BAB V SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

digunakan paling banyak pada kedua fungsi ilokusi tersebut adalah padanan mapan. Sebanyak 26 data dengan teknik padanan mapan ditemukan pada fungsi

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan oleh manusia. untuk berinteraksi sosial. Setiap manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. tulis dalam berkomunikasi. Menurut Arifin (2000: 3), dalam wacana lisan,

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. akhirnya menjadi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian ini. bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM NOVEL LELAKI YANG MENGGENGGAM AYAT-AYAT TUHAN KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY E JURNAL ILMIAH

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari percakapan.

Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM WACANA NOVEL TRILOGI KARYA AGUSTINUS WIBOWO

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan antara bahasa dan konteksnya yang tergramatikalisasi atau

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas karakteristik tuturan guru sains berdasarkan jenis

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA BAK TRUK SEBAGAI ALTERNATIF MATERI AJAR PRAGMATIK

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media komunikasi massa yang membawa pesan yang berisi gagasan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pendapat Austin (1962) yang kemudian dikembangkan oleh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi penolakan, jenis tuturan yang berilokusi penolakan, teknik penerjemahan untuk menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan penolakan, dan kualitas terjemahan novel The Deception Point. Bagian saran memaparkan masukan Peneliti bagi Penerjemah dan penelitian-penelitian berikutnya yang sejenis. A. Simpulan 1. Strategi Penolakan dalam Novel The Deception Point Analisis strategi penolakan pada novel The Deception Point menunjukkan bahwa percakapan pada novel mengandung penolakan tunggal dan rangkaian penolakan (refusal set). Tuturan penolakan pada novel tersebut terdiri atas tiga kategori: strategi penolakan langsung, strategi penolakan tidak langsung, kombinasi strategi penolakan langsung dan tidak langsung. Strategi penolakan langsung diungkapkan penutur dengan menggunakan sebuah tuturan penolakan tunggal yang berfungsi sebagai inti penolakan (main refusal). Dalam penelitian ini ditemukan sebagian kecil data yang tergolong strategi penolakan langsung. Data tersebut berupa pernyataan non performatif, yang terdiri atas pernyataan dengan kata tidak dan pernyataan ketidakmampuan penutur. Strategi penolakan tidak langsung yang terdapat dalam novel paling dominan digunakan oleh penutur saat melakukan penolakan, dibandingkan dua strategi penolakan lainnya. Strategi penolakan tidak langsung diungkapkan dengan dua cara, yaitu dengan sebuah strategi penolakan tidak langsung saja (1 tuturan sebagai main refusal) dan dengan kombinasi dua atau lebih strategi penolakan tidak langsung (dua sampai enam tuturan yang bisa berfungsi sebagai pre refusal, main commit to user refusal, post refusal). Sebuah strategi penolakan langsung yang berisi 246

digilib.uns.ac.id 247 tuturan tertentu digunakan penutur karena penolakan yang dilakukan sudah dirasa cukup mewakili tanpa mengaplikasikan strategi lainnya (pre refusal maupun post refusal). Sementara itu, dua atau sampai enam strategi penolakan tidak langsung atau tuturan berilokusi penolakan sering digunakan penutur karena penutur ingin memberikan penolakan yang tidak menyinggung perasaan mitra tuturnya dan berterima. Selain itu, penutur yang menerapkan kombinasi berbagai strategi penolakan tidak langsung (rangkaian tuturan) dalam novel The Deception Point bermaksud untuk menunjukkan bahwa dirinya benar-benar tidak bisa melakukan (mengabulkan) keinginan mitra tutur yang dianggap bertentangan dengan keinginan penuturnya dan tetap mempertahankan pendiriannya untuk tidak melakukannya sekaligus tidak mengancam muka MT-nya. Hal ini berkaitan dengan tema novel yang berbau politik sehingga banyak ditemukan perintah atau permintaan atau tawaran yang disertai paksaan atau ancaman (sebagai tuturan pemicu atau initiating speech act) dari mitra tutur yang akhirnya menimbulkan adanya tuturan penolakan (refusal act) dari penutur. Maka, penutur mencoba menolaknya dengan kombinasi berbagai strategi penolakan tersebut supaya mitra tutur (pihak yang berkuasa) memahami posisi penutur (pihak yang lemah atau dipaksa melakukan sesuatu). Strategi penolakan tidak langsung yang ditemukan dalam novel antara lain berupa: strategi menyatakan penyesalan, menyatakan filosofi, menyatakan prinsip, menyatakan pengandaian, memberikan alternatif lain, meyakinkan MT, mengabulkan sebenarnya menolak, melakukan penghindaran verbal, dan memberikan penjelasan. Masing-masing strategi penolakan tersebut masih terpecah menjadi sub-sub strategi lagi. Sementara itu, penggunaan kombinasi strategi penolakan langsung dan tidak langsung yang ditemukan dalam penelitian ini berfrekuensi kecil. Strategi ini diawali dengan strategi penolakan langsung kemudian disusul strategi tidak langsung. Tokoh-tokoh novel sebagai penutur menggunakan strategi ini disebabkan karena penutur merasa penolakan langsung yang dilakukan commit telah to menyinggung user perasaan MTnya dan

