KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Keyword : pulmonary tuberculosis smear positive, characteristic of patient

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN

Keywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI.

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

ABSTRAK GAMBARAN TES TUBERKULIN POSITIF PADA PERAWAT DI RUANG PERAWATAN KELAS III PENYAKIT DALAM DI SALAH SATU RUMAH SAKIT SWASTA DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL

KARAKTERISTIK PENDERITA MENINGITIS ANAK YANG DI RAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : SHINTA NIM.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS (TBC) PADA KELOMPOK USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KARANGANYAR, DEMAK

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN

KARAKTERISTIK IBU YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RS SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

GAMBARAN NILAI MANTOUX TEST PADA ANAK DENGAN RIWAYAT KONTAK DENGAN ORANG DEWASA SATU HUNIAN YANG MENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PADANG BULAN, MEDAN

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PASIEN ANAK TB PARU RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN PERIODE JANUARI - JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI OLEH JENIKA ROMIAN HUTAURUK NIM :

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

OVERVIEW OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN THE LANGENSARI COMMUNITY HEALTH CENTER, BANJAR, 2013 PERIOD

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (World


BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN IMUNISASI BCG DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK BALITA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Campak merupakan penyakit pernafasan yang mudah menular yang

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : NENNY TRIPENA NIM.

KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

KARAKTERISTIK PENDERITA TIFUS ABDOMINALIS DENGAN PEMERIKSAAN TEST WIDAL RAWAT INAP DI RSU Dr. FERDINAND LUMBAN TOBING SIBOLGA JANUARI 2010 JULI 2012

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH (NPB) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN DARI JANUARI HINGGA DESEMBER 2009 KARYA TULIS ILMIAH.

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

ABSTRAK. Sri Ariany P, 2009, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II: J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010- Isri Rezta Prianty 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, 20155 Abstract Pulmonary tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis and one of the lower respiratory track disease. Based on the Profile of Disease Control and Enviromental Sanitation in, the proportion of child TB in North Sumatera is 2,4%. To determine the characteristics of children under five years with pulmonary TB who were hospitalized in Vita Insani Hospital Pematangsiantar within 2010-, conducted a descriptive study with case series design. Population and sample was 106 patients. Univariate data were analyzed by descriptive while bivariate data were analyzed by using Chi square test, t-independent, Anova, Kruskal-Wallis and Mann-Whitney. The highest proportion is in the age group 0-<12 month (50,0%), male (58,5%), Bataknese (67,9%), Protestantism (54,7%), came from outer Pematangsiantar (75,5%), with adequate nutritional status (66,0%), have received BCG immunization (81,1%), diagnosis of disease by blood test and X-ray (100,0%), average length of hospitalization 3,11 days (3 days), discharge based on doctor permission (95,3%), using own cost (93,4%). There was no significant difference of age based on nutritional status, there was no significant difference of age based on BCG immunization status, there was no significant difference of sex based on nutritional status, there was no significant difference of sex based on BCG immunization status, there was no significant difference of average length of hospitalization based on nutritional status, there was no significant difference of average length of hospitalization based on the state while come back home, there was no significant difference of average length of hospitalization based on cost source. The writer expects the health workers to complete the data on the status of patient such as the history of pulmonary TB in family and in the diagnosis of pulmonary TB in children under five years according to national guidelines for prevention of TB. Key Words : Pulmonary Tuberculosis, Children under five years, Characteristics Pendahuluan Penyakit menular merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam waktu yang relatif singkat. Beberapa penyakit menular sudah bisa ditangani seperti cacar dan frambusia, namun masih banyak penyakit menular lain yang masih belum bisa dituntaskan seperti kusta, diare dan tuberkulosis (TB). 1) TB paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. 2) Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit TB pada anak usia di bawah 15 tahun merupakan masalah kesehatan masyarakat 1

