EFEK HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA KELONGSONG ZRY-4 AKIBAT PERLAKUAN PANAS

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

VALIDASI METODE UJI KEKERASAN MIKRO PADA KELONGSONG ZIRKALOY-4

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus 2012 di Instalasi Elemen

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

KARAKTERISASI INGOT PADUAN U-7Mo-Zr HASIL PROSES PELEBURAN MENGGUNAKAN TUNGKU BUSUR LISTRIK

BAB IV HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. kelongsong bahan bakar, seperti sedikit mengabsorpsi neutron, kekerasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

STUDI LAJU KOROSI PADUAN Zr-Mo-Fe-Cr DALAM MEDIA UAP AIR JENUH PADA TEMPERATUR C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB II DASAR TEORI. FeO. CO Fe CO 2. Fe 3 O 4. Fe 2 O 3. Gambar 2.1. Skema arah pergerakan gas CO dan reduksi

BAB V PEMBAHASAN 60 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

BAB IV DATA DAN ANALISA

MICRO HARDNESS TESTER

UJI KETAHANAN KOROSI TEMPERATUR TINGGI (550OC) DARI LOGAM ZIRKONIUM DAN INGOT PADUAN

PENENTUAN SIFAT THERMAL PADUAN U-Zr MENGGUNAKAN DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

ANALISIS PENGERASAN PERMUKAAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 1045 MELALUI PROSES NITRIDASI MENGGUNAKAN MEDIA UREA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN HASIL PENGELASAN PADUAN Al-6061

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

UJI KEKERASAN DAN PEMERIKSAAN MIKROSTRUKTUR Zr-2 DAN Zr-4 PRA IRADIASI

PENENTUAN LAJU KOROSI PADA SUHU 150 ac UNTUK BAHAN STRUKTUR AIMg2 PASCA PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

KUALIFIKASI OPERATOR MICRO HARDNESS TESTER DI LABORATORIUM IEBE

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada bab ini akan disajikan hasil karakterisasi yang sudah dilakukan.

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa sifat mekanis lembaran baja yang mcliputi : pengerasan. regang, anisotropi dan keuletan merupakan parameter-parameter penting

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tersusun dalam prosentase yang sangat kecil. Dan unsur-unsur tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Jurnal Teknik Mesin, Volume 6, Nomor 1, Tahun

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB I PENDAHULUAN. perlu dapat perhatian khusus baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya karena

ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

PENGARUH MULTIPLE QUECHING TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA ASSAB 760

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PERU BAHAN KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT PADUAN Zr-Nb-Si

STUDI TENTANG PENGARUH NITROCARBURIZING DC-PLASMA TERHADAP PERUBAHAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA MATERIAL Zr-4

