KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Alhuda Rohmatulloh

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

KETENTUAN PERANCANGAN KAWASAN PESISIR SEBAGAI MITIGASI TSUNAMI (Studi Kasus: Kelurahan Weri-Kota Larantuka-Kab. Flotim-NTT) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kepadatan penduduk nomor empat tertinggi di dunia, dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2004 yang melanda Aceh dan sekitarnya. Menurut U.S. Geological

BAB I PENDAHULUAN. Australia dan Lempeng Pasifik (gambar 1.1). Pertemuan dan pergerakan 3

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

PEMETAAN MULTI RISIKO BENCANA PADA KAWASAN STRATEGIS DI KABUPATEN TANGGAMUS

Penyebab Tsunami BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 ANALISIS RISIKO BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISA TINGKAT BAHAYA DAN KERENTANAN BENCANA GEMPA BUMI DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR (NTT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

PEMINTAKATAN TINGKAT RISIKO BENCANA TSUNAMI DI PESISIR KECAMATAN NGADIROJO, KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

BAB 1 : PENDAHULUAN. alam seperti gempa bumi adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS TINGKAT BAHAYA TSUNAMI DI DESA ULEE LHEUE KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. letaknya berada pada pertemuan lempeng Indo Australia dan Euro Asia di

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Dan Proses Terjadi Tsunami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dilintasi lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdasarkan data dunia yang dihimpun oleh WHO, pada 10 dekade terakhir ini,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB IV. Kajian Analisis

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko tinggi

C I N I A. Pemetaan Kerentanan Tsunami Kabupaten Lumajang Menggunakan Sistem Informasi Geografis. Dosen, FTSP, Teknik Geofisika, ITS 5

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sarat akan potensi bencana gempa bumi

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

No semua komponen bangsa, maka pemerintah bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pencarian yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Badan

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN BERBASIS MITIGASI BENCANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. subduksi yaitu pertemuan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2010 TENTANG MITIGASI BENCANA DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB 3 PERUMUSAN INDIKATOR - INDIKATOR BENCANA TSUNAMI DI KOTA PADANG

BAB III LANDASAN TEORI

GEMPA BUMI DAN AKTIVITASNYA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sabuk Gempa Pasifik, atau dikenal juga dengan Cincin Api (Ring

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

PENDAHULUAN. benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana prasarana umum, serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

Transkripsi:

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN BENCANA TSUNAMI DI KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Febi Romanza, Ir. Haryani, MT, Ir. Hamdi Nur, MT Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, FTSP, Universitas Bung Hatta E-mail: romanzafebi@yahoo.com,irharyani,mtp@yahoo.com,hamdinur@yahoo.com Sari Tsunami merupakan peristiwa yang datang secara tiba- tiba yang diawali terlebih dahulu dengan terjadinya gempa bumi dengan kekuatan besar. Peristiwa ini dapat menimbulkan bencana bagi penduduk ditepi pantai. Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Barat yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam khususnya tsunami, karena berada pada lempengan asia dan euorasia serta dilewati oleh jalur bukit barisan. Studi ini dilakukan di Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan bertujuan untuk mengetahui kondisi fisik alam dan pemanfaatan lahan daerah rawan bencana tsunami dengan mengkaji pemanfaatan lahan pada kawasan rawan bencana tsunami dalam upaya pengurangan resiko bencana tsunami. Metode yang dipakai dalam studi ini adalah superimpose dua parameter elevasi daratan dan panjang sapuan gelombang, maka akan diketahui daerah rawan bencana perzona. Analisis pemanfatan lahan pada daerah rawan bencana tsunami dilakukan dengan superimpose peta zona rawan bencana dengan guna lahan eksisting. Analisis kesesuian pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana tsunami dengan Rencana Pola ruang RTRW maka dapat dilihat perubahan penggunaan lahan. Analisis Kerentanan Kecamatan Lengayang dilakukan untuk mengetahui kerentanan dan tingkat kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana tsunami. Analisis kerentanan ini berupa kerentanan fisik, kerentanan sosial dan kerentanan ekonomi. Berdasarkan kajian yang dilakukan maka dibuat arahan kebijakan pemanfaatan lahan pada kawasan rawan bencana dikawasan studi perzona, atas dasar pertimbangan kebijakan pengendalian pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana pada RTRW. Kata Kunci: Pemanfaatan Lahan, Zona Rawan Bencana Tsunami, Kerentanan Abstract Tsunami is an event that came out of the blue that begins prior to the earthquake with great force. These events can be disastrous for the population on the edge of the beach. South Coastal District is one of the districts in West Sumatra Province who have high enough levels of vulnerability to natural disasters, especially tsunamis, because it is on a slab of asia and euorasia and passed by the hill lane line. This study was conducted in the District of South Coastal District Lengayang aims to determine the physical condition of natural and land use areas prone to tsunami disaster by examining land use in areas prone to tsunami disaster in the tsunami disaster risk reduction efforts. The method used in this study is the land elevation superimpose two parameters and a long sweep of the wave, it will be known perzona disaster-prone areas. Analysis of utilization of land in areas prone to tsunami done superimpose maps of disaster-

