MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT MELALUI SISTEM PEMBINAAN DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KABUPATEN GRESIK RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

KATA PENGANTAR. Bandung, Juni 2016 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA BARAT,

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

BAB 7 PENUTUP 7.1 PEDOMAN PEMBANGUNAN

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. T U J U A N Memperkuat basis produksi usaha IKM Memastikan bahwa produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat luas dilihat dari aspek

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014


BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB V. Program, Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Sanitasi

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

2. Sub Bidang Penataan Infrastruktur Wilayah. d. Bidang Perekonomian membawahkan : 1. Kepala Sub Bidang Perindustrian, Perdagangan dan Investasi; 2. K

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Mardiasmo, 2009). untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat,

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Kegiatan Prioritas Tahun 2010

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) FASILITASI PENERAPAN SISTEM SNI PADA INDUSTRI ANEKA DI WILAYAH IHT JAWA TENGAH

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

RENCANA STRATEGIS ( R E N S T R A ) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( B A P P E D A ) PROVINSI BANTEN TAHUN

Peningkatan Investasi Sektor Industri Ke Seluruh Wilayah Provinsi Dalam Rangka Penyebaran Dan Pemerataan Pembangunan Industri

BAB I PENDAHULUAN. terdapat juga transfer, seperti tunjangan sosial yang merupakan bantuan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGGAI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) ( B A P P E D A )

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

BAB 5 PROGRAM, KEGIATAN DAN INDIKASI PENDANAAN SANITASI

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK) WORKSHOP DESAIN IKM BATU MULIA DI JAWA TENGAH

DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA PRIORITAS NASIONAL DAN BAB 1 PENDAHULUAN PRIORITAS NASIONAL LAINNYA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) BAPPEDA PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2013

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

V. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

RAPAT TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2016

B A B V PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran RKPD Kabupaten Ponorogo Tahun Bab I_ Halaman 1

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

POINTER SAMBUTAN/ARAHAN GUBENUR KALIMANTAN TENGAH

PERAN APIP DALAM MENGAWAL AKUNTABILITAS PEMBANGUNAN DESA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

Transkripsi:

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan pada acara : Rapat Kerja Departemen Perindustrian dengan Dinas Perindustrian Kabupaten/Kota Kawasan Barat Indonesia Tahun 2009 Medan, 4 Maret 2009

1. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) diarahkan agar menjadi pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan produk impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam perubahan struktural dan memperkuat perekonomian domestik. Untuk itu, pengembangan IKM dilakukan dengan pendekatan kompetensi perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktifitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi dalam iklim usaha yang sehat. Pengembangan g IKM secara nyata akan berlangsung g terintegrasi dalam modernisasi agrobisnis dan agroindustri, termasuk yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya saing industri melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. (Amanat UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025) 1

2. Thema ini dipilih dilandasi oleh kesadaran bahwa dalam situasi dan kondisi perekonomian apapun, sektor IKM harus tetap bertumbuh dengan landasan prinsip - prinsip bisnis dan prinsip p pengembangan g industri yang sehat 3. Prinsip - prinsip bisnis dan industri yang sehat mengandung sebuah pengertian bahwa IKM dalam perkembangannya kedepan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Semakin memberikan kontribusi yang optimal dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional dan daerah. b. Produk - produk yang dihasilkan a dapat memenuhi e kebutuhan para penggunanya dengan kualitas yang berstandar, prosesnya dilakukan dengan benar dan ramah terhadap lingkungan. c. IKM sebagai bagian integral dari sistem industri diupayakan agar outputnya dapat dipergunakan oleh sub sektor industri lainnya terutama sebagai supporting industry. 2

4. Berdasarkan prinsip i - prinsip i tersebut t diatas, maka pendekatan pembinaan yang dapat dilakukan antara lain adalah ; a. Mengutamakan terjadinya perubahan pola bisnis dan pola industri dari IKM yang dibina, misalnya dalam aspek manajemen dan kelembagaan, proses dan output, serta jejaring j bisnis dan industri. b. Pola pembinaan dibangun dengan sistem yang jelas dan terukur, baik melalui pendekatan regulasi maupun fasilitasi dan pembinaan teknis. Pembinaan teknis sebaiknya dilakukan oleh pihak yang kompeten baik bersumber dari dalam maupun dari luar (Outsourcing) c. Pembinaan yang baik, selalu dimulai dengan strategi dan rencanakerja yang realistik, sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh IKM yang bersangkutan. d. Semua program dan kegiatan yang dijalankan tercatat dengan benar dan transparan serta dapat dipertanggung jawabkan secara administratif dan substantif. 3