ANALISIS PENINGKATKAN KUALITAS SPROKET SEPEDA MOTOR BUATAN LOKAL DENGAN METODE KARBURASI

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

VARIASI RAPAT ARUS DALAM PROSES PELAPISAN KHROMIUM KERAS PADA CINCIN TORAK. Yusep Sukrawan 1

PENGARUH KANDUNGAN Fe DAN Mo TERHADAP KETAHANAN KOROSI INGOT PADUAN ZIRLO-Mo DALAM MEDIA UAP AIR JENUH

BAB IV HASIL PENGUJIAN

BAB IV PERHITUNGAN & ANALSIS HASIL KARAKTERISASI XRD, EDS DAN PENGUKURAN I-V MSM

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

BAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69

07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

EFEK HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA KELONGSONG ZRY-4 AKIBAT PERLAKUAN PANAS Hadijaya Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Kawasan Puspiptek, Serpong E-mail : galihway@batan.go.id ABSTRAK EFEK HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA KELONGSONG ZRY-4 AKIBAT PERLAKUAN PANAS. Telah dilakukan eksperimen perlakuan panas pada kelongsong Zry-4. Perlakuan panas dilakukan untuk mengetahui perubahan yang terjadi sebagai pengaruh perapuhan oleh hidrogen (Hydrogen Embrittlement). Pada eksperimen ini kelongsong Zry-4 dipanaskan pada suhu 200-600 o C selama 3-5 Jam. Berdasarkan eksperimen diketahui bahwa perlakuan panas pada suhu tertinggi yaitu 600 o C menyebabkan densitas Zry-4 meningkat dari 6,0983 g/cc hingga mencapai 7,3217 g/cc dengan makin lamanya waktu pemanasan. Hal ini terjadi karena perubahan kisi pada Zry-4 akibat pengaruh panas. Semakin tinggi suhu pemanasan, maka distribusi partikel submikron makin besar. Pemanasan pada suhu 200 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0,005 mm dan kekerasan Zry-4 meningkat dari 220,66 HVN menjadi 247,66 HVN, namun setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0,0066 mm) tetapi menyebabkan kekerasan turun menjadi 229,66 HVN. Pemanasan pada suhu 400 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0.0104 mm dan kekerasan meningkat menjadi 258,66 HVN, namun setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0.0176 mm) tetapi menyebabkan kekerasan turun menjadi 247 HVN. Sedangkan pemanasan pada suhu 600 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0.0466 mm namun kekerasan mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 214,33 HVN, bahkan setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0.0840 mm) tetapi menyebabkan kekerasan terus turun menjadi 197,33 HVN. Fenomena pertumbuhan lapisan oksida sampai ketebalan tertentu disertai peningkatan kekerasan adalah sebagai efek oksidasi. Sedangkan lapisan oksida yang makin tebal karena suhu tinggi dan waktu yang lama disertai penurunan kekerasan adalah sebagai efek hidrogen (hydrogen embrittlement) yang menyebabkan perapuhan. Kata kunci: Kelongsong Zirkaloy-4, Perubahan massa, Kekerasan, Densitas, Perapuhan oleh hidrogen. PENDAHULUAN Hydrogen embritlement adalah perapuhan material akibat pengaruh ion hidrogen baik dari lingkungan pada saat pemakaian maupun pada saat proses pembuatan (pabrikasi). Hidrogen embrittlement pada Zirkaloy-4 (Zry-4) harus dapat diatasi atau diantisipasi mulai dari pemilihan unsur pemadu guna membatasi potensi masalah hydrogen embrittlement melalui kontrol proses yang ketat dalam rangka menunjang perkembangan elemen bakar nuklir bagi keperluan reaktor daya yang menggunakan air ringan sebagai pendingin. 16

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) Penelitian bahan struktur pada umumnya terfokus pada teknologi sintesa Zircaloy-4. Pada dasarnya fenomena yang terjadi selama bahan struktur berada dalam reaktor cukup erat hubungannya dengan karakteristik struktur mikro logam. Disisi lain telah dimaklumi bahwa karakteristik logam tergantung pada parameter proses selama logam tersebut dibuat. Di dalam industri pembuatan Zirkaloy umumnya dimulai dari peleburan Zirkonium beserta unsur penambah kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan mekanik dan variasi pemanasan (anil). Pengenalan fenomena tersebut secara sistimatika berkaitan dengan aspek termodinamika dan kinetika unsur penambah seperti batas kelarutan, struktur, pengintian dan pertumbuhan presipitat serta stoikhiometri presipitat yang terbentuk. Beberapa fenomena dapat terjadi pada sebagian tahapan proses pembuatan Zirkaloy setelah mengalami pengerjaan termomekanik misalnya perapuhan oleh hidrogen yang berawal dari proses pembuatan paduan. Maksud dari eksperimen hydrogen embrittlement Zry-4 adalah untuk mengetahui langsung efek parameter suhu dan pengaruh lingkungan terhadap kerapuhan material Zry-4. Tujuannya adalah untuk mendapatkan data base eksperimen hydrogen embrittlement melalui perlakuan panas sebagai informasi penting bagi pengembangan material kelongsong berbasis Zirkonium paduan. Untuk membuat paduan Zry-4 diperlukan pemahaman terhadap termodinamika hydrogen embrittlement melalui suatu kajian perlakuan panas material pada kondisi atmosferik atau pemanasan dalam kondisi non vakum dan tanpa pengaruh gas inert. Melalui hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh suatu asupan untuk memahami sebagian aspek teknis maupun teoritis yang dapat dijadikan dasar bagi penelaahan proses pembuatan Zirkaloy-4. TEORI Zirkaloy-4 merupakan logam paduan antara logam zirkonium dengan logamlogam lainnya, yang digunakan sebagai bahan konstruksi pipa pendingin pada reaktor nuklir, meskipun zirkonium sangat elektronegatif (E = -1,529 V) namun memiliki ketahanan yang cukup baik dalam lingkungan air dengan terbentuknya lapisan pasif pada permukaan logam. Diagram fasa adalah alat visualisasi utama dalam ilmu material karena dapat menyediakan prediksi dan intepretasi perubahan suatu komposisi material dari fasa ke fasa. Diagram fasa menyediakan pemahaman yang luas mengenai bagaimana suatu material membentuk mikrostruktur sehingga membawa kepada pemahaman sifat-sifat kimia dan fisika. Kegagalan material karena 17

