I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran IPA di SMP Negeri 3 Pacitan khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TYPE JIGSAW DAN PROBLEM BASED LEARNING ( PBL ) Nawir R MTs Negeri Model Palopo

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Table 8. Kategori aktivitas belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya di negara kita agar dapat

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori Pengertian Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

I. PENDAHULUAN. proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ingin cepat maju dan mampu bersaing dengan negara-negara lain

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dalam kehidupan manusia yang. memberikan bekal untuk menjalani kehidupan dan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (pendidik), kurikulum (materi pelajaran), sarana (peralatan dan dana) serta murid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

I. PENDAHULUAN. yang kuat antara tingkat pendidikan dengan perkembangan bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perkembangan bangsa adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya yang lebih berkualitas. Untuk menghasilkan sumber daya yang berkualitas, diperlukan pendidikan yang berkualitas pula. Dengan pendidikan yang berkualitas, kita mampu bekerjasama dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik. Selain itu dalam pasal 4 butir 4, dikatakan pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (UU RI NO.20 tahun 2003). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar pesrta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA di arahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendri dan alam sekitar.

2 Bertitik tolak pada fungsi dan tujuan penyelenggaraan pendidikan Nasional di atas, maka guru berperan penting bagi penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Guru bertanggung jawab dalam mengatur, mengarahkan dan menciptakan lingkungan kelas yang kondusif dan mendorong siswa untuk berperan aktif dalam melaksanakan pembelajaran. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin meningkat baik layanan, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997:3). Namun pada kenyataannya, secara umum mutu pendidikan kita masih relatif rendah. Rendahnya mutu pendidikan tersebut dapat dilihat dari rendahnya mutu lulusan hampir di semua jenjang pendidikan formal. Salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan misalnya dapat dilihat dari nilai rata-rata yang dicapai pada saat UN dan hasil Seleksi Penerimaan Siswa Baru. Berdasarkan hal tersebut, dapat kita ketahui bahwa untuk aspek kognitif belum menunjukkan ketuntasan karena nilai yang didapat belum mencapai hasil yang maksimal. Bertitik tolak pada permasalahan di atas, maka guru berperan penting dalam merencanakan strategi pembelajaran agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan aktif dan menyenangkan sehingga pembelajaran tersebut lebih bermakna. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang disebut proses belajar mengajar. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai pengembangan kurikulum untuk mewujudkan

3 sekolah yang efektif, produktif dan berprestasi. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dan perlibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. Dengan dilaksanakannya KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), guru juga harus menempatkan diri sebagai fasilitator untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam standar isi oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pembelajaran yang berlaku di Indonesia pada umumnya diselenggarakan dalam bentuk klasikal, misalnya metode ceramah. Dalam pembelajaran klasikal, guru mendominasi pembelajaran dengan penyampaian informasi dan demonstrasinya. Penyelenggaraan pembelajaran klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pembelajaran kepada semua siswa yang tergabung dalam suatu kelas, walaupun pada kenyataannya masing-masing diantara mereka memiliki perbedaan latar belakang, kemampuan dasar, minat, kecepatan belajar dan juga pengalaman. Hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan diantara siswa. Siswa yang memiliki kecakapan belajar akan dengan mudah menangkap informasi yang diberikan oleh guru, sedangkan bagi siswa yang kurang memiliki kecakapan belajar akan tertinggal, akibatnya penguasaan terhadap materi ajar akan semakin tertinggal. Pada kenyataannya, berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran secara umum dan pengamatan terhadap proses pembelajaran Biologi pada khususnya serta diskusi yang intens dengan guru-guru Biologi di kelas VII SMP NEGERI 2 Bandar Lampung diketahui bahwa siswa kurang

4 memiliki kreativitas dalam proses pembelajaran. Dari 33 siswa di kelas VII A, hanya 8 orang saja yang aktif dan kreatif. Sedangkan 25 siswa yang lain mendapatkan nilai yang kurang baik dengan skor antara 60-72. Dari 33 siswa di kelas VII B, hanya 17 orang saja yang aktif dan kreatif. Sedangkan 16 siswa yang lain mendapatkan nilai yang kurang baik dengan skor antara 60-72. Dari 32 siswa di kelas VII C, hanya 19 orang saja yang aktif dan kreatif. Sedangkan 13 siswa yang lain mendapatkan nilai yang kurang baik dengan skor antara 60-72. Mereka hanya diam atau kurang aktif dan tidak berani bertanya, sehingga hasil belajarnya tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, proses pembelajaran didominasi oleh guru. Sehingga pembelajaran terjadi satu arah. Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya adalah faktor motivasi. Motivasi merupakan faktor terpenting dalam proses belajar mengajar, mengingat motivasi adalah faktor pendorong bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Motivasi ada yang bersifat internal dan eksternal, yang dimaksud dengan motivasi internal adalah adalah dorongan yang bersumber dari dalam diri siswa, yang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, atau berbagai harapan dan cita-cita. Sebagai contoh, seorang siswa belajar karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan tertentu. Sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang bersumber dari luar. Motivasi eksternal ini dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber. Misalnya pengaruh guru, teman sesama siswa dan lingkungan. Dengan adanya motivasi, siswa akan mempunyai dorongan yang besar untuk mempelajari konsep-konsep materi yang diajarkan guru. Siswa yang kurang motivasi umumnya malas belajar dan itu akan berdampak pada hasil belajar yang rendah.

