PETUNJUK TEKNIS SISTEM STANDAR OPERASI PROSEDUR (SSOP) PENANGGULANGAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR



dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di DAS Hulu Mikro Sumber Brantas, terletak di Desa

I. PENDAHULUAN. Direktorat Jendral Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. misalnya hutan lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS

Gambar 7. Lokasi Penelitian

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

Penyusunan PETA RISIKO

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

Pengenalan Hardware dan Software GIS. Spesifikasi Hardware ArcGIS

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PETUNJUK PRAKTIKUM KARTOGRAFI TEMATIK (DIGITAL) Oleh : Prima Widayani

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

III. METODOLOGI 3.1 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Way Semangka

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta

Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Bencana Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Pangkep)

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

MEMBUAT PETA POTENSI LONGSOR DAN RAWAN BANJIR BANDANG MENGGUNAKAN ArcGIS 10.0

Gambar 4.1 Peta lokasi penelitian (PA-C Pasekan)

POTENSI DAS DELI DALAM MENDUKUNG PERTANIAN BERKELANJUTAN BERDASARKAN EVALUASI KEMAMPUAN PENGGUNAAN LAHAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

LOGO Potens i Guna Lahan

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konsentrasi Sistem Informasi Geografis,Teknik Informatika, Fakultas Teknik Komputer Universitas Cokroaminoto Palopo

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI BERBASIS LAND USE DAN LAND SLOPE DI SUB DAS KRUENG SIMPO

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

Erosi. Rekayasa Hidrologi

10. PEMBOBOTAN (WEIGHTING)

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN (RUNOFF) PADA SUB-SUB DAS RIAM KIWA MENGGUNAKAN METODE COOK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SKRIPSI. Oleh : MUHAMMAD TAUFIQ

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Transkripsi:

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL No. P.7/DAS-V/2011 PETUNJUK TEKNIS SISTEM STANDAR OPERASI PROSEDUR (SSOP) PENANGGULANGAN BANJIR DAN TANAH LONGSOR DIREKTORAT PERENCANAAN DAN EVALUASI PENGELOLAAN DAS DITJEN BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

Lampiran Juknis SSOP Banjir dan Tanah Longsor KATA PENGANTAR Banjir dan tanah longsor merupakan bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Informasi yang cepat dan tepat kepada pemerintah daerah setempat dalam penentuan lokasi rawan bencana alam dan arahan fungsi ruang di wilayah sekitar kawasan bencana alam tersebut dapat meminimalisasi dampak korban jiwa dan kerugian material. Pengelolaan DAS yang baik merupakan salah satu prasyarat untuk mencegah kejadian bencana banjir dan tanah longsor di DAS tersebut. Dalam kaitan itu, Ditjen BPDASPS mengembangkan aplikasi SSOP Bantal (Sistim Standar Operasi Prosedur Banjir dan Tanah Longsor) yang berbasis satuan analisa DAS. Selain untuk mengetahui lokasi rawan banjir dan tanah longsor, aplikasi ini juga dapat memberikan arahan fungsi untuk wilayah di sekitar rawan bencana tersebut, sehingga pemerintah daerah setempat dapat terbantu menyiagakan penanggulangan bencana banjir dan tanah longsor. Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya aplikasi dan petunjuk teknis ini, terutama tim PUSPICS UGM kami ucapkan penghargaan dan terima kasih. Semoga petunjuk teknis ini bermanfaat. DIREKTUR JENDERAL, Dr. Ir. HARRY SANTOSO NIP. 19520523 198102 1 001 Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial i

DAFTAR ISI halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv BAB. I. PENDAHULUAN. 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Maksud dan Tujuan.. 3 I.3. Gambaran Umum Aplikasi SSOP Bantal... 3 BAB. II. MANUAL SSOP BANTAL..... 5 II.1. Tipologi....... 6 II.2. Kekritisan..... 7 II.3. SIMDAS (Sistim Informasi Manajemen DAS)..... 8 II.4. Manajemen..... 27 II.5. EWS (Early Warning System).... 28 BAB. III. STANDARISASI DATA DAN PENYESUAIAN PATH..... 33 BAB. IV. PARAMETER..... 43 BAB. V. FORMAT PELAPORAN..... 53 Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial ii

DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Menu mengakses SSOP..... 5 Gambar 2. Tampilan Awal SSOP..... 5 Gambar 3. Tampilan Perangkat Tipologi DAS..... 6 Gambar 4. Tampilan Perangkat Kekritisan DAS..... 7 Gambar 5. Tampilan Jendela Awal Password SIMDAS AV..... 9 Gambar 6. Jendela Utama SIMDAS AV..... 10 Gambar 7. Dialog Box Penelusuran Data Lahan Kritis..... 12 Gambar 8. Tampilan Awal Jendela Password SIMDAS AG..... 22 Gambar 9. Jendela Utama SIMDAS AG..... 23 Gambar 10. Menu Utama SIMDAS AG..... 24 Gambar 11. Proses Menampilkan Peta Tematik dan Peta Dasar.. 24 Gambar 12. Menampilkan Data Atribut..... 25 Gambar 13. Isi Menu Pada Menu Pemodelan..... 25 Gambar 14. Proses Pemodelan Longsor..... 26 Gambar 15. Pemberian Legenda Symbologi Pada Hasil..... 26 Gambar 16. Contoh Hasil Peta Pemodelan Longsor..... 27 Gambar 17. Tampilan Menu Manajemen Berbasis Satuan DAS.... 27 Gambar 18. Validasi Pengguna Melalui Jendela Password..... 29 Gambar 19. Tampilan EWS Banjir Dalam Menu Utama SSOP.... 29 Gambar 20. Perangkat Lunak Table Grabber..... 30 Gambar 21. Perangkat Lunak Promis..... 30 Gambar 22. Database mdb Microsoft Access..... 31 Gambar 23. EWS Banjir Menunjukkan Status Banjir..... 32 Gambar 24. EWS Banjir Menunjukkan Status Tidak Banjir... 32 Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial iii

DAFTAR TABEL halaman Tabel 1. Standarisasi Data Spasial : Data Dasar..... 33 Tabel 2. Standarisasi Data Spasial : Data Aplikasi Pemodelan.... 35 Tabel 3. Standarisasi Data Pemodelan RHL..... 38 Tabel 4. Contoh Pengisian Tabel Pemodelan RHL..... 39 Tabel 5. Faktor Karakteristik DAS Sebagai Penciri Daerah Rawan Banjir Limpasan dan Perolehan Datanya..... 43 Tabel 6. Data dan Cara Perolehan Daerah Rawan Erosi..... 44 Tabel 7. Penilaian Kelas Kemiringan Lereng (LS)..... 44 Tabel 8. Penilaian Kelas CP..... 45 Tabel 9. Data dan Cara Perolehan Daerah Rawan Longsor..... 46 Tabel 10. Arahan Fungsi..... 47 Tabel 11. Data dan Cara Perolehan Data Lahan Kritis pada Kawasan Lindung di dalam Kawasan Hutan..... 48 Tabel 12. Data dan Cara Perolehan Data Lahan Kritis pada Kawasan Budidaya Pertanian..... 49 Tabel 13. Data dan Cara Perolehan Data Lahan Kritis pada Kawasan Lindung di luar Kawasan Hutan..... 50 Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial iv

BAB. I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana terbanyak di dunia. Dari mulai gempa bumi, tsunami, gunung berapi, puting beliung, banjir, tanah longsor dan banjir bandang. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia (BNPB) dalam laporannya menyebutkan bahwa 644 bencana alam terjadi di negeri ini pada tahun 2010, dan 81,5 persennya adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan banjir bandang. BNPB juga memprediksi bahwa sebanyak 176 kabupaten/ kota di Indonesia rawan terhadap bencana banjir dan sebanyak 154 kabupaten/kota rawan terhadap bencana tanah longsor. Walaupun menurut BNPB kejadian letusan gunung berapi yang paling banyak menimbulkan korban dan kerugian material, tetapi kerugian baik jiwa maupun harta benda dalam kejadian bencana banjir dan tanah longsor juga tidaklah sedikit. Hal ini salah satunya disebabkan oleh ketidaksiapan pemerintah daerah setempat dalam mengantisipasi kejadian bencana banjir dan tanah longsor, karena kurang atau tidak adanya informasi mengenai lokasi yang rawan dan waktu kemungkinan kejadian bencana banjir dan tanah longsor tersebut di wilayahnya. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (Ditjen BPDASPS) Kementerian Kehutanan merupakan salah satu instansi pemerintah yang memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai lokasi yang rawan terhadap bencana banjir dan tanah longsor kepada pemerintah daerah setempat. Hal ini karena Ditjen BPDASPS memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) di seluruh provinsi di Indonesia yang memiliki kemampuan untuk menganalisa dan memprediksi lokasi rawan bencana banjir dan tanah longsor. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 1

