BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang harus terus. melakukan inovasi dalam pembangunannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul ,

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi

ABSTRAK. Kata Kunci : pengenaan, pemotongan pajak penghasilan pasal 23

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

BAB I PENDAHULUAN. (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan pembangunan nasional Indonesia yaitu mewujudkan. sangat besar untuk pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pengeluaran pembangunan. Pentingnya penerimaan pajak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lalai terhadap pajak dan tidak menjalani kewajibannya sebagai wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peran penerimaan pajak sangat penting bagi pembangunan nasional, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita sadari semua bahwa pembangunan ekonomi tidak

BAB I PENDAHULUAN. fokus utama dari sebuah negara yang sedang berkembang. Menurut Waluyo (2008;

BAB 1 PENDAHULUAN. penerimaan negara yang terbesar dan paling dominan sampai saat ini adalah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia diikuti pula perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pajak dan tidak menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Dalam upaya meningkatkan, memaksimalkan serta melancarkan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan kehidupan warga negara yang adil dan sejahtera. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bagi rakyatnya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan

Ruang Lingkup Jasa Konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan Negara Indonesia adalah

c. Biaya perjalanan dinas berupa biaya perjalanan, akomodasi dan perdiem tidak

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berkesinambungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap rakyat sebagai bentuk peran serta dalam pembangunan di negaranya.

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual (Waluyo, 2013:2). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara, salah satunya pendanaan negara didapatkan dari pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada zaman orde baru mengandalkan penerimaan negara pada sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan. untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kontraprestasi yang diterima pembayar pajak bersifat tidak langsung, sebab pajak

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar dibandingkan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. besar yang digali terutama dari kemampuan sendiri. Usaha pemerintah untuk. diantaranya dari sektor pajak (Lumbantoruan, 2002).

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sebagian besar corak kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya, membutuhkan. ditempuh pemerintah adalah melalui pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang berlangsung secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).

ABSTRAK. Kata Kunci: Pajak Penghasilan Pasal 23, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang sampai dengan saat ini sedang giat melakukan

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I P E N D A H U L U A N. dan dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pada saat itu pajak lebih dikenal dengan nama upeti, dan bentuk pajak yang dikenal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 mempunyai tujuan untuk menyelenggarakan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, negara membutuhkan biaya yang besar guna pengelolaan operasional sebuah negara. Berdasarkan hal tersebut negara membutuhkan pemasukan-pemasukan sebagai sumber dana. Pemasukan-pemasukan negara untuk membiayai pengelolaan operasional negara dapat berasal dari berbagai sektor, seperti perdagangan, pariwisata, ekspor impor, tambang dan migas, pajak, perkebunan, pinjaman luar negeri, dan lain-lain. Pajak sebagai salah satu sektor penerimaan negara mempunyai kontribusi yang sangat besar. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar. Pajak sebagai sumber penerimaan negara tersebut digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pentingnya penerimaan pajak terhadap penyediaan dana untuk pembangunan dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2006, dimana dari total Rp 539,4 triliun rencana 1

Bab I Pendahuluan 2 penerimaan negara, sektor pajak mendominasi penerimaan negara sekitar Rp 402.1 triliun atau sekitar 13,4% terhadap Produk Domestik Bruto. Sasaran dari pemungutan pajak adalah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat secara merata, yaitu dengan melakukan pembangunan di berbagai bidang dan di segala sektor. Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengarahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pembangunan Nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan adalah dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa pajak merupakan instrumen utama dalam anggaran penerimaan maka masyarakat diharapkan untuk berpartisipasi secara aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemungutan pajak oleh pemerintah terhadap Wajib Pajak pada hakekatnya merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung melaksanakan kewajiban perpajakannya yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Bab I Pendahuluan 3 Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia, akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang akan selalu berkembang di masyarakat. Penghasilan merupakan salah satu objek yang dikenakan pajak oleh pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Jasa merupakan salah satu jenis penghasilan yang dikenakan pajak. Tarif pemungutan pajak atas jasa diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor SE.04/Pj.31/2002 tentang jenis jasa lain dan perkiraan penghasilan neto sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf C Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006. Dengan adanya perubahan dalam undang-undang ini, maka telah terjadi perubahan dalam tarif pemungutan PPh Pasal 23. Perubahan tarif dalam PPh Pasal 23 ini bukanlah perubahan tarif yang semakin membesar, tetapi justru semakin mengecil. Perubahan tarif yang semakin kecil ini dikarenakan pemotongan PPh Pasal 23 yang terlalu banyak memotong penghasilan masyarakat, terutama dalam penghasilan jasa. Dengan diubahnya tarif pemungutan PPh Pasal 23 maka akan dapat meningkatkan laba perusahaan sekaligus menghemat PPh Pasal 23 terutang. Sehingga dengan adanya penghematan dan peningkatan laba ini, perusahaan akan dapat mengalokasikan kelebihan dana dari penghematan pembayaran PPh-nya pada pembayaran biaya-biaya perusahaan lainnya.

