TINJAUAN PUSTAKA. A. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung dan Tepung Talas Belitung. Tabel 1. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung per 100 g Bahan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

I. PENDAHULUAN. yang memadai akan mengakibatkan terjadinya kerawanan sosial berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras bahan makanan yang dihasilkan oleh padi. Meskipun sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

LOGO BAKING TITIS SARI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan tahu adalah kacang kedelai (Glycine max Merr) dengan kandungan

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang, dengan atau tanpa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Standar Nasional Indonesia mendefinisikan tepung terigu sebagai

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini


II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi Pisang Secara Umum dan Deskripsi Pisang Kepok

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula,

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Deskripsi dan Kedudukan Taksonomi Kluwih (Artocarpus communis)

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

BAB X PENGAWASAN MUTU

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk mie yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 8-10% (Mulyadi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi, Habitat dan Sistematika Ikan Sidat. larak, dan ikan pelus. Tubuh sidat memanjang dan dilapisi sisik kecil

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

TINJAUAN PUSTAKA. kata terigu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Portugis trigo yang. proteinnya, tepung terigu dapat dibagi menjadi:

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

III. METODE PELAKSANAAN. bulan April 2013 sampai dengan pertengahan Juni 2013.

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

TINJAUAN PUSTAKA Indeks Glikemik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan beta-karoten (provitamin A) (Suarni dan Firmansyah, 2005).

OPTIMALISASI ZAT GIZI SERTA UJI ORGANOLEPTIK PADA PRODUK BISKUIT MORINGGA OLEIFERA DENGAN SUBSTITUSI SERBUK DAUN KELOR

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu untuk

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Syarat Mutu Biskuit Menurut SNI Komponen

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

I. PENDAHULUAN. pangan yang disukai anak-anak (Sardjunani, 2013).

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian dan (1.7) Tempat dan Waktu Penelitian. Jamur tiram putih atau dalam bahasa latin disebut Plerotus

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Syarbini ( 2013 : 15 ), tepung terigu adalah hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman alpukat memiliki nama botanis Persea americana, Mill

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu. 1. Karakteristik dan taksonomi ubi Cilembu

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. tegak yang tingginya mencapai 0,9-1,8m hingga 3m. Umbinya dapat mencapai

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Durian (Durio zibethinus Murr.) adalah salah satu buah yang sangat popular

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung dan Tepung Talas Belitung Umbi talas belitung mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Komponen terbesar umbi talas belitung setelah air adalah karbohidrat (Kay, 1973). Komposisi kimia umbi talas belitung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Umbi Talas Belitung per 100 g Bahan Komposisi kimia Talas belitung (a) (b) Air (%) 70-77 63,1 Protein (%) 1,3-3,7 1,2 Lemak (%) 0,2-0,4 0,4 Karbohidrat (%) 17-26 34,2 Serat (%) 0,6-1,9 1,5 Abu (%) 0,6-1,3 1,0 Vitamin C (mg) 6,0-10,0 2,0 Kalsium (mg) 20,0 26,0 Fe (mg) 1,0 1,4 (Sumber: (a) Kay,1973 dan (b) Lingga, 1989) Umbi talas dapat diolah menjadi tepung talas. Tepung talas ini dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai bahan baku industri seperti biskuit dan makanan serpihan (weaning food) (Greenwell, 1947). Selain itu tepung talas dapat juga dimanfaatkan dalam pembuatan makanan bagi orang sakit dan orang tua yang merupakan campuran tepung talas dan susu skim. Tepung talas dapat menghasilkan produk yang lebih awet karena daya mengikat airnya tinggi (Payne dkk., 1941). Proses pembuatan tepung dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung dari jenis umbi-umbi sendiri. Proses pembuatan tepung talas 6