digilib.uns.ac.id 248 kemudian menyertakan strategi penolakan tidak langsung supaya MT mau memahami hal yang melatarbelakangi penolakan langsung tersebut sehingga kedua belah pihak bisa saling bekerjasama untuk saling memahami situasi yang terjadi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Semakin banyak rangkaian strategi penolakan (refusal set), semakin menunjukkan keengganan atau ketidakmauan penutur terhadap keinginan mitra tuturnya Dalam kaitannya dengan fungsinya, strategi penolakan mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai pre refusal, main refusal, dan post refusal. strategi yang berfungsi sebagai pre refusal adalah strategi penolakan tidak langsung, yang terdiri atas strategi menyatakan penyesalan (meminta maaf), menerima sebenarnya menolak (seolah mengabulkan), dan melakukan penghindaran (mengulang pernyataan MT dan memanggil). Strategi yang berfungsi sebagai main refusal adalah strategi penolakan langsung dan tidak langsung. Strategi penolakan langsung terdiri atas strategi pernyataan non performatif. Sementara itu, strategi penolakan tidak langsung terdiri atas strategi memberikan penjelasan, memberikan alasan, memberikan prinsip, memberikan filosofi, memberikan alternatif lain, menerima sebenarnya menolak, meyakinkan mitra tutur, dan melakukan penghindaran verbal. Selanjutnya, strategi yang berfungsi sebagai post refusal adalah strategi tidak langsung, yang terdiri atas strategi memberikan penjelasan, memberikan alasan, memberikan filosofi, memberikan alternatif lain, memberikan janji, memberikan pengandaian, meyakinkan mitra tutur, dan melakukan penghindaran verbal. 2. Jenis Tuturan yang Berilokusi Penolakan dalam Novel The Deception Point Dalam penelitian ini, ada lima jenis tindak tutur yang di dalamnya mengandung tuturan berilokusi penolakan. Pertama, tindak tutur asertif yang terdiri atas tuturan menjelaskan, beralasan, dan berfilosofi. Kedua, tindak tutur direktif yang terdiri atas tuturan menantang, mengajak, menyarankan, menenangkan, commit memerintah, to user meminta syarat, memohon,

