BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan himpunan masyarakat mempunyai kewajiban untuk memberikan

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN PELAKSANAAN KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PENUTUP. pemerintahan daerah masih cukup rendah. Komitmen Pemkab Sleman baru hanya

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

2 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun ; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang P

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA BADAN KOORDINASI KEHUMASAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No masyarakat terhadap pelaksanaan penegakan hukum oleh Kejaksaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Dinas Komunikasi Informatika

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Tahun Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

`````````````````` LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU PELAKSANA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

LAKIP DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GRESIK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. tanggung jawab pers, yakni informasi, entertainment dan kontrol sosial. Dalam

-1- BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BAGIAN HUMAS SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan

Peranan Pemerintah dalam Implementasi UU KIP

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. orang, disamping kebutuhan akan sandang, pangan serta papan. Informasi terjadi atas dasar komunikasi antar individu satu dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG

Bab I Pendahuluan. Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 menetapkan

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA TOR & RAB. : Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Sekretariat Komisi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dengan telah diterbitkan Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.744, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Rencana Strategis. Rancangan. Penyusunan.

ASSALAMUALAIKUM WARRAHMATULLAHI WABARRAKATUH SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA. YTH. WALIKOTA SAWAHLUNTO BESERTA UNSUR FORUM KOORDINASI

PENJELASAN ATAS UNDANGUNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

RENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN 2015 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA TARGET. PROGRAM dan KEGIATAN INDIKATOR KEGIATAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. terlihat seiring dengan era keterbukaan informasi publik saat ini. Tetapi

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 55 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN LALU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

Pemantauan Pelaksanaan KIP di Institusi Polri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II RENCANA STRATEGIS KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEDOMAN UMUM PEMETAAN PEMANGKU KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. membuat isu-isu semacam demokratisasi, transparansi, civil society, good

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

Rencana Kinerja Tahunan 2013 i KATA PENGANTAR

Kebebasan dan keterbukaan tentu merupakan anugrah yang diharapkan. banyak pihak, terutama dalam iklim demokrasi yang ditandai dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pusat Pelayanan Informasi Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012

BAB I PENDAHULUAN. Proses pelaksanaan anggaran pada instansi vertikal diatur oleh Peraturan Menteri

Inilah Tugas dan Fungsi Humas

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan publik. Penerima Layanan Publik adalah. hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

PENGARUH PEMERINTAH KELURAHAN PONDANG UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN. Oleh JEANY KAPARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

RENCANA KERJA TAHUN 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah lembaga pemerintahan yang terkesan lambat dan berbelit-belit menjadi