5 Upaya dalam mengatasi masalah ini, hendaknya seorang guru harus dapat memilih tipe pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan motivasi. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan motivasi adalah adanya kerjasama dan hubungan yang baik antara guru dan siswa. Hal tersebut sangat sesuai apabila tipe pembelajaran yang digunakan dapat mengembangkan kerjasama dan hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Tipe pembelajaran yang demikian disebut dengan tipe pembelajaran kooperatif. Proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dengan demikian, jelaslah bahwa dalam proses pembelajaran tidak hanya menuntut siswa menjadi pendengar dan mencatat pelajaran, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir (Sagala, 2006:62).Sehubungan dengan itu, penyelenggaraan pembelajaran kooperatif setidaknya dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah siswa. Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi siswa (Mahmud, 1998:7). Untuk itu sebelum pembelajaran kooperatif dilaksanakan, sebaiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan keterampilan kooperatif yang akan digunakan dalam belajar kelompok nanti. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan siswa sebagai anggota kelompok kecil dengan tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerjasama dan

6 saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dengan menggunakan tipe pembelajaran kooperatif, diharapkan siswa akan lebih berani untuk bertanya karena siswa bekerja dengan teman sebaya. Pada pembelajaran kooperatif ini, keterampilan kooperatif yang dihasilkan antara lain dalam bentuk menghargai pendapat orang lain, mendorong partisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagi tugas, dan lain sebagainya. Fungsi guru pada pembelajaran ini bukan sebagai pentransfer ilmu, tetapi sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif, langkah pertama yang dilakukan guru adalah membagi siswa kedalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang. Metode pembelajaran kooperatif mencukupi bentuk kondisi positif dari ketidakberuntungan atas hubungan antarsuku, dan memenuhi bentuk kondisi social dari siswa yang berasal dari ras yang berbeda, dan komunikasi antarras yang berbeda dan memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membelajarkan satu sama lain sebagai individu dan saling komunikasi (Slavin, 1994:51). Pembelajaran secara kelompok bertujuan memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong royong dalam kehidupan, mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap anggota merasa dirinya sebagai bagian dari kelompok yang bertanggung jawab. Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok, agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok, jumlah siswa yang berkualitas diharapkan dapat menjadi lebih banyak. Anggota kelompok yang

7 berkemampuan lebih tinggi dijadikan sebagai motor penggerak dalam pemecahan masalah kelompok. Kelompok merupakan himpunan, kumpulan atau jumlah orang yang dianggap ada hubungan satu sama lain atau disatukan oleh ikatan atau kepentingan bersama. Kelompok secara psikologis yaitu sebagai setiap orang yang berinteraksi satu sama lain, sadar satu sama lain dan merasa diri sebagai suatu kelompok (Kast, 1991:466). Dalam pembelajaran Biologi konsep makhluk hidup, materi ini merupakan materi yang dianggap sulit untuk dipelajari, baik oleh guru maupun oleh siswa. Tetapi aspek manfaat dari materi tersebut sangat esensial, sehingga diperlukan suatu upaya yang dapat memotivasi siswa untuk mempelajarinya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang dapat menimbulkan motivasi adalah adanya kerjasama dan hubungan yang baik antara guru dan murid. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan menggunakan tipe pembelajaran yang dapat mengembangkan kerjasama dan hubungan yang baik antara guru dengan murid. Tipe pembelajaran yang demikian disebut dengan tipe pembelajaran kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif dapat memainkan banyak peranan dalam pembelajaran. Dalam suatu pembelajaran tertentu, para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok diskusi. Akhirnya peserta didik mendapat kesempatan bekerjasama untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai segala sesuatu tentang pembelajaran tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru sehubungan dengan masalah di atas adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Pembelajaran tipe jigsaw ini mementingkan kerjasama dalam kelompok diskusi

8 dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu. Setiap siswa mempelajari sesuatu yang dikombinasikan dengan materi yang telah dipelajari oleh siswa lain (Silberman, 2002:160). Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001 : 48). Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997: 67). Selain itu, pembelajaran tipe jigsaw memiliki beberapa keunggulan, antara lain penyampaian informasi dari guru tertulis sehingga teori konstruktivisme lebih terakomodasi, dan setiap siswa mempunyai tanggungjawab yang sama dalam membelajarkan teman sekelompoknya. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997 : 67). Diskusi dengan tipe jigsaw merupakan strategi belajar kelompok yang mengajarkan keberanian siswa dalam menyajikan materi pelajaran di hadapan teman-temannya. Setelah itu, dilakukan tanya jawab perkelompok dengan materi yang sama, namun diterapkan untuk kasus berbeda. Strategi tersebut digunakan