prone zones with existing land use. Suitability analysis of land use in areas prone to tsunami with space Spatial Pattern Plan it can be seen changes in land use. Vulnerability Analysis of the District Lengayang conducted to determine the level of vulnerability and community capacity in dealing with the tsunami disaster. This vulnerability analysis in the form of physical vulnerability, the vulnerability of social and economic vulnerability. Based on studies conducted then created land use policy direction in disaster-prone areas of study perzona region, on the basis of land use control policies in disaster-prone areas in the RTRW.. Keywords : Land Use, the tsunami disaster-prone zones, vulnerability Pendahuluan Kepulauan Indonesia terletak pada wilayah pertemuan 3 (tiga) lempeng besar dunia yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan antar lempeng tersebut terjadi zona penunjaman atau subduction zone yang mengakibatkan pembentukan gunung api di busur kepulauan dengan kemiringan sedang hingga terjal Tsunami merupakan peristiwa yang datang secara tiba- tiba yang didukung dengan terjadinya gempa bumi dengan kekuatan besar. Aktivitas masyarakat menyebabkan tingkat kerawanan bencana menjadi semakin meningkat, manakala lahan dieksploitasi secara berlebihan tanpa memperhatikan daya dukung lahan.. (Definisi menurut UU No. 24 tahun 2007). Salah satu faktor terjadinya bencana dikarenakan lingkungan. Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan Lempemng Indo- Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Provinsi Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 Km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Pada rabu tanggal 30 September 2009 peristiwa gempa bumi dengan kekuatan 7,6 SR mengguncang Provinsi Sumatera Barat. Gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan dan beberapa wilayah sekitar lainnya dan berpotensi terjadinya Tsunami Provinsi Sumatera Barat berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan Lempemng Indo- Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Provinsi Sumatera Barat memiliki garis pantai sepanjang lebih kurang 375 Km, berupa dataran rendah sebagai bagian dari gugus kepulauan busur muka. Pada rabu tanggal 30 September 2009 peristiwa gempa

bumi dengan kekuatan 7,6 SR mengguncang Provinsi Sumatera Barat. Gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan dan beberapa wilayah sekitar lainnya dan berpotensi terjadinya Tsunami. Kabupaten Pesisir selatan merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Barat yang mempunyai tingkat kerawanan cukup tinggi terhadap kejadian bencana alam Khusunya tsunami. Hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan berada dalam zona bahaya Tsunami. Salah satunya yaitu Kecamatan Lengayang yang merupakan zona rawan bahaya terjadinya bencana Tsunami. Kecamatan Lengayang berada pada wilayah pantai barat Sumatera sangat rentan terhadap bencana tsunami. Karena berada pada lempengan asia dan euorasia serta dilewati oleh jalur bukit barisan. Kecamatan Lengayang perkembangan penduduknya dan tingkat perekonomianya cukup pesat diantara kecamatan lain di Kabupeten Pesisir Selatan. Berdasarkan data BPS Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 tecatat bahwa Kecamatan Lengayang memiliki kepadatan penduduk 87,44 Km 2 /jiwa dan terletak dengan ketinggian 2-12 meter diatas permukaan laut, tetapi pada kenyataannya terdapat pemanfaatan lahan terutama permukiman yang berada disepanjang pantai beradasarkan observasi yang dilakukan. Hal ini secara tidak langsung akan berdampak terjadi penyimpangan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai lagi dengan pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana yang telah ditetapkan oleh RTRW. Untuk itu perlu dilakukan Kajian Pemanfaatan lahan yang dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk mitigasi bencana. Metode Penelitian Data yang diperlukan dalam studi ini terdiri atas 2 jenis data yaitu berupa data primer dan data sekunder. Adapun metode analisa yang akan dipakai dalam penelitian ini Sebagai Dasar Perencanaan Di Kecamatan Lengayang ini meliputi: 1. Analisis Karakter Fisik Alam Daerah Rawan Bencana Tsunami Teknik Analisis ini dilakukan bersifat deskriptif kuantitatif,dilakukan dengan cara overlay/superimpose dua variabel. Untuk mengetahui zona rawan bencana tsunami. 2. Analisis Pemanfatan lahan pada daerah rawan bencana Tsunami. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui Potensi dan Resiko Bencana Tsunami yang terjadi pada kawasan studi berdasarkan

