BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Dinas Pendapatan UPPD Provinsi Jawa Barat Wilayah XII

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pajak Kendaraan Bermotor

e. merencanakan pelaksanaan koordinasi Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi dalam pelaksanaan tugas; f. merencanakan dan mengkoordinasikan pelaksana

d. Kepala Seksi Seksi Pendapatan Lain-lain; e. Kelompok Jabatan Fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. daerah, karenanya pembangunan lebih diarahkan ke daerah-daerah, sehingga

BAB II GAMBARAN UMUM Sejarah Dinas Pendapatan Provinsi Riau (DIPENDA) pembentukan Dinas Pajak dan Pendapatan Propinsi Riau.

GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 49 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN PROVINSI RIAU. Dinas Pendapatan Provinsi Riau di bentuk berdasarkan surat Gubernur Riau Nomor :

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT

Oleh Nama : Dede Bahrudin

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT. No SERI D

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah dan Perkembangan DPPKA Surakarta. Kota Surakarta tidak luput dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. potensi pajak maupun retribusi daerah di kota medan belum begitu banyak,

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PENDAPATAN BUPATI TASIKMALAYA B U P A T I TASIKMALAY A

BAB II DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. Berdasarkan surat keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 12 Tahun 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENGGUNAAN DAN PENGALOKASIAN DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 98 TAHUN 2008

Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) dan Satu Data Pembangunan Jawa Barat

BAB II PROFIL DINAS PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Ringkas Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

WALIKOTA TASIKMALAYA

IKHTISAR EKSEKUTIF. 3. Efektifnya pemungutan seluruh potensi penerimaan pendapatan daerah;

PAGU ANGGARAN (Rp) 1 Pengadaan Pakaian Korpri 134,950, Juli. 1 Jasa Kebersihan 164,700,000 Pebruari. 2 Jasa Keamanan 135,000,000 Pebruari

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 96 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA PEKANBARU. 2.1 Sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN

Peraturan...

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. dengan warga negaranya (Ruyadi, 2009). Dengan adanya perkembangan

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKL Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Sumatera Utara

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 45 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PENDAPATAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang Indonesia memiliki pendapatan dari berbagai

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI. A. Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pendapatan Kota Tebing Tinggi

BAB III METODE PENULISAN. menggunakan 2 (dua) metode pengumpulan data yaitu: a. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DALAM RANGKA SINERGITAS PERENCANAAN PEMBANGUNAN DI

PROFIL KANTOR PELAYANAN PAJAK DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II GAMBARAN DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

TUGAS, POKOK DAN FUNGSI BADAN PENDAPATAN DAERAH KAB. SERDANG BEDAGAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian, proses penelitian dan sistematika penulisan.

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2010 Kementerian Keuangan. Dana Bagi Hasil. Pertambangan. Panas Bumi.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENDAPATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan tujuan Pembangunan Nasional demi masyarakat adil

Lembaran Daerah Propinsi Jawa Barat

BAB II GAMBARAN UMUM. II.1 Deskripsi Umum Tentang Dinas Pendapatan Provinsi Riau

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001

MODAL DASAR PD.BPR/PD.PK HASIL KONSOLIDISASI ATAU MERGER

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER KOTA BEKASI TAHUN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH PERUBAHAN DRAFT AWAL RANCANGAN RENCANA STRATEGIS BADAN PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, melalui pajak tersebut Pemerintah mampu membiayai pengeluaran

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH WALIKOTA MADIUN,

BAB IV GAMBARAN UMUM Sekilas Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan antara pemerintah pusat dan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN MENARA TELEKOMUNIKASI

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2013 (dalam rupiah)

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 52 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR BADAN PENDAPATAN DAERAH Jl. Wr. Soepratman No. 9 Telp. (0342) B L I T A R

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PENDAPATAN KOTA TEBING TINGGI

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 47 TAHUN 2008 TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL BUPATI KUNINGAN,

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan karena dianggap tidak menghargai kaidah-kaidah demokrasi. Era reformasi

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Profil. [Gambar 2.1. Tempat prakerin di SAMSAT PAJAJARAN]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUMEDANG NOMOR : 4 TAHUN 1985 SERI D