Untuk mempercepat kemampuan BPDAS menganalisa lokasi rawan bencana banjir dan tanah longsor, maka Ditjen BPDASPS mengembangkan suatu aplikasi yang disebut Sistim Standar Operasi Prosedur Banjir dan Tanah Longsor (SSOP Bantal). Dalam prosesnya, aplikasi tersebut melakukan analisa dengan satuan unit DAS atau Sub DAS, karena selain dapat menganalisa lokasi rawan bencana banjir dan tanah longsor, aplikasi ini juga dilengkapi dengan kemampuan untuk memberikan arahan fungsi terhadap DAS atau Sub DAS tersebut sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan hidrometeorologinya sehingga pengelolaan DAS yang baik akan terwujud, yang berarti akan semakin meminimalisasi kejadian bencana banjir dan tanah longsor. Berdasarkan Undang-Undang Sumberdaya Air Nomor 7 Tahun 2004, maka yang dimaksud Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan. DAS merupakan ekosistem, dimana unsur organisme dan lingkungan biofisik serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow dan outflow dari material dan energi. Bagian hulu dan hilir DAS mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Aktivitas perubahan tataguna lahan dan atau pembuatan bangunan konservasi yang dilaksanakan di daerah hulu dapat memberikan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air dan transport sedimen serta material terlarut lainnya. Adanya bentuk keterkaitan daerah hulu hilir seperti tersebut di atas maka kondisi suatu DAS dapat digunakan sebagai satuan unit perencanaan sumberdaya alam termasuk pembangunan yang berkelanjutan. Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 2

adanya degradasi DAS yang mengakibatkan bencana banjir dan tanah longsor seperti yang dikemukakan di atas. Dalam upaya menciptakan pendekatan pengelolaan DAS secara terpadu, diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Dengan demikian bila ada bencana banjir dan tanah longsor, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir. I.2. Maksud dan Tujuan Maksud dari pembuatan petunjuk teknis ini adalah untuk memudahkan Balai Pengelolaan DAS dalam mengoperasikan aplikasi SSOP Bantal yang sudah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal BPDASPS guna penentuan secara cepat dan tepat lokasi wilayah rawan bencana banjir dan tanah longsor dan melaporkan hasil analisanya sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi Tujuan disusunnya petunjuk teknis ini adalah terinformasikannya pemerintah daerah setempat secara detail tentang lokasi wilayah rawan bencana banjir dan tanah longsor serta penanganannya berdasarkan arahan fungsi, sehingga penanggulangan kejadian bencana banjir dan tanah longsor akan semakin baik yang akhirnya akan semakin meminimalisasi dampak korban jiwa dan kerugian material yang akan diderita oleh masyarakat di sekitar wilayah bencana. I. 3. Gambaran Umum Aplikasi SSOP Bantal Aplikasi SSOP Bantal dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial bekerjasama dengan PUSPICS Universitas Gajahmada sejak tahun 2007. Pada awalnya aplikasi ini dibuat untuk mempermudah Balai Pengelolaan DAS dalam menjalankan tugas pokok Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 3

dan fungsinya, yaitu merencanakan dan memantau serta mengevaluasi pengelolaan DAS, dimana kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS di Indonesia semakin banyak teridentifikasi kritis, seperti ditunjukkan dengan sering terjadinya banjir, erosi, sedimentasi dan tanah longsor. Dalam PP No. 7 (2005) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009, disebutkan bahwa DAS berkondisi kritis semakin meningkat dari 22 DAS (1984) menjadi 39 DAS (1994), dan kemudian 62 DAS (1999). Proses penanganan bencana banjir dan tanah longsor pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (1) sebelum terjadi bencana, (2) pada saat terjadi bencana, dan (3) setelah (pasca) terjadi bencana. Pengembangan aplikasi SSOP Bantal di Balai Pengelolaan DAS ini lebih diutamakan pada kejadian sebelum terjadi bencana. Parameter dan kriteria seluruh analisa yang terdapat dalam aplikasi SSOP Bantal ini mengacu kepada semua pedoman dan petunjuk teknis yang dihasilkan oleh Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial dan juga Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Kementerian Kehutanan. Dalam perjalanannya, aplikasi ini terus mengalami penyempurnaan. Hal ini disebabkan adanya perkembangan teknologi perangkat lunak sistim informasi geografis dan juga adanya berbagai masalah yang dihadapi terkait proses pengerjaan database serta kriteria atau pedoman yang digunakan dalam proses analisa aplikasi tersebut. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 4

