BAB I PENDAHULUAN. jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia. hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

BAB I PENDAHULUAN. dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut ramalan World

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan di Indonesia tingkat

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

FIFI AZISYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. Populasi lansia pada masa ini semakin meningkat, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan memberikan dampak peningkatan pada angka Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari masa bayi, anak,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOMBA OPU KABUPATEN GOWA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. progresteron berkurang (Siswono, 2004). menyikapi perubahan itu secara negatif karena mereka tidak terima dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan lansia meningkat. Peningkatan jenis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka tidak lagi merasa terabaikan di dalam masyarakat. Berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. atas yang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

BAB I PENDAHULUAN. psikososial (Nugroho, 2008). Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat, akan berjalan baik dan optimal apabila proses kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. semua spesies" (Weiss 1965, dan Shack dalam Hadywinoto dan Tony 1999). Dilihat

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap masalah kesehatan, khususnya terhadap kemungkinan jatuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan jumlah usia lanjut meningkat (Mulyani, 2009). banyak penduduk lanjut usia (Kompas, Edisi 17 April 2012).

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jaringan lunak secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri maupun

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEHADIRAN IBU MENIMBANG ANAK BALITA DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH DAN PUSKESMAS S

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan lanjut usia Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah

NASKAH PUBLIKASI. oleh : DARTI LATIFAH J

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB III METODE PENELITIAN. survei dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan menggunakan metode

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU LANSIA DI DESA KAUMAN KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. usia (lansia) di dunia. Lansia adalah seseorang yang berumur 60 tahun atau lebih

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. gerakan gerakan shalat yang meliputi berdiri, ruku, sujud, dan duduk adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang usianya lanjut, mengalami perubahan. serta dalam berperan aktif dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi organ tubuh tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. waktu beberapa dekade (Notoatmodjo, 2007) terdapat sebanyak 130 juta lansia (4% dari total populasi), pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. cepat dibandingkan kelompok umur lainya. 1 Badan Pusat Statistik (BPS)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional study. Metode analitik korelasi ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini transisi demografi terjadi di seluruh dunia, dimana proporsi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taraf kesehatan masyarakat yang meningkat disertai dengan meningkatnya fasilitas kesehatan berdampak pada semakin meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia). Kecenderungan peningkatan jumlah lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya. Transisi demografi pada kelompok lansia terkait dengan status kesehatan lansia yang lebih terjamin, sehingga usia harapan hidup lansia lebih tinggi dibandingkan masa-masa sebelumnya. Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990-2025, tergolong tercepat di dunia. Pada tahun 2002, jumlah lansia di Indonesia sebanyak 16 juta dan diproyeksikan akan bertambah menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37% penduduk, dan ini merupakan peringkat keempat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat (BPS, 2009). Pertambahan usia menyebabkan kemampuan fisik dan mental, termasuk kontak sosial secara otomatis berkurang. Aspek kesehatan pada lansia seyogyanya lebih diperhatikan mengingat kondisi anatomi dan fungsi organorgan tubuhnya sudah tidak sempurna seperti ketika berusia muda, hubungan horizontal atau kemasyarakatan juga tidak kalah pentingnya karena perawatan dan perhatian terhadap diri sendiri semakin menurun kualitas dan kuantitasnya (Nurkusuma, 2001). 1

2 Kecenderungan peningkatan populasi lansia tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus terutama peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat terjaga kesehatanya. Pemerintah telah merumuskan berbagai peraturan dan perundang-undangan, diantara undang-undang No:23 tahun 1992 tentang kesehatan, dimana pada pasal 19 disebutkan bahwa kesehatan manusia lanjut usia diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuanya agar tetap produktif, serta pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan usia lanjut untuk meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Oleh karena itu berbagai upaya dilaksanakan pemerintah untuk mewujudkan masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif untuk lanjut usia (Pemkot Yogjakarta, 2007). Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah lansia, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia. Tujuanya untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaanya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok lanjut usia, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui perubahan jenjang. Pelayanan di tingkat masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan di tingkat dasar adalah pukesmas dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut adalah rumah sakit. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa 2

3 mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraanya melalui program puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi dalam penyelenggaraanya (Purnama, 2010). Dalam melaksanakan kegiatan posyandu sering terdapat kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan tersebut antara lain pengetahuan lansia yang rendah tentang posyandu, sikap lansia yang kurang medukung kegiatan posyandu dan dukungan keluarga. Dalam kegiatan posyandu ini pengetahuan dan sikap lansia sangat berpengaruh terhadap keaktifan lansia untuk hadir di posyandu (Notoadmojo, 2003). Lansia yang tidak aktif dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu lansia, maka kondisi mereka tidak dapat terpantau dengan baik, sehingga apabila mengalami suatu risiko penyakit akibat penuruna kondisi tubuh dan proses penuaan dikuatirkan dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat posyandu lansia perlu terus ditingkatkan dan perlu mendapat dukungan berbagai pihak baik keluarga, pemerintah maupun masyarakat itu sendiri. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Desa Sirnoboyo, Kecamatan Pacitan sudah tersedia 3 Posyandu lansia tetapi jumlah lansia yang berkunjung ke posyandu tersebut masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan 2 orang kader posyandu, mereka menyatakan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu lansia, masih banyak lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu. Posyandu ramai 3