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK

NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam melaksanakan penelitian pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur penulis memperoleh data dan mengetahui penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan pada tahun 2005-2009. 4.1.1 Gambaran Umum Instansi 4.1.1.1 Sejarah Instansi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat secara historis diawali dengan unit kerja yang bertugas untuk melakukan pengurusan Perpajakan dan Pendapatan Daerah, sebelum tahun 1971 ditangani oleh Biro Pendapatan dan Perpajakan yang berada dalam lingkungan bidang Administrasi Bidang Keuangan. Berdasarkan SK Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 219/PO/V/OM/SK/71 tanggan 25 September 1971 dibentuk Jawatan Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Jawatan ini secara efektif dimulai Tahun Anggaran 1972/1973, dengan dikeluarkannnya Surat Keputusan Gubernur tersebut, untuk pertama kalinya pengurusan Perpajakan dan Pendapatan Daerah ditangani secara terpisah dari lingkungan Keuangan. 40

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 41 Dengan dikeluarkannya Undang - Undang Nomor. 5 Tahun 1974 tentang Pokok - Pokok Pemerintahan di Daerah, Nomenklatur Jawatan Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, diganti menjadi Dinas Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Sejak Tahun 1970 kantor Dinas Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat bertempat di Jln. Ir. H. Juanda 37 Bandung. Tahun 1984 Kantor Dinas Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat pindah ke Gedung Baru yang berlokasi di Jln. Soekarno Hatta no. 528 Bandung. Sejak dibentuknya Dinas Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor : 7/DP040/1978 Tanggal 30 Agustus 1978 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, mendapat pengesahan Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan No. : Pem.10/69/40.655 tanggal 16 Oktober 1979, nomenklatur Dinas Perpajakan dan Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat tidak digunakan lagi. Pembentukan Dinas Pendapatan Daerah berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 363 Tahun 1977 Tanggal 4 November 1977 tentang pedoman Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah serta Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/7/39126 Tanggal 31 Maret 1978 Tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Dinas Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 7/PD-010/1978 Tanggal 30 Agustus yang kemudian diubah untuk pertama kali dengan Peraturan Daerah Nomor I Tahun 1990 tanggal 24 Januari 1990.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 42 Berdasarkan Undang- Undang Nomor : 11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli 1950), wilayah kerja Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, meliputi wilayah Banten, wilayah II Banten, wilayah III Cirebon, wilayah IV Purwakarta, dan wilayah IV Priangan. Perkembangan selanjutnya sejak ditetapkan Undang- Undang Nomor : 23 Tahun 2000, tentang Pembentukan Provinsi Banten, maka wilayah kerja Pembantu Gubernur Banten terpisah dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Begitu pula Cabang Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota yang berlokasi di wilayah Banten menjadi Cabang Dinas Pendapatan Provinsi Banten. Lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat, secara otomatis yang asalnya membawahi 25 Cabang Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota, maka sejak terbentuknya Provinsi Banten, menjadi 20 Cabang Dinas Pendapatan. Dengan diberlakukannya Undang- Undang Nomor 22 tahun1999 tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor : 84 tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaga Negara tahun 2000 nomor 165), maka Struktur Organiasi dan Tata Kerja (SOTK) Dinas/ Badan/ Lembaga di lingkungan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat telah diubah berdasar kepada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat no. 