MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 17 April SURAT EDARAN Nomor : 1 Tahun 1952

dokumen-dokumen yang mirip
Jakarta, 31 Agustus 1951 SURAT EDARAN NOMOR 3 TAHUN 1951

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PASCA SIDANG

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

TATA CARA DAN MEKANISME PEMBERIAN BANTUAN HUKUM DALAM PERKARA PERDATA PELAYANAN PERKARA PRODEO

ww.hukumonline.com PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN UPAYA HUKUM KEBERATAN TERHADAP PUTUSAN

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KETUA PENGADILAN NEGERI BANJARNEGARA KELAS II DAN KETUA PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA KELAS I A

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

FINAL BUKU JURNAL KEUANGAN PERKARA PERDATA TINGKAT PERTAMA. Nomor Perkara : Pemohon : JUMLAH KETERANGAN NOMOR TANGGAL URAIAN

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA.Btn. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

Pelayanan Perkara Pidana

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2014 PENGADILAN NEGERI PURWAKARTA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PENGADILAN NEGERI JAKARTA BARAT SOP PENYELESAIAN BERKAS PERKARA GUGATAN

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA WATAMPONE. Nomor : W20-A2/20/SK/Hk.05/I/2016 TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA PENGADILAN AGAMA WATAMPONE

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

1. S O P KEPANITERAAN PIDANA

SURAT EDARAN Nomor : 1 Tahun 1990 Tentang Petunjuk Pembuatan Penetapan Eks Pasal 71 ayat (2) Dan Akta Cerai Eks Pasal 84 ayat (4)

SURAT EDARAN Nomor : 3 Tahun 1951

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

MEMUTUSKAN. Menetapkan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT. No AKTIVITAS PROSEDUR WAKTU

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI

Petugas / Penanggung Jawab. Waktu Penyelesaian. No Uraian Kegiatan Uraian Pelayanan. Ket

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 03 Tahun 2012 Tentang Biaya Proses Penyelesaian

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU DAN PENGADILAN AGAMA PUTUSSIBAU

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon banding:

KETUA PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO. SURAT KEPUTUSAN Nomor : W13.A5/4241/HK.05/SK/XII/2009

Pelayanan Perkara Perdata

P+T P+T. Radius II. Radius III. T Radius. II (Rp.) I (Rp.)

V. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) KEPANITERAAN PERDATA

PENGADILAN AGAMA SIJUNJUNG

Gugatan dan Permohonan, Pemeriksaan Setempat, Penyitaan, Konstatering / Sita Eksekusi, Eksekusi

NOMOR 3 TAHUN 1950 TENTANG PERMOHONAN GRASI

Tahap pemanggilan para pihak. 1. Aturan umum

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA LAMONGAN Nomor : W13-A17/4967/KU.03.2/SK/X/2016 TENTANG

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

P U T U S A N. Nomor : 139/PDT/2015/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN NEGERI TENGGARONG Jalan Ahmad Yani No.16 Telp T E N G G A R O N G

P U T U S A N. Nomor 14/Pdt.G/2012/PTA. Smd. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA POLEWALI No m o r: W20-A22/35/SK/HK.00.8/III/2015 T E N T A N G PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA

P U T U S A N. Nomor : 07/Pdt.G/2010/MS-Aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN NEGERI SUKABUMI Jalan. Bhayangkara No. 105 Telp. ( 0266 ) S U K A B U M I Website : pn-sukabumikota.go.

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA MASOHI NOMOR : W24-A2/27/SK/HM.01.3/I/2016 T E N T A N G PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA MASOHI

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA. Oleh: NY. BASANI SITUMORANG, SH., M.Hum. (Staf Ahli Direksi PT Jamsostek)

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA KAB. MALANG Nomor : W13-A35/0162/HK.00.8/SK/I/2016

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI/NIAGA/HI/TIPIKOR SEMARANG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KETUA PENGADILAN NEGERI BANJARNEGARA KELAS II DAN KETUA PENGADILAN AGAMA BANJARNEGARA KELAS I A

PUTUSAN. NOMOR: 11/Pdt.G/2011/PTA Plk

KETUA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA BENGKULU

copy dan hard copy serta pengajuan permohonan praperadilan sesuai dengan wilayah hukum di Pengadilan Negeri Takengon ; 3 Penerimaan

PERATURAN PENGADILAN AGAMA WONOSARI Nomor:W12-A4/ 579 /Hk.05/III/2011 TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA WONOSARI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Standard Operating Procedures PENERIMAAN PERKARA DI PENGADILAN AGAMA

R I N G K A S A N. setiap perkara perdata yang diajukan kepadanya dan Hakim berkewajiban membantu

PENGADILAN AGAMA SINJAI Jl. Jenderal Sudirman No. 5, Telp. (0482) 21054, Fax SINJAI 92651

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

Nomor SOP 01/PERDATA/PA.PPG/2012 Revisi tanggal : Tanggal ditetapkan 01 Maret 2012 Jumlah halaman : 8 halaman

1. Menerima asli surat gugatan/ permohonan sebanyak para pihak ditambah 3 eks. Untuk Majelis Hakim dari Penggugat/Pemohon.