tidak dapat mencapai kemampuan seperti yang diramalkan dapat dikaji ulang dengan mengacu diagram fasanya, apa saja kemungkinan penyebab yang dapat terjadi terhadap material pada saat dibuat sehingga menyebabkan kegagalan itu. Dalam hal ini, kita dapat menggunakan hubungan-hubungan termodinamik untuk masuk ke diagram fasa dan mengekstrapolasi data yang sebelumnya tidak tersedia. Oleh sebab itu pemahaman mendalam tentang termodinamika dapat membentangkan suatu fondasi dalam menentukan proses kinetik yang berlangsung selama pembuatan diagram fasa [1]. Unjuk kerja mekanik secara mendasar adalah kunci bagi optimasi kelangsungan efektifitas bahan. Demikian juga bagi keperluan ramalan unjuk kerja bahan secara in-pile. Pada dasarnya fenomena yang terjadi selama bahan struktur berada dalam reaktor cukup erat hubungannya dengan karakteristik struktur mikronya. Disisi lain bahwa karakteristik bahan tergantung pada parameter proses selama paduan logam tersebut dibuat. Dalam bidang industri pembuatan Zirkaloy umumnya dimulai dari peleburan Zirkonium beserta unsur penambah kemudian dilanjutkan dengan variasi pengerjaan mekanik dan panas. Ketika atom hidrogen memasuki logam dan paduan tertentu lainnya, maka dapat menyebabkan kerugian pada duktilitas atau retak (biasanya dalam skala mikro), atau kegagalan getas di bawah kekuatan luluh. Fenomena ini sering terjadi pada paduan yang menunjukkan tidak ada kerugian yang signifikan dalam duktilitas ketika diuji kekuatan tariknya namun terdapat suatu induksi yang merapuhkan, hidrogen retak stres atau hidrogen perapuhan. Hidrogen adalah atom terkecil yang mungkin dan merupakan elemen yang paling melimpah di alam semesta. Dua atom hidrogen bergabung membentuk molekul H 2 yang stabil. Hidrogen dalam bentuk atom melakukan kerusakan pada logam yang baru saja diproduksi. Sebagaimana skema pada Gambar 1, bahwa H 2 bisa masuk struktur logam selama perlakuan panas, karena carbonising, pembersihan, pengawetan, adanya ion posfat, elektro-plating, proses autocatalytic dan sebagai akibat dari reaksi perlindungan katodik atau reaksi korosi. Hidrogen juga masuk selama pabrikasi, misalnya selama pengerolan, mesin dan pengeboran kerusakan karena pelumas serta selama pengelasan atau operasi mematri [2]. 18