penggunaan lahan pada zona rawan bencana Tsunami. Analisis bersifat deskriptif Analisis Kesesuian Pemanfaatan Lahan pada daerah rawan bencana Tsunami Analisis ini dilakukan mengetahui potensi dan resiko Bencana Tsunami berdasarkan penggunaan lahan, bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif 3. Analisis Kerentanan Kecamatan Lengayang Dilakukan untuk mengetahui kerentanan dan tingkat kapasitas mayarakat dalam menghadapi bencana, kerentanan ini berupa kerentanan fisik, kerentanan sosial dan kerentanan ekonomi analisis ini bersifat deskriptif kuantitatif. 4. Kesimpulan Arahan Kebijakan Pengendalian Pemanfatatan Lahan Pada Kawasan Studi. Hasil dan Pembahasan Untuk menentukan dan melakukan Kajian pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana di Kecamatan Lengayang. Hal pertama yang dilakukan yaitu identifikasi terhadap penggunaan lahan eksisting, dan identifikasi karakteristik fisik daerah rawan bencana Tsunami dengan menentukan kriteria dan parameter. Kemudian dilakukan analisis karakteristik fisik daerah rawan bencana tsunami, selanjutnya dilakukan analisis Kerentanan dan Kapasitas masyarakat pada kawasan kualitatif dan kuantitatif. studi dan analisis kesesuian kebijakan tentang pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana tsunami tersebut. Untuk melakukan analisis karakteristik fisik daerah rawan becana tsunami tersebut yang ditentukan oleh antara lain : Analisis Daerah Rawan Tsunami Berdasarkan Ketinggian (Elevasi Daratan) Analisis ketinggian ini dilakukan dengan menggunakan peta topografi dengan interval kontur 5 meter, Zona Awas dengan ketinggian 1-5 meter diatas permukaan laut, zona waspada dengan ketinggian 5-10 meter, zona aman sementara ketinggian 10-15 meter dan zona aman ketinggian >15 meter diatas permukaan laut. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan peta berikut. Tabel 1. Analisis Daerah Rawan Bahaya Tsunami Berdasarkan Elevasi Daratan No Kawasan Ketinggian Luas Persen (Ha) (%) 1 Zona 1-5 meter 1.235 18 Awas 2 Zona 5-10 meter 3.052 45 Waspada 3 Zona 10-15 meter 2.441 37 Aman Sementara 4 Zona Aman >15 meter - Sumber : Hasil Analisis Tahun 2014

