BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Joanna Junaedi (2010) dengan judul Analisis Rekonsiliasi Fiskal Atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri, menurut Rochmat Soemitro dalam bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Pemahaman akan pengertian pajak merupakan hal penting untuk dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

AKUNTANSI UNTUK PAJAK PENGHASILAN

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan adalah penerimaan yang berasal dari dalam negeri yaitu dari sektor pajak.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Laporan Keuangan

STIE DHARMAPUTRA SEMARANG DHARMA EKONOMI NO. 38/ TH. XX/ OKTOBER 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dalam negeri sangatlah penting serta mempunyai kedudukan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Aset itu dibagi menjadi dua yaitu: aset lancar dan aset tetap. Aset tetap

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Repositori STIE Ekuitas

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut, iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB II LANDASAN TEORI. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

APLIKASI UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 2000 DAN PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN Oleh : Evi Ekawati. Abstrak

BAB II URAIAN TEORITIS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESI PENELITIAN. pemerintah kepada masyarakat guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melakukan kegunaan operasionalnya tidak akan

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam Siti Resmi (2009:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara

BAB II URAIAN TEORITIS. dilakukannya proses rekonsiliasi fiskal ini, maka Wajib Pajak tidak perlu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2009 pada pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Definisi pajak menurut (Mardiasmo,2003:1 ) adalah iuran rakyat kepada kas Negara yang sifatnya dapat dipaksakan karena berdasarkan pada undang-undang dan tidak mendapatkan kontraprestasi individual oleh pemerintah secara langsung dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pengeluaran umum yang dimaksud adalah kebijaksanaan- kebijaksanaan pemerintah yang diajukan untuk pembangunan masyarakat. Fungsi pajak adalah sebagai sumber dana pemerintah untuk membiayai pengeluaranpengeluarannya (fungsi budgetair) dan sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan 5

ekonomi (fungsi reguleraind). Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur: 1) Iuran dari rakyat kepada Negara Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang) 2) Berdasarkan Undang-Undang Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 3) Tanpa jasa timbale atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas. 2.1.1.2 Fungsi Pajak Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal di atas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu: a) Fungsi anggaran (budgetair) 6

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak. b) Fungsi mengatur (regulerend) Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri. c) Fungsi stabilitas 7

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien. d) Fungsi redistribusi pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. 2.1.1.3 Pajak Penghasiilan Pajak penghasilan adalah pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya dan pajak penghasilan dapat diberlakukan secara progresif, proposional atau regresif. Pajak progresif itu sendiri adalah tarif pemungutan pajak dengan persentase naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, dan kenaikan persentase untuk setiap jumlah tertentu setiap kali naik. Undang-undang No. 7 Tahun 1984 tentang pajak penghasilan (PPh) berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang undang ini telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir kali diubah dengan undang- 8

undang No. 36 Tahun 2008. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2008 pada pasal 1, Pajak penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh salam tahun pajak. Oleh karena itu pajak penghasilan melekat pada subyeknya, sehingga pajak penghasilan termasuk jenis pajak subyektif. Subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam undang-undang pajak penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai wajib pajak. Wajib pajak dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak. Apabila tahun pajak tidak sama dengan tahun takwin karena mengikuti tahun buku, tahun pajak ditentukan berdasarkan tahun yang memperoleh masa 6 bulan pertama kali. Misalnya PT. XYZ memilih tahun pajak sesuai dengan tahun bukunya yang dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir pada 31 maret. Dalam hal ini untuk periode 1 April 2013 sampai dengan 31 maret 2014 tahun pajak PT. XYZ termasuk dalam pajak 2013, tahun buku meliputi lebih dari 6 bulan yaitu 9 bulan. 2.1.2 Pengertian Pendapatan Menurut Akuntansi Pendapatan merupakan elemen terpenting di dalam operasional setiap perusahaan, karena dalam melakukan setiap aktivitas usaha, perusahaan pasti mengharapkan laba yang dipengaruhi oleh pendapatan dari operasi perusahaan. 9

