SURVEI KREDIT PERBANKAN TRIWULAN I-2005 Permintaan kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan I-2005 secara indikatif memperlihatkan peningkatan, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut diprakirakan akan berlanjut pada triwulan II- 2005 Total Permintaan Kredit secara indikatif total permintaan kredit mengalami perlambatan Hasil survei pada triwulan I-2005 yang dilakukan terhadap 50 bank umum mengindikasikan adanya peningkatan permintaan kredit masyarakat terhadap perbankan seperti tercermin pada angka neto sebesar 54,5%, namun melambat dibandingkan angka neto pada triwulan sebelumnya sebesar 79,7%. Peningkatan total permintaan kredit tersebut terjadi pada kelompok bank besar dengan angka neto sebesar 73,8%. Sementara itu, kelompok bank menengah dan bank kecil turun dengan angka neto masing-masing sebesar 34,1% dan 3,0%. Pada triwulan II-2005, total permintaan kredit diprakirakan secara indikatif masih akan naik yang tercermin dari angka neto sebesar 91,1%. Peningkatan total permintaan kredit tersebut diperkirakan terjadi pada kelompok bank besar dengan angka neto sebesar 98,5%, diikuti oleh bank menengah sebesar 68,7% dan kelompok bank kecil sebesar 32,3%. (% Angka Neto) Grafik 1 Permintaan Kredit 140 120 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 91.1 98.2 98.5 72.2 79.7 80.9 73.8 54.5 57.7 68.7 32.7 17.6-3.0-18.2-34.1 Seluruh Bank Bank Besar Bank Menengah Bank Kecil 32.3 Tw. III-2004 Tw. IV-2004 Tw. I-2005 Prakiraan Tw. II-2005 Permintaan Kredit Baru.. permintaan kredit baru juga mengalami perlambatan Metodologi Dari total permintaan kredit di atas, yang merupakan Permintaan kredit baru selama triwulan I-2005 juga mengalami perlambatan. Hal tersebut tercermin dari angka neto sebesar 51,5%, atau lebih rendah dibandingkan angka neto pada triwulan sebelumnya sebesar 65,7%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan nasabah untuk pembiayaan usaha dan promosi penawaran Survei Kredit Perbankan dilaksanakan secara triwulanan terhadap bank-bank umum yang berkantor pusat di Jakarta. Pengiriman dan pengumpulan kuesioner dilakukan dengan menggunakan surat dan faksimili. Metode pengolahan data dengan menggunakan metode saldo bersih (net balance), yakni menghitung selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban meningkat dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban menurun (dalam laporan ini menggunakan istilah angka neto ). Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 1
kredit oleh bank yang lebih agresif. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan permintaan kredit baru tersebut terjadi pada kelompok bank besar dengan angka neto sebesar 67,1%. Sementara itu, kelompok bank menengah dan bank kecil turun dengan angka neto masing-masing sebesar 18,3% dan 3,0%. Berdasarkan jenis penggunaannya, permintaan kredit baru terbesar dalam bentuk kredit modal kerja (70,7%), diikuti oleh kredit konsumsi (24,4%) dan kredit investasi (4,9%). Sementara itu, sebagian besar kredit konsumsi merupakan permintaan untuk kredit kredit, permintaan kredit baru terbanyak adalah kredit diatas Rp. 5 milyar (39,0%), diikuti oleh kredit menengah (>Rp500 juta s.d. Rp5 miliar) sebesar 31,7%, kredit kecil (>Rp50 juta s.d. Rp500 juta) sebesar 14,7%, dan kredit mikro (s.d. Rp50 juta) sebesar 14,6%. permintaan kredit baru diprakirakan masih akan naik Pada triwulan II-2005, permintaan kredit baru diprakirakan secara indikatif masih akan naik yang tercermin dari angka neto sebesar 90,5%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan nasabah untuk pembiayaan usaha dan promosi penawaran kredit yang lebih agresif. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan permintaan kredit baru diprakirakan terjadi pada semua kelompok bank. Kelompok bank besar merupakan kelompok bank yang lebih optimis dalam memprakirakan akan terjadinya peningkatan permintaan kredit baru dengan angka neto 98,5%, kemudian kelompok bank menengah sebesar 64,4% dan bank kecil sebesar 32,9%. Berdasarkan jenis penggunaannya, permintaan kredit baru diprakirakan masih akan didominasi oleh kredit modal kerja (73,8%), diikuti oleh kredit konsumsi (21,4%) dan kredit investasi (4,8%). Sementara itu, sebagian besar kredit konsumsi masih tetap dalam bentuk kredit kredit, perkiraan permintaan kredit baru terbesar adalah menengah (>Rp500 juta s.d. Rp5 miliar) sebesar 42,9%, diikuti oleh kredit kredit diatas Rp.5 milyar sebesar 35,7%, kredit mikro (s.d. Rp50 juta) sebesar 14,3% dan kredit kecil (>Rp50 juta s.d. Rp500 juta) sebesar 7,1%. Permintaan Tambahan atas Fasilitas Kredit yang Sudah Ada permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada mengalami peningkatan pada triwulan II-2005 diprakirakan akan naik Permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada pada triwulan I- 2005, berdasarkan hasil survei mengindikasikan adanya peningkatan seperti tercermin pada angka neto sebesar 45,7%, atau lebih tinggi dibandingkan angka neto pada triwulan sebelumnya sebesar 35,6%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya kebutuhan nasabah untuk pembiayaan usaha dan promosi penawaran kredit yang lebih agresif. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada tersebut terjadi pada kelompok bank besar dengan angka neto sebesar 51,0%, diikuti oleh bank menengah sebesar 33,2%. Sementara itu, kelompok bank kecil turun dengan angka neto sebesar 13,7%. Berdasarkan jenis penggunaannya, permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada terutama dalam bentuk kredit modal kerja (82,5%), diikuti oleh kredit konsumsi (15,0%) dan kredit investasi (2,5%). Sementara itu, sebagian besar kredit konsumsi merupakan permintaan kredit kredit, permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada terbesar adalah menengah (>Rp500 juta s.d. Rp5 miliar) sebesar 40,0%, diikuti oleh kredit kredit diatas Rp.5 milyar sebesar 37,5%, kredit kecil (>Rp50 juta s.d. Rp500 juta) sebesar 15,0%, dan kredit mikro (s.d. Rp50 juta) sebesar 7,5%. Pada triwulan II-2005, permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada diprakirakan meningkat dengan angka neto sebesar 71,5%. Peningkatan tersebut terutama disebabkan meningkatnya kebutuhan nasabah untuk pembiayaan usaha dan promosi penawaran kredit yang lebih agresif. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada diprakirakan terjadi pada semua kelompok bank. Kelompok bank besar memprakirakan akan terjadinya peningkatan permintaan tambahan atas fasilitas Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 2
kredit yang sudah ada dengan angka neto sebesar 75,8%, diikuti oleh kelompok bank menengah dan bank kecil masing-masing sebesar 65,3% dan 13,9%. Berdasarkan jenis penggunaannya, permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada diprakirakan masih akan didominasi dalam bentuk kredit modal kerja (80,5%), diikuti oleh kredit konsumsi (14,6%) dan kredit investasi (4,9%). Sementara itu, sebagian besar kredit konsumsi merupakan permintaan kredit kredit, permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada terbesar adalah kredit menengah (>Rp500 juta s.d. Rp5 miliar) sebesar 43,9%, diikuti oleh kredit kredit diatas Rp.5 milyar sebesar 34,1%, kredit kecil (>Rp50 juta s.d. Rp500 juta) sebesar 12,2%, dan kredit mikro (s.d. Rp50 juta) sebesar 9,8%. Persetujuan Pemberian Kredit Baru pemberian persetujuan kredit baru mengindikasikan terjadinya peningkatan, namun sedikit melambat pada triwulan II-2005, diprakirakan meningkat Hasil survei memperlihatkan bahwa persetujuan pemberian kredit baru bank umum pada triwulan I-2005 mengindikasikan terjadinya peningkatan seperti tercermin pada angka neto sebesar 65,2%, namun melambat dibandingkan angka neto pada triwulan sebelumnya sebesar 69,4%. Alasan peningkatan persetujuan pemberian kredit baru dari sisi internal bank adalah tingkat keuntungan yang lebih menarik dibanding penempatan lainnya dan rasio kecukupan modal bank mencukupi, sedangkan dari sisi eksternal bank adalah prospek usaha nasabah membaik dan kondisi ekonomi membaik. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan persetujuan pemberian kredit baru terjadi pada kelompok bank besar dengan angka neto sebesar 85,4%. Sementara itu, kelompok bank menengah dan bank kecil mengalami penurunan dengan angka neto masing-masing sebesar 22,8% dan 15,0%. Berdasarkan jenis penggunaannya, persetujuan pemberian kredit baru dalam bentuk kredit modal kerja (KMK) masih menjadi prioritas utama yaitu sebesar 75,6%, diikuti kredit konsumsi (22,0%) dan kredit investasi (2,4%). Pemberian kredit konsumsi terutama disalurkan untuk kredit kendaraan bermotor dan properti/perumahan. Berdasarkan sektor ekonomi, persetujuan pemberian kredit baru terutama diberikan pada sektor perdagangan, hotel & restoran dan diikuti pada sektor industri pengolahan. Berdasarkan angka nominal kredit, persetujuan pemberian kredit baru terbesar terjadi pada kredit menengah (>Rp500 juta s.d. Rp5 miliar) sebesar 36,6%, diikuti oleh kredit kredit diatas Rp.5 milyar sebesar 31,7%, kredit kecil (>Rp50 juta s.d. Rp500 juta) sebesar 19,5%, dan kredit mikro (s.d. Rp50 juta) sebesar 12,2%. Pada triwulan II-2005 persetujuan pemberian kredit baru bank umum diprakirakan akan meningkat seperti tercermin dengan angka neto sebesar 62,3%. Alasan utama meningkatnya persetujuan pemberian kredit baru dari sisi internal bank adalah rasio kecukupan modal bank mencukupi dan tingkat keuntungan yang lebih menarik dibanding penempatan lainnya, sedangkan alasan dari sisi eksternal bank adalah prospek usaha nasabah membaik dan kondisi ekonomi membaik. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan tertinggi dalam persetujuan pemberian kredit baru diprakirakan akan terjadi pada kelompok bank menengah yang tercermin pada angka neto sebesar 66,2%, kemudian diikuti oleh kelompok bank besar sebesar 62,1% dan kelompok bank kecil sebesar 53,8%. Berdasarkan jenis penggunaannya, prakiraan persetujuan pemberian kredit baru terutama dalam bentuk kredit modal kerja (77,5%), diikuti oleh kredit konsumsi (17,5%) dan kredit investasi (5,0%). Sementara itu, sebagian besar kredit konsumsi diprakirakan disalurkan pada kredit properti/perumahan dan kredit kendaraan bermotor. Berdasarkan sektor ekonomi, prakiraan persetujuan pemberian kredit baru terutama diberikan pada sektor perdagangan, hotel & restoran dan diikuti oleh sektor industri pengolahan. Berdasarkan angka nominal kredit, persetujuan pemberian kredit baru terbesar terjadi pada kredit menengah (>Rp500 juta s.d. Rp5 miliar) sebesar 41,5%, diikuti oleh kredit kredit diatas Rp.5 milyar sebesar 34,1%, kredit mikro (s.d. Rp50 juta) sebesar 14,6% dan kredit kecil (>Rp50 juta s.d. Rp500 juta) sebesar 9,8%. Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 3
Grafik 2 Pemberian Persetujuan Kredit Baru (% Angka Neto) 120 100 80 60 40 20 0-20 -40-60 73.1 69.4 65.2 55.3 62.3 90.0 85.4 62.1-4.1-3.9-22.8 66.2-30.1 Seluruh Bank Bank Besar Bank Menengah Bank Kecil 26.0-15.0 53.8 Tw III-2004 Tw IV-2004 Tw I-2005 Prakiraan Tw II-2005 Prakiraan Dana Pihak Ketiga dana pihak ketiga akan naik terutama berupa deposito Pada triwulan II-2005, secara angka neto responden memprakirakan akan terjadi peningkatan dana pihak ketiga dengan angka neto sebesar 87,4%. Peningkatan dana pihak ketiga terutama dalam bentuk deposito (53,3%), tabungan (23,4%) dan giro (23,3%). Peningkatan fasilitas & pelayanan jasa perbankan dan meningkatnya tingkat suku bunga dana diprakirakan menjadi faktor pendorong peningkatan dana pihak ketiga tersebut. Berdasarkan kelompok bank, peningkatan dana pihak ketiga tertinggi diprakirakan akan terjadi pada kelompok bank besar dengan angka neto sebesar 96,8%, diikuti oleh bank kecil sebesar 71,8% dan bank menengah sebesar 41,4%. Prakiraan Penempatan Dana pemberian