BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat dan pembangunan (Siahaan, 2010:9). Sedangkan pajak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi fiskal bukan konsep baru di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah di Indonesia telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakankebijakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk dikembalikan ke masyarakat walaupun tidak dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai unit pelaksana otonomi daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

BAB I PENDAHULUAN. didalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan disegala sektor. Hal ini berkaitan dengan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan wujud partisipasi dari masyarakat dalam. pembangunan nasional. Pajak merupakan salah satu pendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 ayat 1 mendefinisikan pajak dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah khususnya pemerintah kota merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, pembangunan yang merata di Indonesia sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumber-sumber pajak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan pada tahun Pelaksanaan reformasi tersebut diperkuat dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Karena itu, belanja daerah dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang. menyelenggarakannya adalah pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

KONTRIBUSI REALISASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM MENDUKUNG PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dalam menghadapi era-globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperti jalan, jembatan, rumah sakit. Pemberlakuan undang-undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi juga merupakan indikator pencapaian pembangunan nasional. akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

Judul : Tata Cara Pemungutan, Perhitungan, Dan Pembayaran Pajak Hotel Dan Restoran Nama : Dewa Ayu Kartika Mahariani NIM : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan bertujuan untuk menciptakan perubahan ke arah yang lebih baik. Sejalan dengan perkembangan era globalisasi, nampaknya pembangunan yang merata pada setiap sektor dan wilayah di Indonesia belum dapat dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat dari kesenjangan pertumbuhan ekonomi antara wilayah Indonesia Bagian Barat dan Indonesia Bagian Timur. Kesenjangan pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia belum dapat dilaksanakan. Pusat-pusat perekonomian cenderung tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia Bagian Barat, sedangkan potensi kekayaan alam di wilayah Indonesia Bagian Timur belum bisa diberdayakan secara optimal dalam mensejahterakan masyarakat. Permasalahan inilah yang memicu lahirnya otonomi daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang sekarang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebabkan perubahan paradigma pemerintahan dari sistem pemerintahan sentralisasi menjadi sistem pemerintahan desentralisasi. Dengan sistem pemerintahan desentralisasi ini, diharapkan agar daerah mampu memberdayakan potensi daerahnya untuk kepentingan daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan 1

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam implementasinya, otonomi daerah memberikan kesempatan kepada setiap daerah untuk semakin mandiri dalam mengupayakan bergulirnya seluruh kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat dengan pendanaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan untuk lebih mandiri dalam pengelolaan keuangan. Peran masyarakat dalam menyukseskan pembangunan sangat menentukan keberhasilan pembangunan melalui kontribusi penerimaan pajak. Menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo (2008:1), pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dalam otonomi daerah, pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam mengelola dan memanfaatkan potensi daerahnya menjadi semakin luas. Daerah diberikan kewenangan untuk memanfaatkan dan menggali setiap potensi daerah dalam meningkatkan pendapatan daerahnya. Sumber penerimaan daerah dalam rangka perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang No. 32 Tahun 2004 antara lain pendapatan daerah dan pembiayaan. Pendapatan daerah bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain pendapatan. Sebagaimana yang dimaksud dengan dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana bagi hasil sesuai dengan Pasal 11 bersumber dari pajak dan sumber daya alam. 2

Dana bagi hasil di tahun 2008 sebesar Rp 23.640.440.000,- dan di tahun 2009 sebesar Rp 21.985.038.152,-bersumber dari pajak yang terdiri dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh). Pada Tabel 1.1 disajikan sumber-sumber pendapatan daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 dan 2009 adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Sumber sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008 dan 2009 No 1. 2. 3. Jenis Pendapatan Pendapatan Asli Daerah - Pajak - Retribusi - Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - Lain-lain PAD yang Sah Total Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil - DAU - DAK Total Dana Perimbangan Lain-lain Penerimaan Daerah yang Sah - Hibah - Dana Darurat - Dana Bagi Hasil - Dana Penyesuaian Otsus - Bagi Keuangan dari Propinsi Total Lain-lain Penerimaan Daerah yang Sah Tahun 2008 (Rp) 39.395.728.848 34.953.987.339 4.600.000.000 3.796.658.023 82.746.374.210 23.640.440.000 385.187.683.000 50.927.000.000 459.755.123.000 600.000.000 17.500.000.000 26.914.848.000 13.725.805.400 15.451.394.000 Tahun 2009 (Rp) 61.377.842.195 15.147.709.114 3.644.730.961 26.682.040.938 106.852.323.208 21.985.038.152 393.599.129.000 59.614.000.000 475.198.167.152 1.273.582.000 0 40.851.904.000 49.152.228.000 5.795.415.000 74.192.047.400 97.073.129.000 Total Pendapatan 616.693.544.610 679.123.619.360 Sumber : Perda No 11 Tahun 2008 dan Perda No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan APBD Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada daerah dan sebagian hasilnya merupakan pendapatan daerah yang digunakan untuk menyelenggarakan pembangunan di 3

daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1007/KMK.04/1985 tentang Pelimpahan Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan, maka Kepala Daerah khususnya Daerah Tingkat II diberikan kewenangan untuk melaksanakan pungutan Pajak Bumi dan Bangunan khususnya untuk wajib pajak sektor pedesaan dan perkotaan, sedangkan untuk pendataan objek pajak dan penetapan pajak terhutang tetap menjadi wewenang Menteri Keuangan. Dalam hal pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gianyar dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah/Pesedahan Agung Kabupaten Gianyar. Ada beberapa kendala yang dihadapi oleh petugas pungut dalam melakukan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu adanya banyak kesalahan pendataan seperti kesalahan nama wajib pajak, luas tanah dan sebagainya karena pendataan yang tidak maksimal, kesulitan petugas pungut (fiskus) dalam menemukan alamat wajib pajak, kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak dan kenaikan pajak yang cukup tinggi. Oleh karena Pajak Bumi dan Bangunan merupakan pajak pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada daerah, maka pemerintah daerah diberikan wewenang dalam mengoptimalkan realisasi penerimaan dari sektor Pajak Bumi dan Bangunan. Berdasarkan target dan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kabupaten Gianyar yang terlihat pada Tabel 1.2, maka dapat dilihat perkembangan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari tahun 2008 sampai 2009. Apabila target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan tahun 2008 dibandingkan dengan tahun 2009, maka terjadi penurunan sebesar 4

95,56 persen, sedangkan untuk realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan tahun 2008 sampai 2009 terjadi peningkatan sebesar 66,01 persen. Target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor perkotaan dari tahun 2008 sampai 2009 mengalami peningkatan sebesar 76,74 persen, sedangkan untuk realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dari sektor perkotaan mengalami peningkatan sebesar 80,25 persen. Tabel 1.2 Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan Kabupaten Gianyar Tahun 2008 dan 2009 No 1. 2. Jenis Penerimaan Pedesaan Perkotaan Tahun 2008 (Dalam 000) Tahun 2009 (Dalam 000) Target Realisasi % Target Realisasi % 2.234.200 4.376.600 723.481 5.672.795 32,38 129,62 2,134.971 5.703.373 1.095.974 7.068.625 51,33 123,94 APBN 6.610.800 6.396.276 96,75 7.838.344 8.164.599 104,16 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gianyar, 2010 Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa realisasi pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan tahun 2008 mencapai sebesar 32,38 persen, dan sektor perkotaan realisasi penerimaannya sebesar 129,62 persen. Sedangkan untuk tahun 2009 realisasi pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan sebesar 51,33 persen dan sektor perkotaan realisasi penerimaannya sebesar 123,94 persen. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di sektor pedesaan tidak pernah mencapai target yang telah ditetapkan padahal potensi pajaknya cukup besar, sedangkan realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di sektor perkotaan melebihi dari target yang telah ditetapkan. Ini 5

menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sektor pedesaan dengan sektor perkotaan tahun 2008 dan 2009. Dalam merealisasikan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, maka diperlukan adanya partisipasi aktif dari berbagai pihak dalam menunjang kelancaran pemungutan pajak. Tanpa adanya partisipasi dari kedua belah pihak maka tugas-tugas untuk meningkatkan pendapatan daerah tidak akan tercapai dengan baik. Dalam hal ini, diperlukan sistem pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan yang efektif dalam meningkatkan dan mengamankan penerimaan dari sektor pajak. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah sistem pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gianyar sudah efektif?. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penerimaan sistem pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah Kabupaten Gianyar. 6

1.2.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara nyata mengenai penerapan sistem pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan khususnya pada Pemerintah Kabupaten Gianyar sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan serta dapat dijadikan referensi untuk diterapkan dan digunakan dalam merencanakan dan menganalisis sistem penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan. 2) Kegunaan Praktis Melalui pembahasan penelitian ini, diharapkan akan memberikan masukan bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan untuk menganalisis sistem pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dalam mencapai target penerimaan pajak yang diharapkan. 1.3 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab, dimana antara bab satu dengan bab yang lainnya merupakan satu kesatuan. Gambaran secara umum mengenai isi dari masing-masing bab adalah sebagai berikut : 7

Bab I Pendahuluan Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka Bab ini menyajikan kajian pustaka yang mendukung penelitian ini dalam memecahkan permasalahan yang ada, serta pembahasan tentang hasil penelitian sebelumnya. Bab III Metode Penelitian Bab ini menguraikan tentang lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang dipergunakan. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang sejarah singkat Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gianyar dan pembahasan mengenai permasalahan yang ada. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi suatu simpulan dan saran mengenai Efektivitas Penerapan Sistem Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2008-2009. 8