Pengertian pendapatan menurut Smith dan Skousen yang diterjemahkan oleh Zaki Baridwan didalam bukunya Intermediate Accounting mengatakan bahwa : Pendapatan adalah arus masuk atau kenaikan-kenaikan lainnya dari nilai harta satuan usaha atau penghentian hutang-hutangnya (kombinasi dari keduanya) dalam suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi barang-barang, penyerahan jasa-jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus dari satuan usaha tersebut. Walaupun definisi ini telah menunjukkan sifat atau bentuk atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dengan yang diterimanya, tapi tidak menyatakan secara jelas dalam bentuk apa pendapatan itu dinyatakan dan dilaporkan. Kesimpulan dalam pernyataan kedua definisi diatas tersebut bahwa pendapatan adalah pernyataan dengan uang dari jumlah produk atau jasa yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada langganannya dalam jangka waktu tertentu. Ini berarti bahwa pengakuan pendapatan telah ada penentuan waktu sebagai hasil pertukaran tersebut, tetapi tidak menyatakan secara jelas kapan suatu pendapatan dicatat dan diakui. 2.1.3 Pengertian Pendapatan Menurut Undang-Undang Perpajakan. 10

Ketentuan pasal 4 dalam Undang-undang perpajakan No. 17 tahun 2000 menyatakan bahwa yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama apapun dan dalam bentuk apapun. Pengertian penghasilan dalam undang-undang ini tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber-sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut bersamasama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan rutin dan pembangunan. 2.1.4 Pengertian Biaya Menurut Akuntansi. Biaya menurut Smith and Skousen yang diterjemahkan oleh Zaki Baridwan dalam bukunya yang berjudul Intermediate Accounting yaitu Biaya adalah arus keluar atau penggunaan harta lainnya atau peningkatan dari hutang-hutangnya (atau keduanya) dalam suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi barang-barang, penyerahan jasa-jasa atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang membentuk terus dari satuan usaha tersebut. Pengertian biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK 2001) sebagai berikut : 11

Biaya (cost) adalah penurunan manfaat ekonomis selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya pembagian kepada penanam modal. Biaya menurut Suwarjono mengutip pokok-pokok pikiran Paton and Littleton yaitu : Pengurangan pendapatan yang berkaitan langsung dengan elemen persediaan (inventory elements) dan yang dipandang melekat erat pada produk sering disebut dengan harga pokok penjualan, sedangkan pendapatan yang kurang langsung berkaitan dengan proses produksi dan produk fisik disebut biaya. Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya (cost) dapat mencakup baik kerugian maupun biaya yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Biaya tersebut biasanya berbentuk arus kas keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dana setara kas), persediaan dan aktiva tetap, sehingga dapat mengurangi pendapatan. 2.1.5 Pengertian Biaya Menurut Undang-Undang Perpajakan. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan, yang dimaksud dengan biaya adalah : Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan itu, meliputi biaya pembelian bahan, upah dan gaji karyawan termasuk bonus atau gratifikasi, honorarium, sewa, bunga, royalti, biaya perjalanan, piutang-piutang yang 12

tak dapat tertagih, premi asuransi, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan sebagainya. Sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi. 2.1.6 Penyusutan menurut akuntansi. Depresiasi adalah sebagian perolehan dari aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan sebagai biaya pada setiap periode akuntansi. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk satu tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun didalam alokasi tersebut di perhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun tersebut, tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-akibat dari kejadian tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan depresiasi, bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Faktor-faktor fisik Faktor-faktor fisik dikatakan dapat mengurangi fungsi dari aktiva tetap adalah disebabkan oleh keausan karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (detecrioration) dan karena kerusakan-kerusakan. b. Faktor-faktor fungsional Ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan produksi, sehingga perlu diganti dan karena adanya perubahan terhadap barang 13

dan jasa yang dihasilkan atau karena kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi jika terpakai. Ada tiga faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode, yaitu : a. Harga perolehan b. Nilai sisa (residu) c. Taksiran umur kegunaan (masa manfaat) Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketiga faktor diatas yang akan mempengaruhi besarnya laba rugi perusahaan tiap periodenya. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan. Dan untuk dapat memilih salah satu dari banyak metode tersebut diperhitungkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Metode-metode itu adalah : a. Metode garis lurus (straight line method) b. Metode jam jasa (service hours method) c. Metode hasil produksi (productive output method) d. Metode beban berkurang (reducing charge method) 1) Jumlah angka tahun (sum of year digits method) 2) Saldo menurun (declining balance method) 3) Saldo menurun ganda (double declining balance method) 14