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya, Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat sesuai dengan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) yang baru, dibantu oleh Sekretariat, Bidang Perencanaan dan Pengembangan, Bidang Pajak, Bidang Non Pajak dan Bidang Pengendalian dan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 43 Pembinaan. Sedangkan dalam pelaksanaan tugas di lapangan, operasionalnya dilaksanakan oleh 31 (tiga puluh satu) Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Provinsi yang tersebar di Kabupaten/Kota se- Jawa Barat. UPP Lingkungan Dinas di Jawa Barat Terdiri dari : 1. UPP Wilayah Pelayanan I (Depok) 2. UPP Wilayah Pelayanan II (Cibinong) 3. UPP Wilayah Pelayanan III (Bogor) 4. UPP Wilayah Pelayanan IV (Sukabumi) 5. UPP Wilayah Pelayanan V (Cibadak) 6. UPP Wilayah Pelayanan VI (Pelabuhan Ratu) 7. UPP Wilayah Pelayanan VII (Cianjur) 8. UPP Wilayah Pelayanan VIII (Bekasi) 9. UPP Wilayah Pelayanan IX (Cikarang) 10. UPP Wilayah Pelayanan X (Karawang) 11. UPP Wilayah Pelayanan XI (Purwakata) 12. UPP Wilayah Pelayanan XII (Subang) 13. UPP Wilayah Pelayanan XIII (Cirebon) 14. UPP Wilayah Pelayanan XIV (Sumber) 15. UPP Wilayah Pelayanan XV (Ciledug) 16. UPP Wilayah Pelayanan XVI (Indramayu) 17. UPP Wilayah Pelayanan XVII (Haurgeulis) 18. UPP Wilayah Pelayanan XVIII (Kuningan) 19. UPP Wilayah Pelayanan XIX (Majalengka)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 44 20. UPP Wilayah Pelayanan XX (Bandung Barat) 21. UPP Wilayah Pelayanan XXI (Bandung Tengah) 22. UPP Wilayah Pelayanan XXII (Bandung Timur) 23. UPP Wilayah Pelayanan XXIII (Padalarang) 24. UPP Wilayah Pelayanan XXIV (Rancaekek) 25. UPP Wilayah Pelayanan XXV (Sumedang) 26. UPP Wilayah Pelayanan XXVI (Garut) 27. UPP Wilayah Pelayanan XXVII (Tasikmalaya) 28. UPP Wilayah Pelayanan XXVIII (Sukaraja) 29. UPP Wilayah Pelayanan XXIX (Ciamis) 30. UPP Wilayah Pelayanan XXX (Pangandaran) 31. UPP Wilayah Pelayanan XXXI (Cimahi) 4.1.1.1.1 Dasar Hukum Kelembagaan 1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat 2. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2001 Tanggal 4 Desember 2001 tentang tugas pokok, fungsi dan rincian Tugas Unit Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. 3. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 65 Tahun 2002 Tanggal 2 Desember 2002 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas pada Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 45 4.1.1.1.2 Dasar Hukum Pungutan 1. Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 tentang Pajak Pengambilan dan pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2. Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor. 2. Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 tentang Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 3. Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2001 Tanggal 18 Juli 2001 tentang Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 4. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2001. 5. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 7 Tahun 2001. 6. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 13 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2001. 7. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2001.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 46 8. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2002 Tanggal 13 Mei 2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2001. 4.1.1.1.3 Visi Sebagai pengelola pendapatan asli daerah (PAD) yang amanah dengan berorientasi kepada kepuasan pelayanan publik. 4.1.1.1.4 Misi 1. Meningkatkan penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) 2. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat 3. Memantapkan kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) 4. Menjalin jejaring kerja (networking) dan koordinasi secara sinergis dibidang pendapatan asli daerah (PAD). 4.1.1.2 Struktur Organisasi Instansi Struktur organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang didalamnya menggambarkan tugas dan wewenang yang harus dijalankan sesuai dengan posisinya dalam suatu organisasi tersebut. Dengan kata lain, dalam struktur organisasi yang baik tidak akan terjadi penyerobotan wewenang dan pelemparan tanggung jawab oleh dan kepada orang atau bagian lain. Struktur organisasi diperlukan untuk membantu mengarahkan usaha dalam organisasi sehingga usaha tersebut dapat dikoordinasikan dan sejalan dengan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 47 tujuan yang ingin dicapai. Dari struktur organisasi yang ada dapat diketahui kewajiban dan tanggung jawab tiap orang, sehingga akan jelas bagi mereka dalam menjalankan kewajibannya tersebut. Struktur organisasi yang baik akan mempermudah pula kontrol intern bagi perusahaan. Adapun struktur organisasi UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur sebagai berikut : KEPALA UPP SUB BAGIAN TATA USAHA SEKSI PKB/BBNKB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PAJAK NON PKB/BBNKB INSTALASI SEKSI NON PAJAK Gambar 4.1 Struktur Organisasi UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 48 4.1.1.3 Deskripsi Jabatan Kepala UPP 1. Kepala UPP mempunyai tugas pokok memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan pelasanaan kegiatan pelayanan pendapatan daerah. 