BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satu dari sistem keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary,

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

ANALISIS KINERJA BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jacob Abolladaka Pendidikan Ekonomi, FKIP-Undana Kupang-NTT

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu mengembangkan dan memajukan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurunnya kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil berpotensi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. negara. Bank sebagai salah satu lembaga keuangan adalah sebuah perusahaan

Bab 5. Kesimpulan dan Saran

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Harga Saham Perusahaan-Perusahaan Otomotif di Bursa Efek Jakarta, hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah milik Hetty Puspita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini. Pada umumnya masyarakat mendefinisikan bank adalah tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang kekurangan dana dengan tujuan meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

II. LANDASAN TEORI. penilaian kinerja menurut Mulyadi (2001) adalah Untuk memotivasi karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem keuangan merupakan salah satu hal yang krusial dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

MANAJEMEN DANA UNTUK LKM OLEH :.OYONG LISA,SE.MM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. 27 Oktober 1988 (PAKTO) yang mencakup bidang keuangan, moneter dan

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK SEBELUM DAN SETELAH MERGER (Studi Kasus: Bank UOB Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam pembicaraan sehari-hari, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan merupakan industri yang dalam kegiatan usahanya sangat

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Riestyana Indri Hapsari (2012) Pengaruh LDR, IPR, NPL, APYD, IRR, BOPO, FBIR,NIM, PR, dan FACR

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan bukanlah suatu hal yang asing bagi masyarakat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Hal tersebut dinyatakan dengan jelas dalam GBHN bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti. meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

ANALISIS RASIO KEUANGAN PERBANKAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BANK

ANALISIS KINERJA KESEHATAN BANK SEBELUM DAN SETELAH ARSITEKTUR PERBANKKAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Kasmir (2006;2) mengemukakan bahwa: Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Bank Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Adapun berdasarkan Undang Undang No.10 Tahun 1998 mengenai perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank adalah bagian dari sistem keuangan, yang memainkan peranan dalam berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi suatu negara (Said et al., 2011). Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir,2012:11). 2.1.2 Jenis Bank Perbankan dibagi menjadi beberapa kelompok jika ditinjau dari berbagai segi. Adapun jenis perbankan tersebut menurut Kasmir (2012:20) antara lain: 1

1) Menurut fungsinya Seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan telah diubah pada Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998, terdapat dua jenis bank jika dilihat dari segi fungsinya yaitu: a) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank). b) Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dapat diartikan bahwa kegiatan bank perkreditan rakyat jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. 2) Menurut Kepemilikannya Jenis bank menurut kepemilikannya dibagi menjadi : 2

a) Bank Milik Negara Bank milik negara adalah bank yang akte pendirian serta modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungannya dimiliki oleh negara. b) Bank Milik Swasta Bank miik swasta adalah bank yang akte pendirian serta seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh swasta sehingga seluruh keuntungannya dimiliki oleh swasta. c) Bank Milik Koperasi Bank milik koperasi adalah bank yang seluruh modalnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. d) Bank Milik Asing Bank milik asing adalah cabang dari bank yang berasal dari luar negeri, baik milik swasta asing maupun milik negara asing. Sehingga kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing atau luar negeri. e) Bank Milik Campuran Bank milik campuran adalah bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Namun kepemilikan sahamnya mayoritas dimiliki oleh warga negara indonesia. 3) Menurut Status Jenis bank menurut statusnya dibedakan menjadi berikut: 3

a) Bank Devisa Bank devisa adalah bank yang bisa melakukan transaksi ke luar negeri dan atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. b) Bank non devisa Bank non devisa adalah bank yang tidak bisa melakukan transaksi seperti yang bisa dilakukan bank devisa karena belum mempunyai izin untuk melakukan transaksi seperti bank devisa. Sehingga transaksi yang dapat dilakukan adalah transaksi yang masih dalam batas-batas Negara. 4) Menurut cara menentukan harga a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional Bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah bank melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional dalam mencari keuntungan dan menentukan harga menggunakan penetapan bunga sebagai harga untuk simpanan maupun pinjaman. b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang penentuan harganya didasarkan pada hukum islam, perjanjian antara bank dan pihak lain dalam hal menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan perbankan lainnya. 4

2.1.3 Perbedaan dan Persamaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Menurut Triandaru dan Budisantoso (2009:156) perbedaan yang mendasar antara bank syariah dan bank konvensional antara lain: 1) Perbedaan falsafah Perbedaan pokok antara bank syariah dan bank konvensional terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru kebalikannya. Untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang dikembangkan bank syariah adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam bentuk bagi hasil. 2) Konsep pengelolaan dana nasabah Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito pada bank konvensional merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Dana titipan atau investasi tadi kemudian dimanfaatkan atau disalurkan kedalam transaksi perniagaan yang diperbolehkan pada sistem syariah. Keuntungan dari pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan kedalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. 5

