PENGARUH LAYANAN INFORMASI TATA TERTIB LALU LINTAS TERHADAP SIKAP BERLALULINTAS SISWA KELAS XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu )

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LAYANAN INFORMASI CARA PENYESUAIAN DIRI TERHADAP KUALITAS PENYESUAIAN DIRI DENGAN TEMAN DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XA SMAN 5 SIGI

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN FACEBOOK DENGAN PERILAKU SOSIAL SISWA (Studi di SMK Negeri 1 Ampana Kota) Nurhani 1 Muh. Mansyur Thalib Ridwan Syahran

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Bina Mulya Kota Bandar Lampung dan waktu

PENGARUH LAYANAN INFORMASI DAMPAK NEGATIF MINUMAN KERAS TERHADAP SIKAP SISWA PADA MINUMAN KERAS DI KELAS VIII A SMP NEGERI 12 SIGI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Budhi Wicoksono, 2013

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

Abstrak. Hubungan Pemahaman Siswa Tentang Undang Undang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Dengan Pelanggarannya

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Stres Berkendara

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA (STUDI KASUS di SMP NEGERI 4 PALU) Irsan 1 Abdul Munir 2 Munifah 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan 4 Sekolah Menengah Pertama di Kota Yogyakarta. dengan Kampus, sekolah, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

PERBEDAAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN. NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. heran karena seirama dengan kemajuan dalam berbagai kehidupan, pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepatuhan

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

[ISSN VOLUME 3 NOMOR 2, OKTOBER] 2016

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

PEMAHAMAN PELAJAR SMA PENGGUNA SEPEDA MOTOR TERHADAP RAMBU, MARKA, PERATURAN LALU LINTAS DAN SAFETY RIDING ( STUDI KASUS DI SMA BATIK 2 SURAKARTA )

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB 2 DATA DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

Laporan Pengantar Tugas Akhir BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

PERILAKU PENGGUNA SEPEDA MOTOR DALAM MENGUTAMAKAN KESELAMATAN BERLALU LINTAS

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

HUBUNGAN ANTARA DISIPILIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 4 GORONTALO

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERINTEGRASI DAN KONVENSIONAL DALAM PEMAHAMAN UNDANG-UNDANG LALU LINTAS MENURUT DISIPLIN SISWA 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alat transportasi merupakan salah satu kebutuhan utama manusia

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

Transkripsi:

PENGARUH LAYANAN INFORMASI TATA TERTIB LALU LINTAS TERHADAP SIKAP BERLALULINTAS SISWA KELAS XII IPS (Studi di SMA Negeri 1 Palu ) Fitria 1 Muh. Mansyur Thalib Ridwan Syahran ABSTRAK Kata Kunci : Tata tertib lalu lintas, Sikap berlalulintas Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah apakah sikap berlalulintas siswa sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas dibandingkan sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas lebih positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sikap berlalulintas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas serta untuk menjelaskan pengaruh pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas terhadap sikap berlalulintas siswa. Subjek penelitian ini berjumlah 25 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah angket sikap berlalulintas. Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yaitu uji t (satu ekor) pada taraf signifikan 95%. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa sikap berlalulintas siswa sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas, antara lain: 12 % siswa memiliki sikap sangat negatif berlalulintas, 48% siswa yang memiliki sikap negatif berlalulintas, dan 40% siswa memiliki sikap positif berlalulintas. Sedangkan sesudah diberikan layanan inforrmasi tata tertib lalu lintas, maka terjadi peningkatan sikap berlalulintas siswa, antara lain: 24% siswa memiliki sikap sangat positif berlalulintas, 52% siswa memiliki sikap positif berlalulintas, 24% siswa memiliki sikap negatif berlalulintas, dan 0% atau tidak ada lagi siswa memiliki sikap sangat negatif berlalulintas. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa ada pengaruh positif layanan informasi tata tertib lalu lintas terhadap sikap berlalulintas siswa. 1 Program Studi Bimbingan dan Konseling, Kampus FKIP Untad Bumi Tadulako Tondo 20