4) Tarif menurun (declining rate on cost method) 2.1.6 Penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan Kapan dan bagaimana suatu biaya dibebankan dalam suatu periode mungkin juga berbeda antara ketentuan perpajakan dengan prinsip akuntansi. Misalnya untuk pembebanan biaya penyusutan, pembebanan biaya penyusutan untuk tujuan pajak sudah ditentukan didalam Undang- Undang Perpajakan. Untuk menghitung penyusutan aktiva tetap dikategorikan a tas beberapa golongan aktiva yang dibagi atas golongan 1, 2, 3, 4 dan golongan bangunan. Golongan bangunan terbagi atas bangunan yang bersifat permanen dan tidak permanen. Seperti kita ketahui, dalam akuntansi kita mengenal banyak sekali metode perhitungan penyusutan yang dapat dipilih dan dijadikan sebagai perhitungan penyusutan aktiva tetap. Namun didalam peraturan perpajakan hanya dikenal dan diberlakukan dua macam metode penyusutan aktiva tetap. Aktiva tetap golongan 1, 2, 3, 4 dapat disusutkan dengan menggunakan metode saldo menurun (declining balance method) dan metode garis lurus (straight line method). Sedangkan aktiva tetap berupa bangunan hanya disusutkan dengan memakai metode garis lurus (straight line method). Metode penyusutan tersebut dapat dipilih dan disesuaikan oleh perusahaan sesuai dengan kebijaksanaan selama ini ditetapkan oleh perusahaan. Namun seandainya perusahaan tidak menggunakan salah satu dari kedua metode tersebut baik 15

metode garis lurus atau metode saldo menurun dalam perhitungan penyusutan aktiva tetapnya maka untuk keperluan perpajakan perusahaan tetap harus memilih salah satu metode yang berlaku dalam Undang- Undang Perpajakan, baik itu metode saldo menurun atau metode garis lurus. Penggolongan aktiva tetap berwujud berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 2.1.7 Koreksi Fiskal Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung pajak Penghasilan bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak). Adanya perbedaan yang terjadi antara laba menurut perhitungan akuntansi dan laba menurut perhitungan pajak, akan menyebabkan harus dilakukan koreksi fiskal (fiskal correction). Koreksi tersebut dilakukan terhadap laba akuntansi untuk mendapatkan besarnya pendapatan kena pajak. Soemarno dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Suatu Pengantar menyatakan sebagai berikut : Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan konsep, cara pengukuran, pengakuan pendapatan dan biaya antara ketentuan perpajakan dengan 16

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku, sehingga menyebabkan perlunya koreksi fiskal. Koreksi ini dilakukan dengan maksud menyesuaikan laba akuntansi dengan ketentuan-ketentuan perpajakan sehingga diperoleh laba pajak. Apabila dalam laporan keuangan yang dibuat berdasarkan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku sudah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Maka tidak perlu lagi diadakan koreksi fiskal, sehingga pospos dalam perhitungan laba rugi atas laporan keuangan yang telah dihitung sudah sesuai dan tidak ada perbedaan-perbedaan baik itu konsep, cara pengukuran dan pengakuan pendapatan serta biaya dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Perbedaan yang terjadi tersebut diklasifikasikan menjadi 2, yaitu : a. Perbedaan waktu Perbedaan waktu terjadi apabila terdapat item-item dari pendapatan dan biaya yang diperhitungkan dalam penentuan laba akuntansi untuk satu periode tetapi diperhitungkan dalam pendapatan atau laba pajak untuk periode yang berlainan. b. Perbedaan permanen Perbedaan permanen terjadi jika ada item-item atau transaksitransaksi yang pengaruhnya ikut diperhitungkan dalam penentuan laba akuntansi tetapi tidak demikian halnya untuk tujuan perpajakan, atau item-item atau transaksi yang pengaruhnya ikut diperhatikan dalam 17

penentuan laba kena pajak tetapi tidak demikian halnya untuk tujuan akuntansi. koreksi fiskal meliputi pengakuan pendapatan dan biaya yang dapat berupa koreksi positif dan koreksi negatif. (1) Koreksi fiskal positif Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi/penyesuian yang akan mengakibatkan meningkatkan laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan Terutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal positif diantaranya : a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan menagih, dan memelihara pendapatan. b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP. c. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan menurut WP lebih tinggi. d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final. (2) Koreksi Fiskal Negatif Koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurun. Koreksi fiskal negatif diantaranya : 18

a. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah, selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya. b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final. 2.1.8 Perbedaan Umum Mengenai Laba Antara Akuntansi dengan Ketentuan Perpajakan Pajak mempunyai dua tujuan dasar yang berbeda yaitu sebagai sumber penerimaan pemerintah dan sebagai alat kebijakan pengaturan perekonomian. Pajak menjadi sumber penerimaan karena termasuk pos yang sangat penting, karena hal ini akan berdampak terhadap pendapatan nasional dan dari sudut mikro, pajak merupakan semacam pembebanan tidak langsung atas barang publik serta eksternalitas dan dengan demikian mengarah pada pemerataan dalam masyarakat. Agar sasaran ini dapat tercapai peraturan perpajakan harus mempunyai karakteristik kualitatif, yaitu sederhana dan menjamin rasa adil diantara wajib pajak. Di pihak lain, akuntansi mempunyai tujuan dasar sebagai penyedia informasi dalam rangka pengambilan keputusan bisnis. Sehubungan dengan informasi tersebut, maka informasi akuntansi juga harus 19

mengandung karakteristik kualitatif. Hal ini tercantum dalam SAK 2001 yang secara sederhana disebutkan 4 karakteristik pokok yaitu : dapat dipahami, relevan, keandalan dan dapat diperbandingkan. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa peraturan perpajakan dengan prinsip akuntansi mempunyai tujuan dan karakteristik yang berbeda akan tetapi, keduanya harus diterapkan pada perusahaan secara serempak dalam mengukur pendapatan dan beban. Walaupun adanya perbedaan yang mendasari perhitungan laba rugi, terdapat lampu hijau dalam SAK 2001 untuk mengikuti peraturan perpajakan baik dalam rangka pengakuan pendapatan dan beban maupun dalam menghitung beban pajak itu sendiri. Hal ini tercantum dalam SAK (pengungkapan pajak penghasilan serta pengklasifikasiannya secara tersendiri). Kutipan pertama, meskipun berbicara tentang perubahan dalam rangka pengakuan pendapatan dan beban, sesungguhnya sejalan dengan kutipan kedua. Sekiranya peraturan perpajakan bisa dijadikan dasar untuk mengakui pendapatan dan beban, maka dengan sendirinya jumlah pajak penghasilan dalam perhitungan laba rugi akan dihitung berdasarkan laba kena pajak 2.1.9 Langkah Koreksi Terhadap Laporan Keuangan Menyadari akan sifat dan keterbatasan dari laporan keuangan, untuk menentukan besarnya perolehan laba, pemerintah tidak 20

mengharuskan wajib pajak menyusun laporan keuangan fiskal, namun demikian kita juga perlu menyusun laporan keuangan yang sudah dimodifikasi sesuai dengan ketentuan perpajakan. Masalah akuntansi yang menyebabkan timbulnya koreksi fiskal adalah menentukan besarnya laba sebelum pajak sebagai dasar perhitungan pajak terutang pada periode tertentu. Laba perusahaan ditetapkan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang bertujuan memberikan informasi keuangan yang berguna tentang hasil operasional usaha perusahaan. Sedangkan laba pajak ditetapkan berdasarkan metode dan prosedur yang ditetapkan perpajakan untuk memberikan informasi dalam menentukan besarnya pajak terutang yang harus disetorkan kepada kas negara Perbedaan-perbedaaan utama antara laba atau penghasilan kena pajak dan dihitung berdasarkan prinsip akuntansi dapat diklasifikasikan dalam: (1) Perbedaaan Waktu Dalam hal praktek, perbedaan waktu tersebut dapat terjadi dalam hal-hal berikut ini : a. Biaya-biaya untuk menghitung PKP dikurangkan lebih awal daripada pengurangan dalam menentukan laba sebelum pajak untuk tujuan komersial. Maksudnya adalah beban tersebut telah diakui pada periode berjalan menurut fiskus, tetapi baru diakui pada periode selanjutnya menurut akuntansi. 21

b. Penghasilan untuk menghitung PKP dihitung lebih lambat daripada perhitungan laba sebelum pajak untuk tujuan komersial. Maksudnya adalah pendapatan yang telah diakui menurut akuntansi pada tahun berjalan, tetapi baru dicatat sebagai pendapatan pada tahun berjalan, dan baru dicatat sebagai pendapatan menurut fiskus pada periode selanjutnya c. Penghasilan untuk menghitung PKP dihitung lebih awal daripada penghitungan laba sebelum pajak untuk tujuan komersial. Maksudnya adalah pendapatan yang telah diakui sebagai pendapatan pada periode berjalan menurut fiskus, tetapi baru diakui pada periode berikut menurut akuntansi (2) Perbedaan Tetap Perbedaan tetap disebabkan karena adanya ketentuan fiskal yang menyatakan bahwa pendapatan dan biaya tertentu tidak diperkenankan dalam penghitungan PKP. Perbedaan tetap dapat mempengaruhi salah satu dari laporan keuangan tersebut, baik laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi maupun laporan keuangan yang disusun berdasarkan ketentuan perpajakan. Contohnya adalah : a) Biaya entertainment b) Pemberian kenikmatan dalam bentuk natural c) Sumbangan dan lain-lain 22