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) Gambar 1. Skema cacat dan akumulasi atom hidrogen pada logam [3]. Seiring dengan kelarutan hidrogen yang digambarkan dalam matriks (a); atom hidrogen terperangkap pada permukaan (b); dan atom hidrogen terperangkap di bawah permukaan (c); atom hidrogen terperangkap pada dislokasi/ posisi yang ditunjukkan tanda (e); wilayah berbentuk silinder pemisah hidrogen yang diharapkan. Juga pada batas butir (d) dan pada grain boundary (f). Kerentanan bahan untuk hydrogen embrittlement dalam tes yang diberikan secara langsung berkaitan dengan kadar hidrogen yang terperangkap tersebut. Dalam hal ini, kadar hidrogen yang terperangkap berkaitan dengan mikro material, dislokasi, karbida dan unsur lainnya yang hadir dalam struktur, hal itu merupakan efek interaksi yang dapat menjadi sumber reversibel atau ireversibel. Stres corrosion cracking, stres embrittlement, hidrogen embrittlement, dan hidrogen akibat stres korosi adalah mekanisme kegagalan yang sering dipandang sebagai kesamaan, karena efeknya memiliki kesamaan yang melebihi jumlah perbedaan yang teridentifikasi padahal kenyataannya adalah korosi retak tegang dan stres korosi oleh hidrogen. Dapat dimaklumi bahwa ketika kegagalan oleh kelelahan terjadi maka hydrogen embrittlement adalah penyebabnya [4]. Semakin besar konsentrasi hidrogen maka akan menurunkan tegangan kritis, atau semakin sedikit konsentrasi hidrogen, maka semakin tinggi tegangan kritis di mana kegagalan dapat terjadi. Hydrogen embrittlement non-korosi terkait dengan nilainilai kekerasan tinggi dari bagian komponen. Material dengan kekerasan Vickers melebihi 320 HV memerlukan prosedur perawatan khusus untuk mengurangi risiko. Sejumlah ahli mengakui bahwa kekerasan diatas 390 HV adalah merupakan ambang batas luar yang diperlukan untuk mengatasi risiko hydrogen embrittlement [5]. 19

TATA KERJA 1. Bahan: Bahan yang digunakan adalah kelongsong atau tabung Zry-4. 2. Alat: Alat yang digunakan adalah mesin potong logam Accutom, mesin Grinder/ Polisher, Heat treatment Furnace, Neraca analitik, Auto Pycnometer, Mikroskop optik dan Leitz Micro Hardness Tester tipe Vicker s. 3. Cara kerja Penelitian dilakukan untuk mengamati pengaruh perlakuan panas terhadap kerapuhan Zry-4. Sebagai langkah awal, objek studi hydrogen embrittlement adalah diskripsi termodinamik melalui perlakuan panas pada parameter tertentu. Kelongsong Zry-4 dipreparasi dengan cara dibelah menggunakan mesin potong Accutom sehingga diperoleh 10 cuplikan berukuran kecil kira-kira 0,5 Cm. Masing-masing cuplikan tersebut dikenai perlakuan panas dalam Heat Treatment Furnace pada kondisi atmosferik dengan variabel sebagai berikut : a. Pemanasan selama 3 jam masing-masing pada suhu konstan 200 o C, 400 o C dan 600 o C; b. Pemanasan selama 4 jam masing-masing pada suhu konstan 200 o C, 400 o C dan 600 o C; c. Pemanasan selama 5 jam masing-masing pada suhu konstan 200 o C, 400 o C dan 600 o C. Dalam penelitian tersebut dilakukan pengukuran antara lain menimbang beratnya, mengukur densitasnya, mengukur kekerasan mikronya serta menganalisis struktur mikro masing-masing baik sebelum maupun sesudah perlakuan panas. Perubahan berat dianalisis menggunakan neraca massa; perubahan densitas dianalisis menggunakan Ultra Pycnometer; perubahan kekerasan dianalisis menggunakan micro hardness tester; dan pembentukan lapisan oksida dianalisis dengan mikroskop optik. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil percobaan pengukuran massa maka diperoleh data perubahan berat Zry-4 sebelum dan sesudah perlakuan panas seperti pada Tabel 1 terlampir. 20