TRANSPARANSI PELAYANAN PUBLIK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN DOKUMENTASI DAN INFORMASI HUKUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Disahkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik membawa konsekuensi terhadap ketentuan hukum yang melindungi hak atas informasi bagi warga negara Indonesia. Badan publik - dalam hal ini adalah lembaga negara, lembaga publik non pemerintah, dan perusahaan publik yang mendapat dana alokasi dari APBN, APBD, bantuan luar negeri, dan himpunan masyarakat mempunyai kewajiban untuk memberikan akses informasi yang terbuka dan efisien kepada publik dalam rangka transparansi, akuntabilitas, dan pengelolaan pemerintahan yang semakin baik di Indonesia. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa Bab 19 tentang hak asasi manusia yang paling dasar menyatakan bahwa, Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan mengemukakan pendapat dan gagasan. Hak ini mencakup hak untuk memegang pendapat tanpa campur tangan, dan mencari, menerima, dan menyebarkan informasi dan gagasan melalui media apapun tanpa mempertimbangkan garis batas negara. Di sinilah tantangan bidang Hubungan Masyarakat (Humas) Pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi dalam memperoleh keterbukaan informasi, khususnya menyangkut pelayanan terhadap publik. Tentu saja hal ini tidak mudah untuk mengubah perilaku pemberi informasi (dalam hal ini adalah pejabat publik), yang semula mereka lebih senang dilayani, kini dengan 1

2 adanya UU KIP, mereka harus informasi kepada masyarakat yang membutuhkan informasi. Perubahan perilaku, sikap, mental, dan budaya pejabat publik tidak cukup hanya dalam bentuk Peraturan Pemerintah, surat edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara atau sosialisasi UU KIP. Perubahan ini juga harus diikuti dengan komitmen bersama untuk mendorong semua badan publik bersamasama merumuskan kebijakan dan implementasi KIP. Dalam hal ini, Humas Pemerintah dapat mengajak kelompok atau organisasi masyarakat bersama-sama membuat sistem keterbukaan informasi publik. Selain itu, capacity building, pelatihan reguler, dan penyediaan fasilitas teknologi komunikasi merupakan hal yang perlu dimiliki oleh Humas Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Kegiatan dan fasilitas ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman Humas Pemerintah terhadap UU KIP dan implementasinya. Humas dalam lembaga pemerintah (kementerian, lembaga non kementerian, lembaga negara, dan BUMN) merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka tugas penyebaran informasi tentang kebijakan, program, dan kegiatan lembaga pemerintah kepada masyarakat. (Rachmadi, 1992:77) Humas pemerintah mempunyai peran penting dalam membuka ruang bagi publik untuk mendapatkan akses informasi publik. Adanya UU KIP merupakan momentum bagi Humas Pemerintah untuk menjalankan fungsi dan tugasnya dalam memberikan informasi, penerangan, dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebijakan, aktivitas, dan langkah-langkah pemerintah secara

3 terbuka, transparan, jujur, dan objektif. Informasi yang disampaikan kepada masyarakat, termasuk media, bila tidak akurat, cepat, dan mudah, dapat menyebabkan kebijakan pemerintah dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak informatif, dan tidak membumi. Pada suatu kesempatan di acara pertemuan tahunan tingkat nasional Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) di Jakarta, Wapres JK menegaskan bahwa dalam berhubungan dengan media, petugas Humas harus menguasai masalah, mempunyai kredibilitas, dan memiliki kecepatan dalam bekerja, khususnya dalam menyampaikan informasi ke media. Selain itu, petugas Humas juga harus mempunyai kemampuan analisa. Ditambahkan bahwa Humas harus mereposisikan tugas dan fungsinya sebagai communication facilitator yang mampu menjembatani kesenjangan informasi antara pemerintah dengan masyarakat, serta dengan seluruh stake holder-nya. Humas juga harus melakukan diseminasi kebijakan pemerintah dan fasilitasi layanan informasi dalam upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang program pemerintah yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan. Peran Humas yang disampaikan tersebut merupakan kelemahan dan kekurangan personil Humas pemerintah. Mereka belum mampu menjadi communication facilitator, sehingga belum bisa menjawab tantangan di era keterbukaan informasi, di mana informasi bukan milik pribadi lagi, informasi sudah menjadi kebutuhan dan milik bersama. Selain itu, Humas juga harus mempunyai bargaining position, termasuk secara kelembagaan. Secara fungsional, personil Humas harus mempunyai posisi