Bab I Pendahuluan 4 Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai laba yang diperoleh perusahaan dengan adanya perubahan tarif pemungutan PPh Pasal 23. Penelitian ini disusun dalam skripsi yang berjudul Analisis Perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 23 Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk membahas masalah-masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah PPh Pasal 23 yang dipungut dari perusahaan sebelum ditetapkannya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER- 178/PJ/2006. 2. Bagaimanakah PPh Pasal 23 yang dipungut dari perusahaan sesudah ditetapkannya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER- 178/PJ/2006. 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada PPh Pasal 23 perusahaan sebelum dan sesudah ditetapkannya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah diidentifikasikan. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan di atas, maka maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan 5 1. Untuk mengetahui bagaimana PPh Pasal 23 yang dipungut dari perusahaan sebelum ditetapkannya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER- 178/PJ/2006. 2. Untuk mengetahui bagaimana PPh Pasal 23 yang dipungut dari perusahaan sesudah ditetapkannya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER- 178/PJ/2006. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada PPh Pasal 23 perusahaan sebelum dan sesudah ditetapkannya Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman yang cukup baik mengenai Pajak Penghasilan terutama pasal 23. Penelitian ini juga ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana ekonomi jurusan akuntansi pada Universitas Kristen Maranatha. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan menjadi bahan evaluasi perusahaan dalam perubahan tarif pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23; 3. Bagi Lingkungan Perguruan Tinggi

Bab I Pendahuluan 6 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan rekanrekan mahasiswa dan dapat menjadi bahan referensi pengetahuan perpajakan khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Dalam menjamin kelangsungan pembiayaan pembangunan nasional, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Perusahaan sebagai badan yang melakukan kegiatan usaha merupakan subjek pajak. Hal ini diatur dalam pasal 23 Undang-undang Pajak Penghasilan, yaitu UU RI No. 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 7 tahun 1991 kemudian diubah dengan UU RI No. 10 tahun 1994 dan terakhir diubah lagi dengan UU RI No. 17 tahun 2000. Menurut Waluyo (2006:187) mengemukakan bahwa: Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh Badan Pemerintah atau Subjek Pajak Dalam Negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya. Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006 tanggal 26 Desember 2006 dan berlaku efektif tanggal 1 Januari 2007, maka Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-170/PJ/2002 telah dinyatakan tidak berlaku lagi sehubungan dengan perkembangan perekonomian dan moneter khususnya perkembangan dunia usaha.

Bab I Pendahuluan 7 Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pajak ini, dijelaskan bahwa penghasilan yang terutang pajak penghasilan Pasal 23 diantaranya adalah penghasilan atas imbalan jasa, bisa sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan dan jasa lain yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21. Saat terutangnya pajak penghasilan pasal 23 adalah pada akhir bulan dilakukan pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan bersangkutan tergantung pada peristiwa yang terjadi terlebih dahulu. Tarif pemotongan pajak yang dikenakan atas jasa adalah 15% dari Perkiraan Penghasilan Netto, dimana Perkiraan Penghasilan Netto ini dapat berbeda-beda sesuai dengan jasa yang digunakan. Untuk jasa pemanfaatan informasi di bidang teknologi, termasuk jasa internet dan jenis jasa sehubungan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan, dan perbaikan berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: SE.04/PJ.31/2002, besarnya Perkiraan Penghasilan Netto adalah 40% dari jumlah penghasilan. Berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006, besarnya perkiraan penghasilan netto adalah 30% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Sehingga PPh 23 yang dipotong dari jasa ini adalah 15% x 30% x penghasilan bruto. Sedangkan PPh 23 yang dipotong atas jasa ini berdasarkan peraturan lama adalah 15% x 40% x penghasilan bruto. Subjek Pajak atau Penerima penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap.

Bab I Pendahuluan 8 Penurunan tarif atas jasa pemanfaatan informasi di bidang teknologi, jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa lainnya ini dapat menambah laba perusahaan yang cukup berarti. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pajak penghasilan pasal 23 perusahaan sebelum dan sesudah penetapan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: PER-178/PJ/2006 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan jasa komputer yang sudah go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang diperoleh dari Pojok Bursa yang terdapat di Universitas Widyatama Bandung. Penelitian atas Pajak Penghasilan pasal 23 ini dilakukan sejak bulan November 2007 sampai dengan selesai.