7 belitung diawali dengan pencucian dan pengupasan umbi segar yang kemudian diiris. Pengirisan dimaksudkan untuk mempercepat proses pengeringan. Setelah itu dilakukan perendaman dengan air. Perendaman juga merupakan proses pencucian karena secara tidak langsung mempunyai efek membersihkan (Lingga, 1989). Setelah itu dilakukan pengeringan pada suhu sekitar 50-60 C yaitu pada saat kadar air mencapai 12% (Lingga, 1989). Proses pengeringan talas belitung dapat dibuat dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya pengeringan dengan penjemuran di bawah matahari, menggunakan oven, spray drier, drum drier dan lain-lain. Metode pengeringan yang dipakai akan mempengaruhi mutu tepung yang dihasilkan. Komposisi kimia umbi talas belitung bergantung pada varietas, iklim, kesuburan tanah dan umur panen (Indrasti, 2004). Sifat fisik dan kimia dan gambar tepung talas belitung dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 1. Tabel 2. Sifat Fisik dan Kimia Tepung Talas Belitung NO. Parameter Jumlah (% bk) 1 Kadar air 6,20 2 Kadar abu 1,28 3 Kadar serat 2,16 4 Kadar protein 0,69 5 Kadar lemak 1,25 6 Kadar amilosa 16,29 7 Kadar karbohidrat 70,73 8 Suhu awal tergelatinisasi 79 C 9 Absorbansi air 2,57 g/g 10 Absorbansi minyak 2,40 g/g 11 Derajat putih 69,54 12 Rendemen 39,24 (Sumber: Ridal, 2003)

8 Gambar 1. Tepung talas belitung yang berasal dari desa Purworeo, Pleret, Bantul dengan tekstur tepung lembut dan berwarna putih kecokelatan (Sumber: dokumentasi pribadi) B. Deskripsi, Kedudukan Taksonomi Kelor (Moringa oleifera Lamk) dan Serbuk Daun Kelor Pohon kelor sejak zaman dahulu telah tersebar luas di banyak tempat di dunia dan di Indonesia. Tanaman kelor secara luas telah digunakan sebagai bahan konsumsi makanan manusia, produk farmasi, penjernih air dan pakan ternak. Di Afrika dan Asia, daun kelor direkomendasikan sebagai suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa pertumbuhan (Fuglie, 2001). Kelor (Moringa oleifera Lamk) tumbuh dalam bentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 7-12 m. Batang berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor, kulit tipis, permukaan kasar. Percabangan simpodial, arah cabang tegak atau miring, cenderung tumbuh lurus dan memanjang. Daun majemuk, bertangkai panjang, tersusun berseling (alternate), beranak daun gasal (imparipinnatus). Helai daun saat muda berwarna hijau muda, setelah dewasa berwarna hijau tua, bentuk helai daun bulat telur, panjang 1-2 cm, lebar 1-2 cm, tipis lemas, ujung dan pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, susunan pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas dan bawah

9 halus. Bunga muncul di ketiak daun (axillaris), bertangkai panjang, kelopak berwarna putih agak krem, menebar aroma khas (Anonim, 2011). Bentuk pohon dan daun kelor dapat dilihat dalam Gambar 2. Gambar 2. Pohon kelor (kanan) dan daun kelor dengan bentuk daun bulat telur, tersusun berseling dan berwarna hijau dengan ukuran 1-2 cm. (Sumber : Yulianti, 2008) Kedudukan taksonomi tanaman kelor menurut Anonim (2011) adalah sebagai berikut: Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Spermatopyhta : Angiospermae : Dicotyledonae : Brassicales : Moringaceae : Moringa : Moringa oleifera Lamk Kandungan kimia yang dimiliki daun kelor antara lain asam amino yang berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, triptofan, sistein dan methionin (Simbolan dkk., 2007). Selain itu daun kelor juga mengandung makro elemen seperti potasium, kalsium, magnesium, sodium dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, seng dan besi. Daun kelor merupakan sumber