yang sangat penting, salah satu alasannya adalah karena bayi dan anak lebih berisiko dibandingkan orang dewasa dalam hal mengembangkan bentuk ganas dari TB misalnya TB meningitis. Diantara anakanak, kasus TB paling banyak ditemukan pada anak usia di bawah 5 tahun dan pada remaja usia di atas 10 tahun. 3) Menurut WHO, pada tahun, 530.000 anak-anak usia di bawah 15 tahun menderita TB dan 74.000 diantaranya meninggal karena TB dengan CFR sebesar 13,96%. 4) Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi TB paru di Indonesia pada kelompok umur di bawah 1 tahun sebesar 200 per 100.000 penduduk dan pada kelompok umur 1-4 tahun sebesar 400 per 100.000 penduduk. 5) Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun, jumlah kasus TB paru pada kelompok umur 0-14 tahun di Indonesia sebanyak 1.703 kasus. Pada kelompok umur yang sama dilihat dari tingkat Provinsi, jumlah kasus tertinggi berada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 205 kasus, Jawa Timur sebanyak 200 kasus, Jawa Tengah 147 kasus dan pada urutan ke- 4 adalah Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah kasus sebanyak 132 kasus. 6) Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota. Pada tahun, kota Pematangsiantar berada di urutan kedelapan dengan angka prevalensi TB tertinggi sebesar 227 per 100.000 penduduk. 7) Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik balita penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-. Tujuan Penelitian Mengetahui karakteristik balita penderita TB paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010-. Tujuan Khusus Penelitian Mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru yang dirawat inap berdasarkan sosiodemografi yaitu umur, jenis kelamin, suku, agama dan tempat tinggal. Mengetahui distribusi proporsi balita penderita TB paru berdasarkan status gizi, status imunisasi BCG, diagnosa penyakit, lama rawatan rata-rata, keadaan sewaktu pulang dan sumber biaya. Mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan status gizi dan status imunisasi BCG. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan status gizi dan status imunisasi BCG. Mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi, keadaan sewaktu pulang dan sumber biaya. Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar dalam meningkatkan pelayanan kesehatan berupa perawatan dan pengobatan bagi balita penderita TB paru. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai TB paru dan sebagai syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi peneliti lain. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Agustus 2014. Populasi penelitian adalah seluruh balita penderita TB paru yang dirawat inap yang dicatat di rekam medis Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010- yang berjumlah 106 orang. Besar sampel sama dengan populasi (Total Sampling). Data univariat dianalisis secara deskriptif dan data bivariat dianalisis dengan uji Chi-square, uji t-independent, 2

