TATA CARA PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA ANGKUT DAN PEMASANGAN BANTALAN BESI REL KERETA API OLEH CV

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA ANGKUT DAN PEMASANGAN BANTALAN BESI REL KERETA API OLEH CV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

TITIS RONALITA RESMADEWI NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk. membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011).

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERPAJAKAN (SEBUAH PENGANTAR) Disampaikan oleh: Rr. Indah Mustikawati, M.Si., Ak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membuat pengelompokkan jenis pajak berdasarkan aktivitas yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB II BAHAN RUJUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan)

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. berbagai faktor pendukung terutama stabilitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penulisan. Pembangunan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

Perpajakan. Aryo Prasetyo, S.Kom., MMSI Vokasi Akuntansi UI, STIE Dewantara, IBI K-57. (Sesi 1)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

23 ATAS PENGGANTIAN BANTALAN REL PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP IX JEMBER DENGAN CV. TEKNIK UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Salah satu sumber pemasukan yang paling vital yaitu perpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu tumpuan penting dalam penerimaan negara,

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional mensejahterakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pelaksanaan praktek kerja lapangan mandiri ( PKLM ) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

Transkripsi:

TATA CARA PELAKSANAAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 ATAS JASA ANGKUT DAN PEMASANGAN BANTALAN BESI REL KERETA API OLEH CV.HADI MULYA DJAYA PADA PT.KERETA API (PERSERO) DAOP IX JEMBER LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA NYATA Oleh : FATHUR ROCHMAN NIM. 030903101158 PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN JURUSAN ILMU ADMINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER 2007

RINGKASAN Tata Cara Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas Jasa Angkut dan Pemasangan Bantalan Besi Rel Kereta Api oleh CV. Hadi Mulya Djaya pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember, Fathur Rochman, 030903101158, 2007, 57 halaman. PPh merupakan salah satu pemasok yang cukup besar bagi negara, karena PPh menyangkut objek pajak yang cukup luas, salah satunya PPh Pasal 23. dalam hal ini, PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perusahaan ini bergerak dalam bidang jasa angkut dan pemasangan bantalan besi rel kereta api. Laporan ini ditulis untuk mengetahui pelaksanaan perpajakan khususnya Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 atas Jasa angkut dan pemasangan bantalan besi rel kereta api. Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan pemotongan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri, bentuk usaha tetap (BUT) yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau jasa sewa dan penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong dalam pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subyek pajak dalam negeri, penyelenggaraan kegiatan BUT atau perwakilan luar negeri lainnya. Dari Jasa Angkut tersebut dikenakan PPh Pasal 23 dari tarif PPh Pasal 23 atas jasa adalah 15 % dari perkiraan penghasilan netto. Perkiraan penghasilan netto sesuai dengan Keputusan Jendral pajak Nomor Kep. 170/PJ/2002 tanggal 28 Maret 2002, maka perkiraan penghasilan netto yang digunakan sebagai dasar pemotongan PPh pasal 23 adalah 40% dihitung dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Pelaksanaan perpajakan PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember sudah menjalankan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku namun pelaksanaan masih terdapat sedikit kesalahan, perlunya ketelitian didalam penulisan. Dilaksanakan dengan Surat Tugas Nomor: 4588/J25.1.2/PP.9/2006 D-III Perpajakan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Jember. vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL....i HALAMAN PERSEMBAHAN... ii HALAMAN MOTTO...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSETUJUAN...v HALAMAN PENGESAHAN...vi RINGKASAN......vii KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI......ix DAFTAR TABEL......xii DAFTAR GAMBAR....xiii DAFTAR LAMPIRAN...xiv BAB.I Pendahuluan.....1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Nyata... 5 1.2.1 Tujuan Praktek Kerja Nyata...5 1.2.2 Kegunaan Praktek Kerja Nyata...5 1.3 Obyek dan Waktu Praktek Kerja Nyata... 5 1.3.1 Obyek Praktek Kerja Nyata...5 1.3.2 Waktu Praktek Kerja Nyata...5 BAB. II Tinjauan Pustaka...7 2.1 Pajak...7 2.1.1 Pengertian Pajak...7 2.1.2 Jenis Pajak di Indonesia...7 2.2 Pajak Penghasilan...8 2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan...8 ix