10 provitamin A, vitamin B dan vitamin C (Fuglie, 2001). Kandungan lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Kandungan Kimia dalam Daun Kelor per 100 g Bahan NO. Komposisi kimia Jumlah 1 Kadar air 75 g 2 Energi 92 kal 3 Protein 6,8 g 4 Lemak 1,7 g 5 Karbohidrat 12,5 g 6 Serat kasar 0,9 g 7 Zinc (Zn) 0,16 mg 8 Kalsium (Ca) 440 mg 9 Fosfor (P) 70 mg 10 Zat besi (Fe) 7 mg 11 β - karoten 6,78 mg 12 Tiamin (Vitamin B) 0,06 mg 13 Riboflavin (Vitamin B2) 0,05 mg 14 Niacin (Vitamin B3) 0,8 mg 15 Vitamin C 220 mg (Sumber: Fuglie, 2001) Tabel 4. Kandungan Nutrisi Serbuk Daun Kelor Berdasarkan % BK NO Komposisi Kandungan 1 Protein kasar (%) 29,61 2 Lemak kasar (%) 7,48 3 Serat kasar (%) 8,98 4 Kadar Abu (%) 10,13 5 Energi metabolis (Kkal/kg) 1318,20 (Sumber: Sjofjan, 2008) C. Karakteristik Biskuit 1. Pengertian biskuit dan standar mutu Biskuit menurut SNI 01-2973-1992 adalah produk makanan kering yang dibuat dengan memanggang adonan yang mengandung bahan dasar terigu, lemak dan bahan pengembang dengan atau tanpa

11 penambahan bahan makanan tambahan yang dijinkan. Standar mutu biskuit menurut SNI 01-2973-1992 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Persyaratan Mutu Biskuit Berdasarakan SNI 01-2973-1992 Komponen Satuan Spesifikasi Air % b/b Maksimum 5.0 Protein % b/b Minimum 9.0 Lemak % b/b Minimum 9.5 Karbohidrat % b/b Minimum 70.0 Abu % b/b Maksimum 1.5% Logam berat - Negatif Kalori Kkal/g Minimum 400.0 Kkal/100g Serat kasar % b/b Maksimum 0.50 Jenis tepung - Terigu Bau dan rasa - Normal, tidak tengik Warna - Normal Cemaran mikrobia ALT Koloni/g Maks 1x10 6 E. coli APM/g Maks < 3 Kapang Koloni/g Maks 1x10 2 (Sumber: Anonim, 1992) Biskuit menurut Smith (1972) terdiri dari empat kelompok yakni biskuit keras, crackers, cookies, dan wafer. Biskuit keras adalah sejenis biskuit yang dibuat dengan adonan berbentuk pipih. Bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat dan dapat berkadar lemak tinggi atau rendah. Crackers adalah jenis biskuit yang dibuat adonan keras melalui proses fermentasi atau pemeraman. Bentuknya pipih, rasanya mengarah ke asin dan renyah serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis. Cookies adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak dan berkadar lemak tinggi. Bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat. Wafer adalah jenis biskuit yang dibuat dari

12 adaonan cair, berpori-pori kasar dan renyah. Bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga (Smith, 1972). 2. Bahan baku dan tahapan pembuatan biskuit Bahan-bahan untuk membuat biskuit terdiri dari bahan pembentuk struktur (tepung, air, susu dan putih telur), bahan pengempuk (lemak, gula, bahan pengembang dan kuning telur) dan bahan pembentuk rasa (susu, coklat, keju) (Doescher, 1987). Umumnya bahan baku pembuatan biskuit adalah tepung terigu, namun dengan berkembangnya penelitian-penelitian mengenai pemanfaatan tepung selain terigu, dimungkinkan untuk mengganti terigu dengan tepung lain sebagai bahan baku biskuit (Doescher, 1987). Menurut Astawan (2004), berdasarkan kandungan gluten protein pada tepung terigu yang beredar di pasaran dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: a. Hard flour, terigu jenis ini mengandung protein 12-13%. Tepung ini biasanya digunakan pada pembuatan roti dan mie berkualitas tinggi. Contohnya: terigu dengan merk dagang cakra kembar. b. Medium hard flour, terigu jenis ini mengandung protein 9,5-11%. Tepung ini banyak digunakan untuk pembuatan roti, mie dan macam-macam kue serta biskuit. Contohnya: terigu dengan merk dagang segitiga biru.