PENDAHULUAN Pendidkan merupakan hal yang penting dalam kehidupan, dimana pendidikan dapat menyiapkan manusia yang mampu mempertahankan dan mempertinggi kualitas kehidupannya, sehingga dapat meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan memiliki fungsi untuk membimbing manusia supaya benar-benar menjadi manusiawi dan fungsional sesuai dengan kodratnya, dengan tujuan agar pada diri manusia terjadi perubahan tingkah laku yang komperhensif. Program Bimbingan dan Konseling dalam suatu lembaga pendidikan memiliki tujuan dalam perkembangan siswa. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dialaminya dan dapat bertindak secara kreatif dan dinamis dalam membuat rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggung jawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya. Siswa dalam perkembangannya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang timbul berawal dari sikap dan perilaku siswa di lingkungan sekolah, di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Masalah yang timbul khususnya ditinjau dari lingkungan masyarakat yaitu sering kali terjadi pada diri siswa seperti pelanggaran-pelanggaran tata tertib berlalu lintas. Banyak terjadi dikalangan siswa sebagai pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan berlalulintas dengan baik. Kebiasaan dan etika dalam berlalulintas sangat buruk dan memprihatinkan. Sikap dan perilaku siswa sekarang ini belum memahami etika dalam berlalulintas dengan baik. Dengan faktor psikologis yang kurang stabil sangat mempengaruhi etika remaja dalam berkendara. Jumlah siswa yang mengendarai sepeda motor sangatlah banyak. Mereka beranggapan bahwa mengendarai sepeda motor ke sekolah sangat efisien, tidak terlambat, lebih irit dan memudahkan dalam transportasi. Bahkan orang tua mereka pun bangga apabila anak mereka lebih dulu memiliki motor ketimbang SIM. Namun, yang disayangkan adalah pemahaman mereka yang kurang pada tata tertib berlalulintas di jalan, yang mereka pikirkan adalah cepat sampai ke sekolah sehingga terkadang kurang mematuhi peraturan lalu lintas dan seenaknya sendiri di jalan tanpa menghormati hak orang lain dalam berkendara. Dengan mempertimbangkan efisiensi transportasi ke sekolah apabila menggunakan sepeda motor maka banyak orang tua yang tidak memberikan kontrol pada anaknya akan bahaya berkendara yang tidak sesuai aturan karena usia dibawah tahun atau perlengkapan berkendara yang tidak sesuai, hal tersebut sangat disayangkan mengingat 21

keluarga adalah tempat penanaman nilai moral pertama kali pada perkembangan diri anak dan psikologisnya. Pelanggaran yang pernah dilakukan oleh siswa diantaranya adalah mengemudi lebih dari dua orang tanpa menggunakan helm, kecepatan berkendara yang tidak terkontrol, mengemudi tanpa SIM, mengemudi dengan jarak yang terlalu dekat dengan kendaraan lain, menggunakan knalpot racing, menerobos lampu merah dan ugal-ugalan. Perilaku tidak taat berlalulintas yang dilakukan secara sengaja cenderung meningkatkan resiko tabrakan dan dimotivasi oleh ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan upaya untuk menghemat waktu. Pelanggaran yang dilakukan siswa tersebut menyebabkan angka kecelakaan semakin meningkat tiap tahunnya yang akan menimbulkan banyak sekali gangguan keamanan dan ketertiban lalu lintas. Sehingga untuk mengatasinya maka siswa/remaja dituntut untuk mengetahui dan memahami pengetahuan tata tertib berlalulintas. Berasarkan latar belakang di atas, dianggap perlu diadakan layanan bimbingan dan konseling terhadap siswa dalam bentuk kerjasama antara pihak sekolah dan pihak kepolisian guna meningkatkan keamanan dan ketertiban lalu lintas. Semua hal tersebut tentu saja diupayakan untuk meningkatkan kesadaran pelajar dalam menaati tata tertib berlalulintas. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti tentang pengaruh pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas terhadap sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS SMAN 1 Palu. Layanan informasi tata tertib lalu lintas adalah suatu layanan pemberian informasi mengenai tata tertib lalu lintas agar setiap individu tidak mengabaikan dan melanggar tata tertib lalu lintas yang dilakukan oleh pengguna jalan raya yang dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Winkel & Hastuti,S (2006: 316-317) mengatakan bahwa layanan informasi adalah usaha untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta dibidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadisosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Menurut Indrakusumah (1973: 140), mengartikan bahwa tata tertib sebagai sederetan peraturan yang harus ditaati dalam suatu situasi atau dalam tata kehidupan tertentu sesuai dengan urutan-urutan yang telah dibuat. Sedangkan pengertian lalu lintas dikemukakan beberapa pendapat atau sumber yang berbeda, berikut dikutip menurut pasal 1 angka 2 undang-undang No.14 Tahun 1992 yang berbunyi Gerak kendaraan dan orang diruang lalu lintas jalan. 22