uji Anova, uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Hasil dan Pembahasan TB Paru yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010- berdasarkan sosiodemografi dapat Tabel 1. Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Sosiodemografi di Rumah Sakit Vita Sosiodemografi f % Umur (bulan) 0-<12 53 50,0 12-<36 47 44,3 36-60 6 5,7 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 62 44 58,5 41,5 Suku Batak 72 67,9 Jawa 31 29,2 Melayu 1 0,9 Lain-lain 2 2,0 Agama Islam 43 40,6 Kristen Protestan 58 54,7 Kristen Katholik 5 4,7 Tempat Tinggal Kota Pematangsiantar Luar Kota Pematangsiantar 26 80 24,5 75,5 yang dirawat inap tertinggi pada kelompok umur 0-<12 bulan (50,0%), sedangkan yang terendah pada kelompok umur 30-60 bulan (5,7%). Anak-anak dengan usia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami infeksi menjadi sakit TB Paru dikarenakan imunitas selulernya belum berkembang secara sempurna, namun risiko sakit TB ini akan berkurang secara bertahap seiring pertambahan usia. 8) Proporsi jenis kelamin balita 3 tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki (58,5%) dibandingkan jenis kelamin perempuan (41,5%). Berdasarkan jenis kelamin, hampir tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki-laki maupun perempuan sampai pada umur pubertas. Anak-anak terutama bayi dan balita memiliki daya tahan tubuh yang masih lemah dikarenakan imunitas selularnya belum terbentuk secara sempurna. 9) Proporsi suku balita penderita TB Paru yang dirawat inap tertinggi adalah suku Batak (67,9%). Hal ini dikarenakan penduduk yang bertempat tinggal di Kota Pematangsiantar dan sekitarnya sebagian besar adalah suku Batak sehingga menyebabkan suku Batak lebih banyak datang berobat ke Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar. Proporsi agama balita penderita TB Paru yang dirawat inap tertinggi adalah agama Kristen Protestan (54,7%). Hal ini tidak menunjukkan adanya keterkaitan antara agama dengan kejadian TB Paru pada balita, tetapi menunjukkan bahwa balita penderita TB Paru yang datang berobat ke Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar mayoritas beragama Kristen Protestan. Hal ini dikarenakan penduduk yang bertempat tinggal di Kota Pematangsiantar dan sekitarnya mayoritas beragama Kristen Protestan. Proporsi tempat tinggal balita tertinggi adalah berasal dari luar Kota Pematangsiantar (75,5%). Hal ini dikarenakan letak Rumah Sakit Vita Insani yang strategis dan mudah dijangkau yaitu berada di pusat Kota Pematangsiantar dan merupakan rumah sakit rujukan menyebabkan tingginya jumlah penderita yang menjalani pengobatan demi mendapatkan fasilitas yang lebih baik dan memadai. TB Paru yang dirawat inap berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2. Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Status Gizi di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Status Gizi f % Baik 70 66,0 Kurang 26 24,5 Buruk 10 9,5 Proporsi status gizi balita penderita TB Paru yang dirawat inap tertinggi adalah gizi baik (66,0%). Anak-anak yang mempunyai status gizi kurang cenderung mudah terinfeksi bakteri TB. Status gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh anak sehingga anak tidak mudah menderita penyakit TB, tetapi tidak dapat mencegah seorang anak agar tidak menderita penyakit TB. Anak dengan status gizi yang baik apabila terinfeksi dengan bakteri TB cenderung menderita TB ringan dibandingkan dengan yang mempunyai status gizi buruk. 10) TB Paru yang dirawat inap berdasarkan status imunisasi BCG dapat dilihat pada Tabel 3. Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Status Imunisasi BCG di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Status Imunisasi BCG f % Sudah Belum 86 20 81,1 18,9 Proporsi status imunisasi BCG balita tertinggi adalah sudah mendapat imunisasi BCG (81,1%). Vaksinasi BCG sangat penting untuk mengendalikan penyebaran penyakit TB. Vaksinasi BCG tidak dapat mencegah infeksi TB tetapi dapat mengurangi risiko TB berat seperti TB meningitis dan TB milier. Efek proteksi bervariasi antara 0-80% dan timbul dalam jangka waktu 8-12 minggu setelah penyuntikan, hal ini mungkin disebabkan 4 oleh vaksin yang dipakai atau faktor pejamu (umur, keadaan gizi, dan lainlain). 8),11) yang dirawat inap berdasarkan diagnosa penyakit adalah seluruh balita penderita TB Paru yang dirawat inap didiagnosa dengan pemeriksaaan darah + Foto Rontgen (100%). Diagnosis TB pada anak-anak sulit untuk dilakukan, tidak cukup dengan melakukan satu tes untuk dapat mendiagnosis TB pada anak, sehingga diperlukan melakukan beberapa tes untuk mengetahui anak terinfeksi bakteri tuberkulosis seperti foto rontgen, pemeriksaan darah dan uji tuberkulin. Diagnosis pasti TB anak dilakukan dengan ditemukannya Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan sputum (dahak) dan teknik bilasan lambung, akan tetapi terdapat kesulitan dalam menegakkan diagnosis pasti tersebut dikarenakan dua hal yaitu sedikitnya jumlah bakteri (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen sputum. 8) Lama rawatan rata-rata (hari) balita dapat Tabel 4. Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Mean Standard deviation 95 % CI Min Max 3,11 1,785 2,77 3,46 1 15 Lama rawatan rata-rata balita di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010- adalah 3,11 hari (3 hari) dengan 95% Confidence Interval diperoleh bahwa lama rawatan rata-rata selama 2,77-3,46 hari. Lama rawatan paling singkat adalah 1 hari dan paling lama adalah 15

hari dengan Standard Deviasi (SD) 1,785 hari. TB Paru yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada Tabel 5. Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Keadaan Sewaktu Pulang di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Keadaan Sewaktu f % Pulang Pulang Atas Izin Dokter Pulang Atas Permintaan Sendiri Meninggal 101 4 1 95,3 3,8 0,9 Proporsi keadaan sewaktu pulang balita tertinggi adalah pulang atas izin dokter (95,3%). Hal ini dikarenakan tingginya proporsi penderita yang mempunyai status gizi baik sehingga kondisi balita cepat membaik dan dapat diizinkan pulang ke rumah oleh dokter. Anak dengan status gizi baik apabila terinfeksi oleh bakteri TB cenderung menderita TB ringan dan dapat disembuhkan dibandingkan dengan yang mempunyai status gizi buruk. 10) TB Paru yang dirawat inap berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 6. Distribusi Proporsi Balita Penderita TB Sumber Biaya di Rumah Sakit Vita Sumber Biaya f % Biaya sendiri Bukan biaya sendiri 99 7 93,4 6,6 harus dilakukan di rumah sakit jika menggunakan kartu jaminan kesehatan terutama bagi yang berasal dari luar Kota Pematangsiantar sementara orangtua penderita menginginkan agar penanganan bagi balita penderita TB Paru dilakukan dengan segera. Distribusi proporsi umur balita berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Status Gizi Umur (bulan) Jumlah <12 12 f % f % f % Baik 34 48,6 36 51,4 70 100,0 Tidak 19 52,8 17 47,2 36 100,0 baik yang dirawat inap dengan status gizi baik tertinggi pada kelompok umur 12 bulan (51,4%), sedangkan proporsi balita dengan status gizi tidak baik tertinggi pada kelompok umur <12 bulan (52,8%). Hal ini dikarenakan balita umur <12 bulan masih memiliki imunitas yang rendah sehingga jika balita tersebut mengalami gizi tidak baik maka akan sulit mengembalikan kondisi balita ke gizi baik. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna umur berdasarkan status gizi. Distribusi proporsi umur balita berdasarkan status imunisasi BCG dapat Proporsi sumber biaya balita tertinggi adalah biaya sendiri (93,4%). Hal ini dikarenakan panjangnya prosedur yang 5