3) Kewajiaban mengelola zakat Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada bank syariah untuk memobilisasi dana sosial, sedangkan pada bank konvensional tidak diwajibkan demikian. 4) Struktur Organisasi Dalam struktur organisasi bank syariah, diwajibkan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas bank agar selalu sesuai dengan prinsip syariah. Sedangkan persamaan antara kedua sistem perbankan tersebut antara lain (Dianasari,2014): 1) Bank konvensional dan bank syariah merupakan lembaga perbankan Indonesia yang sudah diakui secara nasional dan keduanya merupakan badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat. 2) Memberikan bantuan jasa pembayaran. Baik bank syariah maupun bank konvensional kedua-duanya memberikan bantuan untuk memudahkan dalam sistem pembayaran seperti misalnya untuk pembayaran telepon, air, listrik, internet, pembelian tiket pesawat, tiket kereta api. Sistem pembayaran tersebut biasanya dilakukan dengan melalui transfer dari mesin ATM. 3) Memberikan jasa pembayaran gaji, hadiah dan juga uang pensiun. Baik bank syariah maupun bank konvensional biasanya memberikan 6

kemudahan bagi para nasabahnya untuk menerima kemudahan dalam pembayaran gaji, hadiah dan juga uang pensiun dengan langsung mentransfernya dari pihak pemberi ke nomor rekening pihak penerima. 4) Pemberi jasa kiriman uang. Umumnya bank konvensional atau bank syariah memberikan jasa kiriman uang baik dalam negeri maupun luar negeri bagi para nasabahnya. 2.1.4 Kinerja Keuangan Kinerja adalah seberapa baik hasil yang dicapai oleh perusahaan dalam mencapai tujuan perekonomian, dimana tujuan perekonomian adalah untuk memaksimumkan kesejahteraan ekonomi (Sukarno dan Syaichu. 2006). Munawir (2002:50) mendefinisikan kinerja keuangan adalah kemampuan dari suatu perusahaan dalam menggunakan modal yang dimiliki secara efektif dan efisien guna mendapatkan hasil yang maksimal. Menurut Harahap (2011:209) terdapat lima tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum yaitu: 1) Melakukan review terhadap data laporan keuangan Review disini dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah di buat tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam dunia akuntansi, sehinga dengan demikian hasil laporan keuangan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. 2) Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan di sini adalah disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan sehingga hasil dari 7

perhitungan tersebut akan memberikan suatu kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan. 3) Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh. Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan perbandingan dengan hasil hitungan dari berbagai perusahaan lain. Metode yang paling umum dipergunakan untuk melakukan perbandingan ini ada dua, yaitu: a) Time series analysis, yaitu membandingkan secara antarwaktu atau periode, dengan tujuan itu nantinya akan terlihat secara grafik. b) Cross sectional approach, yaitu melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan rasio-rasio yang telah dilakukan antara satu perusahaan dan perusahaan lainya dalam ruang lingkup yang sejenis yang dilakukan secara bersamaan. Dari hasil penggunaan kedua metode ini diharapkan nantinya akan dapat dibuat satu kesimpulan yang menyatakan posisi perusahaan tersebut berada dalam kondisi sangat baik, baik, sedang atau normal, tidak baik, dan sangat tidak baik. 4) Melakukan penafsiran (interprestasi) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan perusahaan adalah setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala-kendala yang dialami perusahaan tersebut. 8

5) Mencari dan memberikan pemecahan masalah (Solution) terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi guna memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan hambatan selama ini dapat terselesaikan. Menurut Kasmir (2010:68) terdapat dua metode analisis laporan keuangan yang bisa dipakai yaitu: 1) Analisis vertikal (statis) yang merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja, sehingga informasi yang diperoleh hanya satu periode saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode. 2) Analisis horizontal (dinamis) yang merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingan laporan keuangan untuk beberapa periode. Dari hasil analisi ini akan terlihat perkembangan perusahaan dari periode satu ke periode yang lain. Selain metode analisis kinerja keuangan terdapat juga beberapa teknik analisis kinerja keuangan yaitu: 1) Analisis perbandingan antara laporan keuangan, yaitu analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan lebih dari satu periode. 2) Analisis trend atau tendensi yaitu analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam persentase dari periode ke periode. 9

3) Analisis persentase per komponen atau common size yaitu analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap masingmasing komponen yang ada dalam laporan keuangan. 4) Analisis sumber dan penggunaan dana yaitu analisis yang yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan serta penggunaan dana dalam satu periode dan juga untuk mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan dalam suatu periode. 5) Analisis sumber dan penggunaan kas yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber dan penggunaan uang kas dalam suatu periode dan juga untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas. 6) Analisis kredit yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh lembaga keuangan seperti bank. 7) Analisis laba kotor yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke periode lainnya dan juga untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan antar periode. 8) Analisis break even point yang digunakan untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan dan perusahaan tidak mengalami kerugian, analisis ini berguna untuk menentukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan. 9) Analisis rasio yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. 10

