HAN-PYEONG KONG-WON (한 평 공원): GERAKAN PARTISIPATIF MEMBANGUN TAMAN SUDUT

dokumen-dokumen yang mirip
MENGENCANGKAN SABUK HIJAU JAKARTA: BELAJAR DARI SEOUL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

V. GAMBARAN UMUM PT. FLORIBUNDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pengembangan RS Harum

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kependudukan Kota di Jawa Barat Tahun Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Per Km 2

BAB I PENDAHULUAN. ruang luar dan ruang dalam. Masing-masing dari dua bagian tersebut mempunyai

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI

ABSTRAK. Kata kunci : inventarisasi, identifikasi, elemen lunak, tanaman obat.

BAB 1 PENDAHULUAN APARTEMEN DI SEMARANG 1

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

Evaluasi kebijakan jalur hijau di permukiman sungai Code : studi kasus Ledok Ratmakan dan Ledok Gondolayu, Yogyakarta Maria Stanislia Aris Wardhanie

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

PENDAHULUAN. Berbicara tentang tempat tinggal, kota Jakarta menyediakan lahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

diakui keberadaannya didunia. bahkan ditahun 1984 Indonesia pernah mencapai swasembada tanaman hias yang cukup tinggi. Namun akibat kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

Propinsi Jawa Barat dengan Propinsi DKI Jakarta. Dengan letak yang berdekatan

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

TUGAS SAINS ARSITEKTUR II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. perumahan menjadi gersang dan panas (Oloan, 2011). cara bertahan hidup yang paling awal (Aninditya, 2014).

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN CENGKARENG OFFICE PARK LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAPANGAN RT 7 DAGO POJOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB III TINJAUAN KHUSUS TEMA

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

LINGKUP DAN SKALA ARSITEKTUR LANSKAP LINGKUP KEGIATAN ARL LINGKUP KEGIATAN ARL LINGKUP KEGIATAN ARL KEGIATAN PERENCANAAN DESAIN PENGELOLAAN KONSULTASI

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

BAB III METODE PERANCANGAN. Pembahasan yang dikemukakan dalam bagian bab ini ditujukan untuk

Evaluasi Lanskap Jalan Jenderal Ahmad Yani Pontianak

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BERHUBUNGAN DENGAN ALAM Connecting People to Nature - MULAILAH DARI PEKARANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar Arsitektur Bioklimatik.

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan tersebut

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat lepas dari dua peristiwa penting dalam kehidupannya

Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur

TAMAN REKREASI PANTAI DI SEMARANG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Lanskap

PENDAMPINGAN PEMBUATAN MEDIA VELTIKULTUR UNTUK PENANAMAN TUMBUHAN OBAT DALAM PEMAKSIMALAN PEKARANGAN RUMAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

Rancang Bangun Gedung Kampus

BAB 1 PENDAHULUAN. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. (LKPP) adalah Lembaga Pemerintah yang dibentuk untuk mengatur

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

TEORI UMUM DAN KONSEP RUANG DALAM. A. Teori Perancangan Ruang Dalam.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Konsep Perancangan dari 5 Elemen Kawasan. berdasarkan Teori Kevin Lynch menyimpulkan bahwa dari 5 elemen yang

Transkripsi:

Copyright Pramukanto qpramukanto@ipb.ac.id HAN-PYEONG KONG-WON (한 평 공원): GERAKAN PARTISIPATIF MEMBANGUN TAMAN SUDUT Pramukanto Department of Landscape Architecture, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University Kompas, 12 Juni 2005 Taman berukuran sempit yang lazim disebut sebagai taman sudut atau pocket park umumnya dibuat sekedar "pengisi" ruang-ruang sisa, pojok atau sudut yang masih kosong. Sehingga fungsi taman ini umumnya tidak jauh dari sekedar kosmetik yang mempercantik Iingkungan di perkotaan. Namun tidak demikian halnya dengan Taman Satu Pyeong (Han-Pyeong-Kong-Won) ini. Pyeong adalah ukuran satuan luas areal terkecil yang umumnya digunakan di kawasan Asia, termasuk di Korea. Satu pyeong setara dengan kira-kira 3.3 meter kwadrat. page 1 / 5

Copyright Pramukanto qpramukanto@ipb.ac.id Yang menjadi pertanyaan kemudian apakah mungkin untuk membuat taman yang fungsional dengan ukuran satu pyeong? Inti dari program pembuatan Taman Satu Pyeong ini adalah tidak semata-mata diartikan secara untuk kuantatif untuk membuat taman seukuran tersebut, mamun secara simbolis menyiratkan makna akan adanya semangat untuk membuat taman sebagai wadah bersosial walaupun hanya berukuran satu pyeong sekalipun. page 2 / 5