Analisis Daerah Rawan Tsunami Berdasarkan panjang Sapuan Hal ini bertujuan untuk menentukan lingkup luas daerah yang terkena sapuan gelombang tsunami. Cara yang dilakukan yaitu dengan menarik garis lurus dari garis pantai sepanjang 2 kilometer sacara vertikal Tabel 2. Analisis daerah Rawan Bahaya Tsunami Berdasarkan panjang sapuan Gelombang No Parameter Luas Area Persen (Ha) (%) 1 Panjang Sapuan Gelombang Tsunami sepanjang 2 Kilometer Sumber : Hasil Analisis Tahun 2014 2.415 Analisis Daerah Rawan Bahaya Tsunami Berdasarkan Elevasi daratan dan Panjang sapuan Gelombang Tsunami kedaratan. 36 Untuk melakukan analisis daerah rawan bahaya tsunami ini, dilakukan dengan cara melakukan kombinasi yaitu dengan metoda sifat datar dengan membuat garis tegak lurus sepanjang 2 kilometer dari garis pantai dan dikaitkan dengan Ketinggian atau elevasi daratan. Gelombang Berdasarkan Elevasi daratan dan Panjang sapuan Gelombang diatas maka langkahlangkah yang dapat dilakukan adalah dengan asumsi sebagai berikut : 1. Asumsi bahwa Run up /ketinggian Gelombang yang terjadi pada bibir Pantai yaitu 5 meter dan panjang sapuan maksimal gelombang tsunami yaitu sepanjang 2 kilometer dari bibir pantai. 2. Maka berdasarkan data elevasi/ketinggian diketahui bahwa zona Awas yaitu dengan ketinggian 1-5 mdpl, kemudian dikaitkan dengan panjang sapuan gelombang yaitu 2 kilometer. 3. Kemudian dilakukan Superimpose/ overlay antara Peta analisis berdasarkan Ketinggian dengan peta Panjang sapuan Gelombang Tsunami Kedaratan. Maka dapat diketahui bahwa kawasan yang berada pada sepanjang 2 kilometer dari pantai dengan ketinggian 1-5 mdpl, maka ditetapkan sebagai Zona Awas dan untuk kawasan dengan ketinggian 1-5mdpl melebihi 2kilometer dari pantai merupakan Zona Waspada. Berdasarkan Analisis Daerah Rawan Bahaya Tsunami berdasarkan Parameter Panjang Sapuan gelombang dan Elevasi daratan yang telah dilakukan diatas, maka

dapat dibagi menjadi lima(5) zona yaitu antara lain: a. Zona 1( Awas Tsunami) Zona ini merupakan zona awas bahaya tsunami berdasarkan elevasi daratan, dengan ketinggian 1-5 mdpl, berada dalam jangkauan panjang sapuan gelombang 2 kilometer dari garis pantai berpotensi terjadi genangan. Pada zona ini berdasarkan pengalaman Tsunami Aceh bangunan akan hancur total, sebagian bangunan yang memiliki kontruksi kuat bertahan. Bahaya yang mungkin datang ketika gelombang merambat menelusuri jalan raya atau sungai yang posisinya vertikal terhadap pantai. Untuk Evakuasi disasaran untuk kebangunan disekitar yang lebih tinggi dengan kontruksi yang kuat karena ancaman terhadap risiko keselamatan penduduk yang lebih parah b. Zona 2 ( Waspada Tsunami) Zona ini merupakan zona waspada berdasarkan elevasi daratan dengan ketinggian 5-10mdpl berada dalam jangkauan panjang sapuan gelombang 2 kilometer dari garis pantai. Pada zona ini, masih ditemui bangunan yang rusak berat tidak dapat digunakan kembali. Peluang masyarakat untuk melakukan evakuasi lebih besar disarankan untuk melalui jalan tikus memintas bisa disekitar bangunan, atau blok perumahan. c. Zona 3( Waspada II Tsunami) Zona ini merupakan zona awas berdasarkan elevasi daratan dengan ketinggian 1-5mdpl berada diluar jangkauan panjang sapuan gelombang 2 kilometer dari garis pantai. Bangunan bangunan yang ditemui juga rusak berat akan tetapi masih bisa digunakan kembali. Untuk penyelamatan masih bisa dilakukan melalui jalan formal ketempat dataran yang lebih tinggi d. Zona 4 (Aman Sementara Tsunami) Zona ini merupakan zona Aman Sementara berdasarkan elevasi daratan dengan ketinggian 5-10 mdpl berada diluar jangkauan panjang sapuan gelombang 2 kilometer dari garis pantai potensi terkena tsunami bisa datang melalui rambatan air sungai. Pada zona ini bangunan akan mengalami rusak ringan bisa diperbaiki, dan tanaman yang terkena air akan mati. e. Zona 5 (Aman Tsunami) Zona ini merupakan zona aman berdasarkan elevasi daratan dengan ketinggian 10-15 mdpl berada diluar jangkauan panjang sapuan gelombang 2 kilometer dari garis pantai. Merupakan kawasan yang diperkirakan tidak akan mengalami kerusakan tetapi tidak tertutup kemungkinan bila kawasan ini terendam air tsunami setingkat genangan banjir apabila terjadi