digilib.uns.ac.id 249 dan memanggil. Ketiga, tindak tutur komisif yang terdiri atas tuturan menolak (langsung), mengabulkan, berprinsip, berjanji, dan menawari. Keempat, tindak tutur ekspresif yang terdiri atas tuturan mengkritik, mengulang pernyataan, mengelak, membela diri, menyatakan kekecewaan, mengandaikan, mengubah topik, menyatakan dampak negatif, mengeluh, meminta maaf, menyindir, dan bergurau. Kelima, tindak tutur deklaratif yang terdiri atas tuturan meunda dan memutuskan. Dari berbagai jenis tuturan tersebut, tuturan yang berfungsi sebagai pre refusal adakah tuturan memanggil (summoning), mengulang pernyataan, meminta maaf, dan mengabulkan (sebenarnya menolak). Hal ini dikarenakan tuturan-tuturan tersebut belum menghadirkan inti penolakan (main refusal) yang ingin diujarkan penutur. Namun, tuturantuturan tersebut juga bisa berfungsi sebagi main refusal asalkan hanya berupa penolakan tunggal saja. Sementara itu, tuturan yang lainnya bisa berfungsi sebagai main refusal atau post refusal, yakni tuturan pertama adalah tuturan main refusal dan tuturan selanjutnya adalah post refusal. Tuturan menjelaskan dominan digunakan penutur sebagai post refusal karena sebagian besar tuturannya berfungsi sebagai penjelas dari penolakan inti (main refusal) agar penolakannya bisa dipahami dan berterima bagi MT. Lain halnya, tuturan mengkritik paling mendominasi dalam penolakan sebagai main refusal karena di dalamnya tersirat unsur keengganan penutur untuk tidak melakukan keinginan MTnya dengan meyakinkan MT-nya akan keinginan yang diharapkannya kepada penutur melalui sebuah kritikan. 3. Teknik Penerjemahan untuk Menerjemahkan Kalimat yang Merepresentasikan Tuturan Penolakan dalam Novel The Deception Point Dalam penelitian ini ditemukan empat jenis teknik penerjemahan yang diaplikasikan oleh Penerjemah dalam menerjemahkan kalimat yang merepresentasikan tuturan penolakan. Keempat teknik tersebut adalah teknik penerjemahan tunggal, teknik penerjemahan kuplet (gabungan dua teknik), teknik penerjemahan commit triplet to user (gabungan tiga teknik), dan teknik

digilib.uns.ac.id 250 penerjemahan kuartet (gabungan empat teknik). Dari keempat teknik tersebut, teknik penerjemahan tunggal dan kuplet paling sering digunakan Penerjemah karena sebagian besar data penolakan berupa kalimat yang berkonstruksi sederhana dan mudah dipahami. Jika dilihat dari frekuensi penggunaan masing-masing teknik penerjemahan dalam menerjemahkan tuturan penolakan, teknik kesepadanan lazim paling mendominasi dibandingkan dengan teknik lainnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan konstruksi kalimat penolakan pada TBSu yang sederhana dan menggunakan istilah atau ekspresi yang padanannya dapat ditemukan dalam budaya sasaran. Kemudian, teknik variasi juga sering diaplikasikan oleh penerjemah. Teknik ini digunakan untuk menerjemahkan dialek sapaan yang terdapat pada kalimat tuturan penolakan sehingga menyesuaikan konteks situasi saat terjadinya tuturan penolakan (formal atau non formal) dan juga kedekatan antara penutur dan mitra tuturnya, misalnya terjemahan kata sapaan you menjadi kamu, kau, anda,.... Selanjutnya, teknik amplifikasi digunakan penerjemah untuk menambahkan informasi yang tidak tersurat dalam BSu atau dengan cara memparafrase informasi yang implisit menjadi eksplisit dalam BSa. Maka, pembaca sasaran novel bisa dengan mudah menangkap maksud yang terkandung dalam BSu yang sengaja tidak dituliskan langsung oleh Pengarang. Kemudian, teknik reduksi digunakan Penerjemah untuk menghilangkan informasi yang dirasa kurang penting atau tidak diperlukan di BSa. Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan adanya penghilangan sebagian atau keseluruhan tuturan. Penghilangan sebagian yang dilakukan Penerjemah misalnya penghilangan informasi yang demi menyesuaikan sistem atau kaidah BSa dan demi keefektifan kalimat pada tuturan menolak. Sementara itu, penghilangan keseluruhan tuturan hanya ditemukan sekali, yaitu penghilangan tuturan memanggil (summoning) sebagai pre-refusal dan sebagai upaya penghindaran untuk menolak keinginan mitra tuturnya. Teknik reduksi juga digunakan Penerjemah untuk mencapai keefektifan kalimat tuturan penolakan supaya tidak panjang lebar commit atau berbelit-belit. to user

