BAB I PENDAHULUAN. kompetitif yang baik. Banyaknya kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Perusahaan Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan harga saham. Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. Dana yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah meningkatkan nilai perusahaan secara berkelanjutan (sustainable) dengan

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengukur tingkat kesehatan keuangan (financial health) suatu perusahaan. yaitu menggunakan analisis rasio keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. dividen tersebut menjadi berkurang. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dapat memberikan manfaat dan membantu memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

PENDAHULUAN. untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. implikasi pada persaingan antarperusahaan. Untuk itu, sebagai pelaku dari

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para investor. Pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, DAN HARGA SAHAM TERHADAP JUMLAH DIVIDEN TUNAI. (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan investor terhadap perusahaan yang sudah go

BAB I PENDAHULUAN. luar negeri. Sementara itu bagi investor, pasar modal merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya

BAB I PENDAHULUAN. negatif. Oleh karena kondisi itulah, perusahaan dituntut untuk semakin peduli

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjamin tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pemenuhan secara etika tidak hanya profit yang menjadi tujuan


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. indikator untuk menilai pasar perusahaan secara keseluruhan. Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menjadi harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. laba, mengusahakan pertumbuhan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap harga belinya (Handoko, 2002). Manajer sebagai agent pengelola. mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi.

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan terhadap good corporate governance semakin meningkat. Banyak. dikarenakan lemahnya corporate governance (Wardhani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan sustainability. Perusahaan yang telah go public akan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan utama didirikannya perusahaan berorientasi laba adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya tujuan utama investor meletakkan kekayaannya pada suatu

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Bagi investor, harga saham merupakan

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pesatnya perkembangan dunia bisnis menyebabkan perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan secara berkelanjutan (sustainable). Nilai perusahaan merupakan. menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dewasa ini, persaingan dalam dunia bisnis sudah semakin ketat. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu pihak yang berkepentingan untuk mengetahui seberapa baik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yakni tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

BAB I PENDAHULUAN. Bidang akuntansi dalam perusahaan bertanggungjawab terhadap laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan usaha yang semakin keras menuntut. perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB 1 PENDAHULUAN. kedua adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Permanasari, 2010). Apabila suatu perusahaan berjalan dengan lancar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal mengalami perkembangan yang cukup pesat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB 1 PENDAHULUAN. sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi mungkin

BAB I PENDAHULUAN. atau laba yang sebesar-besarnya yang mengandung konsep bahwa perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. para pemegang saham dan menjadikan perusahaan yang go public. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi saat ini sangat pesat, hal ini menyebabkan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis sekarang ini sangatlah pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya muncul perusahaan pesaing yang memiliki keunggulan kompetitif yang baik. Banyaknya kompetitor-kompetitor bisnis yang muncul mengakibatkan terjadinya dinamika bisnis yang berubah-ubah. Dinamika bisnis yang berubah-ubah tersebut menyebabkan banyak perusahaan membutuhkan tambahan pendanaan untuk lebih mengembangkan usahanya agar mampu bertahan hidup. Sumber pendanaan tersebut dapat diperoleh dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan investasi dan pembiayaan dari owners (equity) dan nonowners (liabilities) sehingga kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik. Go public merupakan salah satu cara yang dirasakan lebih efisien dalam memperoleh sumber dana, namun tidak mudah untuk menarik dana melalui investasi, mengingat adanya perbedaan karakteristik para investor didalam menilai sebuah investasi. Dibutuhkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan investasi karena angka-angka pada laporan keuangan mampu mencerminkan kinerja suatu perusahaan. Oleh sebab itu, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan oleh investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal dan dari laporan keuangan tersebut investor mengetahui nilai dari suatu perusahaan yang tercermin dari harga saham

yang diperdagangkan. Pada pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru. Jensen dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Investor juga dapat melihat gambaran kondisi perusahaan secara fundamental sebagai dasar pengambilan keputusan investasinya. Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), setiap tahunnya wajib melaporkan laporan keuangan dan laporan tahunan kepada bursa efek, investor dan publik. Laporan keuangan dan laporan tahunan yang dilaporkan tersebut dipergunakan para investor untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai langkah pengambilan keputusan investasi pada masa yang akan datang. Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek, salah satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas setiap ekuitas yang dimiliki. Harga pasar saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.