gelombang yang cukup besar Tempat ini bisa dimanfaatkan untuk evakuasi. Tabel 3. Luas Daerah Rawan Bahaya Tsunami Berdasarkan Panjang Sapuan Geombang dan Elevasi Daratan No Zona Luas (Ha) Persen (%) 1 Zona 1 1.125 17 2 Zona 2 1.198 18 3 Zona 3 110 2 4 Zona 4 1.854 27 5 Zona 5 2.441 36 Jumlah 6.728 100 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2015 Analisis Pemanfaatan Lahan Pada daerah Rawan Bencana Tsunami Setelah dilakukan analisis Karakteristik fisik daerah rawan bencana tsunami, yang terdiri dari analisis berdasarkan jarak dari garis pantai, dan ketinggian kemudian didapat peta rawan bencana tsunami yang kemudian dilakukan overlay dengan penggunaan lahan eksisting dapat diketahui bagaiman pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana Tsunami Tabel 4. Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan Bencana Tsunami Tingkat Luas Persen Penggunaan Lahan Kerawanan (Ha) (%) Zona 1 Sawah Irigasi 361 5,36 Tegalan/ladang 261 3,88 Perkampungan 283 4,21 Perkebunan 79 1,17 Rakyat Muara 17 0,25 Pasir Pantai 124 3,09 Zona 2 Perkampungan 208 8,80 Sawah irigasi 592 3,05 Tegalan/ladang 205 2,87 Perkebunan 193 1,17 rakyat Zona 3 Sawah Irigasi 79 0,19 Perkampungan 13 0,26 Tegalan 18 13 Ladang Zona 4 Sawah irigasi 875 2,91 Perkampungan 196 4,93 Tegalan/ladang 332 6,70 Perkebunan 451 16 Rakyat Zona 5 Sawah Irigasi 1.079 4,16 Perkampungan 280 13,76 Perkebunan 962 1,63 Rakyat Tegalan 110 0,15 Ladang Hutan Tanam 10 5,36 Sumber : Hasil Analisis Tahun 2015 Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Lahan Daerah Rawan Bencana Tsunami dengan Rencana Pola ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Pesisir Selatan Adapun fokus dasar yang digunakan untuk melakukan analisis Kesesuian Kebijakan pengendalaian pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana ini yaitu arahan kebijakan pengendalian pemanfaatan lahan pada daerah rawan bencana tsunami. sesuai dengan RTRW dengan pemanfaatan lahan pada daerah penelitian.

Berdasarkan Kesesuaian Analisis Pemanfaatan Lahan dengan Rencana Pola Ruang, diatas maka dapat dilihat, bahwa: Zona 1 Berkurangnya Luas Sawah irigasi sebanyak 3,04% dan terjadi pada penambahan Luas perkampungan 0,06% dan Tegalan/ladang 2,35% pada gunalahan eksisting. Zona 2 Bertambahnya luas perkampungan 0,52%,, tegalan/ladang 2,43% dan perkebunan rakyat 2,2% dengan ditandainya berkurangnya luas sawah irigasi 5,14% Zona 3 Tetap sama antara gunalahan eksisting dengan rencana Pola ruang Zona 4 Bertambahnya luas perkampungan 1,57%, tegalan/ladang 4,28% dan perkebunan rakyat 6,31% ditandainya berkurangnya luas sawah irigasi 12%. Zona 5 Bertambahnya luas perkampungan 1,97%, dan perkebunan rakyat 12,47% ditandainya berkurangnya luas sawah irigasi 13,56%, tegalan/ladang 0,73%. Analisis Kerentanan Tingkat Kerentanan dan Kapasitas masyarakat ini meliputi data Jumlah Penduduk, penggunaan Lahan permukiman dan kepadatan penduduk dan mata pencarian penduduk. Analisis Kerentanan Fisik Besarnya intensitas kawasan terbangun berpengaruh terhadap tingginya peluang jatuhnya korban jiwa maupun harta benda. Interval kerentanan Fisik Alami pada variabel kepadatan kawasan terbangun diukur dengan rumus sebagai berikut. Persentase Kawasan Tebangun = Luas Kawasan terbangun x100 Luas zona Tabel 5. Analisis Kerentanan Fisik Berdasarkan zona Rawan Bencana Tsunami N o Zona Rawan Kawasa n Terbang un (ha) Luas Zona (Ha) Persenta se Kawasa n Terbang un (%) Kerentana n 1 Zona 1 283 1.125 25 Tinggi 2 Zona 2 208 1.198 17 Sedang 3 Zona 3 13 110 12 Rendah 4 Zona 4 196 1.854 10 Rendah 5 Zona 5 280 2.441 11 Rendah Sumber: Hasil Analisis Tahun 2015 Kerentanan Ekonomi Adapun salah satu indikator kerentanan ekonomi adalah persentase rumah tangga yang bekerja pada sektor rentan ( Rawan terhadap pemutusan hubungan kerja). Adapun pada kawasan studi mata pencarian yang berhubungan dengan kerapuhan masyarakat yang bekerja pada sektor rentan adalah nelayan dan petani.