BAB. II. MANUAL SSOP BANTAL Setelah diinstal, perangkat lunak SSOP Pengendalian Banjir dan Longsor dapat diakses dari menu All Programs SSOP ExpertSystem_SIMDAS atau dari All Programs SSOP&EWS SSOP & EWS-Banjir, seperti gambar di bawah ini. atau Gambar 1. Menu mengakses SSOP. Untuk menjalankan perangkat lunak ini tidak membutuhkan dukungan perangkat lunak lain, setelah mengakses program seperti pada gambar di atas maka pada tampilan awal/pembuka SSOP, pengguna akan dihadapkan pada suatu jendela password yang berfungsi sebagai pengaman perangkat lunak SSOP. Ketikkan admin untuk Nama, dan kemudian ketik 1234 untuk password dan selanjutnya klik Login, maka program SSOP akan tampil di layar monitor seperti berikut ini. Gambar 2. Tampilan awal SSOP. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 5

Aplikasi ini terbagi menjadi 5 (lima) perangkat utama yang disusun berdasarkan urutan proses penggunaannya, yaitu: 1. Tipologi, untuk melihat deskripsi umum tipologi DAS 2. Kekritisan, untuk melihat kekritisan DAS secara umum (unsur spasial belum disertakan); 3. SIMDAS, (SIMDAS AV untuk versi ArcView GIS 3.x dan SIMDAS AG untuk versi ArcGIS 9.x), digunakan untuk identifikasi kerusakan dan pewilayahan DAS secara lebih detil dalam bentuk analisis spasial, langkah ini dilakukan untuk mendetilkan hasil dari proses pertama dan kedua; 4. Manajemen, digunakan untuk mengetahui alternatif manajemen berbasis satuan lahan setelah proses pemodelan spasial longsor, banjir, erosi, lahan kritis, kemampuan lahan dan sosek menggunakan SIMDAS selesai digunakan; 5. EWS-Banjir, sebagai catatan perangkat ini dalam proses uji coba pada beberapa DAS dan masih dalam tahap pengembangan. Lebih jelasnya mengenai 5 perangkat tersebut adalah sebagai berikut: II.1. Tipologi Gambar 3. Tampilan perangkat Tipologi DAS. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 6

Penelusuran tipologi DAS dapat dilakukan pada menu Tipologi DAS. Pada menu tersebut, pengguna diminta untuk memasukkan data-data parameter penyusun tipologi DAS yaitu: Bentuk DAS, Luas DAS, dan Kemiringan Lereng DAS yang dapat diperoleh dari data-data statistik yang sudah ada ataupun dengan pengukuran-pengukuran terhadap parameter DAS secara sederhana. Setelah itu SIMDAS akan mengkalkulasi secara otomatis parameter-parameter tersebut untuk menentukan tipologi DAS tersebut yang siap untuk dianalisis lebih lanjut ataupun dicetak. II.2. Kekritisan Gambar 4. Tampilan perangkat Kekritisan DAS. Suatu DAS dikategorikan sangat kritis apabila mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Adanya endapan sedimen di lembah sungai, b. Tidak adanya aliran air (baseflow) di musim kemarau, Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 7