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG PERMOHONAN KASASI PERKARA PIDANA YANG TERDAKWANYA BERADA DALAM STATUS TAHANAN

P U T U S A N. Nomor : 150/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama; Pajak jo Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008; MEMUTUSKAN

PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI BIAK TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG

Adapun dari sisi materi, perubahan materi buku II Edisi Revisi 2009, dibandingkan dengan Buku II Edisi 2009, adalah sebagai berikut :

Tentang URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEGAWAI PENGADILAN AGAMA MAGELANG. : MUSTAQIMAH, S.Ag. N I P : : Panitera Muda Gugatan

Tugas Pokok dan Fungsi. Andrie Irawan, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA No. 10 Tahun 2010

1. Menerima surat gugatan/ permohonan sebanyak para pihak ditambah 3 eksemplar termasuk soft copynya. Dari Penggugat/Pemohon

P U T U S A N Nomor 329/PDT/2015/PT.Bdg.

INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

P U T U S A N Nomor : 72/Pdt/2015/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

*12398 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 32 TAHUN 2000 (32/2000) TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ALUR PENDAFTARAN GUGATAN PERMOHONAN DI PENGADILAN NEGERI

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

1. Menerima surat gugatan/ permohonan sebanyak para pihak ditambah 3 eksemplar termasuk soft copynya. Dari Penggugat/Pemohon

INDIKATOR KINERJA UTAMA PENGADILAN NEGERI KOTA TIMIKA TAHUN

KEJURUSITAAN PENGADILAN

P U T U S A N Nomor 00/Pdt.G/2012/PTA. Btn BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

P U T U S A N. Nomor : 352 / PDT / 2014 / PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA GUNUNGSITOLI NOMOR: W2-A15/212/KU.04.2/IV/2013 TANGGAL : 01 April 2013

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2000 TENTANG DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 17 April 1952 Kepada Yth. Ketua Pengadilan Tinggi/ Pengadilan Negeri di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN Nomor : 1 Tahun 1952 1. Telah ternyata bahwa tidak ada persamaan pendapat pada badanbadan pengadilan dan hakim-hakim mengenai pernyataan tentang apakah surat-surat pengadilan pihak-pihak berperkara dalam perkara-pekara perdata, surat-surat pemberitahuan putusanputusan dalam pekara-perkara itu dan surat-surat pemberitahuan tentang sesuatu permintaan banding, memori banding dan lain-lain dikenakan bea meterai atau tidak. Berhubung dengan itu maka Mahkamah Agung memandang perlu untuk menyatakan pendapat Mahkamah terhadap soal ini. 2. Soal yang menjadi acara ini hingga kini selalu berada di dalam pengaruh peraturan-peraturan yang termaktub dalam peraturanperaturan Bea Meterai (Zegel Verordening) 1921, seperti sejak telah dirubah, yang terakhir dengan undang-udang darurat no. 43 Tahun 1950 (L.N. 1950 No. 85). 3. Menurut penjelasan tentang peraturan Bea Meterai 1921, termuat dalam lembaran negara (Bijblad) No. 9945, diterangkan bahwa pada waktu menyusun rancangan peraturan itu pada garis

besarnya diturut Undang-undang Bea meterai di negeri belanda tanggal 22 Maret 1917 dengan mengambil sebanyak mungkin cara yang dipakai disana, yaitu bahwa yang dikenakan Bea Meterai itu hanya surat-surat yang disebutkan atau ditunjuk dengan tegas dalam peraturan, kecuali yang mengenai bea meterai umum dari Rp. 3,00 9dahulu Rp. 1,50). Dari apa yang tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa surat-surat yang tidak termasuk dalam peraturan yang tertera dalam pasal 23 termaksud dan yang juga tidak disebut pada tempat lain dalam peraturan itu, tidak dikenakan bea meterai (bandingkan juga pasal 1). 4. Sesudah terjadi perubahan atas pasal 23 Peraturan Bea Meterai dengan Lembaran Negara (staatsblad) 1948 No. 135 dan 154, maka yang dikenakan bea meterai umum dari Rp. 3,00 adalah hanya surat-surat yang ditanda tangani dan yang dibuat sebagai pembuktian tentang tindakan-tindakan, kejadian-kejadian atau keadaan-keadaan yang bersifat hukum keperdataandan hal-hal yang disebut pada pasal 23 ke 3 ( dngan memperhatikan ketentuan tersebut dalam pasal 27 di bawah c). Sejak 1 Juli 1948 jadinya telah dihapuslah bea meterai umum dari Rp. 3,00 bagi semua tanda pembuktian yang bersifat hukum publik yang tidak disebut pada tempat lain dan surat-surat permohonan yang dahulu disebut pada pasal 23 ke-2. 5. Yang dimaksud dengan surat-surat yang bersifat hukum publik itu ialah semua surat-surat yang dikeluarkan oleh suatu badan umum atau pegawai yang menjalankan jabatan yang bersifat umum (lihatlah P.R. Veen zegelverordening 1921, keluaran 1937, diperbaiki oleh Mr. M.H. boekema, kaca 49-50).

