BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB III METODE PENELITIAN. ini berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Maret-Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kulit jengkol, larva

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

Larutan bening. Larutab bening. Endapan hijau lumut. Larutan hijau muda

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3. BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian. Pengambilan sampel karang lunak dilakukan pada bulan Juli dan Agustus

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

2 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Determinasi Tanaman Preparasi Sampel dan Ekstraksi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

UJI AKTIVITAS ANTIFEEDANT DARI EKSTRAK METANOL BIJI MAHONI TERHADAP Epilachna varivestis Mulsant JURNAL

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAHAN DAN METODE Tempat Penelitian Serangga Uji Bahan Tanaman Uji Penyiapan Tanaman Pakan

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

3 Percobaan dan Hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BATANG KERSEN

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI SENYAWA FITOKIMIA EKSTRAK DAUN KAYU MANIS DAN UJI EFEKTIVITAS TERHADAP BEBERAPA JENIS JAMUR FUSARIUM SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Transkripsi:

4.1 Ekstraksi dan Fraksinasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol, maserasi dilakukan 3 24 jam. Tujuan dari maserasi ini yaitu untuk menarik komponen-komponen senyawa yang terkandung dalam sampel. Filtrat yang diperoleh dari hasil maserasi diuapkan dengan cara evaporasi menggunakan penguap vakum putar (rotary vacuum evaporator) pada suhu 30-40 0 C sampai semua metanol yang diuapkan habis sehingga diperoleh ekstrak kental metanol berwarna hijau sebanyak 28,35 g dengan rendemen 7,09%. Sebanyak 20 g ekstrak kental metanol disuspensi dengan metanol : air (1:2), selanjutnya dipartisi dengan pelarut n-heksan sebanyak 5 kali sehingga diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi air. Fraksi air dipartisi dengan etil asetat sebanyak 5 kali sehingga diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi air. Selanjutnya masing-masing fraksi diuapkan dengan menggunakan evaporator. Sehingga diperoleh ekstrak n-heksan 6,29 g dengan rendemen 31,45%, ekstrak etil asetat 2,05 g dengan rendemen 10,25%, dan ekstrak air 7,6 g dengan rendemen 38%. Fraksinasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan ekstrak yang polar, semipolar, dan nonpolar. Semua ekstrak yang diperoleh diuji fitokimia dan diuji aktivitas repellentnya terhadap nyamuk. 4.2 Uji Fitokimia Ekstrak kental metanol, ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air diuji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder yang

terkandung didalamnya. Hasil pengujian fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak kental metanol, ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, maupun ekstrak air mengandung senyawa metabolit sekunder. Hasil uji fitokimia terlihat pada tabel berikut: Tabel 1 : Hasil Uji Flavonoid pada Ekstrak Kental Metanol, n-heksan, etil Ekstrak Pereaksi Uji Flavonoid Ket. kental Kontrol NaOH Mg-HCl H 2 SO 4 Metanol Tua muda (+) Flavonoid n-heksan tua (+) Flavonoid Etil Asetat Coklat Merah Coklat tua (+) Falvonoid Air Orange muda Merah bata Merah Merah (+) Flavonoid Berdasarkan Tabel 1 hasil uji flavonoid menunjukkan bahwa ekstrak metanol, ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air positif terhadap flavonoid hal ini dilihat dari perubahan warna yang terjadi setelah ditambahkan pereaksi-pereaksi tertentu, dimana pada ekstrak metanol yang awalnya berwarna hijau tua terjadi perubahan warna menjadi hijau muda setelah penambahan NaOH, berwarna hijau setelah penambahan Mg-HCl dan H 2 SO 4. Pada ekstrak n-heksan terjadi perubahan warna dari hijau menjadi hijau tua setelah penambahan H 2 SO 4, sedangkan setelah penambahan NaOH dan Mg-HCl tetap berwarna hijau. Pada ekstrak etil asetat terjadi perubahan warna dari coklat menjadi merah setelah penambahan NaOH dan Mg-HCl, dan berwarna coklat tua setelah penambahan H 2 SO 4. Sedangkan pada ekstrak air terjadi perubahan warna dari orange muda menjadi merah setelah