4 dikunjungi lansia hanya pada awal berdirinya saja. Tidak aktifnya para lansia ke posyandu menurut kader disebabkan oleh berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang sakit atau lupa akan jadwal posyandu dan tidak ada keluarga yang mengingatkan maupun mengantarkan, kesibukan pekerjaan ataupun menjaga cucu-cucunya juga menjadi salah satu sebab lansia tidak aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia. Data kehadiran lansia di Posyandu Lansia Mitra Mandiri, Melati dan Ngemplak di Desa Sirnoboyo pada kurun waktu April 2012- Januari 2013 menunjukkan bahwa dari total lansia yang terdaftar di Posyandu Mitra Mandiri Desa Sirnoboyo sebanyak 78 lansia, rata-rata kehadiran tiap bulanya sebanyak 22 orang lansia atau 32%. Sedangkan untuk Posyandu Melati jumlah lansia yang terdaftar 84 orang, rata-rata kehadiran tiap bulanya sebanyak 30 orang lansia atau 38%, dan untuk Posyandu Lansia Ngemplak total lansia yang terdaftar sebanyak 84 orang lansia dengan rata-rata kehadiran lansia 35 orang atau 41,8%. Dengan demikian data tersebut juga mempunyai arti bahwa rata-rata tiap bulan jumlah kunjungan lansia ke posyandu kurang dari 50% dari total lansia yang terdaftar di posyandu di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh orang lansia yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia, tiga orang mengatakan mereka enggan untuk melakukan aktivitas, mereka malas untuk mandi atau membantu anak memasak, sehingga untuk pergi ke posyandu mereka merasa malas. Lima orang mengatakan keadaanya kurang sehat, susah tidur, kaki sering 4

5 kesemutan dan kepala sering merasakan nyeri. Dua lansia yang lain mengatakan tidak membutuhkan ruang lingkup pergaulan dengan lansia lain karena dirinya merasa sudah terlalu tua dan cukup di rumah saja dengan keluarga. Hal tersebut menggambarkan kualitas hidup lansia yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia masih cukup rendah. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Aktif Mengikuti Posyandu Lansia dengan yang Tidak Aktif Mengikuti Posyandu Lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan satu masalah sebagai berikut Apakah ada perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk 5

6 a. Mengetahui tingkat kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia. b. Mengetahui tingkat kualitas hidup lansia yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia. c. Mengetahui perbedaan tingkat kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia D. Manfaat Penelitan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait yang meliputi: 1. Bagi Lansia Memberikan masukan aplikatif bagi lansia yang tidak mengikuti kegiatan posyandu untuk bisa memanfaatkan pelayanan posyandu lansia sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dan untuk lansia yang belum aktif diharapkan dapat lebih aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan di posyandu lansia. Begitu juga dengan lansia yang sudah aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia untuk tetap menjaga dan meningkatkan kualitas hidupnya melalui kegiatan posyandu lansia, sehingga kualitas hidup lansia tetap terjaga dan terpantau secara optimal. 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat terutama keluarga lanjut usia tentang pengetahuan dan sikap terhadap pemanfaatan posyandu lansia, sehingga masyarakat dan 6

7 anggota keluarga dapat mendukung kegiatan posyandu lansia. Hasil penelitian ini dapat menambah kesadaran akan arti pentingnya kesehatan, dimana posyandu merupakan salah satu tempat pemeriksaan kesehatan yang penting di lingkungan masyarakat. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini belum pernah dilakukan, namun ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian tentang Perbedaan kualitas hidup lansia yang aktif mengikuti posyandu lansia dengan yang tidak aktif mengikuti posyandu lansia di Desa Sirnoboyo Kecamatan Pacitan adalah: 1. Indayani (2012), yang meneliti tentang Hubungan antara pengetahuan dan sikap lansia dengan keaktifan lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Windan Makam Haji Kartosuro. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tercatat di posyandu lansia yang berada di Desa Windan Makam Haji Kartosuro yang berjumlah 70 lansia. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan data sekunder atau dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji spearmans rho. Hasil uji sperman rho antara sikap dengan keaktifan lansia diperoleh nilai 0,718 dan nilai p =0,000. Sehingga disimpulkan bahwa sikap lansia terhadap keberadaan 7

8 posyandu termasuk kurang. Kesimpulan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dan sikap lansia dengan keaktifan lansia terhadap pemanfaatan posyandu lansia di Desa Windan Makam Haji Kartosura. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Indayani dengan peneliti ini adalah pada variabel penelitian, yaitu pengetahuan dan sikap, jumlah responden sebanyak 70 lansia dengan tehnik pengambilan sempel total sampling, sedangkan analisis data menggunakan uji spermans rho dengan metode deskriptif corelatif. Penelitian yang akan dilakukan penulis ini menggunakan variabel keaktifan lansia datang ke posyandu lansia. Uji hipotesa menggunakan chi square dengan responden 72 lansia dan tehnik pengambilan sampel menggunakan Simple random sampling dengan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol (case control). 2. Suseno (2012), yang meneliti tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu Lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten di dalam penelitian ini digunakan metode diskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh anggota Posyandu Desa Kauman sebanyak 132 orang. Tehnik pengambilan sampel propartional random sampling diperoleh 100 responden. Data penelitian diperoleh dari kuesioner pengetahuan, dukungan keluarga, motifasi, dan cek list keluhan fisik. Analisis data dilakukan dengan uji regresi berganda. 8

9 Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Suseno dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian, yaitu keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia, analisis data menggunakan uji regresi berganda dengan metode deskriptif analitik. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan penulis ini menggunakan variabel keaktifan lansia datang ke posyandu lansia. Uji hipotesa menggunakan uji chi square dengan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan kasus kontrol (case control). 9