c. Sering terjadi luapan air pada sungai di daerah hilir, pada musim penghujan, d. Banyak kejadian/kenampakan longsor di daerah hulu, e. Banyak ditemukan alur-alur erosi baru dan atau root exposure, f. Prosentase lahan terbuka non budidaya dan rumput/alang-alang besar, g. Perambahan lereng atas (hulu) dengan pertanian tanaman semusim intensif/banyak, h. Ditemukan banyak tanda-tanda torehan limpasan permukaan, i. Warna air sungai sangat keruh saat banjir, j. Indeks koefisien limpasan sesaat tinggi, k. Indeks Qmax/Qmin tinggi, l. Indeks Qmin/Q rata-rata Rendah, dan m. Indeks Qmaks/Luas DAS besar. Dalam SSOP, penelusuran kekritisan DAS dapat dilakukan pada menu Kekritisan DAS. Pada menu tersebut, pengguna diminta untuk memasukkan data-data parameter penentu kekritisan DAS yang dapat diperoleh dari datadata statistik yang sudah ada ataupun dengan pengukuran-pengukuran terhadap parameter DAS secara sederhana. Setelah itu SIMDAS akan mengkalkulasi secara otomatis parameter-parameter tersebut untuk menentukan tingkat kekritisan DAS tersebut yang siap untuk dianalisis lebih lanjut ataupun dicetak. II.3. SIMDAS (Sistem Informasi Manajemen DAS) Identifikasi kerusakan dan pewilayahan DAS secara lebih detil dalam bentuk analisis spasial dilakukan dengan melalui menu SIMDAS. Pada SSOP v5 ini, SIMDAS mempunyai 2 pilihan: SIMDAS AV untuk menjalankannya di perangkat lunak ArcView GIS 3.x, dan SIMDAS AG untuk menjalankannya di perangkat lunak ArcGIS 9.x. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 8

II.3.1. SIMDAS AV (ArcView GIS 3.x) Gambar 5. Tampilan awal jendela password. Untuk menjalankan program SIMDAS AV, diperlukan adanya perangkat lunak ArcView 3.x. Karena perangkat lunak SIMDAS AV dibuat dalam lingkungan ArcView menggunakan bahasa pemrograman avenue. Selain kebutuhan perangkat lunak tersebut, database spasial yang digunakan juga harus sesuai dengan standarisasi data spasial yang diperlukan oleh perangkat lunak ini, lihat LAMPIRAN untuk lebih jelas mengenai standarisasi data spasial. SIMDAS ini memiliki empat kapasitas utama, yaitu: untuk menampilkan grafis peta, identifikasi dan penelusuran objek pada peta, pemodelan spasial, dan operasi pada data attribut (tabel). Pada tampilan awal/pembuka SIMDAS, pengguna akan dihadapkan pada suatu jendela password yang berfungsi sebagai pengaman SIMDAS. Ketikkan SIMDAS pada jendela password, dan kemudian klik OK, maka program SIMDAS akan tampil di layar monitor. Jendela utama SIMDAS terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu: jendela view yang berfungsi untuk menampilkan peta/grafis, toolbar menu menyediakan perangkat yang berhubungan dengan operasi pada jendela view, button menu menyediakan perintah dalam bentuk icon, dan menu utama yang menyediakan perintah-perintah dan fasilitas penunjang SIMDAS. Letak komponen tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 9

Toolbar menu Menu utama Button menu Jendela View Gambar 6. Jendela utama SIMDAS 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1. Menu File Untuk mencetak (print) peta Setting / pengaturan cetak peta Untuk menutup aplikasi SIMDAS 2. Menu View Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 10

3. Menu Data Attribut Berfungsi untuk menampilkan data attribut (tabel). 4. Menu Data Grafis Menu Data Grafis menyediakan perintah-perintah untuk memanggil data grafis peta yang nantinya ditampilkan pada jendela view. 5. Menu Edit Menu ini menyediakan perintah-perintah untuk menjalankan editing pada data spasial. 6. Menu Sistem Menu ini menyediakan perintah-perintah untuk menjalankan beberapa pemodelan spasial. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 11

7. Menu Penelusuran Data Penelusuran data merupakan fasilitas yang dapat digunakan untuk mencari lokasi sebaran attribut tertentu pada peta. Dalam SIMDAS ini disediakan penelusuran data untuk mencari lokasi sebaran kelas kekritisan lahan dan kelas erosi. Gambar 7. Dialog box penelusuran data lahan kritis. 8. Menu Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Menyediakan perintah untuk pemodelan RHL. 9. Menu Tentang Program SIMDAS. Berisikan informasi mengenai pengembang dan pembuat aplikasi Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 12