1. Dalam melaksanakan tugas pokok, kepala UPP mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan teknis operasional di bidang pendapatan daerah b. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah 2. Rincian tugas Kepala UPP adalah sebagai berikut : a. Memimpin, mengatur, mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan UPP b. Menetapkan rencana kerja operasional tahunan sesuai dengan kebijakan teknis operasional dinas. c. Memberikan saran, pertimbangan dan atau informasi kepada kepala dinas sebagai bahan kebijakan; d. Menyelenggarakan pengaturan pelayanan umum bidang PKB/BBNKB pajak non PKB/BBNKB dan Non Pajak serta pendapatan lain yang menjadi kewenangan Propinsi. e. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; f. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan kegiatan UPP.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 49 Subbagian Tata Usaha 1. Subbagian tata usaha mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan rencana kerja, pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, umum dan pelaporan. 2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Subbagian tata usaha mempunyai fungsi : a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja UPP; b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan umum. 3. Rincian tugas Subbagian Tata Usaha adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan kegiatan dalam bidang ketatausahaan b. Menyiapkan dan menyusun rencana anggaran; c. Melaksanakan pengelolaan di bidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan umum di lingkungan UPP; d. Memberikan saran atau pertimbangan kepada kepala UPP mengenai hal-hal berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas kedinasan; e. Mengumpulkan dan mengolah bahan/laporan dibidang administrasi serta mengajukan pemecahan masalah dan pertimbangannya kepada Kepala UPP untuk dijadikan bahan pertimbangan lebih lanjut; f. Melaksanakan pengurusan rumah tangga UPP g. Melaksanakan koordinasi dengan instalasi terkait.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 50 Seksi PKB/BBNKB 1. Seksi PKB/BBNKB mempunyai tugas pokok melaksanakan pelaksanaan di bidang pungutan PKB/BBNKB. 2. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi PKB/BBNKB mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan pelayanan di bidang pungutan PKB/BBNKB melalui proses pemungutan yang didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Pelaksanaan kordinasi tugas pelayanan dibidang pungutan PKB/BBNKB; c. Pengendalian tugas pelayanan di bidang pungutan PKB/BBNKB. 3. Rincian tugas Seksi PKB/BBNKB adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan administrasi pendaftaran dan pendataan, penelitian, perhitungan dan penetapan, penagihan pembayaran dan penyetoran di bidang pungutan PKB/BBNKB; b. Melaksanakan pelayanan terhadap permohonan keberatan yang diajukan oleh para wajib pajak mengenai besarnya PKB/BBNKB dan tata cara pelunasan pembayaran PKB/BBNKB; c. Menyusun rumusan guna penyelesaian lebih lanjut terhadap tunggakan PKB/BBNKB dan atas keberatan yang diajukan oleh para wajib bayar sebagaimana yang dimaksud huruf b; d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; e. Melaksanakan evaluasi dan laporan.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 51 Seksi Pajak Non PKB/BBNKB 1. Seksi pajak Non PKB/BBNKB mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan pajak Non PKB/BBNKB. Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi pajak Non PKB/BBNKB mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan pelayanan di bidang Pajak Non PKB/BBNKB melalui proses pemungutan yang didasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas pelayanan di bidang Pajak Non PKB/BBNKB; c. Pengendalian tugas pelayanan di bidang Pajak Non PKB/BBNKB; d. Pelaporan seluruh kegiatan dalam pelaksanaan tugas pelayanan di bidang Pajak Non PKB/BBNKB. 2. Rincian tugas Seksi Pajak Non PKB/BBNKB a. Melaksanakan administrasi pendaftaran dan pendataan, penelitian perhitungan dan penetapan, penagihan, pembayaran dan penyetoran di bidang pungutan Pajak Non PKB/BBNKB; b. Melaksanakan pelayanan terhadap permohonan keberatan yang diajukan oleh para wajib pajak mengenai besarnya pajak dan tata cara pelunasan pembayaran Pajak Non PKB/BBNKB; c. Menyusun rumusan guna pelaksanaan penyelesaian lebih lanjut terhadap tunggakan Pajak Non PKB/BBNKB dan atas keberatan yang diajukan oleh para wajib pajak Non PKB/BBNKB;