2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan...8 2.2.3 Subyek Pajak Penghasilan...9 2.2.4 Obyek Pajak Penghasilan...10 2.3 Pajak Penghasilan Pasal 23...11 2.4 Obyek Pemotongan PPh Pasal 23...11 2.5 Pengecualian Obyek Pemotongan PPh Pasal 23...11 2.6 Dasar Pemotongan...12 2.7 Tarif Perhitungan PPh Pasal 23...12 BAB. III Gambaran Umum PT. Kereta Api (Persero)...14 3.1 Sejarah Singkat PT. Kereta Api...14 3.1.1 Jaman Penjajahan Hindia Belanda...14 3.1.2 Jaman Penjajahan Jepang...15 3.1.3 Masa Proklamasi...15 3.1.4 Masa Sesudah Proklamasi...15 3.2 Visi, Misi, dan Arti Logo PT. Kereta Api Indonesia (Persero)...17 3.2.1 Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia...17 3.2.2 Arti Logo PT. Kereta Api...18 3.3 Struktur Organisasi PT. Kereta Api...19 3.3.1 Struktur Organisasi PT. Kereta Api DAOP IX Jember...19 3.3.2 Diskripsi Jabatan...22 3.4 Lokasi dan Luas Wilayah PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember...29 3.4.1 Lokasi PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember...29 3.4.2 Luas Wilayah PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember...29 3.5 Personalia...30 3.5.1 Keadaan Karyawan...30 3.6 Uraian Tugas dalam Sumber Data Utama...33 BAB. IV Pelaksanaan Praktek Kerja Nyata...40 4.1 Deskripsi Praktek Kerja Nyata...40 4.2 Sistem Perpajakan pada PT. Kereta Api (Persero)...43 x

4.2.1 PT. Kereta Api (Persero) Sebagai Subyek dan Obyek Pajak...43 4.2.2 PT. Kereta Api (Persero) Sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)...44 4.2.3 Kebijakan Perpajakan pada PT. Kereta Api (Persero)...45 4.3 Landasan Pajak Penghasilan Pasal 23...45 4.3.1 Sistem Perpajakan pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember...46 4.3.2 Hasil Praktek Kerja Nyata (PKN)...49 4.4 Penilaian Terhadap Kegiatan PT. Kereta Api (Persero) Sebagai Wajib Pajak...57 Bab. V Penutup...60 DAFTAR PUSTAKA xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan dukungan dan peran aktif dari pemerintah (UU No.25 Tahun 1999) maupun masyarakat Indonesia. Peran aktif yang dimaksud dari pemerintah adalah melaksanakan tugas dan kewajiban dengan penuh tanggung jawab, disiplin tinggi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memposisikan diri sebagai pelayan masyarakat. Peran aktif dari masyarakat adalah mematuhi peraturan yang ditetapkan turut serta didalam program pembangunan yang dilaksanakan oleh negara. Faktor ini sangat menentukan suksesnya pembangunan nasional adalah dana. Semakin besar dana yang dimiliki oleh pemerintah maka pembangunan akan mudah untuk dilaksanakan. Pemerintah memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai kegiatan pemerintah. Upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak dengan mulai diubahnya Undang-Undang Perpajakan yaitu Undang-Undang No. 6, 7, dan 8 Tahun 1983 yang dirubah dengan Undang-Undang No. 16, 17, dan 18 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan, Pajak Penghasilan, dan Pajak Pertambahan Nilai disertai sistem perpajakan yang baru yaitu Self Assesment System. Bagi negara Indonesia yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang menuju masyarakat yang adil dan makmur, perubahan dibidang perpajakan, adalah mempunyai makna sangat penting karena dengan perubahan sistem yang mendasar, yaitu dari Sistem Official Assesment menjadi Sistem Self Assesment, masyarakat diberikan kepercayaan menghitung dan melaporkan sendiri pajaknya, sedangkan aparatur perpajakan (fiskus) hanya mengontrol dan mengawasi pelaksanaannya. (UU Perpajakan Tahun 1994 dan Tahun 1997) Dengan begitu diharapkan akan tumbuh kesadaran yang lebih dan akan menambah penerimaan Negara dari sektor pajak, yang 1