penambahan Mg-HCl dan H 2 SO 4, dan berwarna merah bata setelah penambahan NaOH. Tabel 2 : Hasil Uji Alkaloid pada Ekstrak Kental Metanol, n-heksan, etil Ekstrak kental Pereaksi Uji Alkaloid Ket. Hager Mayer Wagner Metanol Endapan Endapan (+) Alkaloid hijau merah n-heksan Endapan (+) Alkaloid hijau Etil Asetat Endapan (+) Alkaloid putih Air ( ) Alkaloid Berdasarkan Tabel 2 hasil uji alkaloid menunjukkan bahwa ekstrak metanol dengan pereaksi Hager membentuk endapan hijau dan endapan merah dengan pereaksi Mayer, hal ini menandakan bahwa ekstrak metanol positif mengandung alkaloid. Pada ekstrak n-heksan dengan pereaksi Hager membentuk endapan hijau, ini menandakan bahwa ekstrak n-heksan positif mengandung alkaloid. Begitu juga pada ekstrak etil asetat positif mengandung alkaloid dengan pereaksi Hager yaitu terbentuk endapan putih. Sedangkan untuk ekstrak air untuk semua pereaksi uji tidak menghasilkan endapan, hal ini menandakan bahwa pada ekstrak air tidak mengandung alkaloid. Tabel 3 : Hasil Uji Steroid pada Ekstrak Kental Metanol, n-heksan, etil Ekstrak kental Uji Steroid Ket. Metanol kebiruan (+) Steroid n-heksan kebiruan (+) Steroid Etil Asetat kebiruan (+) Steroid Air Bening ( ) Steroid Berdasarkan Tabel 3 hasil uji steroid menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol terbentuk warna hijau kebiruan, ekstrak n-heksan terbentuk warna hijau

kebiruan, begitu juga dengan ekstrak etil asetat terbentuk warna hijau kebiruan, hal ini menandakan bahwa pada ekstrak metanol, ekstrak n-heksan, maupun ekstrak etil asetat positif mengandung steroid. Sedangkan ekstrak air negatif mengandung steroid. Tabel 4 : Hasil Uji Terpenoid pada Ekstrak Kental Metanol, n-heksan, etil Ekstrak kental Uji Terpenoid Ket. Metanol Coklat muda ( ) Terpenoid n-heksan ( ) Terpenoid Etil Asetat Merah (+) Terpenoid Air Bening ( ) Terpenoid Berdasarkan Tabel 4 hasil uji terpenoid menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat setelah ditambahkan asam asetat dan asam sulfat terbentuk warna merah, hal ini menandakan bahwa ekstrak etil asetat positif mengandung terpenoid. Sedangkan untuk ekstrak metanol, ekstrak n-heksan, dan ekstrak air negatif mengandung terpenoid. Tabel 5 : Hasil Uji Saponin pada Ekstrak Kental Metanol, n-heksan, etil Ekstrak kental Uji Saponin Ket. Metanol Terbentuk busa/buih (+) Saponin n-heksan Terbentuk busa/buih (+) Saponin Etil Asetat Tidak terbentuk busa/buih ( ) Saponin Air Terbentuk busa/buih (+) Saponin Berdasarkan Tabel 5 hasil uji saponin menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol, ekstrak n-heksan, dan ekstrak air positif mengandung saponin, hal ini ditunjukkan oleh terbentuknya busa/buih pada masing-masing ekstrak setelah dilakukan pengocokkan dan didiamkan selama 15 menit. Sedangkan pada ekstrak etil asetat menunjukkan hasil negatif dimana tidak terbentuk busa/buih setelah dilakukan pengocokkan dan didiamkan selama 15 menit.

4.3 Uji Aktivitas Repellent dari Ekstrak Daun Jeringau Terhadap Nyamuk Setelah dilakukan pengolahan data terhadap hasil penelitian sesuai dengan rumus yang ada, maka didapatkan persen nyamuk yang menghinggap untuk ekstrak kental metanol, ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air pada kontrol positf (soffell dan autan), kontrol negatif (metanol) dan konsentrasi 1%, 5%, dan 10% yang disajikan pada tabel berikut : Tabel 6. Persen hinggapan nyamuk pada ekstrak metanol, ekstrak, n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air selama 30 menit Ekstrak Komponen perlakuan kental Kontrol positif (Autan) Kontrol positif (Soffell) Kontrol negatif (Metanol) Konsen trasi 1% Konsen trasi 5% Konsen trasi 10% Metanol 0% 0% 12,5% 12,5% 0% 0% n- 0% 0% 25% 12,5% 12,5% 0% heksan Etil 0% 0% 12,5% 25% 12,5% 0% asetat Air 0% 0% 25% 25% 12,5% 0% Berdasarkan Tabel 6 diatas hasil uji aktivitas menunjukan bahwa ekstrak metanol pada konsentrasi 5% dan 10% memperlihatkan aktivitas penolakan yang baik yaitu dari 8 ekor nyamuk yang diujikan tidak ada satupun nyamuk yang menghinggap. Konsentrasi 10% untuk ekstrak metanol sama halnya dengan kontrol positif. Bila dilihat dari persen hinggapan nyamuk pada ekstrak metanol dengan konsentrasi 1% persen hinggapan nyamuk sama dengan kontrol negatif (metanol) yaitu 12,5% artinya dari 8 ekor nyamuk yang diujikan ada 1 ekor nyamuk yang menghinggap dan 7 ekor nyamuk yang ditolak. Hal ini menunjukkan konsentrasi 1% kurang memperlihatkan aktivitas sebagai repellent.