kredit, SBI dan obligasi pemerintah masih menjadi alternatif utama penempatan dana Pilihan utama sebagian besar responden dalam menempatkan dananya pada triwulan II-2005 adalah diprakirakan dalam bentuk pemberian kredit, diikuti dalam bentuk pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan obligasi pemerintah. Alasan utama penempatan dana dalam bentuk pemberian kredit adalah karena return yang lebih baik, meningkatkan profitabilitas dan meningkatnya prospek usaha nasabah. Sementara itu, alasan penempatan pada SBI karena SBI merupakan alternatif penempatan dana yang aman dan likuid. Tingkat keuntungan yang cukup baik dengan risiko yang relatif rendah menjadi pendorong responden untuk menempatkan dananya dalam bentuk obligasi pemerintah. Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 4
Suku Bunga Dana cost of funds mengalami peningkatan cost of loanable funds mengalami penurunan Tingkat suku bunga dana (cost of funds) pada bank responden secara ratarata sederhana (simple average) baik dalam rupiah maupun valas pada triwulan I- 2005 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat suku bunga dana dalam rupiah berada dalam kisaran 4,96% - 7,48% dan dalam valas berada dalam kisaran 0,59% - 2,41%. Pada triwulan II-2005, peningkatan tingkat suku bunga dana baik dalam rupiah maupun valas diprakirakan masih terus berlanjut. Tingkat suku bunga dana dalam rupiah diprakirakan berada dalam kisaran 5,04% - 7,65% dan dalam valas berada dalam kisaran 0,61% - 2,61%. Responden menyatakan peningkatan tersebut diprakirakan disebabkan oleh peningkatan suku bunga SBI. Cost of loanable funds pada bank responden baik dalam rupiah maupun valas secara rata-rata sederhana mengalami penurunan pada triwulan I-2005. Cost of loanable funds dalam rupiah berada dalam kisaran 6,16% - 11,47% dan dalam valas berada dalam kisaran 0,84% - 4,21%. Pada triwulan II-2005, Cost of loanable funds baik dalam rupiah maupun valas diprakirakan akan mengalami peningkatan. Cost of loanable funds dalam rupiah diprakirakan berada dalam kisaran 6,28% - 11,75% dan dalam valas berada dalam kisaran 0,94% - 4,51%. Tabel 1 Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Dana (Rupiah dan Valas) SUKU BUNGA DANA Tw. IV-2004 Tw. I-2005 Prakiraan Tw. II-2005 Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Seluruh Bank A. Dalam Rupiah : 1. Cost of funds 6,14% 4,82% - 7,46% 6.22% 4,96% - 7,48% 6.35% 5,04% -7,65% 2. Cost of Loanable funds 9,41% 6,67% - 12,16% 8.82% 6,16% - 11,47% 9.02% 6,28% - 11,75% B. Dalam Valas : 1. Cost of funds 1,30% 0,49% - 2,11% 1.50% 0,59% - 2,41% 1.61% 0,61% - 2,61% 2. Cost of Loanable funds 2,54% 0,97% - 4,11% 2.53% 0,84% - 4,21% 2.73% 0,94% - 4,51% Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 5
Suku Bunga Kredit suku bunga kredit dalam Rupiah dan Valas relatif tidak mengalami perubahan Tingkat suku bunga kredit pada bank responden baik dalam rupiah maupun valas pada triwulan I-2005 relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II-2005 tingkat suku bunga kredit dalam rupiah dan dalam valas diprakirakan relatif sama dibandingkan pada triwulan I-2005. Tabel 2 Perkembangan Rata-rata Suku Bunga Kredit (Rupiah dan Valas) JENIS KREDIT Tw. IV-2004 Tw. I-2005 Prakiraan Tw. II-2005 Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Rata-rata Kisaran Seluruh Bank A. Dalam Rupiah : 1. Kredit Modal Kerja 13,87% 10,87% - 16,87% 13.69% 10,58% - 16,80% 13.82% 10,94% - 16,70% 2. Kredit Investasi 14,72% 12,24% - 17,20% 14.58% 12,00% - 17,16% 14.60% 12,17% - 17,04% 3. Kredit Konsumsi 14,28% 10,22% - 18,34% 14.76% 10,20% - 19,32% 14.47% 10,17% - 18,76% B. Dalam Valas : 1. Kredit Modal Kerja 6,03% 3,84% -8,23% 6.12% 4,07% -8,17% 6.15% 4,26% - 8,04% 2. Kredit Investasi 6,60% 4,28% - 8,93% 6,60% 4,39% - 8,80% 6.60% 4,54% - 8,66% 3. Kredit Konsumsi 7,72% 3,49% - 11,95% 6.41% 3,74% - 9,09% 6.47% 3,98% - 8,95% Bagian Statistik Sektor Riil dan Keuangan Pemerintah 6