Tabel 8. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Imunisasi BCG Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Status Imunisasi BCG Umur (bulan) Jumlah <12 12 f % f % f % Sudah 40 46,5 46 53,5 86 100,0 Belum 13 65,0 7 35,0 20 100,0 yang dirawat inap yang sudah mendapat imunisasi BCG tertinggi pada kelompok umur 12 bulan (53,5%), sedangkan proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap yang belum mendapat imunisasi BCG tertinggi pada kelompok umur <12 bulan (65,0%). Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna umur berdasarkan status imunisasi BCG. Distribusi proporsi jenis kelamin balita berdasarkan status gizi dapat dilihat pada Tabel 9. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Jenis Kelamin Status Gizi Laki-laki Peremp uan Jumlah f % f % f % Baik 41 58,6 29 41,4 70 100,0 Tidak 21 58,3 15 41,7 36 100,0 baik yang dirawat inap dengan status gizi baik tertinggi pada jenis kelamin laki-laki 58,6%. yang dirawat inap dengan status gizi tidak baik tertinggi pada jenis kelamin laki-laki 58,3%. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 yang memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna jenis kelamin berdasarkan status gizi. Distribusi proporsi jenis kelamin balita berdasarkan status imunisasi BCG dapat Jenis Kelamin Tabel 10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Imunisasi BCG Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Status Imunisasi Lakilaki Perempuan Jumlah BCG f % f % f % Sudah 52 60,5 34 39,5 86 100,0 Belum 10 50,0 10 50,0 20 100,0 yang dirawat inap yang sudah mendapat imunisasi BCG tertinggi pada jenis kelamin laki-laki 60,5%. Proporsi balita penderita TB Paru yang dirawat inap yang belum mendapat imunisasi BCG pada laki-laki 50,0% dan pada perempuan 50,0%. Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna jenis kelamin berdasarkan status imunisasi BCG. Hal ini sesuai dengan penelitian Maria Holly Herawati pada tahun 2002 di 5 wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur bahwa tidak ada perbedaan proporsi berdasarkan jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan berdasarkan status imunisasi BCG. 12) Distribusi lama rawatan rata-rata balita berdasarkan status gizi dapat dilihat pada 6

Tabel 11. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Berdasarkan Status Gizi Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar Tahun 2010- Status Gizi Lama Rawatan Ratarata (hari) n Mean SD Baik 70 3,06 1,350 Kurang 26 2,85 1,223 Buruk 10 4,20 4,185 Lama rawatan rata-rata balita dengan status gizi baik 3,06 hari (3 hari), status gizi kurang 2,85 hari (3 hari) dan status gizi buruk 4,20 hari (4 hari). Berdasarkan uji Kruskal-Wallis diperoleh p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. Hal ini menunjukkan bahwa balita penderita TB Paru baik dengan status gizi baik, gizi kurang maupun gizi buruk membutuhkan perawatan sampai kondisi balita penderita TB Paru benar-benar membaik. Distribusi lama rawatan rata-rata balita berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat Tabel 12. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Ratarata (hari) n Mean SD Pulang Atas Izin 101 3,17 1,806 Dokter Pulang Atas 4 2,00 0,816 Permintaan Sendiri Meninggal 1 2,00 0,000 Lama rawatan rata-rata balita yang pulang atas izin dokter (PAID) 3,17 hari (3 hari), pulang atas permintaan sendiri (PAPS) 2,00 hari (2 hari) dan meninggal 2,00 hari (2 hari). 7 Berdasarkan uji Anova diperoleh p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Balita penderita TB Paru dengan lama rawatan paling lama adalah jenis kelamin laki-laki yang berasal dari luar Kota Pematangsiantar dengan keadaan sewaktu pulang adalah pulang atas izin dokter (PAID) dan status gizi buruk. Distribusi lama rawatan rata-rata balita berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada Tabel 13. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata (hari) Berdasarkan Sumber Biaya Balita Penderita TB Paru yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Vita Lama Rawatan Ratarata Sumber Biaya (hari) n Mean SD Biaya sendiri 99 3,07 1,814 Bukan biaya sendiri 7 3,71 1,254 Lama rawatan rata-rata balita dengan menggunakan biaya sendiri 3,07 hari (3 hari), sedangkan yang menggunakan bukan biaya sendiri 3,71 hari (4 hari). Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh p>0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. Hal ini menunjukkan bahwa sumber biaya tidak menentukan lamanya balita penderita TB Paru dirawat di rumah sakit. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan a. yang dirawat inap di Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar tahun 2010- berdasarkan sosiodemografi tertinggi pada kelompok umur 0-<12 bulan (50,0%),