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) Data pada Tabel 1 menunjukkan terjadinya penurunan masa Zry-4 akibat pemanasan baik pada suhu 200 o C maupun 400 o C hanya peristiwa reduksi. Pada Gambar 2 tampak bahwa pemanasan Zry-4 pada kisaran suhu tersebut merupakan awal terjadinya peristiwa reduksi dimana hidrogen menginfiltrasi beberapa impurities dalam paduan dan menguapkannya sehingga masa Zry-4 menurun dalam kisaran 0,12%W sampai 2,25%W. Gambar 2. Hubungan suhu dan waktu perlakuan panas terhadap perubahan masa Zry-4. Namun pemanasan pada suhu lebih tinggi yaitu 600 o C disertai oksidasi sehingga terjadinya peningkatan masa Zry-4. Efek pemanasan terhadap masa Zry-4 pada suhu tinggi mengakibatkan oksida yang terbentuk semakin tebal sehingga masa Zry-4 bertambah dalam kisaran 0,35%W sampai 2,16%W. Hal tersebut juga dapat diketahui dari Tabel 2 dimana perlakuan panas pada suhu tertinggi yaitu 600 o C menyebabkan densitas Zry-4 meningkat dengan makin lamanya waktu pemanasan dari 6,0983 g/cc hingga hingga mencapai 7,3217 g/cc. Peningkatan densitas seperti pada Gambar 3 terjadi karena perubahan kisi pada Zry-4 akibat pengaruh panas, makin tinggi suhu pemanasan maka makin besar distribusi partikel submikron. Pada pemanasan suhu 300 o C sampai 400 o C mengalami perubahan distribusi partikel akibat oksidasi dan reduksi dari udara mengakibatkan terjadi interstisi dan membatasi pertumbuhan butir sehingga terjadi pertambahan berat dari oksigen. Namun pemanasan pada suhu 600 o C partikel-partikel itu menukleasikan rongga-rongga kecil melalui dekohesi pada antarmuka dengan matriks yang dapat 21

menghasilkan pembentukan lapisan rongga-rongga kecil diantara rongga-rongga yang lebih besar kemudian bergabung dengan senyawa-senyawa intermetalik kasar dan terjadi pertambahan berat lebih banyak. Gambar 3. Hubungan perlakuan panas pada suhu 600 o C terhadap Densitas Zry-4. Pada Tabel 3 dapat diketahui kekerasan mikro Zry-4 sebelum dikenai perlakuan panas yaitu 220,66 HVN. Kekerasan Zry-4 standar tanpa perlakuan panas adalah sebagai pembanding guna mengetahui perubahan kekerasan yang terjadi pasca perlakuan panas. Sedangkan Tabel 4 merupakan data kekerasan mikro Zry-4 pasca perlakuan panas. Berdasarkan grafik pada Gambar 4 dapat diketahui terjadinya kenaikan kekerasan Zry-4 mulai pemanasan pada suhu 200 o C sampai 400 o C. Gambar 4. Hubungan suhu perlakuan panas terhadap kekerasan Zry-4. 22

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) Peningkatan kekerasan Zry-4 pada pemanasan 400 o C karena terjadi interstisi. Namun pada pemanasan yang lebih tinggi yaitu 500 o C, kekerasan Zry-4 cenderung menurun karena pada suhu tersebut terjadi pembesaran butir dimana ketika ukuran butir makin besar maka kekerasan Zry-4 menurun. Penurunan kekerasan pada suhu 500 o C terjadi untuk pemanasan selama 3 Jam, pemanasan 4 Jam maupun pemanasan selama 5 Jam. Hal tersebut merupakan indikasi bahwa semakin besar konsentrasi hidrogen maka akan menurunkan tegangan kritis dimana kegagalan dapat terjadi. Difusi mempengaruhi laju pelepasan hidrogen yang terperangkap, semakin besar konsentrasi hidrogen maka tegangan kritis akan menurun, hal tersebut menjadi faktor penyebab kegagalan. Material dengan nilai kekerasan yang tingginya melebihi 320 HVN memerlukan prosedur perawatan khusus untuk mengurangi risiko. Kekerasan material yang melebihi 390 HVN adalah ambang batas luar untuk mencegah risiko perapuhan oleh hidrogen [5]. Gambar 5. Struktur mikro Zry-4 original (tanpa perlakuan panas). Tabung Zirkaloy-4 sebelum dikenai perlakuan panas telah memiliki lapisan oksida dengan ketebalan 0.0022 mm seperti pada Gambar 5. Lapisan oksida tersebut terbentuk sebagai efek proses pabrikasi. 23

Gambar 6. Struktur mikro Zry-4 fenomena pasca anil 200 o C. Gambar 7. Struktur mikro Zry-4 fenomena pasca anil 400 o C. 24 Gambar 8. Struktur mikro Zry-4 fenomena pasca anil 600 o C.