Jika nilai suatu perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham maka memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan berkaitan dengan isu naik turunnya nilai perusahaan itu sendiri. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 berdampak terhadap pasar modal Indonesia yang tercermin dari terkoreksi turunnya harga saham hingga 40 60 persen dari posisi awal tahun 2008 (Kompas, 25 November 2008), yang disebabkan oleh aksi melepas saham oleh investor asing yang membutuhkan likuiditas dan diperparah dengan aksi ikut-ikutan dari investor domestik yang ramai-ramai melepas sahamnya. Kondisi tersebut secara harfiah mempengaruhi nilai perusahaan karena nilai perusahaan itu sendiri jika diamati melalui kemakmuran pemegang saham yang dapat diukur melalui harga saham perusahaan di pasar modal. Index harga saham gabungan yang terkoreksi dari 1.757,258 pada awal Januari 2007 melemah ke basis point 1.256,704 pada awal September 2008 (Kompas, 25 November 2008). Hal ini juga tercermin dari banyaknya perusahaan yang mengalami penurunan laba sampai dengan mengalami kerugian sehingga menimbulkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Gambar 1.1 berikut ini merupakan perhitungan rata-rata nilai perusahaan berdasarkan rasio Tobin s Q mulai dari 2007 sampai dengan tahun 2010.

Gambar 1.1. Rata-Rata Nilai Tobin s Q Sumber : Hasil Penelitian, 2012 (Data Diolah) Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang dihitung dengan Tobin s Q dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang sama di semua perusahaan sampel. Dari data yang diperoleh menunjukkan fenomena yang sama yaitu terjadinya penurunan nilai perusahaan pada seluruh perusahaan sampel di tahun 2008, walaupun demikian rasio tobin s q masing-masing perusahaan terbilang baik karena berada di atas nilai 1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi naik turunnya nilai perusahaan, salah satunya Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan suatu konsep sebagai sebuah gagasan yang menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada

tanggung jawab semata berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (firm value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Tanggung jawab perusahaan juga harus berpijak pada konsep triple bottom lines yaitu juga harus memperhatikan kesejahteraan sosial dan lingkungan (Elkington, 1997 dalam CSR Indonesia.com). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Di Indonesia sendiri sudah banyak perusahaan-perusahaan yang dengan bangga mengatakan produk yang dikembangkannya merupakan produk ramah lingkungan sebagai apresiasi kepedulian sosialnya terhadap masyarakat dan lingkungan. Tupperware misalnya, dengan gencarnya melakukan publikasi atas konsepnya ini melalui beberapa media pemasaran. Para pengembang perumahan pun ramai-ramai telah mengadopsi Corporate Social Responsibility dengan menciptakan konsep green house pada bangunannya. Tidak ketinggalan juga, banyak pabrik deterjen saat ini mempergunakan kertas yang bisa didaur ulang sebagai pembungkus. Bahkan McDonald s mengganti kotak pembungkus styrofoamnya yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat dihancurkan tanah dengan kertas pembungkus yang lebih ringan dan mudah didaur ulang. Hal tesebut menjelaskan bahwa akhir-akhir ini perusahaan bukan hanya mementingkan profit motif tetapi juga memperhatikan lingkungan disekitarnya. Investor akan melihat kondisi ini dan akan meningkatkan image positif dan akan meningkatkan nilai perusahaan. Fenomena ini mengartikan bahwa konsep Corporate Social Responsibility (CSR) bukanlah sebuah konsep yang asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia.

Terlepas dari pro dan kontra terhadap konsep ini, namun Kiranya memang wajar dan sangat sah jika terdapat kalangan yang menyikapi konsep Corporate Social Responsibility (CSR) dengan penuh skeptisisme, menyatakan bahwa motif dasar dari semua konsep itu hanyalah strategi untuk tetap bisa melanggengkan motif dasar yang tidak berubah, yaitu motif primitif pengusahaan keuntungan sebesar mungkin dan akumulasi kapital. CSR masih kerap menunjukkan kecenderungan sebagai kegiatan kosmetik. Ia menjadi sekedar fungsi kepentingan public relations, citra korporasi atau reputasi dan kepentingan perusahaan untuk mendongkrak nilai perusahaan di bursa saham. CSR hanya dilakukan sebagai pemenuhan kecenderungan global tanpa substansi distribusi kesejahteraan sosial dan pelestarian lingkungan, jauh dari gagasan John Elkington tentang konsep triple bottom line. Terlepas dari pro dan kontra tersebut hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Yuniasih dan Wirakusuma (2007) menunjukkan hasil bahwa kinerja keuangan dan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan Nurlela & Islahudin (2008) menunjukkan hasil yang bertentangan yakni tidak adanya pengaruh antara pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Penggunaan hutang pada perusahaan bisa digunakan untuk mengukur nilai perusahaan karena dengan adanya hutang yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan menjadi turun. Kondisi tersebut terjadi karena investor mempertimbangkan bahwa hutang yang tinggi menyebabkan resiko yang besar pula terhadap pengembalian atas investasi yang mereka tanamkan karena hutang akan menciptakan beban tetap berupa

bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan sehingga laba menjadi menurun dan modal pemegang saham juga ikut menurun. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sujoko dan Soebiantoro (2007), serta Susanti (2010) menemukan hasil bahwa Leverage mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Artinya semakin tinggi Leverage suatu perusahaan, maka nilai perusahaannya akan turun. Fenomena bonus plan yang tidak pernah habis-habisnya dibicarakan dalam dunia bisnis menyebabkan timbulnya motif-motif pribadi oleh manajer. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia bekerja adalah untuk mencari uang, bukan untuk mencari pekerjaan, hal tersebut tentunya akan menimbulkan konflik-konflik tertentu. Dalam proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan dan profitabilitas perusahaan yang berpengaruh

terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Konflik antara manajer dan pemegang saham atau yang sering disebut dengan masalah keagenan dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut diantaranya dengan adanya kepemilikan saham oleh manajemen. Dengan kepemilikan saham oleh manajerial, diharapkan manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan para principal karena manajer akan termotivasi untuk meningkatkan kinerja yang disebabkan oleh adanya rasa memiliki atas sebagian perusahaan yang akhirnya akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Riset-riset pengembangan yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan yang secara berkesinambungan dilakukan, mungkin dampaknya tidak dirasakan saat ini namun dalam jangka panjang akan dirasakan oleh perusahaan. Banyaknya kompetitor yang hadir menyebabkan perusahaan berusaha terus menerus melakukan penelitian-penelitian untuk menemukan hal baru, yang berbeda dengan kompetitornya. Kebijakan dalam pengambilan keputusan investasi terkait dengan Investment Opportunity Set pun akan dilakukan dengan pertimbangan yang matang karena salah dalam pengambilan keputusan investasi akan berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan dimasa yang akan datang, sebab hal ini menjadi salah satu acuan investor dalam mengambil keputusan investasi terkait dengan profitabilitas perusahaan.

Umumnya investor lebih tertarik dengan perusahaan-perusahaan besar secara ukuran, baik besar dalam aktivanya maupun dalam penjualannya. Sifat alamiah dasar manusia yang selalu ingin menghindari resiko yang melahirkan sebuah pandangan bahwa dengan aktiva maupun tingkat penjualan yang besar maka perusahaan tersebut memiliki resiko yang lebih kecil dalam kesulitan pengembalian modal karena perusahaan besar umumnya sudah berada pada tahap maturaty sehingga investor lebih percaya untuk menanamkan modalnya pada perusahaan besar dan menyebabkan nilai perusahaan naik. Dewan komisaris dibentuk dalam upaya mengawasi dan memberi petunjuk serta arahan kepada pengelola perusahaan atau manajemen. Dalam hal ini, manajemen bertanggung jawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sedangkan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen. Hal ini berarti dewan komisaris dapat melakukan pengawasan sehingga menjamin bahwa manajemen bertindak sesuai dengan pemilik perusahaan (Investor) dan informasi yang dimilki oleh manajemen akan diungkapkan semua kepada para stakeholders, sehingga tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan menjadi meningkat dan juga akan meningkatkan nilai perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Komisaris berfungsi untuk mendukung tercapainya pelaksanaan iklim disiplin dan pengendalian tata kelola yang baik sehingga dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan. Menjadi menarik untuk diteliti karena pada dasarnya perusahaan di

Indonesia dikelola oleh sebagian besar anggota keluarga sendiri sehingga tingkat independensinya dipertanyakan. Menahan sejumlah kas dalam perusahaan pun dapat juga merupakan informasi yang berharga bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penentuan tingkat Cash Holding perusahaan merupakan salah satu keputusan keuangan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Cash Holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada para pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham, melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan dimasa depan. Perusahaan harus dapat menjaga kas yang dimiliki pada tingkat yang optimal karena menahan kas yang terlalu besar dalam aktiva misalnya adalah hal yang tidak produktif karena akan memerlukan biaya yang tinggi dalam pemeliharaannya. Para investor akan melihat situasi ini sebagai sebuah sinyal yang menggambarkan tingkat efektifitas manajemen perusahaan dalam mengelola dananya dan menjadi andil dalam menentukan naik dan turunnya nilai perusahaan. Nilai perusahaan juga dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba

yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Fenomena ini berdasarkan pada tujuan investor melakukan investasi yang pada umumnya adalah untuk mendapatkan keuntungan berupa dividen atau capital gain. Pemegang saham selalu berharap untuk mendapat dividen dalam jumlah besar atau minimal relatif stabil dari tahun ke tahun. Sebagian lagi dari laba bersih perusahaan merupakan laba ditahan yang akan disiapkan oleh perusahaan untuk melakukan investasi kembali (Reinvestment). Hal inilah yang merupakan inti dari kebijakan dividen, khususnya dalam menentukan dividend payout ratio. Setiap faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap nilai perusahaan. Namun dari banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, penelitian ini menggunakan variabel Corporate Social Responsibility, Leverage, Investment Opportunity Set, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio didalam mempengaruhi nilai perusahaan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah Corporate Social Responsibility (CSR), Leverage, Investment Opportunity Set (IOS), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio berpengaruh

secara simultan dan parsial terhadap nilai perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara simultan dan parsial pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Leverage, Investment Opportunity Set (IOS), Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio terhadap nilai perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pelatihan intelektual yang diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Bagi Peneliti selanjutnya dan Akademisi Penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada dibidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah dimasa yang akan datang. 3. Bagi Manajemen dan Investor Bagi manajemen sebagai bahan masukan dan sumbangan informasi dalam pengambilan keputusan dan penentuan strategi perusahaan untuk meningkatkan

nilai perusahaan. Sedangkan bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal. 1.5. Originalitas Variabel penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010) yang meneliti tentang Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan. Hasil dari penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara variabel Board Independence, Profitabilitas, dan Investment Opportunity Set terhadap nilai perusahaan. Selain itu juga ditemukan variabel Struktur Kepemilikan Manajemen dan Dividend Payout Ratio memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan dengan nilai perusahaan, namun terdapat hubungan negatif antara nilai perusahaan dengan variabel Cash Holding dan Finance Risk (Leverage). Alasan melakukan replikasi adalah peneliti ingin melihat apakah faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, hasilnya masih konsisten pada periode pengamatan yang berbeda. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun 2004-2008, sedangkan pada penelitian ini dilakukan selama empat tahun berturut-turut yaitu 2007-2010 dengan asumsi penelitian dilakukan untuk melihat apakah faktor-faktor tersebut memiliki konsistensi terhadap hasilnya ketika tahun pengamatannya diubah dan karakteristik saham-saham perusahaannya berbeda. Penelitian sebelumnya meneliti pada perusahaan non keuangan, sedangkan penelitian ini dilakukan pada seluruh perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index yang merupakan saham-

saham syariah selama empat tahun berturut-turut dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Penelitian terdahulu menggunakan uji Ordinary Least Square (OLS) sedangkan penelitian ini menggunakan regresi linier berganda. Perbedaan lainnya adalah adanya penambahan variabel lain yaitu Corporate Social Responsibility, yang merupakan salah satu variabel penelitian oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2007), serta Ukuran Perusahaan yang merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Herawaty (2008). Alasan memasukkan variabel Corporate Social Responsibility dalam penelitian ini adalah dikarenakan beberapa penelitian terdahulu yang mencari pengaruh antara Corporate Social Responsibility dan nilai perusahaan menemukan hasil yang berbeda-beda dan juga dikarenakan Corporate Social Responsibility merupakan isu penting yang sedang dioptimalkan oleh pemerintah khususnya dalam mengatasi kerusakan lingkungan akibat pemanasan global. Variabel Ukuran Perusahaan menjadi salah satu variabel yang diikut sertakan dalam penelitian ini karena karakteristik investor di Indonesia pada umumnya lebih menyukai menanamkan modalnya pada perusahaan dengan ukuran aktiva yang besar dibandingkan perusahaan dengan skala aktiva yang kecil. Ukuran Perusahaan juga dijadikan sebagai penambahan variabel penelitian karena ingin melihat apakah investor melihat ukuran perusahaan sebagai penentu dalam investasi pada sahamsaham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index, karena saham-saham Jakarta Islamic Index adalah saham-saham yang memang berasal dari perusahaan dengan kapitalisasi

besar, penelitian ini dimaksudkan melihat dan menganalisis apakah fenomena yang telah dikemukakan dapat dibuktikan secara empiris.