digilib.uns.ac.id 251 Sementara itu, teknik lainnya yang ditemukan dalam menerjemahkan tuturan penolakan berupa teknik peminjaman, partikularisasi, generalisasi, transposisi, dan modulasi. Sebagian besar, teknik-teknik ini dianggap tidak terlalu berdampak signifikan terhadap hasil terjemahan dan terjemahannya berkualitas baik. Namun, ada beberapa teknik yang mengkibatkan adanya pergeseran, yaitu teknik kreasi diskursif, modulasi, dan reduksi (total). Teknik kreasi diskursif mengakibatkan adanya pergeseran jenis tuturan saja dan pergeseran jenis tuturan sekaligus strategi penolakan. teknik modulasi hanya mengakibatkan pergeseran jenis tuturan saja tetapi masih menggunakan strategi penolakan yang sama karena pesan atau makna terjemahan masih tersampaikan. Teknik Reduksi (total) yang membuat pergeseran ditemukan pada penghilangan terjemahan pre refusal saja. Namun, teknik ini tentunya boleh dilakukan asalkan tidak menghilangkan fungsi main refusal dalam kalimat penolakan. Penerjemah juga menerapkan lebih dari satu teknik penerjemahan, yang berupa teknik kuplet, triplet, dan kuartet; dengan tujuan agar pesan terjemahan bisa tersampaikan dengan baik dalam BSa dan tidak terjadi penyelewengan pesan karena distorsi makna terjemahan. Dengan kata lain, semakin banyak varian teknik penerjemahan semakin tersampaikan pesan terjemahannya dan semakin berterima dan terbaca di BSa. 4. Kualitas Terjemahan Novel The Deception Point ditinjau dari tiga aspek (keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan) Berdasarkan hasil perhitungan pembobotan kualitas terjemahan, dapat dikatakan bahwa hasil terjemahan kalimat yang merepresentasikan tuturan penolakan (refusal set) pada novel The Deception Point sudah sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil akhir penghitungan pembobotan ketiga kualitas terjemahan (keakuratan, keberterimaan, keterbacaan), yaitu sebesar 2,92. Angka tersebut menunjukkan bobot kualitas terjemahan yang tinggi karena batas maksimal pembobotan hasil terjemahan bernilai 3,0. Dengan kata lain, Penerjemah mampu mentransfer pesan terjemahan commit kalimat to user yang merepresentasikan tuturan

digilib.uns.ac.id 252 penolakan (refusal set) dengan baik, meskipun ditemukan adanya 5 buah pergeseran jenis tuturan penolakan atau strategi penolakannya (akibat teknik kreasi diskursif, modulasi, dan reduksi). Teknik kreasi diskursif mengakibatkan terjemahan menjadi akurat dan atau tidak akurat (tergantung ada tidaknya pergeseran strategi penolakan). teknik modulasi mengakibatkan terjemahan mengalami pergeseran jenis tuturan saja tanpa disertai pergeseran jenis strategi penolakan sehingga terjemahan masih akurat. Teknik reduksi (total) pada bagian pre refusal menghasilkan terjemahan menjadi kurang akurat dalam terjemahannya. Namun demikian, semua pergeseran tersebut masih berterima dan terbaca di BSa walaupun kurang akurat. Selain itu, temuan pergeseran yang relatif kecil tersebut tidak sebanding dengan tingginya derajat kualitas terjemahan yang dihasilkan oleh Penerjemah sehingga terjemahan bisa dikatakan berkualitas sangat baik. B. Saran 1. Bagi Penerjemah a) Tuturan penolakan merupakan tuturan yang memerlukan pemahaman ekstra bagi seorang penerjemah sehingga seorang Penerjemah harus memiliki kepekaan terhadap jenis-jenis tuturan yang berilokusi penolakan maupun jenis-jenis strategi penolakan saat menerjemahkan dari BSu ke BSa. Oleh karena itu, Penerjemah harus memahami polapola strategi penolakan yang bervariasi kombinasinya sehingga dapat diketahui jenis-jenis tuturan berilokusi penolakan yang digunakan untuk merepresentasikan strategi tersebut. Selain itu, Penerjemah sebaiknya lebih teliti lagi dalam mengidentifikasi fungsi sebuah strategi penolakan (pre refusal, main refusal, dan post refusal) dalam sebuah tuturan rangkaian penolakan sehingga pergeseran dalam terjemahan yang berdampak pada daya pragmatis penolakan akibat bergesernya atau hilangnya main refusal bisa dihindari. b) Penerjemah hendaknya menggunakan pilihan kata (diction) yang tepat dalam menyampaikan commit pesan to user terjemahan sesuai BSu. Hal ini