13 c. Soft flour, terigu jenis ini mengandung protein sebesar 7-8,5%. Penggunaannya cocok sebagai bahan pembuatan kue dan biskuit. Contohnya: terigu dengan merk dagang kunci biru. Bahan pengembang yang biasanya dipakai adalah bahan pengembang kimia yaitu soda kue (sodium bikarbonat). Soda kue didefinisikan sebagai bahan pengembang yang dihasilkan dari pencampuran senyawa-senyawa asam dan sodium bikarbonat dengan atau tanpa penambahan pati atau tepung (Matz, 1972). Lemak atau shortening merupakan komponen penting dalam pembuatan biskuit karena berfungsi sebagai bahan untuk menimbulkan rasa gurih, menambah aroma dan menghasilkan tekstur produk yang renyah. Lemak yang digunakan harus memiliki daya stabilitas yang tinggi karena biskuit akan disimpan dalam waktu lama dan biskuit mudah sekali untuk tengik (Marsye, 1999). Telur juga merupakan bahan yang digunakan dalam pembuatan biskuit. Apabila adonan menggunakan kuning telur (yolk) saja, adonan mempunyai volume kecil karena dalam adonan terdapat gelembung udara yang halus sehingga mengakibatkan jaringan menjadi kuat dan tidak mudah kempes. Fungsi telur adalah sebagai bahan penambah nilai gizi, penambah rasa, pengubah warna produk, pembantu pengembangan dan pelunak jaringan (Subagjo, 2007). Gula merupakan salah satu bahan pemanis yang sangat penting karena hampir setiap produk mempergunakan gula. Fungsi gula sebagai

14 bahan penambah rasa, pengubah warna dan memperbaiki susunan dalam jaringan (Subagjo, 2007). Selain itu juga membantu pembentukan krim pada proses pencampuran serta menambah nilai gizi (Sultan, 1981). Susu berfungsi memberikan aroma, memperbaiki tekstur dan memperbaiki warna permukaan. Laktosa yang terkandung dalam susu merupakan disakarida pereduksi yang jika berkombinasi dengan protein melalui reaksi Maillard dan adanya proses pemanasan akan memberikan warna cokelat menarik pada permukaan biskuit (Manley, 1998). Garam merupakan salah satu bahan penambah rasa. Fungsi garam dalam produk adalah sebagai bahan stabilator gluten, penahan penguapan sehingga kelembaban adonan dapat terjaga dan juga sebagai bahan pengatur rasa (Subagjo, 2007). Air berfungsi dalam melarutkan bahan, membantu aktivitas yeast membantu pembentukan gluten, membentuk gelatinisasi pati serta menghasilkan uap air yang membantu pengembangan adonan selama pembakaran (Sultan, 1981). Proses pembuatan biskuit meliputi tiga tahapan yaitu pembuatan atau pencampuran adonan, pencetakan adonan dan pemanggangan. Ada dua metode dasar pencampuran adonan biskuit yaitu metode krim dan metode all in. Pada metode krim, bahan-bahan tidak dicampur secara langsung melainkan dicampur secara bertahap. Adapun pada metode all in, semua bahan dicampur secara langsung bersama tepung. Pencampuran ini dilakukan sampai adonan cukup mengembang (Whiteley, 1971)

15 Selama pembentukan adonan, waktu pencampuran harus diperhatikan untuk mendapatkan adonan yang homogen dan dengan pengembangan gluten yang diinginkan. Pengadukan yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan gluten sehingga biskuit retak saat dipanggang. Akan tetapi sebaliknya, jika pengadukan kurang lama, adonan akan sedikit menyerap air sehingga membuat adonan kurang elastis dan mudah patah (Sunaryo, 1985). Lama pengadukan yang baik biasanya antara 15-25 menit dengan suhu selama pengadukan antara 25-40 C (Manley, 1998). Proses pencampuran merupakan salah satu tahapan yang paling penting karena dalam proses pencampuran terjadi penyerapan air oleh tepung sehingga dihasilkan adonan yang liat. Fungsi yang paling penting dari pencampuran adalah perlakukan untuk menghasilkan adonan yang mempunyai sifat yang mampu diproses menjadi produk akhir yang berkualitas tinggi. Jika adonan tidak mengembang sebagaimana mestinya, akan menyulitkan dan tidak mungkin ditangani dengan perlakukan biasa pada tahapan proses berikutnya dan akan dihasilkan produk akhir yang berkualitas buruk (Matz, 1972). Pencetakan biskuit meliputi pembuatan lembaran adonan, pelebaran adonan dan penipisan serta menghaluskan lembaran adonan. Lembaran harus halus dan kompak, tidak boleh berlubang dan seragam ketebalannya. Penggilingan dilakukan berulang agar menghasilkan adonan yang halus dan kompak (Sunaryo, 1985).