5. Sektor - sektor IKM yang dibina dan dikembangkan berdasarkan pada prioritas prioritas yang telah ditentukan, baik dalam rangka penguatan klaster/sentra maupun kompetensi inti industri i daerah. 6. Setiap output yang dihasilkan dari sistem pembinaan, outcomenya harus dapat memberikan keyakinan publik bahwa : a. Telah terjadi perubahan yang substansial dalam struktur usaha, struktur nilai tambah. b. IKM sebagai industri prosesnya telah dilakukan dengan benar, sejak pemilihan bahan, penggunaan teknologi, proses produksi, packaging dan pengelolaan jejaring bisnisnya dan ramah lingkungan. c. Secara makro, peran IKM dapat memberikan sumbangan berarti bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan serta dapat menjadi katup pengaman bagi kepentingan neraca pembayaran dan neraca perdagangan. 4

7. Oleh sebab b itu, IKM dimasa yang datang harus memberi kontribusi yang maksimal mengisi besaran-besaran nilai persamaan Y = C + I + G + ( X M ). 8. Peranan APBN dan APBD yang dialokasikan untuk membiayai program pembinaan dan pengembangan IKM harus dikelola dengan benar sesuai kaidah-kaidah tata kelola yang baik. Setiap rupiah yang dibayarkan harus di laporkan, dapat dipertanggung jawabkan, tepat sasaran, waktu dan jumlah 5

9. Peran APBN/APBD sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi, dewasa ini menjadi semakin penting disaat negara sedang menghadapi problem resesi global. Disaat investasi tidak tumbuh secara berarti, ekspor melemah, impor juga demikian, maka peranan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan konsumsi serta investasi pemerintah melalui APBN/APBD menjadi sangat berharga. 10. Karena faktor G saat ini menjadi penting, maka seluruh pengeluaran negara yang bersumber dari APBN/APBD dan pinjaman luar negeri harus benar-benar dioptimalkan untuk memperbaiki kinerja investasi (I), meningkatkan devisa melalui ekspor (X), mengurangi g penggunaan devisa melalui pengendalian impor (M), memperbaiki daya beli masyarakat (C), dan pada akhirnya pertumbuhan ekonomi menjadi sehat karena pilar penopangnya semuanya kuat. 6

11. Bagaimana kita mewujudkan formula tersebut dalam kaitan pembinaan dan pengembangan IKM? Hal-hal yang perlu yang dimufakati bersama antara lain a. Program dan kegiatan yang sumber pendanaannya berasal dari APBN / APBD harus disinergikan ( Pusat, Provinsi dan Kab/Kota. ) b. Penggunaanya diprioritaskan pada program yang strategis dan menghasilkan outcome riil bagi sektor IKM yang dibina dan dikembangkan. c. Program pembinaan dan Pengembangan IKM ditujukan kepada 2(dua) sasaran pokok, yaitu Perkuatan dan Pengembangan 7

d. Perkuatan difokuskan kearah perbaikan kinerja IKM yang sudah ada, berkembang di sentra-sentra yang sudah ada. Perencanaan perkuatan harus di susun dengan membuat study kelayakan k sampai perencanaan penganggarannya, mana yang harus di dukung dengan APBN, mana yang harus didukung dengan APBD dan sumber lainnya. e. Pengembangan difokuskan kepada upaya merealisasikan produk unggulan daerah berbasis kompetensi inti industri daerah di dalam kegiatan investasi riil yang sumber pendanaannya bisa berasal dari APBN, APBD dan sumber-sumber lain. Perencanaan detil harus dibuat study kelayakannya. 8

12. Dengan penerapan pola Pembinaan dan Pengembangan IKM berdasarkan pendekatan penguatan dan pengembangan, konsep penganggarannya dilakukan dengan cara : a. Budget sharing dengan harapan agar faktor G benar- benar termanfaatkan secara optimal menghasilkan pertumbuhan. b. Anggaran yang bersifat Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan difokuskan penggunaannya untuk kepentingan: Koordinasi Penguatan data base Monitoring dan Evaluasi Penguatan kelembagaan 9

- TERIMA KASIH -