

Lampiran I. Oktaviani Ririn Lamara Jurusan Kesehatan Masyarakat ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan nasional dapat

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, yaitu memelihara kesehatan yang bermutu (promotif), menjaga kesehatan (preventif), mengobati (kuratif) dan rehabilitatif yang merata dan terjangkau. Berdasarkan UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 32 menyatakan bahwa upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, diantaranya adalah pencegahan dan penyembuhan terhadap kecacingan. Sesuai dengan berlakunya UU No.25/1999 tentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan merata terwujud dengan berhasilnya pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan terhadap kecacingan melalui pemberian obat cacing setiap 6 bulan sekali dan pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) yang sehat dan teratur, serta pendidikan kesehatan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan ini pun belum merata di masyarakat sehingga prevalensi kecacingan belum menurun secara signifikan (Depkes RI, 2001). Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 424/MENKES/SK/VI/2006 diharapkan di Indonesia angka prevalensi kecacingan < 10% dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010. Penyebaran kecacingan melalui kontak dengan tinja. Tinja yang mengandung banyak telur bisa terbawa angin, banjir, nyamuk, lalat yang menempel di setiap tempat seperti makanan, sayuran mentah, buah-buahan, air limbah rumah, debu dan lain-lain. Berbagai tempat akan tercemar dengan telur cacing bila keadaan sanitasi lingkungan buruk seperti tidak tersedianya air bersih, tidak ada sarana pembuangan

air limbah, tidak ada tersedianya jamban sehingga masyarakat punya kebiasaan buang air besar di sembarangan tempat (Nevi, 2006). Menurut data WHO dalam Nevi (2006), seperempat penduduk dunia terinfeksi kecacingan kronis. Diperkirakan 1,4 milyar orang kecacingan Ascaris lumbricoides (cacing gelang), 1 milyar orang oleh Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan 1,3 milyar orang kecacingan Ancylostoma duodenale (cacing tambang). Sebagian besar penderita kecacingan tinggal di negara-negara beriklim tropis seperti Indonesia. Prevalensi penyakit kecacingan di Indonesia tergolong cukup tinggi, yaitu 70%-90% dan sebagian besar yang menjadi korban adalah anak-anak usia sekolah, terutama sekolah dasar dan golongan penduduk yang kurang mampu. Tingginya prevalensi kecacingan belum dianggap suatu masalah kesehatan yang penting, padahal kerugian yang ditimbulkannya sangat besar. Dari sisi kesehatan, kecacingan menyebabkan kekurangan gizi, anemia, pertumbuhan, gangguan kognitif anak, kecerdasan dan produktifitas penderitanya karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia (Nevi, 2006). Salah satu hasil pemantauan pengawasan lingkungan permukiman terhadap kualitas tanah permukaan di Indonesia, menunjukkan bahwa sebesar 53,06% tanah permukaan di lingkungan permukiman positif ditemukan adanya telur cacing gelang (Hasyimi, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat dari Amerika, IRD (International Relief and Development) pada tahun 2004, terhadap 1805 murid anak Sekolah Dasar di Kab. Kebumen, menemukan angka prevalensi kecacingan 82,60% (1491 murid). Penelitian lain di Kab. Temanggung (2004) terhadap 84 murid SD/MI menemukan angka prevalensi kecacingan 87% (73 murid).

Menurut kedua penelitian ini ada tiga jenis cacing yang dominan yaitu cacing gelang, cacing cambuk dan cacing tambang (Dinas Kesehatan Prop. Jateng, Profil Kesehatan, 2003). Dalam laporan hasil survei prevalensi kecacingan pada 10 propinsi 2004, Sumatera Utara menduduki peringkat ke-3 (60,4%) dalam hal kecacingan (Ditjend PPM-PL, 2004). Di propinsi Sumatera Utara (2004) angka prevalensi kecacingan kurang lebih 73%, dan pada tahun 2005 angka prevalensi cacing gelang 56,6% (236 orang), cacing cambuk 39,56% (165 orang) dan cacing tambang (3,9%) (11 orang) (Data P2ML Propinsi Sumatera Utara). Pada tahun 2005, Dinas P2ML (Pemberantasan Penyakit Menular Lingkungan) Sumatera Utara juga melakukan survei kecacingan, tetapi belum juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dapat di lihat dari data surveilans terhadap 1000 responden tentang hasil positif kecacingan dengan peringkat sebagai berikut yaitu untuk Kabupaten Tapanuli Selatan, angka prevalensi cacing gelang 70,06% (103 orang), cacing tambang 25,17% (37 orang), cacing cambuk 4,76% (7 orang) dan daerah Tapanuli Utara, angka prevalensi cacing gelang 70% (105 orang), cacing tambang 17,85% (25 orang), caing cambuk 7,14% (10 orang). Pada tahun 2005, Dinas Kesehatan Samosir melakukan pemeriksaan tinja di 8 Kecamatan terhadap 1000 responden menunjukkan angka prevalensi cacing gelang 70,3% (703 orang), cacing tambang 12,4% (124 orang), cacing cambuk 10,5% (105 orang) dan penelitian kedua dilakukan di Kecamatan Simanindo desa Ambarita oleh dokter Jhonson dari LSM Jepang menemukan 4 orang anak SD Negeri yang terinfeksi cacing pita. Di antara keempat jenis cacing tersebut, cacing gelang merupakan jumlah yang paling dominan.