16 Ukuran biskuit yang dimasukkan ke dalam oven pada setiap pemanggangan harus sama. Hal ini bertujuan untuk mencegah hangusnya biskuit yang berukuran lebih kecil atau untuk mencegah perbedaan warna yang dihasilkan. Untuk mencegah lengketnya biskuit pada loyang, biasanya loyang yang akan digunakan dipoles dengan sedikit lemak atau melapisi loyang dengan kertas roti. Biskuit yang ditaruh di atas loyang harus terpisah cukup jauh satu sama lainnya agar tidak lengket selama pemanggangan berlangsung (Sultan, 1981). Proses pemanggangan merupakan proses yang paling kritis dalam produksi biskuit. Banyak faktor yang mempengaruhi pemanggangan diantaranya tipe oven yang digunakan, metode pemanasan dan tipe bahan yang digunakan. Kondisi pemanggangan yang benar akan menghasilkan biskuit dengan penampakan dan tekstur yang diinginkan juga kandungan air minimal sekitar 1% (Whiteley, 1971). Pemanggangan biskuit dilakukan pada selang antara 2,5 menit sampai 30 menit tergantung suhu, jenis oven dan jenis biskuitnya. Makin sedikit kandungan gula dan lemak, biskuit dapat dipanggang pada suhu yang lebih tinggi (177-204 C). Pemanggangan biskuit dapat juga dilakukan pada suhu 220 C dalam waktu sekitar 12-15 menit (Sultan, 1981). Selama pemanggangan berlangsung terjadi perubahanperubahan, seperti pengurangan densitas produk biskuit karena pengembangan tekstur berpori (perubahan tekstur), pengurangan kadar

17 air menjadi 1-4 % dan perubahan warna permukaan biskuit. Perubahan yang terjadi pada awal pemanggangan adalah peningkatan volume biskuit yang disebabkan oleh gelatinisasi akibat air terbatas, pengembangan kompleks pati-protein-air membentuk struktur biskuit, terlepasnya CO 2 dari dalam ke permukaan dan menguapnya air, sehingga struktur biskuit menjadi keras (Manley, 1998). Selama pemanggangan juga terjadi proses gelatinisasi pati. Gelatinisasi pati terjadi ketika pemanggangan antara suhu 52-99 C. Adapun denaturasi dan koagulasi protein terjadi pada suhu di atas 70 C dan gas CO 2 terlepas jika suhu mencapai 65 C. Lemak mencair pada suhu kurang dari 50 C dan kemudian akan segera membentuk komplek dengan bahan lainnya, serta selama pemanggangan terjadi distribusi (dispersi) lemak ke seluruh struktur biskuit (Manley, 1998). Peningkatan suhu dan uap air pada biskuit selama pemanggangan menyebabkan gelembung udara pecah meninggalkan bekas pori-pori. Keadaan ini diikuti oleh menguapnya uap air, struktur kompleks pati-protein menjadi keras sehingga struktur biskuit menjadi keras dan berpori. Meningkatnya suhu menyebabkan perpindahan uap air dari adonan keluar melalui proses kapiler dan difusi (Manley, 1998). Setelah proses pemanggangan selesai dilakukan, proses selanjutnya adalah pendinginan. Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan suhu biskuit dengan cepat. Selain itu, pendinginan dilakukan agar segera terjadi pengerasan biskuit karena sesaat setelah

18 pemanggangan biskuit, lemak dan gula masih berbentuk cair sehingga tekstur biskuit agak lunak dan elastis. Jika sudah dingin lemak dan gula kembali menjadi padat dan tekstur mengeras (Manley, 1998). D. Hipotesis 1. Terdapat perbedaan kualitas (sifat fisik, kimia, mikrobiologis dan organoleptik) pada biskuit daun kelor dengan substitusi tepung talas belitung. 2. Substitusi tepung talas belitung untuk mendapatkan kualitas biskuit daun kelor yang paling baik adalah 40%.