Maka seorang pegawai yang atas perintas ketua pengadilan Negeri memanggil pihak-pihak yang berpekara untuk menghadap di muka sidang pengadilan dalam perkara perdata dan tentang panggilan (tindakan) ini membuat surat panggilan (relas) dapat dikatakan, bahwa ia telah membuat surat yang bersifat hukum publik, surat mana kini tidak lagi dikenakan bea meterai umum dari Rp. 3,00. Surat panggilan (relas) tersebut ada dan tetap merupakan suatu surat yang bersifathukum publik, juga meskipun dibuat dengan maksud untuk dipergunakan sebagai tanda pembuktian, bahwa pihak-pihak dalam suatu perkara perdata benar-benar telah dipanggil dengan patut. Dengan inidiperingatkan pula bahwa urian tentang tanda pembuktian yang bersifat hukum keperdataan, seperti surat-surat yang memuat keterangan atau pengakuan yang mengingat dari salah satu seorang pendanda tangan (dalam suatu perkara) (P.R. veen kaca 50) sudah tentu hanya mengenai surat-surat yang berasal dari pihak-pihak yang berperkara sendiri, umpamanya surat tanda pengakuan berhutang, surat penjanjian jual beli, dan lain-lain dan tidak mengenai surat panggilan yang dibuat oleh juru sita, surat panggilan mana meskipun juga dilampirkan dalam berkas perkara, akan tetapi tidak berasal dari pihak-pihak yang berperkara. Uraian di atas tentu saja tidak berarti, bahwa kini semua suratsurat tanda pembuktian yang bersifat hukum publik lalu bebas dari bea meterai. Yang sekarang dibebaskan itu ialah surat-surat tanda pembuktian yang dahulu dikenakan bea meterai surat-surat yang bersifat hukum publik yang disebutkan dalam peraturan bea Meterai yang dikenakan bea meterai khusus, umpamanya yang disebutkan dalam pasal 24. 6. Bahwa pembuatan undang-undang tidak memandang perlu untuk bersama-sama dengan perubahan dari pasal 23 yang disebut di atas juga meninjau kembali dan memperbaiki yang dinamakan

daftar pembebasan (pasal 1 sub II) menyebabkan banyak orang lalu mengambil kesimpulan yang keliru. Harus diakui, bahwa ketentuan yang dimuat dalam beberapa nomor dari daftar ini sekarang menjadi tidak perlu sama ssekali atau sebagian. Beberapa contoh : Dari keadaan bahwa No. 36 a dari pasal 31 sub II tidak dicoret, maka oleh beberapa orang lalu diambil kesimpulan yang sebaliknya : jadi semua surat-surat akte yang lain yang dibuat oleh juru sita harus dikenakan bea meterai. Tidak terlalu diperpanjang kiranya, bahwa pendapat semacam ini adalah sama sekali. No. 35 surat-surat permohonan dari orang miskin, asal ada ditunjuk surat keterangan miskin. Jadi surat permohonan dari orang miskin yang tidak ada tunjuk surat keterangan yang begitu harus memakai meterai? Tentu saja tidak. Surat permohonan begitu yang tidak disebutkan dalam peraturan bahwa dikenakan bea meterai khusus, sekarang dibebaskan dari bea meterai, oleh karena ketentuan yang dahulu dimuat dalam pasal 23 ke 3 sekarang telah dihapuskan. Ini adalah beberapa contoh saja. 7. Akhirnya pertanyaan apakah memori banding (dan memori kasasi) harus mmakai meterai atau tidak? 8. Memori tersebut bukanlah surat-surat yang dibuat untuk dipergunakan sebagai tanda pembuktian sesuatu tindakan, kejadian atau keadaan yang bersifat hukum keperdataan dan juga tidak termasuk di dalam ketentuan yang tertera dalam pasal 23 ke 3 dan lagi juga tidak dikenakan bea meterai khusus dari peraturan.

Maka dari itu surat-surat ini sekarang dibebaskan dari bea meterai. (Sebelum I Juli 1948 surat-surat ini termasuk dalam ketentuan tersebutdalam pasal 23 ke 3). Atas Nama Ketua Mahkamah Agung, Anggota tertua, ttd. (Mr. R.S. Kartanegara) Atas Perintah Majelis : Panitera ttd. (R. Soebekti)