Dinas Kesehatan Samosir (2007), melakukan pemeriksaan tinja di 40 Sekolah Dasar yang ada di 8 (delapan) Kecamatan Kabupaten Samosir menunjukkan Kecamatan Simanindo yang paling tinggi, dari 529 responden ditemukan angka prevalensi cacing gelang 66,91% (354 orang), cacing cambuk 1,32% (7 orang), cacing pita 2,45% (13 orang). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret 2008 di sekolah dasar negeri Kecamatan Simanindo terhadap 265 murid yang dijumpai, sebagian besar murid tidak menggunakan sepatu saat bermain di halaman sekolah, bermain kelereng di tanah, tidak mencuci tangannya sebelum dan sesudah bermain, sebagian besar murid jajan di luar sekolah yang hidangan makanannya tidak bersih. Ada juga murid buang air besar di sembarangan tempat dan tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah buang air besar dan buang air kecil sehingga mengakibatkan kecacingan pada anak tersebut. Melihat penampilan fisik murid, sebagian besar pakaiannya kurang bersih, kuku tangan dan kaki yang panjang dan hitam. Keadaan ini disebabkan dari kurangnya perhatian ibu terhadap kebersihan anaknya sendiri. Di Kecamatan Simanindo para ibu ditemukan jarang masak sayuran, air dan daging sampai masak. Perilaku ibu seperti cara memelihara kebersihan rumah, kebersihan makanan, kebersihan per orangan (merawat kebersihan tangan,jari dan kuku, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan rambut), dan praktik psikososial adalah faktor penting yang berpengaruh terhadap proses tumbuh-kembang anak. Demikian pula faktor lingkungan seperti ketersediaan air bersih di dalam rumah dan pengetahuan ibu (Anwar, 2000). Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes (Yuwono, 2001) dan hasil penelitian di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa

sebagian besar responden (90,6%) tidak memiliki jamban, perilaku ibu (pengetahuan, sikap, tindakan), umur, ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dalam peningkatan angka prevalensi kecacingan pada anak. Kejadian cacing gelang dan cacing cambuk dapat dihubungkan dengan status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan ibu yang lebih rendah serta status ibu yang bekerja di Kecamatan Ampana Kota Kabupaten Poso. Infestasi cacing gelang dapat dihubungkan dengan penurunan kemampuan verbal, penurunan kemampuan Aritmatika-Matematika dikaitkan dengan menurunnya frekuensi belajar yang tidak teratur. Mengacu hasil pengamatan, data-data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kecamatan Simanindo dan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan di berbagai tempat, maka perlu dilakukan tentang pengaruh perilaku ibu, sanitasi lingkungan dan kebersihan anak terhadap kecacingan di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan angka prevalensi kecacingan di Kecamatan Simanindo dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Samosir yaitu 70,7%, hasil survei sanitasi lingkungan, perilaku ibu dan kebersihan anak, menunjukkan kurangnya kebersihan pada anak dan sanitasi lingkungan. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh perilaku ibu (sikap, pengetahuan, tindakan), sanitasi lingkungan, karakteristik anak yang berkaitan dengan kecacingan anak di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh perilaku ibu (sikap, pengetahuan,tindakan), sanitasi lingkungan dan karakteristik anak terhadap kecacingan anak di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir 2008.

1.4. Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesa dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh yang signifikan antara perilaku ibu (pengetahuan, sikap, tindakan), sanitasi lingkungan dan karakteristik anak terhadap kecacingan anak di Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir 2008. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan kepada Dinas Kesehatan Samosir membuat kebijakan dalam merencanakan program kesehatan baik dalam penyuluhan kesehatan maupun penyediaan obat cacing untuk menurunkan angka prevalensi kecacingan. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi ibu dalam memberikan bimbingan tentang pengetahuan, sikap untuk meningkatkan perilaku sehat terhadap kesehatan anaknya dan menciptakan sanitasi lingkungan yang bersih untuk mencegah kecacingan. 3. Agar dapat menjadi referensi untuk penelitian lanjutan bagi peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian tentang penyakit kecacingan sehingga dapat lebih bermanfaat baik secara keilmuan maupun kemasyarakatan.