9 untuk mencapai pembelajaran yang optimal, yakni meningkatkan prestasi siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (1999 : 59), bahwa pembelajaran Biologi pada kelas I SLTP yang berorientasi tipe pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat meningkatkan keterampilan guru mengelola KBM, meningkatkan kualitas pengelolaan proses belajar mengajar oleh guru, meningkatkan kualitas interaksi siswa dengan lingkungan belajar, dan meningkatkan prestasi belajar siswa yang meliputi peningkatan nilai rata-rata dan meningkatkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie, 1994 : 32 ). Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada tipe pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

10 siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Dalam penyelenggaraannya, tahapan pembelajaran tipe jigsaw ini yaitu pada tahap pertama, siswa bekerja dalam suatu kelompok ahli atau bukan asal untuk belajar menguasai satu unit konsep tertentu mereka bersama menelaah materi, berdiskusi, dan kalau perlu bertanya atau meminta penjelasan dari guru. Pada tahap kedua, setiap anggota kelompok bukan asal tadi kembali pada kelompok asal dan masing-masing dari mereka bertindak selaku tutor bergantian menjelaskan konsep yang mereka peroleh dari kelompok bukan asal tadi, sehingga setiap anggota kelompok menguasai semua konsep. Dengan melakukan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, diharapkan siswa dapat lebih aktif berpendapat, bertanya, dan menghargai pendapat orang lain dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang behubungan dengan yang lain dan membangun pengertian bersama (Johnson dan Smith dalam Lie, 2002:5). Pendekatan pembelajaran ini sesuai dengan mata pelajaran Biologi yang salah satu tujuannya adalah memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain serta mengkonsumsikan hasil percobaannya secara lisan dan

11 tertulis. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dengan pembelajaran tipe jigsaw ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang berkaitan dengan hasil belajar Biologi antara lain : 1.2.1 Persentase siswa yang tuntas masih rendah, hal tersebut didapat dari nilai hasil belajar yang masih rendah,serta tingkat keaktifan siswa yang rendah. 1.2.2. Mutu pendidikan kita pada umumnya masih relatif rendah. Salah satu indikatornya yaitu rendahnya nilai rata-rata yang dicapai pada saat UN dan nilai hasil Seleksi Penerimaan Siswa Baru. 1.2.3. Dalam proses pembelajaran, siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi dari guru. Sehingga proses berfikir siswa kurang berkembang. 1.2.4. Sebagian besar siswa kurang memiliki motivasi belajar, padahal salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah motivasi. 1.2.5. Dalam memberikan pembelajaran, guru pada umumnya masih banyak menggunakan cara-cara konvensional, misalnya menggunakan metode ceramah dan kadang-kadang diselingi sedikit diskusi karena metode ini lebih mudah dilaksanakan. 1.2.6. Tipe pembelajaran yang digunakan belum tepat.

12 1.3 Pembatasan Masalah Masalah yang akan diteliti adalah penggunaan model pembelajaran Biologi dan penyusunan skenario pembelajaran Biologi yang tepat. Agar penelitian ini dapat terarah serta kesimpulan yang ditarik lebih akurat, maka penelitian ini difokuskan terhadap persoalan penerapan pembelajaan kooperatif tipe Jigsaw untuk menigkatkan hasil belajar Biologi. 1.4 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1.4.1 Bagaimanakah perencanaan pembelajaran Biologi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? 1.4.2 Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran Biologi dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? 1.4.3 Bagaimanakah aktivitas siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw? 1.4.4 Bagaimanakah hasil belajar Biologi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?

13 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1 Mendeskripsikan proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran Biologi siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Lampung. 1.5.2. Mengetahui efek penerapan Tipe Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar Biologi siswa. 1.6 Manfaat Hasil Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai sumbangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya Teknologi Pendidikan Kawasan Desain dan Pengolahan Pembelajaran Biologi. 2. Manfaat Secara Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai : a. Untuk Siswa : 1. Melatih siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan belajar kelompok semua materi dari awal sampai akhir. 2. Melatih siswa berkreasi, mengembangkan diri dan menjadi siswa yang kritis dan cerdas, sehingga akan mudah belajar dengan metode diskusi dan praktek. 3. Meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Untuk Guru 1. Memiliki gambaran tentang Pembelajaran Biologi yang efektif.

14 2. Dapat mengidentifikasikan permasalahan yang timbul di kelas dan mencari solusinya. 3. Mempunyai pengalaman untuk menggunakan tipe pembelajaran Cooperative Learning (tipe Jigsaw). c. Untuk Sekolah Diharapkan dapat bermanfaat agar lulusan yang dihasilkan menjadi lebih bermutu dan meningkatkan kualitas sekolah.