digilib.uns.ac.id 253 dikarenakan, ada beberapa data terjemahan yang menjadi tidak atau kurang akurat, kurang terbaca, atau kurang berterima akibat kesalahan penerjemah dalam memilih diksi yang sesuai dengan kaidah budaya sasaran. c) Dalam menerjemahkan tuturan penolakan, penerjemah boleh melakukan pergeseran tetapi tetap mempertahankan daya ilokusi atau daya pragmatis penolakan sesuai BSu sehingga terjemahan tetap akurat, berterima, dan terbaca di BSa. Dalam hal ini, pergeseran tuturan penolakan boleh dilakukan asalkan tidak mengubah jenis strategi penolakan yang digunakan dan tidak menghilangkan main refusal dalam terjemahannya. d) Teknik penerjemahan kreasi diskursif harus dilakukan dengan hatihati oleh penerjemah karena penerjemah harus menemukan padanan sementara yang tepat dalam hal cara pengungkapan (ekspresi) tuturan penolakan dari BSu ke BSa dengan tetap memperhatikan keakuratan pesan terjemahan agar tidak terjadi penyelewengan pesan (pergeseran strategi penolakan) atau distorsi makna. Selain itu, teknik penerjemahan reduksi boleh dilakukan jika informasi yang dihilangkan tidak berdampak signifikan terhadap keakuratan pesan sesuai BSu, misalnya hanya menghilangkan sebagian informasi yang dianggap tidak begitu penting demi keefektifan kalimat tuturan penolakan. Namun, perlu diketahui bahwa Penerjemah harus memahami letak main refusal saat menerjemahkan sebuah rangkaian penolakan (refusal set) karena jika Penerjemah menghilangkan informasi penting dalam main refusal atau menghilangkan tuturan main refusal maka terjemahan akan menjadi tidak akurat, tidak berterima, dan tidak terbaca. Berbeda halnya, jika informasi yang dihilangkan adalah pre refusal atau post refusal, maka terjemahan akan tetap berterima dan terbaca meskipun kurang akurat di BSa. 2. Bagi Peneliti lainnya a) Penulis sekaligus peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna karena adanya commit keterbatasan to user waktu, sehingga Penulis

digilib.uns.ac.id 254 berharap agar peneliti lainnya melakukan penelitian sejenis dengan melakukan kajian strategi kesantunan pada tuturan penolakan. untuk meneliti strategi kesantunan, Peneliti lainnya sebaiknya mempertimbangkan tema atau latar cerita yang akan dikaji, misalnya kehidupan di sebuah lingkungan formal (seperti di sebuah kerajaan). Selain itu, Peneliti lain juga bisa mengkaji faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan tuturan penolakan (tunggal maupun rangkaian) lebih dalam lagi ditinjau dari karakter tokoh-tokoh dalam cerita; apakah termasuk tipe pembangkang atau memang terpaksa harus menolak. Maka, akan dapat diperoleh temuan yang lebih jauh lagi mengapa Pengarang menggunakan sebuah penolakan tunggal dan rangkaian penolakan yang terdiri atas berbagai kombinasi strategi penolakan, mengingat Penulis hanya mendeskripsikannya secara garis besar berdasarkan konteks situasi peristiwa tutur dan tema cerita novel. b) Peneliti lain bisa melakukan penelitian sejenis dengan cara membandingkan dua produk terjemahan atau lebih dalam kaitannya dengan tuturan penolakan. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan sumber data berupa film atau novel dengan judul yang sama tetapi penerjemah berbeda. Dengan demikian, akan diketahui ragam pengungkapan tuturan penolakan, apakah masih tetap menggunakan strategi dan jenis tuturan yang sama dengan BSu atau tidak. c) Peneliti lain bisa melakukan kajian terjemahan mengenai tindak tutur komisif lainnya selain tuturan penolakan, berjanji, dan predicting dengan menggunakan pendekatan pragmatik sehingga akan didapatkan temuan baru yang lebih bervariasi dan mendetail. commit to user