Copyright Pramukanto qpramukanto@ipb.ac.id Di kota Seoul, program taman satu pyeong yang membawa misi mulia digerakan oleh LSM. Dalam proses pembangunan taman tersebut mulai dari tahap perancangan sampai pembangunan taman tersebut melibatkan bebagai pihak, tidak saja kelompok profesional arsitek, perencana kota dan arsitek lanskap, tetapi juga peran utama masyarakat setempat. Hal yang khas dalam program ini adalah gerakan membangun taman lewat pendekatan partisipatif. Masyarakatlah yang berperan penting dalam merumuskan dan menentukan keperluannya sendiri serta memutuskan hal-hal yang menjadi kebutuhan yang perlu direalisir pada taman tersebut. Peran perancang, biasanya hanya sebagai fasilitator dan berbagi ide dan pendapat, namun keputusan sepenuhnya berada di tangan masyarakat yang bersangkutan. page 3 / 5

Copyright Pramukanto qpramukanto@ipb.ac.id Dari empat tapak yang diprogramkan, yaitu masing-masing di distrik Wonseo-dong, Oksu-dong, Geumho-dong and Jeonnong-dong, program yang dikembangkan pada tapak di distrik Wongseo-dong telah terealisasi secara sempurna. Wujud dari gerakan membangun Taman Satu Pyeong ini dapat kita saksikan di Wongseo-dong. Mulai dari sekedar meletakan beberapa pot di depan rumah di bawah teritisan air, sampai "menghijaukan" sudut-sudut gang, ujung jalan buntu dan simpangan-simpangan jalan. Nuansa hijau yang terbentuk tidak terbatas pada jenis-jenis tanaman hias, tetapi juga disemarakan dengan aneka tanaman sayuran, tanaman buah--seperti gerakan "tabulapot" (tanaman buah dalam pot) di tanah air-- serta tanaman herbal, mirip "toga" (taman obat keluarga) yang kita kenal. Dari ruang-ruang sempit yang ada seakan-akan tidak sejengkalpun dibiarkan tersisa. Efisiensi ruang terlihat pada pemanfaatan semua dimensi ruang. Tidak cukup mengokupasi dimensi alas dari ruang horizoltal, penanaman merambah ke dimensi vertikal, dengan teknik penanaman vertikultur. Demikian juga pot-pot bunga yang digantung pada teritisan air semakin memperkuat konsep ruang dari Taman Satu Pyeong ini. Pendek kata dari ketiga komponen pembentuk ruang, alas, dinding dan atap tidak ada yang dibiarkan sia-sia tanpa manfaat. Aspek multi fungsional pada ruang-ruang yang tercipta dari gerakan membangun Taman Satu Pyeong ini merupakan jasa lingkungan yang hadir pada kawasan padat penduduk di pusat kota Seoul. Mulai dari pemenuhan kebutuhan fisik yang dapat diperoleh langsung dari produksi, sayuran, tanaman obat atau buah-buah yang siap dikonsumsi, sampai nilai-nilai tak-teraga (intangible) yang hadir melalui nuasa estetika lingkungan dengan aneka warna, bentuk, aroma, dan "rasa" terwujud dalam suasana asri, sejuk dan nyaman. Lebih dari itu ruang-ruang tersebut menjadi wadah dalam "proses" bersosial antar warga yang penuh makna kebersamaan. Mulai dari proses persiapan awal, merancang sampai membangun yang dilanjutkan dengan memelihara sangat pekat dengan nuansa tolong-menolong, bantu-membantu dan jalinan semangat kekeluargaan. Pelajaran yang sangat berharga atas keberhasilah program ini tidak bisa hanya ditinjau dari indikator hasil implementasi lapang yang dapat dilihat mata. Namun jauh lebih bermakna kalau dilihat dari prosedur untuk merealisasikan program tersebut melalui hubungan kemitraan berasama antara LSM, masyarakat, pemda, perancang dan pelaksana. Tampaknya ide pengembangan taman ini di kawasan perkotaan padat penduduk page 4 / 5

Copyright Pramukanto qpramukanto@ipb.ac.id dengan keterbatasan lahan merupakan model yang patut dikembangkan di kawasan serupa di tanah air. Kawasan-kawan yang tergolong "kupat" (kumuh-padat) dan "kumis" (kumuh-miskin) merupakan target yang perlu menjadi prioritas. Pengembangan model taman ini sangat penting untuk kawasan tersebut, justru dengan segala keterbatasan yang ada namun hakekatnya mereka sangat memerlukan ruang-ruang bersosial yang layak dan memadai. Dengan membangun taman dengan fungsi sosial ini kiranya sekaligus menepis anggapan bahwa yang namanya taman itu identik dengan kemewahan dan hanya layak sebagai konsumsi masyarakat menengah ke atas. Semoga model pemberdayaan masyarakat pada kawasan-kawasan ini merupakan pendekatan yang dapat dikembangkan pada kawasan-kawasan serupa di tanah air, tentunya dengan semangat:"dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat". Kawasan Jalur Hijau Metropolitan Seoul, Lembah Gunung Kwanak, Kampus SNU, Seoul, Akhir Oktober 2004. Copyright qodarian pramukanto page 5 / 5