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 52 d. Melaksanakan kordinasi dengan instalasi terkait; e. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan. Seksi Non Pajak 1. Seksi Non Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan dibidang pungutan Non Pajak. Untuk melaksanakan tugas pokok, Seksi Non Pajak mempunyai fungsi: a. Pelaksanaan administrasi pelayanan di bidang pungutan retribusi daerah melalui proses pemungutan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Pelaksanaan monitoring dalam bidang penerimaan pendapatan lainlain yang dikelola oleh dinas/instansi penghasil di lingkungan propinsi maupun hasil penerimaan dari pemerintah pusat; c. Pengendalian pelayanan bidang pungutan retribusi daerah dan pungutan Non Pajak. b. Rincian tugas Seksi Non Pajak a. Melaksanakan administrasi penagihan, pembayaran dan penyetoran di bidang pungutan tertentu dalam lingkup pungutan Non Pajak; b. Melaksanakan pelayanan terhadap permohonan keberatan yang diajukan oleh para wajib bayar mengenai besarnya pungutan dan tata cara pelunasan pembayaran pungutan tertentu dalam lingkup Non Pajak;

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 53 c. Menyusun rumusan guna pelaksanaan penyelesaian lebih lanjut terhadap tunggakan pungutan non pajak dan atas keberatan yang diajukan oleh para wajib bayar sebagaimana dimaksud pada bagian b diatas; d. Melaksanakan monitoring dalam bidang penerimaan pendapatan lainlain yang dikelola oleh dinas/instalasi penghasil dilingkungan propinsi maupun hasil penerimaan dari pemerintah pusat; e. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait; f. Melaksanakan evaluasi dan pelaporan. Instalasi 1. Instalasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan operasional UPP di bidang pelayanan pendapatan daerah di wilayah kerja atau wilayah pelayanan tertentu. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, adapun fungsi instalasi adalah: a. Pelaksanaan penyusunan rencana kerja instalasi; b. Pelaksanaan administrasi pendaftaran dan pendataan, penelitian perhitungan dan penetapan, pengalihan, pembayaran dan penyetoran di bidang pungutan Pajak PKB/BBNKB.Pajak Non PKB/BBNKB dan Non Pajak; c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan instalasi.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 54 Kelompok Jabatan 1. Rincian tugas Kelompok Jabatan Fungsional ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Setiap Kelompok Jabatan fungsional dikordinasikan oleh seorang tenaga fungsional profesional yang ditunjuk di antara tenaga fungsional yang berada dilingkungan UPP dan Kepala UPP. 4.1.1.4 Aspek Kegiatan UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur merupakan salah satu dinas pendapatan daerah yang mengatur dan mengelola Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran atau pembangunan daerah. Adapun pajak daerah yang dikelola dan dipungut oleh UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur adalah sebagai berikut: 1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan di atas air. 3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air. 4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 55 4.1.2 Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Pada Tahun 2005-2009 Dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah, salah satu sumber pendapatan daerah diantaranya berasal dari penerimaan pajak daerah. Pajak daerah memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung penyediaan dana untuk kegiatan-kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah, hal ini dapat berjalan dengan baik bila ada sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaannya satu diantaranya dari sektor pajak. Untuk mewujudkan pelaksanaan tersebut UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur yang diberi wewenang dalam pemungutan pajak harus mengambil langkahlangkah positif seperti, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap jenisjenis pajak yang mempunyai potensi dalam menyumbang penerimaan daerah. Rencana tersebut terbukti dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat pada table 4.1 dengan adanya laporan target dan realisasi penerimaan UPPD provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Tahun 2005-2009 tentang pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 56 Tabel 4.1 Daftar Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Pada Tahun 2005-2009 No Jenis Penerimaan Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Pajak Pengambilan 2005 1.224.615.000 1.264.808.846 103,28 Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Dan Air Permukaan 2. Pajak Pengambilan 2006 1.025.000.000 1.106.710.650 107,97 Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 3. Pajak Pengambilan 2007 1.100.000.000 1.205.133.200 109,56 Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 4. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 2008 1.148.000.000 1.189.139.600 103,58 5. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 2009 1.100.000.000 1.023.387.400 93,03 Sumber Data : UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, 2005-2009 Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat besarnya penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah yang menjadi sumber pendapatan daerah pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur yang menunjukkan bahwa pajak daerah mempunyai peranan yang besar terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 57 4.1.3 Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Pada Tahun 2005-2009 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan termasuk pajak daerah dan merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pembangunan dan kegiatan pemerintah daerah. Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Daftar Penerimaan PajakPengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Pada Tahun 2005-2009 No Jenis Penerimaan Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Pajak Pengambilan 2005 1.224.615.000 1.264.808.846 103,28 Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Serta Air Permukaan 2. Pajak Pengambilan 2006 110.000.000 110.364.200 100,33 Dan Pemanfaatan Air Permukaan 3. Pajak Pengambilan 2007 105.000.000 110.286.900 105,04 Dan Pemanfaatan Air Permukaan 4. Pajak Pengambilan 2008 155.000.000 155.189.700 100,12 Dan Pemanfaatan Air Permukaan 5. Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan 2009 116.000.000 90.352.200 77,89 Sumber Data : UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, 2005-2009