4 yang strategis, di mana personil Humas dapat langsung ke pimpinan lembaga, mendengarkan langsung keluhan masyarakat, dan mempunyai jaringan yang kuat dengan media massa. Sikap membuka diri terhadap kritik dari masyarakat, termasuk membuka dialog, melakukan komunikasi persuasif, dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan kehumasan merupakan keharusan. Kata kunci dari hubungan dua arah ini adalah informasi dan komunikasi. Selanjutnya dapat dipahami bahwa tantangan Humas pemerintah adalah terkait kelembagaan berikut ruang kerja dan peralatan kerja pendukung, sumber daya manusia, serta kewenangan dan akses terhadap data dan informasi yang dibutuhkan. Disadari pula bahwa hal yang erat kaitannya dengan upaya menjawab tantangan tersebut berada pada kebijakan pemerintah dalam hal kelembagaan, alokasi anggaran, dan prosedur kerja standar. 1.2. Fokus dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1. Fokus Penelitian Penentuan fokus penelitian mempunyai dua tujuan. Pertama, penetapan fokus penelitian dapat membatasi studi, dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inquiry. Kedua, penetapan fokus penelitian berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi-eksklusi atau memasukan dan mengeluarkan suatu infomasi baru yang diperoleh di lapangan. Fokus penelitian memuat rincian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau topik pokok yang akan diungkap/digali dalam penelitian. Apabila

5 digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya pertanyaan. Pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran apa yang akan diungkapkan di lapangan. Pertanyaan yang akan diajukan harus didukung oleh alasan mengapa hal tersebut dibahas. Alasan ini harus dikemukakan secara jelas, sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang holistik, induktif, dan naturalistik yang berarti dekat sekali dengan gejala yang diteliti. Pertanyaan tersebut diajukan setelah diadakan studi pendahuluan di lapangan. Kejelasan fokus penelitian dapat membantu pembaca ikut serta memasuki data penelitian, sehingga judul penelitian hendaknya sudah merefleksikan fokus penelitian. Menurut Stainback, terdapat lima cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menetapkan fokus penelitian (Mantja, 2007: 112), yaitu (1) mengajukan tesis yang akan diargumentasikan; (2) mengemukakan tema/gagasan umum yang akan dieksploitasi; (3) mengidentifikasi topik/unit spesifik dari suatu situasi untuk dipikirkan; (4) mengemukakan kemanfaatan atau keterlaksanaan konsep di lapangan; dan (5) menampilkan pertanyaan untuk dijawab. Penelitian pada tugas akhir ini memiliki fokus pada peran Humas Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai bidang yang mendukung pencapaian tujuan institusi melalui penyebarluasan informasi pembangunan daerah guna membangun citra positif. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Humas pemerintah memiliki beberapa tantangan atau permasalahan dalam hal kelembagaan (terkait struktur organisasi, ruang kerja, peralatan kerja

6 pendukung, dan alokasi anggaran), prosedur kerja standar, serta kewenangan dan akses terhadap data dan informasi yang dibutuhkan. 1.2.2. Pertanyaan Penelitian Apakah Humas Pemerintah telah mampu melaksanakan secara optimal tugas dan fungsinya sebagai bidang yang mendukung pencapaian tujuan institusi melalui penyebarluasan informasi pembangunan daerah guna membangun citra positif? Apakah terdapat peran penting lainnya yang dapat pula secara langsung mendukung pencapaian tujuan institusi pemerintah dalam hal pembangunan citra potitif institusi pemerintah? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian pada tugas akhir ini adalah untuk dapat memiliki pemahaman secara utuh terkait peran Humas Pemerintah dalam penyebarluasan informasi pembangunan daerah dalam upaya untuk mencapai tujuan institusi terkait pembangunan citra positif institusi pemerintah, serta yang diharapkan pula untuk dapat mendukung kinerja pelaksanaan program pembangunan pemerintah secara efisien dan efektif.

7 1.3.2. Kegunaan Penelitian Bagian ini menunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata lain, uraian dalam bagian kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah yang diteliti. Uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan. Hasil penelitian juga diharapkan dapat memberikan manfaat akademis maupun praktis. 1.3.2.1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap dunia akademis, khususnya terkait perkembangan komunikasi massa dalam humas pemerintah. Penelitian ini juga dapat memberikan kontribusi terkait kajian terhadap dampak optimalisasi peran humas pemerintah dalam upaya mendukung program pembangunan daerah. 1.3.2.2. Manfaat Praktis Kegunaan penelitian ini bagi para praktisi adalah untuk: a. mempelajari secara komprehensif terkait tugas dan fungsi Humas Pemerintah. b. mengidentifikasi tantangan/kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. c. mengidentifikasi solusi terhadap permasalahan yang dihadapi agar Humas Pemerintah dapat berperan optimal dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya

8 untuk mendukung upaya pencapaian tujuan institusi pemerintah dalam kaitannya dengan pembangunan citra positif pemerintah. d. mendukung kinerja institusi pemerintah dalam upaya melaksanakan program pembangunan secara efisien dan efektif. e. dapat menjadi rujukan bagi peneliti lainnya terkait peran humas pemerintah.