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) Berdasarkan data pada Tabel 4 dan topografi mikrostruktur pada Gambar 6, Gambar 7 dan Gambar 8 secara jelas diketahui bahwa terjadi peningkatan tebal lapisan oksida sebanding dengan kenaikan suhu pemanasan. Mulai pemanasan pada suhu 200 o C selama 3 Jam sudah terjadi pertambahan tebal lapisan oksida yaitu dari 0.0022 mm menjadi 0.0045 mm, semakin lama pemanasan dilakukan (5 Jam) maka semakin meningkat ketebalan lapisan oksida yaitu 0,0066 mm. Gambar 9. Hubungan suhu pemanasan Zry-4 terhadap pembentukan lapisan oksida. Peningkatan tebal lapisan oksida terjadi lagi pada suhu pemanasan yang lebih tinggi yaitu 300 o C dan 600 o C bahkan makin menebal pula dengan lamanya waktu pemanasan lihat Gambar 9. Pemanasan Zry-4 selama 5 Jam pada suhu 600 o C menghasilkan lapisan oksida dengan ketebalan 0,084 mm. Pertumbuhan oxide layer (lapisan oksida) itu terjadi dari dalam ke arah luar, yaitu bagian meat (daging) yang berubah menjadi kulit yang disebabkan suatu reaksi oksidasi. Kristal oksida mengandung cacat titik pada temperatur diatas nol mutlak, bila terdapat konsentrasi tinggi maka terjadi perubahan komposisi yang mengarah ke deviasi stoikiometri berupa kelebihan logam akibat kation interstisi : Zr 4+ + 4 O 2-4 ZrO 2 (lapisan oksida). Interstisi lebih mudah terbentuk pada oksida dengan struktur kristal terbuka dan bila salah satu atom jauh lebih kecil dari pada atom lainnya. Konsentrasi interstisi Zirkonium pada antarmuka logam/ oksida dipertahankan oleh reaksi : 4 Zr (logam) Zr 4+ + 4e dan terbentuk kekosongan didalam kisi Zirkonium. Migrasi cacat interstisi bermuatan diiringi oleh migrasi elektron dan untuk selaput oksida yang tebal dapat dianggap bahwa konsentrasi objek yang bermigrasi pada kedua permukaan oksida (yaitu oksida/gas dan oksida/logam) adalah konstan dan dikendalikan oleh keseimbangan termodinamika [6]. Selaput oksida bertambah tebal secara parabolik mengikuti persamaan : [X 2 = kt]. Oleh sebab itu akibat dari pertumbuhan oksida maka 25

densitas akan menurun sedangkan volumenya naik, ketika lapisan oksida menebal energi kohesi menurun dan ketika oksida makin tebal maka akan lepas dan terbentuk lapisan oksida baru demikian dan seterusnya. Efek perapuhan akibat pemanasan dalam kondisi atmosferik belum diketahui lebih jauh karena penurunan kekerasan akibat pemanasan pada suhu 500 o C belum mengindikasikan terjadinya perapuhan. Ada kemungkinan pengaruh pemanasan pada suhu tersebut masih merupakan tahapan interstisi dan akan mengalami peningkatan kekerasan sampai suhu pemanasan 800 o C. Oleh sebab itu percobaan pemanasan Zry-4 nantinya perlu dilakukan pula terhadap suhu ekstrim (800-1000 o C) pada penelitian lanjut yang akan datang. Guna mengetahui lebih lanjut mengenai pengaruh tebal lapisan oksida terhadap kekerasan mikro Zry-4 maka data pada Tabel 5 diproyeksikan dengan data pada Tabel 6 sehingga diperoleh garfik hubungan tebal lapisan oksida terhadap kekerasan Zry-4 seperti pada Gambar 11. Pada Gambar 11 tampak bahwa lapisan oksida yang terbentuk karena pemanasan pada ketebalan tertentu menunjukkan pengaruh yang baik yaitu meningkatkan kekerasan mikro. Pemanasan pada suhu 200 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0,005 mm dan kekerasan Zry-4 meningkat dari 220,66 HVN menjadi 247,66 HVN. Gambar 11. Hubungan tebal lapisan oksida terhadap kekerasan Zry-4. 26