Jadi perbedaan ini timbul karena adanya pembebanan atau pengkreditan langsung untuk suatu item ke laporan laba ditahan atau laba atau rugi akibat transaksi yang sifatnya luar biasa yang sebenarnya menurut aturan perpajakan termasuk dalam penghitungan laba kena pajak Uraian diatas dapat diartikan sebagai berikut : a. Perbedaan timbul karena adanya ketentuan-ketentuan dan pembatasanpembatasan khusus dalam ketentuan perpajakan yang didasarkan kepada pertimbangan kepentingan ekonomi, politik dan administrasi yang tidak dapat dikaitkan dengan perhitungan laba akuntansi b. Perbedaaan yang timbul sebagai akibat pembebanan atau pengkreditan langsung terhadap laba yang ditahan atau pada extraordinary gains or losses yang dimasukkan dalam perhitungan PKP Perbedaan yang timbul dari laba perpajakan dan laba pembukuan atau akuntansi dapat bersifat permanen atau sementara. Perbedaan permanen dapat ditimbulkan dari : 1. Akun - akun yang dimasukkan kedalam perhitungan laba kena pajak, tetapi tidak pernah diakui untuk tujuan akuntansi 2. Akun - akun yang diakui untuk tujuan akuntansi, tetapi tidak pernah dimasukkan dalam penghitungan laba kena pajak Perbedaaan temporer atau sementara timbul akibat pos-pos pendapatan dan beban diakui untuk tujuan akuntansi dalam periode sebe lum atau sesudah akun akun tersebut dimasukkan dalam perhitungan 23

laba kena pajak. Sedangkan perbedaaan sementara ini memerlukan alokasi pajak antar periode (interperiod tax allocation). 2.1.10 Pajak Penghasilan 25 (PPh Pasal 25) Berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan pasal 25 adalah besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurang dengan : 1) Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22; 2) Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24; dibagi 12 ( dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu. Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut dan 24

berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan Surat Ketetapan Pajak. 2.1.11 Tarif Pajak Tarif Pajak PPh pasal 25 untuk Wajib Pajak badan untuk tahun pajak 2011 dan 2013 adalah sebagai berikut : 1) Berdasarkan pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 mengatakan bahwa, tarif Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 25% (dua puluh lima persen) dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak. 2) Berdasarkan pasal 31 E Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengatakan bahwa, tariff Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tariff sebesar 50% (lima puluh persen) dari tariff sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). 3) Untuk keperluan penerapan tariff pajak jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Penerapan Tarif PPh Badan Tahun 2011 dalam perhitungan PPh terutang : 1) Untuk peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 tari PPh Badan dikenakan sebesar 25% x 50% x Pengahsilan Kena Pajak. 25

2) Untuk peredaran bruto diatas Rp. 4,800.000,000,00 sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 tarif PPh Badan dikenakan sebesar : a. Bagian peredaran usaha bruto diatas diatas Rp 4.800.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 dikenakan tariff 25 % x Penghasilan Kena Pajak (Bagian Peredaran Bruto diatas Rp. 4.800.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00). b. Untuk peredaran Usaha Bruto diatas Rp 50.000.000.000,00 tarif PPh Badan dikenakan sebesar 25% x Penghasilan Kena Pajak. Tariff pajak badan untuk tahun pajak 2013 dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Tariff Pajak PPh Badan untuk Tahun Pajak 2013 berdasarkan pasal 17 dan Pasal 31 E Undang-Undang No. 36 a. Tariff pajak untuk tahun 2013 adalah sebesar 25 % dari Penghasilan Kena Pajak. b. Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tariff sebesar 5% lebih rendah dari pada tariff tersebut yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah c. Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas pengurangan berupa pengurangan tariff sebesar 50% dari 26

tariff 25% yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp. 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). d. Untuk keperluan penerapan tariff pajak, jumlah penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. e. Tariff pajak Pasal 17 dan 31 E dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Badan yang telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2) berdasarkan PP 46 Tahun 2013. 2) Tariff Pajak PPh Badan untuk tahun pajak 2013 berasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 adalah sebagai berikut : a. Atas Peredaran bruto bulan juli sampai dengan Desember 2013 dari Wajib Pajak Badan yang mempunyai criteria tertentu berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat 2 sebesar 1 % dari peredaran bruto dan bersifat final. 27