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 58 Dari tabel 4.2 di atas, dapat dilihat besarnya penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan yang menjadi sumber pendapatan daerah pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, yang menunjukkan bahwa pajak daerah mempunyai peranan yang cukup besar terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. 4.1.4 Kendala Dan Upaya Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Serta Air Permukaan Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Kendala yang dihadapi oleh UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur dalam meningkatkan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan adalah kurang patuhnya wajib pajak dalam pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur mengambil langkah-langkah yaitu dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Intensifikasi Intensifikasi merupakan suatu strategi UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak, khususnya pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan yang pemungutannya dilakukan secara rutin.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 59 Terwujudnya peningkatan penerimaan pajak daerah yang optimal dalam rangka menunjang pengeluaran dan pembangunan daerah, UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur melaksanakan beberapa upaya terhadap berbagai hambatan yang terdapat dalam setiap pajak yang dipungut. 2. Ekstensifikasi Ekstensifikasi merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah dengan melakukan perluasan terhadap obyek pajak atau menambah wajib pajak khususnya yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan yang berpotensi dalam menyumbang penerimaan daerah dari sektor pajak. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Analisis Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Pada Tahun 2005-2009 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah termasuk pajak daerah dan merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pembangunan dan pemerintah daerah. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap perkembangan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah di UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, peneliti melihat bahwa penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah mengalami peningkatan. Untuk mengetahui

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 60 seberapa besar penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dapat dilihat pada tabel 4.1 Dari tabel 4.1 dapat kita ketahui penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah mengalami peningkatan yang baik dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. 1. Tahun 2005 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah serta air permukaan melebihi target yang ditetapkan dari Rp 1.224.615.000,- menjadi Rp 1.264.808.846,- atau 103,28% karena jumlah wajib pajak yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah serta air permukaan bertambah, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah serta air permukaan dapat dikatakan baik. 2. Tahun 2006 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah melebihi target yang ditetapkan dari Rp 1.025.000.000,- menjadi Rp 1.106.710.650,- atau 107,97% karena wajib pajak yang membayar pajak sesuai dengan tanggal yang ditetapkan, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dapat dikatakan baik. 3. Tahun 2007 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah melebihi target yang ditetapkan dari Rp 1.100.000.000,- menjadi Rp 1.205.133.200,- atau 109,56% karena jumlah wajib pajak yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah bertambah, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dapat dikatakan baik.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 61 4. Tahun 2008 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah melebihi target yang ditetapkan dari Rp 1.148.000.000,- menjadi Rp 1.189.139.600,- atau 103,58% karena jumlah wajib pajak yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah bertambah, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dapat dikatakan baik. 5. Tahun 2009 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah tidak melebihi target yang ditetapkan dari Rp 1.100.000.000,- menjadi Rp 1.023.387.400,- atau 93,03% berdasarkan wawancara pada tanggal 16 Maret 2010 dengan nara sumber Hj. Euis Rochjati, Sip, Kepala Seksi Pajak Non PKB dan BBNKB menyatakan bahwa tidak tercapai target yang telah ditetapkan disebabkan terlalu tingginya target yang ditetapkan, atau banyaknya perusahaan yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan telah tutup atau tidak beroperasi lagi. dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dapat dikatakan kurang baik. Untuk mengatasi hal tersebut pihak yang bekerja sama dengan UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, atau sesuai dengan peraturan daerah yang mana Dinas Pertambangan dan energi yang bertanggung jawab atas pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah, dan Pengelola Sumber Daya Alam (PSDA) yang bertanggung jawab atas pengambilan dan pemanfaatan air permukaan mengontrol kembali walaupun masih kurang intensif, apakah perusahaan tersebut benar telah tutup, sehingga tidak ada kecurangan atas pajak pengambilan dan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 62 pemanfatan air bawah tanah serta air permukaan yang dilakukan oleh pihak perusahaan atau wajib pajak yang dapat mengakibatkan penurunan pendapatan daerah. Dari hasil uraian diatas dapat kita lihat bahwa pajak pengambilan dan pemanfatan air bawah tanah mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfatan air bawah tanah dapat dikatakan baik. 4.2.2 Analisis Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Permukaan Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Pada Tahun 2005-2009 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan mempunyai peranan penting guna membiayai penyelenggaraan pembangunan dan pemerintah daerah. Untuk meningkatkan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan pihak UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur melakukan sosialisasi walaupun belum terstruktur tentang pentingnya pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan untuk menyelenggarakan pembangunan daerah. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap perkembangan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, peneliti melihat bahwa penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan mengalami peningkatan. Untuk mengetahui seberapa besar penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dapat dilihat pada tabel 4.2