Kerentanan Ekonomi Sektor Mata Pencarian Nelayan Tabel 6. Analisis Kerentanan Ekonomi Jumlah Penduduk Mata Pencarian Nelayan N o Zona Rawan Benca na Persentase luas permukim an (%) Jumla h Nelay an Kerentan an 1 Zona 1 28,88 1.194 Tinggi 2 Zona 2 21,22 877 Tinggi 3 Zona 3 1,33 54 Rendah 4 Zona 4 20 827 Sedang 5 Zona 5 28,57 1.184 Tinggi Hasil Analisis Tahun 2015 Analisis Kerentanan Ekonomi Mata pencarian Petani Tabel 7. Analisis Kerentanan Ekonomi Mata Pencarian Petani Zona Rawan Bencana Jumlah Petani (jiwa) Luas sektor lahan (Ha) Kepadatan (jiwa/ha) Kerentanan Zona 1 3.483 701 4,97 Tinggi Zona 2 2.560 990 2,58 Rendah Zona 3 160 97 1,65 Rendah Zona 4 2.411 1.658 1,45 Rendah Zona 5 3.445 2.115 1,63 Rendah Sumber : Hasil Analisis Tahun 2015 Kerentanan Sosial Analisis kepadatan penduduk digunakan untuk melihat kepadatan penduduk di setiap zona dimana cara untuk melihat kepadatan penduduk adalah dengan membagi jumlah penduduk dengan luas wilayah setiap per zona. Semakin padat suatu wilayah akan sangat berpengaruh pada kerentanan sosial masyarakat. Interval kerentanan sosial pada variabel kepadatan penduduk diukur dengan rumus sebagai berikut. Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk Luas Kawasan Permukiman Tabel 8. Analisis Kerentanan Sosial Berdasarkan Zona Rawan Bencana Tsunami Zona Rawan Bencana Jumlah Penduduk (jiwa) Luas perkam pungan (Ha) Kepadatan (jiwa/ha) Kerentanan Zona 1 12.532 283 44,28 Rendah Zona 2 9.207 208 44,26 Rendah Zona 3 577 13 44,38 Tinggi Zona 4 8.678 196 44,27 Rendah Zona 5 12.397 280 44,27 Rendah Sumber : Hasil Analisis Tahun 2015 Arahan Kebijakan Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan Bencana Tsunami Zona 1, Dengan pertambahan luas tegalan/ladang yang cukup besar 2,35% pada eksisting, maka sebaiknya dikembangkan dengan tanaman sebagai pelindung antisipasi pengurangan bencana, seperti tanaman kelapa serta tanaman hijau lainnya, Pembangunan batu pemecah ombak dipantai, Dengan intensitas kawasan terbangun yang cukup tinggi, maka perlu dilakukan pembatasan pembangunan baru, hanya perlu didirikan bangun sebagai shelter, Diperlukan sosialisasi/penyuluhan dan simulasi tanggap bencana pada masyarakat

