1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathemata yang berarti belajar atau hal yang dipelajari (things that are learned). Dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika adalah ilmu yang tidak jauh dari realitas kehidupan manusia. Matematika merupakan salah satu ilmu yang banyak di manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum matematika digunakan dalam transaksi perdagangan, pertukangan, dan lain-lain, hampir di setiap aspek kehidupan ilmu matematika yang diterapkan, karena itu matematika mendapat julukan sebagai ratu segala ilmu. Matematika juga mempunyai banyak kelebihan dibanding ilmu pengetahuan lain, selain sifatnya yang fleksibel dan dinamis, matematika juga selalu dapat mengimbangi perkembangan zaman. Terutama di masa sekarang ketika segala sesuatu dapat di lakukan dengan komputer, matematika menjadi salah satu bahasa program yang efektif dan efisien. Matematika pada tingkatan paling rendah hanya berhubungan dengan ilmu hitung, ilmu ukur dan aljabar, meskipun begitu ketiga hal tersebut merupakan dasar dari ilmu matematika yang kemudian diterapkan dalam ilmu-ilmu lain seperti Biologi, Fisika, Kimia, Geografi, Sosiologi, Teknik, Komputer, Ekonomi,
2 Kedokteran dan masih banyak lagi. Semua disiplin ilmu yang ada di dunia ini pasti sedikit banyak membutuhkan matematika. Aritmatika adalah cabang matematika yang paling dasar, tertua dan pertama diajarkan. Aritmatika sudah diajarkan sejak kelas 1 SD berupa pengenalan bilangan, macam-macam bilangan, nilai tempat dan operasi sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan,setelah itu peserta didik mengenal perkalian, pembagian, pecahan, pemfaktoran dan lain-lain. Aritmatika juga merupakan cabang matematika yang paling praktis karena dalam kehidupan sehari-hari orang-orang banyak berhubungan dengan bilangan seperti nomor urut, banyak barang, waktu, harga barang dan lain-lain, karena itu aritmatika dan matematika harus dipelajari atau diajarkan dengan baik. Pada matematika dasar ada banyak sekali cara atau operasi hitung yang diantaranya adalah penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Perkalian merupakan sebuah operasi matematika yang meliputi penskalaan (pelipatan) bilangan yang satu dengan bilangan yang lain. Secara sederhana, perkalian dapat didefinisikan sebagai penjumlahan yang diulang, misalnya, pada perkalian 3 x 5 (3 dikali 5) kita dapat menghitungnya dengan cara menjumlahkan 5 (diulang 3 kali), seperti berikut; 3 x 5 = 5 + 5 + 5 = 15 Pada konsep dasar perkalian 5 x 3 tidaklah sama dengan 3 x 5 meskipun hasilnya sama-sama 15, misalnya 3 x 5 berarti penjumlahan berulang 5 sebanyak 3 kali (5+5+5), sedangkan untuk perkalian 5 x 3 berati penjumlahan 3 yang diulang sebanyak 5 kali (3+3+3+3+3). Konsep ini seringkali digunakan dalam ilmu kedokteran, terutama ketika dokter memberikan resep obat, di dalam resep
3 obat biasanya dokter menuliskan 3 x 1 yang berarti kita harus meminum obat sebanyak 3 kali di dalam 1 hari, bukan meminum obat 1 kali di dalam 3 hari. Terdapat banyak anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang sederhanapun banyak yang tidak dipahami, banyak konsep yang dipelajari secara keliru, dan matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan banyak memperdayakan (Ruseffendi 1991). Kesulitan belajar yang timbul ini tidak semata-mata bersumber dari diri siswa, tetapi bisa juga bersumber dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru yang kurang menarik, sehingga siswa kurang berminat belajar matematika. Pada sekolah dasar kelas rendah siswa masih sulit untuk diajak berfikir abstrak. Pada usia-usia tersebut pemikiran siswa masih suka bermain dan meniru, guru lebih baik menggunakan media untuk menanamkan konsep-konsep dasar perkalian matematika seperti dengan gambar maupun alat peraga lainnya. Penggunaan media ini akan mempermudah siswa dalam mencerna maupun menangkap informasi yang diberikan oleh guru. Dengan penggunaan media siswa diharapkan lebih aktif dan tanggap dalam proses pembelajaran. Beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu media dapat: a) Memberikan pengalaman kongkrit bagi pemikiran yang abstrak, b) Mempertinggi perhatian murid, c) Memberikan realitas, mendorong self actifity, d) Memberikan hasil belajar yang permanen, e) Menambah perbendaharaan bahasa, f) Memberikan pengalaman lain yang sukar diperoleh dengan cara lain (Edgar Dale, Finn dan Hobar dalam Abdul Karim H. Ahmad 2007, Media Pembelajaran, Badan Penerbit UNM, Makassar).