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 63 Dari tabel 4.2 dapat dilihat besarnya penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan yang menjadi sumber pendapatan daerah pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur, yang menunjukkan bahwa pajak daerah mempunyai peranan yang cukup besar terhadap penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. 1. Tahun 2005 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan melebihi target yang ditetapkan dari Rp 1.224.615.000,- menjadi Rp 1.264.808.846,- atau 103,28% karena jumlah wajib pajak yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan bertambah, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan dapat dikatakan baik. 2. Pada tahun 2006 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan melebih target yang ditetapkan dari Rp 110.000.000,- menjadi Rp 110.364.200,- atau 100,33% karena wajib pajak yang membayar pajak sesuai dengan tanggal yang ditetapkan, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dapat dikatakan baik 3. Tahun 2007 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan melebihi target yang ditetapkan dari Rp 105.000.000,- menjadi Rp 110.286.900,- atau 105,04% karena jumlah wajib pajak yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan bertambah, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dapat dikatakan baik.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 64 4. Tahun 2008 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan melebihi target yang ditetapkan dari Rp 155.000.000,- menjadi Rp 155.189.700,- atau 100,12% karena wajib pajak yang membayar pajak sesuai dengan tanggal yang ditetapkan, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dapat dikatakan baik. 5. Tahun 2009 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan tidak melebihi target yang ditetapkan dari Rp 116.000.000,- menjadi Rp 90.352.200,- atau 77,89% karena terlalu tingginya target yang ditetapkan atau wajib pajak yang membayar pajak tidak sesuai atau melewati tanggal jatuh tempo, dan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan dapat dikatakan kurang baik. Dari hasil uraian diatas dapat kita lihat bahwa pajak pengambilan dan pemanfatan air permukaan mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan penerimaan pajak daerah. Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 penerimaan pajak pengambilan dan pemanfatan air permukaan dapat dikatakan baik. 4.2.3 Analisis Kendala Dan Upaya Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Pengambilan Dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah Serta Air Permukaan Pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur Dalam melaksanaan kegiatan sumber pendapatan daerah yang dilakukan oleh UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur mengalami kendala khususnya dalam meningkatkan penerimaan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan, ada pun kendala yang dihadapi oleh UPPD

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 65 Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur adalah kurang patuhnya wajib pajak dalam pembayaran pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah harus melakukan upaya yang positif dalam peningkatan penerimaan pajak khususnya dari sektor pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur. Adapun langkah-langkah yaitu sebagai berikut : 1. Intensifikasi Intensifikasi merupakan suatu strategi UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pajak, khususnya pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan dengan cara memaksimalkan wajib pajak yang ada, dan memberikan apresiasi kepada wajib pajak yang patuh. Terwujudnya peningkatan penerimaan pajak daerah yang optimal dalam rangka menunjang pengeluaran dan pembangunan daerah, UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur melaksanakan beberapa upaya terhadap berbagai hambatan yang terdapat dalam setiap pajak yang dipungut, sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Hj. Euis Rochjati, Sip, Kepala Seksi Pajak Non PKB dan BBNKB (wawancara tanggal 22 Maret 2010) bahwasannya intensifikasi yang dilakukan terhadap pemungutan pajak daerah yang menjadi tanggung jawab UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur adalah sebagai berikut :

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 66 a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan di atas air. b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan di atas air. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor c. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah (ABT) serta Air Permukaan (APER). 2. Ekstensifikasi Ekstensifikasi merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah dengan melakukan perluasan terhadap obyek pajak atau menambah wajib pajak khususnya yang menggunakan pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah serta air permukaan yang berpotensi dalam menyumbang penerimaan daerah dari sektor pajak. Menurut Hj. Euis Rochjati, Sip, Kepala Seksi Pajak Non PKB dan BBNKB (wawancara tanggal 22 Maret 2010) dengan adanya ekstensifikasi jumlah atau data wajib pajak yang terdaftar pada UPPD Provinsi Wilayah XXII Bandung Timur dapat bertambah sehingga dapat meningkatkan penerimaan daerah khususnya dari sektor pajak daerah.