Zona 2, Perkembangan permukiman baru diperbolehkan dengan kepadatan rendah sesuai peraturan dan tingkat bahaya juga dengan struktur tahan gempa, Penghijauan kawasan sebagai pelindung mitigasi bencana,. Pembangunan prasarana penunjang dibutuhkan seperti shelter dan jalur evakuasi dalam mengurangi resiko bencana, Diperlukan sosialisasi/penyuluhan dan simulasi tanggap bencana pada masyarakat Zona3 Perkembangan permukiman baru diperbolehkan dengan kepadatan sedang dan kegiatan budidaya lainnya. Zona 4 Perkembangan permukiman baru utama diarahkan pada zona ini dan juga kegiatan budidaya lainnya.pembanguan tetap dengan struktur tahan gempa dengan kepadatan sedang., Pembangunan prasarana penunjang juga dibutuhkan seperti shelter dan jalur evakuasi dalam mengurangi resiko bencana, Diperlukan sosialisasi/penyuluhan dan simulasi tanggap bencana pada masyarakat Zona 5 Perkembangan permukiman baru utama diarahkan pada zona ini dan juga kegiatan budidaya lainnya pembangunan bisa darahkan intensitas tinggi. Dengan struktur tahan gempa, Kegiatan- kegiatan strategis seperti pusat pemenrintahan kegiatan pendidikan, kesehatan dan lainnya, hal ini juga berpengaruh dalam peningkatan kapasitas masyarakat menurunkan tingkat kerentanan ekonomi tinggi, Pembangunan tempat pengungsian apabila terjadi bencana tsunami, Diperlukan sosialisasi/penyuluhan dan simulasi tanggap bencana pada masyarakat Kesimpulan dan Saran kesimpulan dan beberapa saran berupa rekomendasi yang diperoleh dari seluruh tahapan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian tentang Kajian Pemanfaatan Lahan Pada Daerah Rawan Bencana Tsunami Di Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Kesimpulan Pada zona 1 dan zona 2 yang merupakan dalam area jangkauan Tsunami, perlu dilakukan antisipasi pengurangan resiko bencana dengan cara penghijauan, pembatasan pemabangunan baru, pembangunan jalur evakuasi dan sosialisai simulasi tanggap bencana pada masyarakat Sedangkan untuk zona 3,4 dan 5 lebih diperlukan adanya pembangunan lebih diarahkan pada zona ini, khususnya zona 4 dan zona 5. Kegiatan strategis seperti pemerintahan, sekolah, Pasar dan lainnya diarahkan pada zona ini, hal tersebut berpengaruh dalam peningkatan kapasitas

masyarakat dengan menurunnya tingkat kerentanan ekonomi yang tinggi dan pembangunan tempat pengungsian bila terjadi bencana. Saran Dengan diketahuinya bagaimana pemanfaatan lahan daerah Rawan Bencana Tsunami dan Kerentanan Bahaya Tsunami, diharapkan menjadi pertimbangan Perencanaan tata ruang kedepannya dan untuk kawasan yang berada pada zona Awas bencana tsunami dengan kerentanan yang tinggi khususnya, perlu diberikan peratian khusus bagi pemerintah dalam penanganan perizinan untuk pembangunan permukiman, sarana penting lainnya, Perlu dilakukannya upaya untuk meningkatkan kapasitas dan mengurangi Kerentanan. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan lahan dengan cara meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan pendidikan non formal sehingga pengetahuan dan pemahaman terhadap kondisi lingkungan akan meningkat dalam melindungi lingkungan dari ancaman bahaya tsunami, sedangkan upaya mengurangi Kerentanan masyarakat pada zona bahaya tinggi tsunami dengan melakukan kegiatan mitigasi bencana dengan bentuk sosialisasi, melakukan penanaman tanaman untuk antisipasi dampak bencana dan pembangunan infrastruktur khususnya sarana pendukung untuk tenpat evakuasi sementara seperti pembangunan shelter sebagai upaya penanganan terhadap dampak bencana tsunami. Daftar Pustaka Sakti,Bima,2009, Ruang Terbuka Sebagai Ruang Evakuasi Bencana Tsunami Kabupaten Kulonprogro, Universitas Diponegoro Semarang. Moch, Hajar, 2006, Pemetaan Tingkat Kerawanan Tsunami Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Pertanian Bogor Geografis(SIG),Institut Pengenalan Karakteristik Bencana dan Upaya Mitigasinya di Indonesia, BAKORNAS PB.2007 Mitigasi Bencana Bahaya Tsunami,Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No.15/2011, Jakarta Pedoman Pembuatan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami, Kementrian Negara riset dan Teknologi. 2007, RTRW Kabupaten Pesisir Selatan, Tahun 2010-2030, BAPPEDA Kabupaten Pesisir Selatan. Undang-undang Republik Indonesia No.24, Penanggulangan Bencana: 2007.