BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan (stewardship) penggunaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan,

dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan. lembar saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi dan total arus kas. Belkaoui (2000:32) menyatakan bahwa Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dengan mengadakan analisis atau interprestasi terhadap data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern), laba

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tiga tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan (going concern),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut Soemarsono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama yaitu kelanjutan hidup perusahaan, laba dalam jangka panjang, dan

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan menurut Sutrisno (2007:3) adalah semua aktivitas

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baridwan dalam As ad (2010:26) merupakan ringkasan dari suatu

BAB II BAHAN RUJUKAN

LAPORAN ARUS KAS Juru uru an Akuntans Akuntan i UK Petra

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) laporan keuangan

II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan dividen (Dividend Policy) merupakan keputusan mengenai laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Tinjauan Umum Laporan Keuangan. keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut PSAK (2007: 1-2):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang berisikan

Pernyataan ini dimaksudkan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan melalui:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

2.1.2 Pengertian Laporan Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2) Standar Akuntansi Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. efek. Dalam hal ini akuntansi berfungsi sebagai penyedia informasi. Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

melakukan penelitian yang sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per September 2007 (PSAK, Kerangka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Financial distress merupakan kondisi saat keuangan perusahaan dalam keadaan

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006), net profit margin adalah

BAB II LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan penilaian terhadap kondisi. Pengertian laporan keuangan menurut beberapa ahli :

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) DAN LAPORAN ARUS KAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB I PENDAHULUAN. mengembalikan dana yang diperoleh tersebut. melakukan penerbitan dan penjualan saham di Pasar Modal atau Bursa Efek.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. untuk menjamin kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan sehingga kas

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh perusahaan yang dilaporkan kepada pihak internal maupun

MEMBACA LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

PEMAKAI DAN KEBUTUHAN INFORMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009), laporan keuangan adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham berdasarkan

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Aktivitas Pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISA LAPORAN KEUANGAN. Tentang ANALISA LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini kondisi ekonomi di Indonesia yang tidak menentu, menyebabkan

Laporan Keuangan, Arus Kas dan Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Informasi akuntansi merupakan informasi kuantitatif dalam bentuk

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Menurut Soemarso (2004:22), laporan keuangan adalah produk dari manajemen dalam rangka mempertanggungjawabkan (stewardship) penggunaan sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Menurut Soemarso (2004:34) Laporan keuangan adalah laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak di luar perusahaan, mengenai posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya satu tahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa diantaranya pemakai ini memerlukan dan berhak memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan namun, banyak pemakai yang sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan tersebut, sehingga laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disisipkan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan menjadi sebuah keputusan penting oleh para pemakai ataupun pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam mengambil keputusan bisnis. Laporan keuangan juga dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang perusahaan di masa lampau. Selain itu laporan keuangan juga dapat memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan di masa yang akan datang. Jadi, selain untuk

menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai kinerja manajemen perusahaan untuk membuat keputusan, juga sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak yang menanamkan dananya di perusahaan. 2. Tujuan Harahap (2007:122) mengutip pernyataan APB Statement No.4 yang berjudul Basic Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statement Business Enterprises dalam menjelaskan tujuan laporan keuangan yang digolongkan menjadi tujuan khusus, tujuan umum, dan tujuan kualitatif. 1) Tujuan khusus Tujuan khusus dari laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar dan sesuai dengan GAAP. 2) Tujuan umum Adapun tujuan umum laporan keuangan sebanyak lima tujuan. 1) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber ekonomi dan kewajiban perusahaan dengan maksud: a) untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan, b) untuk menunjukkan posisi keuangan dan investasinya, c) untuk menilai kemampuannya menyelesaikan utangutangnya, d) menunjukkan kemampuan sumber-sumber kekayaannya yang ada untuk pertumbuhan perusahaan. 2) Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba dengan maksud: a) memberikan gambaran tentang dividen yang diharapkan pemegang saham, b) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor, supplier, pegawai pajak, mengumpulkan dana untuk perluasan perusahaan, c) memberikan informasi kepada manajemen untuk digunakan dalam pelaksanaan fungsi perencanaan dan pengawasan, d) menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam jangka panjang. 3) Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan harta dan kewajiban. 5) Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para pemakai laporan. 3) Tujuan Kualitatif Adapun tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No.4 adalah sebagai berikut: 1) relevance, yaitu memilih informasi yang benar-benar sesuai dan dapat membantu pemakai laporan dalam proses pengambilan keputusan, 2) understandibility, yaitu informasi yang dipilih untuk disajikan bukan saja yang penting tetapi juga harus informasi yang dimengerti para pemakainya, 3) verifiability, yaitu hasil akuntansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain yang akan menghasilkan pendapat yang sama, 4) neutrality, yaitu laporan akuntansi itu netral terhadap pihakpihak yang berkepentingan di mana informasi dimaksudkan untuk pihak umum bukan pihak pihak tertentu saja, 5) timeliness, yaitu laporan akuntansi hanya bermanfaat untuk pengambilan keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat, 6) comparability, yaitu informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi harus memiliki prinsip yang sama baik untuk suatu perusahaan maupun perusahaan lain, 7) completeness, yaitu informasi akuntansi yang dilaporkan harus mencakup semua kebutuhan yang layak dari pemakai. 3. Komponen Laporan Keuangan a. Neraca Neraca adalah daftar aktiva, kewajiban, dan modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu (Soemarso, 2004:55). Daftar ini juga menunjukkan tentang kekayaan yang dimiliki perusahaan serta sumber pembiayaanya. Neraca menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Perkiraan-perkiraan di neraca disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya, misalnya daftar aktiva, yang paling lancar dan yang paling mudah diubah ke kas akan dicatat telebih dahulu di bagian atas. Untuk daftar kewajiban, kewajiban yang paling lancar dan yang harus cepat dibayar yang harus dicatat paling atas

dalam kelompoknya. Kemudian untuk daftar modal adalah modal yang paling ditunaikan terlebih dahulu yang harus dicatat paling atas. Penyajian neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk berikut ini (Harahap, 2007:216), yaitu : 1) Bentuk neraca staffel atau report form Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Di sebelah atas dicantumkan total aktiva dan di bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal. 2) Bentuk neraca scontro atau T-account form Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta modal ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah. 3) Bentuk yang menyajikan posisi keuangan (financial position form) Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan diperoleh modal pemilik. b. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini dapat mencerminkan aktivitas operasi perusahaan. Komunitas bisnis dan investasi menggunakan laporan ini untuk menentukan profitabilitas, nilai investasi, dan kelayakan kredit atau kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya. Dalam laporan laba rugi terdapat perincian pendapatan, beban, untung, dan rugi perusahaan untuk suatu periode waktu. Di bagian bawah, laba atau laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara

pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Laba merupakan perkiraan kas atas kenaikan (atau penurunan) ekuitas sebelum distribusi kepada dan kontribusi dari pemegang ekuitas. Berdasarkan PSAK (2008:1:56), informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi minimal mencakup pos-pos berikut ini : yaitu : 1) laba rugi usaha, 2) beban pinjaman, 3) bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, 4) laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, 5) pos luar biasa, 6) hak minoritas, 7) laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. Menurut Kieso et.al. (2001:153), laporan laba rugi terdiri dari 2 format, 1) Laporan laba-rugi bentuk langsung (single-step income statement) Dalam format ini, hanya ada dua pengelompokkan yaitu: pendapatan dan beban. Pendapatan dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih. Istilah langsung muncul karena perhitungan laba bersih hanya memerlukan satu pengurangan. Keunggulan utamanya terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bawa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari yang lainnya. Dengan demikian, format langsung menghilangkan masalah klasifikasi yang muncul. 2) Laporan laba-rugi bertahap (multiple-step income statement) Dalam format ini, laporan ini memisahkan transaksi operasi dari transaksi non-operasi, serta menandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kinerja perusahaan. Selain itu juga mengklasifikasikan beban menurut fungsi, seperti barang dagang atau manufaktur (harga pokok penjualan), penjualan, dan administrasi.

c. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menyajikan perubahan-perubahan pada pos ekuitas, sehingga bermanfaat dalam mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktiva perusahaan. Laporan perubahan ekuitas menyajikan peningkatan dan penurunan aktiva bersih atau kekayaan perusahaan selama periode bersangkutan. Menurut PSAK (2008:1:66), perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan yang menunjukkan: 1) laba rugi bersih periode yang bersangkutan, 2) setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas, 3) pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait, 4) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, 5) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya, dan 6) rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. d. Laporan Arus Kas Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan. Laba biasanya tidak sama dengan arus kas bersih, kecuali sepanjang hidup perusahaan. Akuntansi akrual menghasilkan angka yang berbeda dari akuntansi arus kas dan seperti diketahui bahwa arus kas penting dalam pengambilan keputusan karena diperlukan pelaporan atas kas masuk dan

kas keluar. Informasi untuk membuat laporan arus kas biasanya berasal dari neraca komparatif, laporan laba rugi periode berjalan dan data transaksi terpilih. Menurut Kieso et.al. (2001:238), klasifikasi aktivitas dalam laporan arus kas ini dibagikan menjadi 3 aktivitas. 1) Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. 2) Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik hutang maupun ekuitas) serta properti, pabrik, dan peralatan. 3) Aktivitas pembiayaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi : a) perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan b) peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya. Menurut Harahap (2007:19), ada dua bentuk dalam menyajikan laporan arus kas, yaitu : 1) Direct Method Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara lengkap, dan baru dilanjutkan dengan kegiatan dan pembiayaan. 2) Indirect Method Dalam metode ini net income disesuaikan dengan menghilangkan: a) pengaruh transaksi yang masih belum direalisir dari arus kas masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah persediaan deferral income, arus kas masuk dan keluar yang accrued seperti piutang dan utang, b) pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas seperti penyusutan, amortisasi, laba rugi dari penjualan aktiva tetap dan dari operasi yang dihentikan, serta laba rugi pembatalan utang.

e. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari laporan keuangan. Berdasarkan PSAK (2008:1:70), Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam PSAK serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Di samping notes to financial statement, juga terdapat footnote yang merupakan catatan kaki yang dibuat di halaman neraca paling bawah dan dimaksudkan bisa menambah pengungkapan (disclosure). Biasanya hal-hal yang diungkapkan dalam catatan dan penjelasan laporan keuangan ini meliputi 7 hal (Harahap, 2007:220). 1) Kebijaksanaan akuntansi, misalnya metode pelaporan konsolidasi, metode penyusutan, persediaan barang, pengakuan hasil, perubahan akuntansi dan sebagainya. 2) Penjelasan tentang perkara di pengadilan jika ada, kewajiban kontinjensi, laba rugi kontinjensi dan komitmen yang tidak biasa. 3) Rencana penggabungan usaha, penjelasan transaksi yang tidak biasa, related party transactions (hubungan istimewa) dengan perusahaan anak, induk, direksi, pemegang saham, dan lain-lain. 4) Penjelasan tentang jenis saham, program pemberian saham kepada pegawai (ESOP=Employee Stock Ownership Plan), dividen saham, dan lain-lain. 5) Jumlah penyusutan dan biaya riset dan pengembangan. 6) Penjelasan pos penting seperti umur piutang, perincian persediaan, aktiva tetap, penjualan, pembelian barang, dan daftar biaya produksi. 7) Penjelasan tentang pajak penghasilan, komposisi, restitusi, perkara di majelis perpajakan.