selanjutnya digunakan untuk penyelanggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan Nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan yang besar, pada tahun 2006 penerimaan dari sektor pajak mencapai Rp 304,1 triliun, melebihi dari yang ditargetkan yaitu sebesar Rp 141,8 triliun, PPN, dan PPnBM Rp 105,7 triliun, PBB dan BPHTP sebesar Rp 19,6 triliun, dan pajak lain sebesar Rp 2 triliun (Jawa Pos I Januari 2006:1), yang dalam pelaksanaannya masih potensial untuk digali dan dikembangkan, baik lewat jalan intensifikasi maupun ekstensifikasi. Upaya pengembangan melalui intensifikasi adalah upaya peningkatan pajak dengan kegiatan perbaikan pada sektor intern (dari dalam) pelaku perpajakan seperti : peningkatan pelayanan pajak, pemasyarakatan pajak, perbaikan sistem perpajakan dan lain-lain, sedangkan upaya ekstensifikasi yaitu upaya penggalian potensi pajak dengan cara memperluas jangkauan pengenaan pajak sehingga didapat sumber-sumber pajak baru. Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2003 : 1), pajak merupakan iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa (Kontraprestasi) langsung yang dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum. Meningkatnya pendapatan dari sektor pajak berarti membantu pemerintah untuk melaksanakan kegiatannya. Hampir tidak ada kegiatan Pemerintah yang tidak membutuhkan biaya, karena Pemerintah harus bisa memaksimalkan pelaku-pelaku ekonomi (BUMN, BUMD, Perusahaan swasta dan lain-lain). Dengan lancarnya para pelaku ekonomi tersebut akan sangat mendukung laju perekonomian. Pajak semakin berpeluang untuk ditingkatkan. Sisi lain pajak merupakan wujud nyata partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga merupakan tingkat kesadaran dan tanggung jawab terhadap pembangunan nasional. Keberadaan perpajakan sangat penting karena pajak tidak hanya menjadi sumber penerimaan pemerintah (Fungsi budgetair) tetapi menjadi alat kebijakan ekonomi dan keuangan Negara, (fungsi regulerend). 2