4 Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Maret 2016 di SD Negeri Mojolangu 2, menurut wali kelas 2 dalam pembelajaran perkalian guru pernah menggunakan media kartu seperti kartu domino yang terbuat dari karton, dalam kartu tersebut sudah tertulis soal dan jawaban jadi guru memberikan soal lalu siswa mencari jawaban dari kartu tersebut, jika seperti ini siswa jadi cenderung menghafal perkalian. Guru mengatakan siswa jarang bisa menggunakan media, pada saat proses pembelajaran siswa cenderung ramai, dalam pembelajaran cenderung anak yang lebih aktif yang unggul. Guru juga mengatakan, susah jika tidak memakai benda kongkrit dalam mengajarkan siswa, hal ini merupakan permasalahan yang harus ditemukan solusinya. Maka dari pernyataan di atas peneliti menerapkan pembelajaran materi perkalian dasar dengan menggunakan media Koper-x (kotak perkalian). Media Koper-x (kotak perkalian) ini di kembangkan peneliti dengan harapan dapat membantu siswa mengetahui dan memahami perkalian dasar. Kegunaan media sendiri untuk lebih mudah penyampaian atau memahamkan siswa dalam belajar. Selain itu penyampaian informasi yang hanya melalui bahasa verbal dapat menurunkan gairah siswa dalam menangkap pesan pada saat proses pembelajaran berlangsung, oleh karenanya media berperan penting dalam suatu kegiatan pembelajaran. Melalui media materi yang bersifat abstrak bisa menjadi lebih kongkrit. Dari penilitian relevan di atas menjelaskan bahwa peneliti tertarik untuk mengembangkan media pembelajaran dengan judul Pengembangan Media Koper-x (Kotak Perkalian) untuk Meningkatkan Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Perkalian Siswa Kelas II di SD Negeri Mojolangu 2 Malang.
5 1.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan Dari masalah yang ada dari uraian latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan media pembelajaran materi perkalian yang lebih kongkrit agar mempermudah siswa memahami konsep dasar perkalian dengan menggunakan media kotak perkalian (Koper-x). 1.3 Spesifikasi Produk yang Diharapkan Pada media atau alat peraga pembelajaran ini terdapat beberapa komponen pendukung yang dapat digunakan untuk mengembangkan media ini, seperti : a. Papan pipih (triplek) yang di potong sesuai ukuran dengan panjang 86,5cm lebar 12,5cm dan tinggi 34cm. Triplek digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat kotak perkalian karena bahannya ringan, aman dan mudah di bentuk b. Akrilik yang di potong sesuai ukuran dengan panjang 84,8cm dan lebar 10,5cm digunakan agar tampak depan kotak transparan sehingga prosesnya terlihat dari luar, pemilihan akrilik karena bahannya yang awet, ringan dan tidak mudah pecah. c. Pegangan pintu plastik digunakan untuk mengeluarkan isi dalam kotak, bahannya ringan dan aman. d. Cat (Politure) digunakan sebagai pewarna kotak agar terlihat lebih menarik, politure dipilih agar corak alami triplek terlihat. e. Gantungan dari besi (Tanda tanya) yang panjangnya 4cm digunakan untuk menggantung gambar angka pada media, gantungan ini di pilih karena praktis dan tahan lama.
6 f. Gambar angka dengan ukuran panjang 4,8cm dan lebar 3,4cm digunakan untuk mewujudkan angka dalam bentuk gambar (kongkrit), angka di print agar hasilnya tampak bagus dan menarik kemudian di laminating agar kertas angka awet dan tahan lama. 1.4 Pentingnya Penelitian dan Pengembangan Pentingnya penelitian dan pengembangan media ini yaitu bahwa siswa harus paham betul dengan konsep perkalian yang ada, karena jika dari perkalian awal atau dasar keliru atau kurang benar maka konsep tersebut akan terbawa terus sampai dewasa kelak dan bahkan mempengaruhi kepemahaman orang lain tentang konsep dasar perkalian. 1.5 Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Pengembangan media atau alat peraga pembelajaran ini mengacu pada beberapa asumsi, yaitu: a. Penggunaan media ini akan lebih menarik minat siswa. b. Siswa akan lebih paham, karena penggunaan media ini menunjukkan wujud nyata (kongkrit) proses perkalian. c. Siswa aktif terlibat, karena penggunaan media ini siswa sendiri yang akan mempraktekkan atau menggunakan media tersebut. Tentunya dengan bimbingan dari guru.
7 Pengembangan media atau alat peraga pembelajaran ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti: a. Keterbatasan dalam perkalian, media ini hanya bisa digunakan untuk perkalian angka satuan. b. Untuk sifat perkalian asosiatif dan distributif, hasil dari angka yang di kurung tidak boleh lebih dari angka 9. c. Keterbatasan alat dan bahan yang digunakan untuk membuat media, yang mungkin bisa lebih di optimalkan lagi. 1.6 Definisi Istilah Untuk memudahkan dan menghindari agar tidak terjadi salah penafsiran atau pengertian terhadap judul penelitian maka penulis perlu menjelaskan ke dalam definisi istilah, sebagai berikut: a. Pengembangan yaitu suatu usaha untuk mengembangkan (menjadikan lebih baik) suatu produk, seperti metode, kurikulum, maupun media yang efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran. b. Media yaitu segala sesuatu yang digunakan dalam mengirim pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan pembelajar sehingga mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, terkendali. c. Meningkatkan pemahaman yaitu menjadikan pengetahuan kita tentang sesuatu tersebut (perkalian) menjadi lebih baik lagi. d. Perkalian yaitu sebuah operasi bilangan matematika yang meliputi penskalaan (pelipatan) bilangan yang satu dengan bilangan yang lain.