B. Laba Akuntansi Menurut Belkaoui (2001:127), laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara realisasi pendapatan yang berasal dari transaksi suatu periode dan berhubungan dengan biaya historis. Menurut Harahap (2001:267) Accounting income adalah perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu. Muqodim (2005:11) berpendapat bahwa laba akuntansi adalah perbedaan antara pendapatan yang dapat direalisasikan yang dihasilkan dari transaksi dalam suatu periode dengan biaya yang layak dibebankan kepadanya. Menurut Horngren (2002:54), net income is the famous bottom line on an income statement-the reminder after all expenses have been deducted from revenues. Laba bersih merupakan pendapatan operasi dikurangi dengan bebanbeban operasi. Laba ini juga disebut laba bersih sebelum bunga dan pajak. Menurut Chadwick (2002:67), Operating profit it is the same as the net profit before interest and tax. The net profit before tax is shared between the tax authorities, shareholders, transfers to reserves, and retained earnings. Tujuan laba secara umum didasari sebagai dasar perpajakan, petunjuk bagi kebijaksanaan dan pengambilan keputusan, kebijaksanaan dividen perusahaan dan penyimpanan serta sebagai ukuran efisiensi. Laba diakui sebagai suatu indikator dari jumlah maksimum yang harus dibagikan sebagai dividen dan ditahan untuk perluasan atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan.

Laba operasi hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional perusahaan. Istilah laba bersih digunakan untuk menyatakan hasil dari laba operasi dikurangi pajak penghasilan. Biaya output yang dijual selama suatu periode ditambah biaya-biaya dibandingkan dengan pendapatan untuk menghitung laba. Laba akuntansi sebelum pajak adalah jumlah laba sebelum pajak penghasilan yang ditentukan menurut Standar Akuntansi Keuangan, karena dihitung hanya untuk tujuan pelaporan keuangan, maka laba akuntansi sebelum pajak tidak berpengaruh pada jumlah pajak penghasilan yang sebenarnya bagi pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan, dan karena terdapat peraturan pengukuran alternatif yang masih dapat dipilih untuk mengukur laba akuntansi sebelum pajak. Laba akuntansi diukur berdasarkan konsep akuntansi akrual. Secara konseptual, akuntansi akrual mengkonversi arus kas menjadi suatu pengukuran yang secara prinsip mendekati konsep laba ekonomi. Akuntansi akrual berusaha untuk memperoleh pengukuran laba yang mempertimbangkan baik arus kas kini maupun implikasi transaksi terhadap arus kas masa depan. Misalnya, akuntansi akrual mengakui arus kas masa depan yang berasal dari penjualan kredit dengan mengakui pendapatan yang saat terjadi penjualan dan sebelum kas diterima. Menurut Wild (2005:120), laba akuntansi merupakan produk lingkup pelaporan keuangan yang melibatkan standar akuntansi, mekanisme pengaturan, dan insentif manajer. Laba yang diatur oleh aturan akuntansi, yang beberapa diantaranya memiliki arti ekonomis dan lainnya tidak. Aturan ini sering kali

membutuhkan estimasi, yang memungkinkan adanya perlakuan berbeda untuk transaksi ekonomi yang sama dan memberikan kesempatan pada manajer untuk membuat angka akuntansi demi kepentingan pribadi. C. Laba Bersih Untuk menentukan keputusan investasinya, calon investor perlu menilai perusahaan dari segi kemampuannya untuk memperoleh laba bersih sehingga diharapkan perusahaan dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi. Laba bersih dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kinerja perusahaan selama periode tertentu. Laba bersih merupakan suatu ukuran berapa besar harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) melebihi harta yang keluar (beban dan kerugian). Pengertian laba bersih menurut Soemarso (2004:44) : laba bersih adalah kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk suatu periode tertentu setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi. Para akuntan menggunakan istilah net income untuk menyatakan kelebihan pendapatan atas biaya dan istilah net loss untuk menyatakan kelebihan biaya atas pendapatan. Baik pendapatan maupun beban dicatat atas dasar akrual, yaitu pada saat terjadinya, tidak peduli apakah sudah ada kas yang dihasilkan atau dikeluarkan oleh perusahaan. Pada kenyataannya, laba yang tinggi akibat penjualan yang baik belum menjamin penerimaan yang baik juga pada perusahaan. Piutang yang terjadi akibat penjualan kredit belum tentu dapat ditagih di kemudian hari, atau dapat juga ditagih tetapi tidak tepat pada waktu perusahaan membutuhkan dana untuk kegiatan usahanya akibatnya kegiatan perusahaan dapat terhambat dan