Masyarakat luas khususnya wajib pajak, perlu mengenal pajak secara baik dan benar melalui penyuluhan-penyuluhan oleh petugas pajak maupun dari buku-buku tentang perpajakan, yang didalamnya memuat tata cara penghitungan, penyetoran, dan pelaporan pajak. Wajib pajak tidak lagi kesulitan dalam melaksanakan administrasi perpajakan. Petugas pajak harus meyakinkan masyarakat, bahwa wajib pajak yang patuh untuk memenuhi kewajibannya adalah patriot bangsa yang mempunyai andil besar dalam mengisi kemerdekaan melalui peran sertanya dalam pembangunan Nasional, sesuai dengan yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan. Tata Cara Perpajakan. Pelaksanaan perpajakan dengan tujuan untuk mensukseskan pembangunan, harus melibatkan semua pihak, baik dari masyarakat maupun aparatur Negara (fiskus), apabila aparatur pemerintah dapat memberikan contoh yang baik, maka secara tidak langsung dapat memberi pengaruh positif terhadap citra perpajakan. Semua pelaku perpajakan baik itu aparatur pajak (fiskus) maupun wajib pajak diharapkan menjadi masyarakat yang sadar dan taat akan pajak. Pajak diperoleh dari perusahaan-perusahaan, baik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) yang berkedudukan di dalam. negeri. Adapun pajak yang dapat dipungut dari perusahaan tersebut antara lain PPh atas pegawai, PPh atas sewa dan jasa, PPN atas BKP/JKP serta PBB. Salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang pelayanan transportasi darat, PT. Kereta Api (Persero) berperan besar dalam pemasukan keuangan kas negara, khususnya dari sektor pajak, trasportasi merupakan urat nadi kehidupan bangsa dan negara, sehingga sangat berpengaruh terhadap aspek ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, sehingga efisiensi dalam, pelayanan menjadi misi utama PT. Kereta Api (Persero). Efisiensi tersebut akan tercapai apabila arus lalu lintas dalam memenuhi kebutuhan. hidup manusia berjalan dengan lancar, baik untuk manusia itu sendiri maupun barang-barang yang dibutuhkannya. Dengan demikian tumbuh dan berkembangnya masyarakat bangsa dan negara ditentukan. tumbuh dan berkembangnya sarana dan prasarana transportasi. 3

PT. Kereta Api (Persero), baik dipandang dari segi kegiatannya, yakni sebagai penyelenggara jasa transportasi darat maupun dari segi fungsinya sebagai sumber pemasukan, pendapatan negara, sesuai dengan surat edaran Direktorat Jenderal Pajak No.S-743/PJ.5/1989 tanggal 5 Mei 1989, PT. Kereta Api (Persero) wajib melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Kewajiban-kewajiban tersebut antara lain: a. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dikukuhkan sebagai PKP. b. Menghitung, memungut, menyetor serta melaporkan PPh dan PPN terutang. c. Menyetorkan besarnya PBB yang terutang ke Kantor Pos dan Giro atau bank yang telah ditunjuk oleh KPP Jember. d. Pajak yang ada di DAOP IX Jember. 1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 2) Pajak Penghasilan Pasal 21 3) Pajak Penghasilan Pasal 23 4) Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 PT. Kereta Api (Persero) harus mampu memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya kepada masyarakat selaku pengguna jasa. PT. Kereta Api harus mampu menyediakan, sarana maupun prasarana Kereta Api dengan kualitas yang baik serta dalam kondisi yang prima, sehingga keamanan dan kenyamanan pengguna jasa terjamin. PT. Kereta Api (Persero) dalam memberi pelayanan bekerjasama dengan pihak lain seperti : CV. Hadi Mulya Hadi untuk menangani pemasangan banatalan rel kereta api. PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX pada khususnya, secara berkala melaksanakan revisi terhadap sarana maupun prasarana kereta api baik yang menempel maupun tidak. Pengadaan-pengadaan baik yang dipakai langsung maupun sebagai persediaan dalam rangka perbaikan maupun perawatan sarana dan prasarana kereta api, misalnya pemasangan bantalan besi rel kereta api. 4

Berdasarkan uraian tersebut maka laporan PKN yang dilaksanakan pada PT. Kereta Api (persero) DAOP IX Jember dengan judul "Tata Cara Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Jasa Angkut Dan Pemasangan Bantalan Besi Rel Kereta Api Oleh CV. Hadi Mulya Djaya Pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember". 1.2 Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Nyata 1.2.1 Tujuan Praktek Kerja Nyata a. Mengetahui serta memahami pelaksanaan PPh pasal 23 pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember. b. Menambah wawasan tambahan ilmu pengetahuan khususnya mengenai aplikasi pajak penghasilan pasal 23 pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember. 1.2.2. Kegunaan Praktek Kerja Nyata. a. Metatih diri dan meningkatkan kemampuan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang berbeda, khususnya dalam dunia kerja. b. Menerapkan ilmu yang selama ini diperoleh di bangku kuliah dengan praktek langsung khususnya berkaitan dengan PPh Pasal 23 atas Jasa Pemasangan Bantalan Besi Rel Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember. 1.3 Objek dan Waktu Praktek Kerja Nyata 1.3.1 Objek Praktek Kerja Nyata. Praktek Kerja Nyata dilaksanakan di PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember, Jalan Dahlia No. 2 Jember.Karena dengan melaksanakan PKN di PT.Kereta Api penulis ingin meningkatkan kemampuan dan menerapkan ilmu yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 tentang tata cara pelaksanaan pemotongan atas pembayaran jasa angkut dan pemasangan bantalan besi rel Kereta Api oleh CV.Hadi Mulya Djaya pada PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember. 5