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) Namun setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0,0066 mm) tetapi menyebabkan kekerasan turun menjadi 229,66 HVN. Pemanasan pada suhu 400 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0.0104 mm dan kekerasan meningkat menjadi 258,66 HVN, namun setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0.0176 mm) tetapi menyebabkan kekerasan turun menjadi 247 HVN. Sedangkan pemanasan pada suhu 600 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0.0466 mm namun kekerasan mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 214,33 HVN, bahkan setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0.0840 mm) tetapi menyebabkan kekerasan terus turun menjadi 197,33 HVN. Fenomena pertumbuhan lapisan oksida sampai ketebalan tertentu disertai peningkatan kekerasan adalah sebagai efek oksidasi. Sedangkan lapisan oksida yang makin tebal karena suhu tinggi dan waktu yang lama disertai penurunan kekerasan adalah sebagai efek hidrogen (hydrogen embrittlement) yang menyebabkan perapuhan. KESIMPULAN Perlakuan panas pada suhu tertinggi yaitu 600 o C menyebabkan densitas Zry-4 meningkat dari 6,0983 g/cc hingga mencapai 7,3217 g/cc dengan makin lamanya waktu pemanasan, hal ini terjadi karena perubahan kisi pada Zry-4 akibat pengaruh panas, makin tinggi suhu pemanasan maka makin besar distribusi partikel submikron. Penurunan kekerasan terjadi baik pada pemanasan selama 3 hingga 5 Jam merupakan indikasi bahwa semakin besar konsentrasi hidrogen maka akan menurunkan tegangan kritis dimana kegagalan dapat terjadi. Kekerasan Zry-4 cenderung menurun pada suhu tinggi karena terjadi pembesaran butir dimana ketika ukuran butir makin besar maka kekerasan Zry-4 menurun. Pemanasan Zry-4 selama 5 Jam pada suhu 600 o C menghasilkan lapisan oksida dengan ketebalan 0,084 mm. pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0.0176 mm) tetapi menyebabkan kekerasan turun menjadi 247 HVN. Sedangkan pemanasan pada suhu 600 o C menghasilkan lapisan oksida setebal 0.0466 mm namun kekerasan mengalami sedikit penurunan yaitu menjadi 214,33 HVN, bahkan setelah waktu pemanasan diperlama hingga 5 Jam lapisan oksida makin tebal (0.0840 mm) tetapi menyebabkan kekerasan terus turun menjadi 197,33 HVN. Fenomena pertumbuhan lapisan oksida sampai ketebalan tertentu disertai peningkatan kekerasan adalah sebagai efek oksidasi. Sedangkan lapisan oksida yang makin tebal karena suhu tinggi dan waktu 27

yang lama disertai penurunan kekerasan adalah sebagai efek hydrogen embrittlement yang menyebabkan perapuhan. DAFTAR PUSTAKA [1]. BASUKI AGUNG PUDJANTO, Pembuatan Paduan Zr-Nb-Si: Pemodelan Termodinamik Sistim Zr-Nb-Si, ISSN 0854 5561, Hasil Hasil Penelitian EBN Tahun 2005 [2]. JOE GREENSLADE, Hydrogen Embrittlement Testing Can Prevent Big Losses, Fastener Inspection Products, Greenslade and Company and Tarrant Machinery, Inc. [3]. Dr.-Ing. AFROOZ BARNOUSH, Hydrogen Interaction With Defects In Metal, Hydrogen Embrittlement, Saarland University, Department of Materials Science, Saarbruecken, Germany, 2011 [4]. ANONIM-A, Hydrogen Embrittlement, Article Fastenal Engineering & Design Support,: engineer@fastenal.com. [5]. ANONIM-B, Hydrogen Embrittlement - An Overview from a Mechanical Fastenings Aspect, The Fastener Engineering & Research Association, FERA 17 Northwick Crescent Solihull West Midlands B91 3TU. [6]. RE. SMALLMAN, Metalurgi Fisik Modern, Alih Bahasa Ir.Sriati Djaprie MMet dkk, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991 28