justru memperburuk kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode mendatang, maka diperlukan informasi yang lebih dapat menyajikan informasi tentang laba dan kondisi kas perusahaan. Ini ditemukan pada laporan arus kas. D. Laba Tunai Laba tunai disebut juga dengan arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Laba bersih perusahaan adalah hal yang penting, tetapi arus kas lebih penting lagi karena dividen harus dibayar secara tunai dan karena kas diperlukan dalam membeli aktiva untuk melanjutkan operasi perusahaan. Pada umumnya arus kas bersih perusahaan berbeda dengan laba akuntansi, karena beberapa pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan laba-rugi tidak dibayar secara tunai selama satu tahun. Hubungan antara arus kas bersih dan laba bersih dapat ditunjukkan melalui perhitungan arus kas bersih. Arus kas bersih = Laba bersih Pendapatan non kas + Beban non kas Laba tunai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laba akuntansi setelah disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan dan pembelian kredit, utang gaji, utang pajak, dan utang bunga yang belum dibayar. Penyusutan merupakan pengalokasian biaya dari aktiva berwujud, sedangkan amortisasi menyusutkan jumlah dari aktiva yang tidak berwujud. Penjualan dan pembelian kredit juga disertakan karena belum melibatkan kas dalam transaksinya. Utang gaji, utang pajak, dan utang bunga sudah menjadi beban tetapi belum dibayarkan karena belum tepat tanggal

pembayarannya. Hal tersebut dikarenakan perusahaan tutup buku tetapi pembayaran gaji belum dilaksanakan. E. Dividen Kas Pembagian deviden diberikan oleh perusahaan kepada para investor atau pemegang saham atas kepemilikannya atau saham yang dimilikinya. Stice (2004:902) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proporsional sesuai dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Menurut Stice (2004:757), dividen adalah pendistribusian laba secara proporsional kepada para pemegang saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Dividen merupakan distribusi laba kepada pemegang saham dalam bentuk aktiva atau saham perusahaan penerbit. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan ditanggapi oleh pasar. Pengumuman dividen dan pengumuman laba pada periode sebelumnya merupakan dua jenis pengumuman yang paling sering digunakan para manajer untuk menginformasikan prestasi prospek perusahaan. Bagi para investor, dividen merupakan hasil yang diperoleh dari saham yang dimiliki, selain capital gain yang didapat apabila harga jual saham lebih tinggi dibanding harga belinya. Dividen tersebut didapat dari perusahaan sebagai distribusi yang dihasilkan dari operasi perusahaan. Dalam membagikan dividen, perusahaan mempertimbangkan proporsi pembagian antara pembayaran kepada pemegang saham dan reinvestasi dalam perusahaan. Di satu sisi, laba ditahan merupakan salah satu sumber pendanaan

yang sangat signifikan bagi pertumbuhan perusahaan, tetapi di sisi lain juga dividen merupakan aliran kas atau aset yang dibagikan kepada pemegang saham. Dividen yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham dapat dalam beberapa jenis deviden. Adapun Jenis dividen (Dyckman, 2001:439) adalah sebagai berikut: a. dividen kas, yaitu distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah korporasi kepada pemegang sahamnya, b. dividen properti, yaitu deviden dalam bentuk aktiva non kas, berupa sekuritas perusahaan lain yang dimiliki perseroan, real estate, barang dagang, atau setiap aktiva non kas lainnya, c. dividen saham, yaitu distribusi proporsional atas tambahan saham biasa atau saham preferen perseroan kepada pemegang saham, d. dividen likuidasi, yaitu pengembalian tambahan modal disetor dan bukan modal ditahan, e. dividen skrip atau wesel, yaitu dividen yang diberikan dalam bentuk wesel promes kepada pemegang saham dimana kondisi perseroan mengalami kekurangan kas. Dividen yang paling disukai oleh para pemegang saham adalah dividen tunai atau dividen kas. Menurut Warren (2002:451), A cash distribution of earnings by a corporation to its hareholders is called a cash dividend. Biasanya sebuah korporasi harus memenuhi 3 kondisi terlebih dahulu agar dapat membayar dividen kas, yaitu laba ditahan yang mencukupi, kas yang memadai dan tindakan formal dari dewan komisaris (Warren, 2002:451). Riyanto (2002:265) menyatakan bahwa kebijakan dividen berkaitan dengan penentuan pendapatan (earnings) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan di dalam perusahaan yang berarti laba tersebut harus ditahan di dalam perusahaan. Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan

kebijakan dividen untuk perusahaan. Sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Teori teori tersebut adalah sebagai berikut (Brigham, 2001:66): a. Dividend irrelevance theory, teori yang dianjurkan oleh Madigliani- Miller (MM) ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap harga saham maupun biaya modalnya atau dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen sebenarnya tidak relevan. b. Bird-in-the-hand theory, teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Linther yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gains. c. Tax preference theory, adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.

E. Tinjauan Peneliti Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti terdahulu Nama Judul Variabel yang Hasil Penelitan digunakan Hermi Hubungan Laba Bersih dan Laba Bersih, Terdapat pengaruh signifikan (2004) Arus kas Operasi Terhadap Arus Kas laba bersih dan arus kas operasi Dividen Kas pada Operasi dan terhadap dividen kas. Tetapi Perusahaan Perdagangan Dividen Kas. arus kas operasi lebih Besar Barang Produksi di Bursa Efek Jakarta Periode berpengaruh signifikan terhadap dividen kas. 1999-2004. Barita Analisis Hubungan antara Laba Ada hubungan positif dan kuat Stepanus Laba Akuntansi dan Laba Akuntansi, antara laba akuntansi dan laba Sihombing Tunai dengan Dividen Kas Laba Tunai dan tunai dengan dividen kas. (2006) (Studi Kasus pada Industri Dividen Kas. Makanan dan Minuman yang Go Publik di Bursa Efek Jakarta) Lainy Analisis Hubungan antara Laba Ada hubungan antara laba Mummaiza Laba Akuntansi dan Laba Akuntansi, akuntansi dan laba tunai dengan (2009) Tunai dengan Dividen Kas Laba Tunai dan dividen kas. Perusahaan Manufaktur Dividen Kas. yang Terdaftar di BEI

F. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan sintesis dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti. Kerangka konseptual juga merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian seperti yang tertera pada gambar. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Laba Akuntansi Laba Bersih Dividen Kas Laba Tunai Sumber: Penulis, 2009 Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka dapatlah dibuat justifikasi hubungan antara variabel independen dengan dependen. Laba akuntansi adalah selisih pendapatan operasi dengan beban operasi. Laba Bersih adalah laba setelah dikurangi beban pajak dan beban bunga. Laba tunai adalah laba akuntansi yang telah disesuaikan dengan transaksi-transaksi non kas, seperti beban penyusutan, beban amortisasi, penjualan kredit, pembelian kredit, beban gaji, beban pajak,

dan beban bunga yang belum dibayar. Dividen kas adalah distribusi laba dalam bentuk kas oleh sebuah perusahaan kepada pemegang sahamnya. Laba akuntansi, laba bersih dan laba tunai secara teori mempengaruhi jumlah dividen kas. Hal itu disebabkan dividen yang dalam hal ini adalah dalam bentuk kas merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Jadi, semakin besar jumlah laba, baik secara laba akuntansi, laba bersih maupun laba tunai, maka semakin besar pula jumlah dividen kas yang akan dibagikan. 2. Hipotesis Penelitian Erlina (2008:49) menyatakan Hipotesis adalah preposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Preposisi merupakan ungkapan atau penyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Hipotesis masih perlu diuji kebenarannya karena masih bersifat jawaban sementara atas suatu masalah. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 H2 H3 : ada hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas, : ada hubungan antara laba bersih dengan dividen kas, : ada hubungan antara laba tunai dengan dividen kas.