1.3.2 Waktu Praktek Kerja Nyata Waktu Praktek Kerja Nyata selama satu bulan sesuai yang telah ditentukan oleh Fakultas yaitu dari tanggal 11 Desember 2006 sampai dengan 11 Januari 2007.Selain untuk mempraktekan ilmu yang diperoleh selama perkulihan dalam dunia kerja dengan cara terjun langsung dan turut membantu kegiatan atau aktivitas PT. Kereta Api, PKN ini dilaksanakan sekaligus melakukan penelitian terhadap PT. Kereta Api khususnya masalah perpajakan tentang pelaksanaan PPh pasal 23 atas jasa angkut dan pemasangan bantalan besi rel kereta api. Pelaksanaan kegiatan PKN diwajibkan untuk mematuhi semua peraturan yang berlaku di PT. Kereta Api (Persero) DAOP IX Jember. Salah satu kebijakan yaitu hari kerja dan jam kerja efektif bagi karyawan maupun peserta PKN. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Rochmat Soemitro (dalam Mardiasmo, 2003:1) adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari definisi tersebut, (dalam UUD 1945 Pasal 23 Ayat 2) terdapat beberapa unsur-unsur pajak, antara lain sebagai berikut: a. Iuran rakyat kepada negara yang berupa uang (bukan barang) b. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. d. Digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 2.1.2 Jenis Pajak di Indonesia Pajak yang dibayar oleh rakyat itu bermacam-macam. Pada umumnya jenis pajak itu ditentukan oleh perbedaan objek pajaknya. Pajak yang berlaku di Indonesia (menurut Rochmat Suemitro, dalam Mardiasmo (2002: 1) saat ini adalah: a. Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat meliputi : 1) Pajak Penghasilan (PPh) 2) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) 3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 4) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) 5) Bea Materai 6) Cukai, dan 7) Bea Masuk 7

b. Pajak yang dipungut oleh Propinsi meliputi : 1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan di Atas Air. 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan Kendaraan di Atas Air. 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 4) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. c. Pajak yang dipungut oleh Daerah meliputi : 1) Pajak Hotel 2) Pajak Restoran 3) Pajak Hiburan 4) Pajak Reklame 5) Pajak Penerangan Jalan 6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan 7) Pajak Parkir 2.2 Pajak Penghasilan 2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan merupakan salah satu jenis pajak yang dikelola dan dipungut oleh pemerintah pusat yang secara operasional hal ini dilakukan oleh Dirjen Pajak Dep. Keu. Pajak Penghasilan yang lebih dikenal dengan singkatan PPh merupakan pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak. Berarti bahwa subjek pajak tersebut akan dikenakan pajak apabila memperoleh penghasilan darimanapun dan subjek pajak tersebut yang masuk dalam sebutan wajib pajak (UU No. 17 Th 2000). 2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur cara menghitung dan cara melunasi pajak terutang. Dengan demikian Undang-undang PPh menjamin kepastian hukum. Dasar Hukum PPh adalah UU No. 7 tahun 1984 tentang PPh berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang ini telah dirubah dengan UU No. 7 tahun 1991 dan diubah dengan UU No. 10 tahun 1994 dan terakhir diubah dengan UU No. 17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (PPh). 8