2.1.5 Rasio Keuangan Bank Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. agar laporan ini dapat dibaca sehingga menjadi berarti, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. (Kasmir, 2008:281). Terdapat beberapa jenis rasio keuangan bank yang sering digunakan untuk melakukan analisis kinerja keuangan yaitu sebagai berikut: 1) Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih (Kasmir. 2008:286). Pengukuran rasio likuiditas dapat menggunakan (Dendawijaya. 2005:114): a) Cash Ratio Cash ratio adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan menggunakan alat-alat likuid yang dimilikinya. b) Reserve Requirement Reserve Requirement atau lebih dikenal juga dengan likuiditas wajib minimum adalah suatu simpanan minimum yang wajib dipelihara dalam bentuk giro di Bank Indonesia bagi semua bank. c) Loan to Deposit Ratio (LDR) 11

Loan to Deposit Ratio adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank. Rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tingkat likuiditas, ketersediaan dana dan sumber dana pada saat ini dan masa yang akan datang serta risiko likuiditas yang kemungkinan akan dihadapi oleh bank. d) Loan to Asset Ratio (LAR) Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. 2) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) Rasio yang menunjukkan kemampuan sebuah bank untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila bank tersebut dilikuidasi, baik itu kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek. Dapat juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut (Kasmir. 2008:293). Pengukuran rasio solvabilitas dapat menggunakan (Dendawijaya. 2005:121): 12

a) Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank untuk menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya dengan dana yang berasal dari modal sendiri. b) Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (ATMR) seperti kredit, penyertaan surat berharga, dan tagihan pada bank lain sedangkan modal bank yang digunakan yakni terdiri atas modal inti dan modal pelengkap yang dimiliki oleh bank. CAR minimum bagi setiap perbankan nasional menurut Bank Indonesia adalah 8%. 3) Rasio Profitabilitas / Rasio Rentabilitas Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan investasi (Kasmir, 2008:196). Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas menunjukkan bahwa suatu perusahaan semakin efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Menurut Syafri (2012) Profitabilitas bank dipengaruhi oleh loans, total modal, tingkat inflasi dan manajemen operasional. Beberapa jenis pengukuran rasio profitabilitas dapat menggunakan (Dendawijaya. 2005:119): 13

a) Return on Assets (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. b) Return On Equity Return On Equity (ROE) adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini merupakan indikator bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. c) Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. 4) Rasio Efisiensi Rasio Efisiensi adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini sering juga disebut sebagai rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank ada dalam kondisi 14

bermasalah semakin kecil. Rasio BOPO menunjukkan adanya risiko operasional yang ditanggung bank. BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional yang diperoleh. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. BOPO dianggap baik menurut Bank Indonesia bila berada sekitar 92%. 2.2 Rumusan Hipotesis Penelitian Rasio likuiditas mengukur kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan sangat penting untuk kelangsungan hidup berkelanjutan lembaga perbankan (Kumbirai dan Robert, 2010). Bank akan menghadapi masalah likuiditas jika terjadi kelebihan penarikan dari giro dan tabungan (Ansari dan Atiqa, 2011). Rasio Loan to Deposit Rati (LDR) mengukur jumlah keseluruhan kredit yang diberikan bank dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri. Hasil perhitungan LDR akan memberikan gambaran tingkat likuiditas suatu bank karena menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya saat deposan melakukan penarikan atas dana yang ada pada bank tersebut. LDR yang tinggi menunjukkan bahwa bank meminjamkan sebagian dana yang bank miliki dalam bentuk kredit, sehingga pada kondisi seperti ini bank akan mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, seperti adanya penarikan simpanan dari nasabah secara tiba-tiba (Xuezhi dan Dickson, 2012b). Sebaliknya, LDR yang rendah menunjukkan bank dalam keadaan yang likuid, keadaan bank yang semakin likuid menunjukkan terdapat dana menganggur (idle fund), sehingga dapat memperkecil kesempatan bank untuk 15

memperoleh pendapatan yang lebih besar. Karena itu setiap bank harus memperhatikan posisi LDR bank agar tetap berada pada posisi yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia sesuai dengan peraturan No. 15/7/PBI/2013 yakni 78% - 92%. Beberapa penelitian mengenai perhitungan LDR pada bank konvensional dan bank syariah telah dilakukan yakni seperti penelitian dari Abustan (2009), Adhim (2011), Faqihuddin (2011), Ansari dan Atiqa (2011), dan Naili (2013) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan antara LDR bank konvensional dan syariah. Bank syariah memiliki nilai LDR yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan bank konvensional. LDR bank konvensional ada dibawah nilai LDR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yakni 78% - 92%. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar kegiatan operasional bank syariah dibiayai oleh modal sendiri bukan dana dari pihak eksternal. Sehingga menyebabkan nilai LDR yang cenderung lebih tinggi. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 1 : LDR bank syariah lebih tinggi dari bank konvensional. Rasio solvabilitas atau rasio leverage yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan sebuah bank untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila bank tersebut dilikuidasi, baik itu kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek. Dapat juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut (Kasmir. 2008:293). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur 16