Untuk ekstrak n-heksan pada konsentrasi 1% dan 5% tidak berbeda jauh dengan kontrol negatif, pada konsentrasi 1% dan 5% masing-masing persen hinggapan nyamuk yaitu 12,5% artinya dari 8 ekor nyamuk yang diujikan ada 1 ekor yang menghinggap untuk masing-masing konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak n-heksan dengan konsentrasi 1% dan 5% kurang memperlihatkan aktivitas sebagai repellent. Sedangkan pada konsentrasi 10% sama dengan kontrol positif, dari 8 ekor nyamuk yang diujikan tidak ada nyamuk yang menghinggap, hal ini menunjukkan ekstrak n-heksan dengan konsentrasi 10% memperlihatkan aktivitas sebagai repellent. Untuk ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 1% persen hinggapan nyamuk yaitu 25% artinya dari 8 ekor nyamuk yang diujikan ada 2 ekor nyamuk yang hinggap dan 6 ekor yang ditolak, untuk konsentrasi 5% persen hinggapan nyamuk yaitu 12,5% artinya dari 8 ekor nyamuk yang diujikan ada 1 ekor nyamuk yang hinggap dan 7 ekor nyamuk yang ditolak. Sedangkan untuk konsentrasi 10% persen hinggapan nyamuk yaitu 0% artinya dari 8 nyamuk yang diujikan tidak ada satupun nyamuk yang menghinggap, semua nyamuk ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 1% dan 5% kurang memperlihatkan aktivitas penolak bila dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dengan konsentrasi 10%. Untuk ekstrak air dengan konsentrasi 1% persen hinggapan nyamuk yaitu 25% artinya dari 8 ekor nyamuk yang diujikan ada 2 ekor nyamuk yang hinggap dan 6 ekor nyamuk yang ditolak, untuk konsentrasi 5% persen hinggapan nyamuk yaitu 12,5% artinya dari 8 ekor nyamuk yang diujikan ada 1 ekor nyamuk yang hinggap dan 7 ekor nyamuk ditolak. Sedangkan untuk konsentrasi 10% persen

hinggapan nyamuk yaitu 0% artinya pada konsentrasi 10% semua nyamuk yang diujikan tidak ada satupun yang hinggap, semua nyamuk ditolak. Hal ini menunjukkan ekstrak air pada konsentrasi 10% memperlihatkan aktivitas repellent dengan baik dibandingkan dengan konsentrasi 1% dan 5%. Pada penelitian ini ekstrak metanol dengan konsentrasi 1% memperlihatkan aktivitas yang kurang baik sebagai repellent dibandingkan dengan konsentrasi 5% dan 10%, hal ini kemungkinan diakibatkan oleh ekstrak yang ada pada konsentrasi 1% mengandung komponen senyawa dengan dosis/kadar yang rendah. Sedangkan ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air memperlihatkan aktivitas repellent yang baik pada konsentrasi 10% dengan waktu percobaan yaitu selama 30 menit. Penelitian sebelumnya oleh Tariq dan Qadri (2001) melaporkan bahwa jeringau mampu menolak nyamuk selama 2 jam dengan 50% nyamuk menggigit setelah 2 jam. Bila dilihat dari jumlah nyamuk yang hinggap pada masing-masing ekstrak daun jeringau, ekstrak metanol yang memperlihatkan aktivitas penolak yang baik dibandingkan dengan ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air. Berdasarkan penelitian Hidayatulfathi et al, 2004 dalam Sulaiman, 2009 menyatakan bahwa ekstrak metanol A. calamus menunjukkan tingkat toksisitas tertinggi untuk semua jenis nyamuk Anopheles maculatus. Berdasarkan uji fitokimia ekstrak metanol mengandung komponen senyawa metabolit sekunder, hal ini menunjukkan bahwa adanya komponen senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak metanol dapat berfungsi sebagai repellent, disamping itu dari hasil ekstraksi ekstrak metanol merupakan ekstrak yang paling banyak jumlah

ekstraknya dibandingkan dengan ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak air. Hal ini jelas menunjukkan bahwa dalam ekstrak metanol kandungan senyawa organik polarnya lebih besar, karena pada saat ekstraksi menggunakan pelarut organik polar yaitu metanol. Menurut Asriyanti, 2011 pelarut metanol merupakan pelarut yang mampu menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif didalam sel, sehingga larutan yang diinginkan akan terdesak keluar. Sampel tumbuhan akan mengalami pemecahan dinding sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut, sehingga hal ini yang menyebabkan ekstrak metanol memiliki aktivitas sebagai repellent.