Toolbar menu dan Button menu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Keterangan: 1 : Untuk melihat data attribut dalam bentuk tabel. 2 : Perbesaran seluruh peta. 3 : Perbesaran pada peta yang aktif di view. 4 : Perbesaran pada objek yang dipilih. 5 : Perbesaran. 6 : Perkecilan. 7 : Perbesaran sebelumnya. 8 : Membersihkan layar. 9 : Men-clear objek yang dipilih. 10 : Menutup aplikasi SIMDAS. 11 : Mengganti Map Unit. 12 : Editing data attribut pada objek yang dipilih. 13 : Identifikasi objek. 14 : kursor untuk memilih objek. 15 : Perbesaran interaktif. 16 : Perkecilan interaktif. 17 : Menggeser view. 18 : Mengukur jarak. 19 : Fasilitas hotlink foto (aktif ketika masuk ke fasilitas hotlink foto). 20 : Penelusuran satuan lahan bermasalah. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 13

Fungsi-fungsi Interaktif Pada SIMDAS AV I. Data Grafis. Untuk menampilkan tema peta tertentu, dapat menggunakan fasilitas yang terdapat di menu Data Grafis Pilih salah satu peta... Peta-peta yang tampil di jendela view, dapat diketahui informasi attributnya menggunakan button tool yang ingin diketahui attributnya di atas peta., dengan jalan men-klik kursor pada objek II. Data Attribut. Tiap data grafis di dalam view, dapat ditampilkan data attributnya dalam bentuk tabel (tabular) dengan jalan men-klik pada icon. Jendela view akan berubah menjadi tampilan sebuah tabel. Pada jendela tabel ini, pengguna dapat menambah kolom dan menghapus kolom, serta dapat juga mengetahui statistik dari suatu kolom tertentu. Untuk kestabilan data, tidak disarankan untuk menghapus kolom tertentu. Untuk menambahkan informasi jenis attribut, dapat menambahkan kolom pada tabel menggunakan icon, kemudian akan tampil dialog seperti dibawah ini: Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 14

Lalu, isikan parameter sesuai dengan petunjuk di dalam dialog box tersebut, dan kemudian klik OK. Seperti telah dijelaskan di atas, pada jendela tabel ini, terdapat juga fasilitas untuk menampilkan statistik kolom tertentu. Langkahnya adalah sebagaui berikut; aktifkan kolom yang akan di hitung stastiknya dengan jalan men-klik pada nama kolom tersebut sehingga background warnanya berubah seperti, kemudian klik-lah pada icon untuk menampilkan statistik dari kolom terpilih tersebut, sehingga tampil jendela statistik seperti di bawah ini : Untuk keluar dari jendela tabel dan kembali ke peta, gunakan tombol icon. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 15

III. Editing Data Fasilitas editing yang disediakan pada SIMDAS ini terbatas pada editing data attribut. Ada 2 (dua) fasilitas editing yang sediakan, yaitu editing data attribut pada peta yang muncul di jendela view, dan memasukkan data titik dari tabel format *.dbf menjadi sebuah peta titik. Untuk men-update attribut, klik-lah pada icon dan kemudian arahkan kursor pada suatu objek tertentu di atas peta dan klik-lah tepat pada poligon/garis/titik yang akan di edit, sehingga muncul jendela seperti ini; Untuk editing cukup ketikan pada salah satu attribut (kolom) yang tersedia dan kemudian klik OK. Catatan: tidak disarankan merubah kolom yang berisi bilangan / angka, karena akan mempengaruhi kestabilan data. Untuk membuat peta titik dari data tabel *.dbf adalah dengan jalan klik pada menu Edit Import Data Titik Dari Tabel, kemudian pilih file *.dbf dan klik OK. Kemudian pilihlah kolom koordinat x dan y sesuai dengan kolom yang disediakan dan kemudian klik Lanjut. IV. Pemodelan Untuk pemodelan, fasilitas pemodelan yang disediakan antara lain; pemodelan monitoring penggunaan lahan, pemodelan erosi, longsor, koefisien aliran, arahan fungsi penggunaan lahan, dan lahan kritis. Untuk menjalankannya, klik pada menu Sistem Pilih salah satu pemodelan.... Misalnya pemodelan koefisien aliran, tampilannya akan seperti ini : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 16