jenis kelamin laki-laki (58,5%), suku Batak (67,9%), agama Kristen Protestan (54,7%) dan tempat tinggal di luar Kota Pematangsiantar (75,5%). b. Proporsi status gizi balita penderita TB Paru yang dirawat inap tertinggi adalah gizi baik (66,0%). c. Proporsi status imunisasi BCG balita tertinggi adalah sudah mendapat imunisasi BCG (81,1%). d. yang dirawat inap berdasarkan diagnosa penyakit seluruhnya didiagnosis dengan pemeriksaan darah + Foto Rontgen (100,0%). e. Lama rawatan rata-rata balita adalah 3,11 hari (3 hari). f. Proporsi keadaan sewaktu pulang balita penderita TB Paru yang dirawat inap tertinggi adalah pulang atas izin dokter (95,3%). g. Proporsi sumber biaya balita tertinggi adalah biaya sendiri (93,4%). h. Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status gizi. i. Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status imunisasi BCG. j. Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan status gizi. k. Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan status imunisasi BCG. l. Tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan status gizi. m. Tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang. n. Tidak ada perbedaan bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. 8 Saran a. Diharapkan kepada petugas kesehatan Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar yang bertugas untuk menangani balita penderita TB Paru agar melengkapi data-data pada kartu status pasien seperti riwayat TB Paru pada keluarga balita penderita TB Paru. b. Kepada pihak Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar diharapkan dalam mendiagnosis TB Paru pada balita seuai dengan pedoman nasional penanggulangan Tuberkulosis sehingga hasil diagnosis yang diperoleh lebih akurat. c. Diharapkan petugas kesehatan Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar agar memberikan pemahaman kepada keluarga bahwa balita penderita TB Paru harus menjalani pengobatan secara teratur selama 6 bulan sehingga hasil pengobatan dapat efektif dan tidak terjadi resisten terhadap obat. Daftar Pustaka 1. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Erlangga, Jakarta. 2. Alsagaff, H., dkk. 2006. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Cetakan Keempat. Airlangga University Press, Surabaya. 3. CDC. 2014. TB in Children in The United States. http://www.cdc.gov/tb/topic/po pulations/tbinchildren/default. htm. Diakses tanggal 13 Maret 2014. 4. WHO. 2014. Tuberculosis. http://www.who.int/mediacentr e/factsheets/fs104/en/ Diakses tanggal 18 Maret 2014.

5. Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. 6. Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. 7. Dinkes Provinsi Sumatera Utara. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun. Medan. 8. Soegijanto, S., dkk. 2007. Lymphadenitis Tuberculosis. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia. Jilid 6. Airlangga University Press, Surabaya. 9. Crofton, J., dkk. 2002. Tuberkulosis Klinis. Edisi 2. Widya Medika, Jakarta. 10. Rahardiyanti, W., dkk.. Gambaran Karakteristik Penderita Tuberkulosis Pada Anak Umur 1-5 Tahun yang Berobat di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Volume 1. 11. Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media, Jakarta. 12. Herawati, M.H., dkk. 2002. Kejadian Tuberkulosis Pada Anak Setelah Imunisasi Baccilus Calmette Et Guerrin di 5 Wilayah Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur Tahun 200-2002. Buletin Penelitian Kesehatan. Volume 33. 9