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko (ATMR) seperti kredit, penyertaan surat berharga, dan tagihan pada bank lain sedangkan modal bank yang digunakan yakni terdiri atas modal inti dan modal pelengkap yang dimiliki oleh bank (Dendawijaya. 2005:121). Apabila CAR perbankan cukup tinggi, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan perbankan tersebut memiliki kecukupan modal, sehingga kepercayaan masyarakat akan semakin meningkat (Handayani. 2005). Namun CAR yang terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan idle fund yang berarti banyaknya dana menganggur yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank. Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia 15/2/PBI/2013, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8%. Angka tersebut merupakan penyesuaian dari ketentuan yang berlaku secara internasional berdasarkan Standar Bank for International Settlement (BIS). Penelitian Ningsih (2012) dan Naili (2013) mengenai perhitungan CAR pada bank syariah dan konvensional menemukan hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan antara CAR pada bank konvensional dan syariah, dan dalam penelitian ini juga menemukan bahwa nilai CAR pada bank konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan CAR pada bank syariah. Nilai CAR bank syariah lebih rendah karena kurangnya penambahan modal pada bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Meskipun demikian nilai CAR yang diperoleh bank syariah masih berada diatas nilai minimum yang diisyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%. Hal ini menunjukkan bahwa baik bank konvensional maupun bank syariah dapat membiayai kegiatan operasinya. 17

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 2 : CAR bank konvensional lebih tinggi dari bank syariah. Rasio rentabilitas atau rasio profitabilitas yang merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau pendapatan investasi (Kasmir, 2008:196). Return On Assets (ROA) menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam seberapa efektif suatu bank mengelola asetnya untuk menghasilkan suatu keuntungan (Dietrich dan Gabrielle, 2010). ROA dihitung dengan membagi laba sebelum pajak (laba bersih) dengan rata-rata nilai total aset selama periode yang sama (Xuezhi dan Dickson, 2012a). Semakin tinggi nilai ROA, menunjukkan bahwa semakin efisien bank menggunakan aktivanya dalam memperoleh laba, sehingga nilai perusahaan juga meningkat (Innocent et al, 2013). Nilai ROA yang tinggi menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena profitabilitas perusahaan meningkat sehingga akan meningkatkan kesejahteraan pemegang sahamnya dan akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Sesuai dengan ketetapan Bank Indonesia nilai ROA yang ideal yaitu 1,5%. Penelitian mengenai ROA pada bank konvensional dan bank syariah telah banyak dilakukan diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan Abustan (2009), Munir (2012), Ningtyas,dkk (2012) dan Naili (2013) yang menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan ROA bank konvensional dan bank syariah, ROA 18

pada bank konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank konvensional untuk mendapatkan laba dari pemanfaatan asetnya lebih baik jika dibandingan dengan bank syariah. Nilai ROA pada bank konvensional dan bank syariah masih berada di atas nilai ROA yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yakni 1,5%. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 3 : ROA bank konvensional lebih tinggi dari bank syariah. Rasio efisiensi yang dihitung dengan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional yang diperoleh. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. BOPO dianggap baik menurut Bank Indonesia bila berada sekitar 92% (Dendawijaya. 2005:119). Semakin besar nilai BOPO maka akan menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank tersebut sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar, begitupula sebaliknya semakin kecil nilai BOPO maka akan menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Apabila biaya operasional bank meningkat maka akan berkurangnya laba operasional dan akan menurunkan profitabilitas suatu bank. Terdapat beberapa penelitian mengenai BOPO pada bank konvensional dan bank syariah yakni Abustan (2009), Ningsih (2012), Ningtyas,dkk (2012) dan Naili (2013) mengenai perhitungan BOPO pada bank syariah dan konvensional 19

menemukan hasil bahwa terdapat perbedaan signifikan antara BOPO pada bank konvensional, nilai BOPO pada bank syariah lebih tinggi hal ini menunjukkan rendahnya kualitas efisiensi pengendalian biaya operasional terhadap pendapatan operasional bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik BOPO adalah 92%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: H 4 : BOPO bank syariah lebih tinggi dari bank konvensional. 20