Klik-lah pada tombol yang disediakan dan sudah diberi petunjuk, sehingga akan masuk ke dalam dialog box seperti di bawah ini; Klik-lah atau centang pada tema-tema peta yang akan digunakan, dan kemudian eksekusi pada tombol Klik Disini Untuk Memulai Proses. Setelah peta tampil, maka untuk menutup view gunakan tombol Tutup Peta Hasil Proses, maka view akan kembali bersih. Contoh lain, adalah untuk pemodelan arahan fungsi lahan yang menggunakan button adalah sebagai berikut; Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 17

Klik pada tombol yang disediakan untuk menampilkan tema-tema peta yang dibutuhkan dan kemudian klik proses. V. Penelusuran Data Penelusuran data menyediakan fasilitas tambahan pada SIMDAS untuk mengetahui morfometri DAS, mengetahui lokasi lahan pada DAS yang kritis, dan untuk mengetahui lokasi pada DAS yang ter-erosi. Untuk mengetahui morfometri DAS, cukup klik pada menu Penelusuran Data Morfometri DAS, maka akan muncul tampilan seperti ini; Sistem akan memberikan secara otomatis informasi mengenai morfometri DAS, yaitu luas DAS dan panjang sungai utama. Pada background View, peta yang ditampilkan adalah peta administrasi DAS. Untuk penelusuran erosi dan lahan kritis, hanya akan aktif apabila data yang ditampilkan adalah data grafis erosi dan lahan kritis. Contoh; untuk menggunakan fasilitas ini, klik-lah pada menu Data Grafis Peta Erosi, sehingga tampil peta kelas erosi. Setelah itu klik-lah menu Penelusuran Data Penelusuran Erosi, maka akan tampil dialog box seperti dibawah ini; Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 18

Untuk mencari lokasi dari attribut tingkatan erosi tersebut, maka kliklah pada salah satu attribut, hingga muncul bulatan hitam pada salah attribut tersebut, dan kemudian klik pada tombol Cari di Peta, maka pada peta akan muncul objek berwarna hijau cerah, yang menunjukkan lokasi dan sebaran jenis attribut yang dimaksud. Attribut yang terpilih VI. Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Konsep RHL merupakan suatu upaya memulihkan lahan dengan melakukan rehabilitasi lahan. RHL bertujuan untuk mewujudkan perbaikan lingkungan dalam upaya penanggulangan bencana alam banjir, tanah longsor, dan kekeringan secara terpadu, transparan dan partisipatif, sehingga sumberdaya hutan dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 19

keseimbangan lingkungan dan tata air DAS (Daerah Aliran Sungai), serta memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat. Tools RHL pada SIMDAS SSOP ada pada menu Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang berada pada menu sebelah kanan. Penggunaan tools ini harus urut dan tidak boleh dibolak balik dari Daya Dukung Lahan, Kerentanan Lahan, Pengelolaan Lahan, Prioritas Lokasi RHL, dan selanjutnya Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL, karena urutan tersebut merupakan rangkaian proses yang saling berkesinambungan. Daya Dukung Lahan Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 20

Proses pembuatan peta Daya Dukung Lahan membutuhkan input Peta Lahan Kritis, Peta Produktifitas Lahan, dan Peta Kemampuan Lahan. Kerentanan Lahan Proses pembuatan Peta Kerentanan Lahan membutuhkan input Peta Erosi, Peta Longsor, dan Peta Banjir. Pengelolaan Lahan Proses pembuatan Peta Pengelolaan Lahan hanya membutuhkan input Peta Manajemen. Prioritas Lokasi RHL Peta Prioritas Lokasi RHL membutuhkan input Peta Daya Dukung Lahan, Peta Kerentanan Lahan, dan Peta Manajemen (Pengelolaan Lahan) yang merupakan hasil dari proses-proses sebelumnya. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 21

Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL Peta Prioritas Penanganan Pengelolaan Lokasi RHL merupakan peta dari hasil overlay antara Peta Prioritas Lokasi RHL (dari hasil proses sebelumnya) dengan Peta Arahan Fungsi Lahan yang merupakan bagian dari menut Sistem Pemodelan Arahan Fungsi Lahan. II.3.2. SIMDAS AG (ArcGIS 9.x) Gambar 8. Tampilan awal jendela password. Untuk menjalankan program SIMDAS AG, diperlukan adanya perangkat lunak ArcGIS 9.x. Karena perangkat lunak SIMDAS AG dibuat dalam lingkungan ArcGIS 9.x menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic Application dan Python. Selain kebutuhan perangkat lunak tersebut, database spasial yang digunakan juga harus sesuai dengan standarisasi data spasial yang diperlukan oleh perangkat lunak ini, lihat LAMPIRAN untuk lebih jelas mengenai standarisasi data spasial. SIMDAS ini memiliki empat kapasitas utama, yaitu: untuk menampilkan grafis peta, identifikasi dan penelusuran objek pada peta, pemodelan spasial, dan operasi pada data attribut (tabel). Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 22

Pada tampilan awal/pembuka SIMDAS, pengguna akan dihadapkan pada suatu jendela password yang berfungsi sebagai pengaman SIMDAS. Ketikkan password pada jendela password, dan kemudian klik OK, maka program SIMDAS akan tampil di layar monitor. Jendela utama SIMDAS AG terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu: jendela peta (view) yang berfungsi untuk menampilkan peta/grafis, jendela legenda berfungsi sebagai penjelasan dari peta dalam bentuk legenda peta, toolbar menu menyediakan perangkat yang berhubungan dengan operasi pada jendela view, Menu bar menyediakan perintah dalam bentuk menu, dan menu utama yang menyediakan perintah-perintah dan fasilitas penunjang SIMDAS. Letak komponen tersebut ditunjukkan pada gambar dibawah ini. Menu Bar Menu Utama Toolbar menu Jendela Legenda Jendela Peta Gambar 9. Jendela utama SIMDAS AG Menu utama dari SIMDAS terdiri dari menu Data Grafis, Data Atribut, dan Pemodelan. Menu Tipologi, Kekritisan, dan Manajemen merupakan menu tambahan yang sebenarnya sudah ada pada menu utama SSOP. Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 23

Gambar 10. Menu utama SIMDAS. Data Grafis terdiri dari Peta Dasar dan Peta Tematik. Tampilkan peta tematik terlebih dahulu baru menampilkan peta dasar, dengan demikian layer peta tematik seperti peta tanah sebagai contoh akan berada pada layer paling bawah selanjutnya di atasnya adalah layer peta dasar. Lihat Gambar 11, sebagai ilustrasi menampilkan peta dasar dan peta tematik. 2. Tampilkan peta tematik 1. Tampilkan peta dasar 3. Atur legenda peta. Gambar 11. Proses menampilkan peta tematik dan peta dasar. Sebuah data spasial memiliki data grafis dan data atribut, begitu pula dalam SIMDAS ini juga memiliki data grafis dan atribut. Cara menampilkan data grafis sudah dibahas pada bagian sebelumnya. Untuk menampilkan data atribut, pilih layer grafis yang akan dilihat data atributnya, kemudian pilih Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 24

menu Data Atribut dan Buka Tabel Atribut sehingga tampil tabel atribut seperti yang terlihat pada Gambar di bawah ini. Gambar 12. Menampilkan data atribut. Menu Pemodelan terdiri dari pemodelan: Arahan Penggunaan Lahan, Kemampuan Lahan, Limpasan Permukaan, Erosi, Longsor, Lahan Kritis, dan Monitoring Penggunaan Lahan. Input tiap parameter dan standarisasi data tiap input parameter bisa dilihat pada LAMPIRAN. Berikut di bawah ini contoh pemodelan pada menu: Pemodelan Longosor. Gambar 13. Isi menu pada menu Pemodelan (Arahan Penggunaan Lahan, Kemampuan Lahan, Limpasan Permukaan, Erosi, Longsor, Lahan Kritis, dan Monitoring Penggunaan Lahan). Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 25

Gambar 14. Proses Pemodelan Longsor. Hasil dari proses tiap pemodelan akan berwujud sebuah file output dengan format shapefile (*.shp). File output pemodelan berada pada folder C:\SSOP \temp\ diikuti dengan nama file untuk masing-masing pemodelan. Gambar 15. Pemberian legenda Symbology pada hasil pemodelan. Peta hasil pemodelan selanjutnya dapat dipilih legenda-nya dengan menggunakan Symbology dan ditambah peta dasar berurutan dari Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial 26