ISSN 1979-2409 Efek Hydrogen Embrittlement Pada Kelongsong ZRY-4 Akibat Perlakuan Panas (Hadijaya) LAMPIRAN Tabel 1a. Perubahan Massa Zry-4 Pra dan Pasca Perlakuan Panas 3 Jam Suhu; Waktu 3 Jam o C Pra Pasca ΔW %W 200 79,8 78,0 1,8 2,25 400 71,0 70,2 0,8 1,12 600 56,7 56,9 + 0,2 + 0,35 Keterangan: ΔW = perbedaan massa (berat) dalam mgram Tabel 1b. Perubahan Massa Zry-4 Pra dan Pasca Perlakuan Panas 4 Jam Suhu; Waktu 4 Jam o C Pra Pasca ΔW %W 200 65,4 64,1 1,3 1,98 400 62,0 61,5 0,5 0,80 600 60,2 61,5 +1,3 + 2,16 Tabel 1c. Perubahan Massa Zry-4 Pra dan Pasca Perlakuan Panas 5 Jam Suhu; Waktu 5 Jam o C Pra Pasca ΔW % W 200 72,3 71,3 1,0 1,38 400 81,3 81,2 0,1 0,12 600 70,4 71,0 + 0,6 + 0,85 Tabel 2. Densitas Zry-4 Pasca Perlakuan Panas Pada 600 o C Waktu; Jam 0 Jam 3 Jam 4 Jam 5 Jam Densitas; g/cc 6,0983 6,4760 6,6017 7,3217 Tabel 3. Kekerasan Zirkaloy 4 tanpa Perlakuan Panas (Zry-4 standar) d 1 d 2 d rerata Kekerasan; HVN HVN rerata 50,5 48,1 49,3 229 51 52 51,5 210 220,66 50 50 50 223 Keterangan: d 1 = diagonal indentasi 1; d 2 = diagonal indentasi 2 (dalam µm). 29

Tabel 4. Kekerasan mikro Zry-4 Pasca Perlakuan Panas Suhu; o C 51,5 200 50,5 48,6 400 Waktu 3 Jam Waktu 4 Jam Waktu 5 Jam d1 d2 drerata HVN 26,5 31,2 28,4 600 32,0 32,2 31,5 47,9 46,7 48,0 28,1 27,8 27,0 30,4 27,8 30,1 49,7 48,6 48,3 27,3 29,5 27,7 31,2 30,0 30,8 225 236 238,5 249 213 242 190 206 195 HVN rerata 233,16 234,66 197 d1 d2 drerata HVN 46,4 47,2 52,0 26,7 25,5 28,4 30,3 30,5 33,0 45,6 48,0 45,6 25,3 26,7 28,4 27,3 26,1 30,0 46,0 47,6 48,8 26,0 26,1 28,4 28,8 28,3 31,5 263 246 234 274 272 230 224 232 187 HVN rerata 247,66 258,66 214,33 d1 d2 drerata HVN 49,4 49,0 49,4 26,5 27,4 26,8 31,0 32,0 31,4 48,8 48,6 50,0 28,5 28,8 28,6 29,0 30,6 30,0 49,2 48,8 49,7 27,0 27,5 27,7 30,0 31,3 30,7 230 234 225 254 245 242 2006 189 197 HVN rerata 229,66 247 197,33 Kode sampel Tabel 5. Tebal lapisan Oksida Zry-4 Pra dan Pasca Perlakuan Panas Pengulangan Pengukuran Ketebalan Lapisan Oksida; ( mm ) (1) (2) (3) (4) (5) Tebal Oksida Rata-rata; ( mm ) Zry4 Original 0.003 0.002 0.002 0.002 0.002 0.0022 Zry203 0.005 0.005 0.004 0.005 0.005 0.0045 Zry204 0.006 0.005 0.005 0.004 0.004 0.0050 Zry205 0.006 0.007 0.006 0.007 0.007 0.0066 Zry403 0.005 0.005 0.005 0.004 0.005 0.0048 Zry404 0.009 0.012 0.009 0.011 0.011 0.0104 Zry405 0.018 0.014 0.018 0.02 0.018 0.0176 Zry603 0.012 0.017 0.015 0.013 0.012 0.0138 Zry604 0.047 0.048 0.046 0.044 0.048 0.0466 Zry605 0.09 0.079 0.086 0.084 0.081 0.0840 Keterangan: - Zry203 : Zirkaloy dengan pemanasan 200 o C selama 3 Jam. - Zry404 : Zirkaloy dengan pemanasan 400 o C selama 4 Jam. - Zry605 : Zirkaloy dengan pemanasan 600 o C selama 5 Jam. 30