Sikap berlalulintas adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh pengendara pada saat berlalu lintas di jalan. menurut Likert, L (1932) mengemukakan bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, sedangkan menurut Eagly & Chaiken (1993) juga mengemukakakan bahwa sikap adalah sebuah hasil evaluasi terhadap objek yang diekpresikan kedalam proses-proses kognitif,efektif, dan perilaku. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu ( quasi experiment research). Penelitian ini di buat seolah-olah ada kelas yang lain sebagai pembanding karena tidak semua indikator tentang berlalu lintas siswa di sekolah mampu dikontrol sehingga jenis penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian di laksanakan di SMA Negeri 1 Palu Jln. Gatot Subroto no 70 Palu, Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS 1 yang berjumlah 25 siswa. pengambilan data dan pelaksanaan penelitian adalah pada bulan November tahun 2015. Teknik pengumpulan data ini adalah angket. Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden (subjek penelitian) atau dikumpulkan peneliti dalam berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dalam pen elitian ini adalah observasi langsung kegiatan subjek peneliti serta wawancara langsung dengan guru BK. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis data deskriptif menggunakan rumus presentase (Thalib, M. 2009) dengan menggunakan pedoman klasifikasi (Thalib, M. 2007). Sedangkan analisis inferensial menggunakan rumus korelasi product moment. Untuk menentukan apakah hipotesis nol ditolak atau tidak maka hitung dikonsultasikan dengan harga kritik tabel dengan taraf signitif 95 %. (α = 0,05) Jika hitung > tabel maka H0 ( hipotisis nol) ditolak, jika hitung tabel maka H0 diterima. HASIL Hasil Analisis Deskriptif Deskripsi data sikap berlalulintas Untuk Melihat frekuensi sikap berlalulintas siswa SMA Negeri 1 Palu sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas, maka dibuat klasifikasi sikap berlalulintas siswa seperti pada tabel 1 dan 2: 23

Klasifikasi dan Persentase Sikap Berlalulintas Siswa Informasi Tata Tertib Lalu Lintas Sebelum diberikan Layanan No Klasifikasi Sikap Berlalulintas Siswa F % 1 Sangat positif 0 0 2 Positif 10 40 3 Negatif 12 48 4 Sangat negatif 3 12 Jumlah 25 100 Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat dari 25 orang siswa yang menjadi subjek peneliti, tidak ada atau 0% siswa yang memiliki sikap sangat positif berlalulintas, 10 atau 40% siswa memiliki sikap positif berlalulintas,12 atau 48% siswa yang memiliki sikap negatif dalam berlalulintas, dan ada 3 atau 12% siswa memiliki sikap yang sangat negatif berlalulintas. Klasifikasi dan Persentase Sikap Berlalulintas Siswa Informasi Tata Tertib Lalu Lintas No Klasifikasi Sikap Berlalulintas Siswa F % 1 Sangat positif 6 24 2 Positif 13 52 3 Negatif 6 24 4 Sangat negatif 0 0 Jumlah 25 100 Sebelum diberikan Layanan Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat dilihat dari 25 orang siswa yang menjadi subjek peneliti, 6 atau 24 % siswa memiliki sikap sangat positif berlalulintas, ada 13 atau 52% siswa memiliki sikap positif berlalulintas, ada 6 atau 24% masih memiliki sikap negatif berlalulintas dan tidak ada atau 0% siswa yang memiliki sikap sangat negatif berlalulintas. Deskripsi Peningkatan Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum Dan Sesudah diberikan Layanan Informasi Tata tertib Lalu Lintas Berdasarkan klasifikasi tentang sikap berlalulintas siswa, maka dapat dilihat peningkatan sikap berlalulintas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan tata tertib lalu lintas pada tabel 3. 24

Tabel 3. Deskripsi Peningkatan Sikap Berlalulintas Siswa Sebelum Dan Sesudah diberikan Layanan Informasi Tata tertib Lalu Lintas N o 1 2 3 4 Klasifika si SBL Sangat Positif Positif Sebelum Diberikan Layanan (ITL) Sesudah Diberikan Layanan (ITL) Peningk atan SBL 0 3,6,7,9,11,14 6 3,6,7,9,11,14,15,17,18,19 Negatif 1,4,8,10,12,1 6,20,21,22,2 3,24,25 Sangat 1,4,8,10,12,1 6,20,21,22,,1 5,17,18,19 2, 5,13, 23,24,25 % 24 9 36 3 12 2,5,13 0 0 Negatif Jumlah 25 25 18 72 Ket: SBL (sikap berlalulintas) ITL (Informasi tata tertib lalu lintas) Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa peningkatan sikap berlalulintas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas adalah 6 atau 24% siswa memiliki sikap sangat positif berlalulintas yaitu siswa nomor 3, 6, 7, 9, 11 dan 14. Ada 9 atau 36% siswa memiliki sikap positif berlalulintas yaitu siswa nomor 1, 4, 8, 10, 12, 16, 20, 21, dan 22, terdapat 3 atau 12% siswa memiliki sikap berlalulintas negatif yaitu siswa nomor 2,5 dan 13 Sehingga siswa yang mengalami peningkatan sikap berlalulintas sebanyak 72%. Hal ini menunjukkan bahwa layanan informasi Informasi tata tertib lalu lintas di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu berpengaruh pada peningkatan sikap berlalulintas siswa. Analisis Inferensial Untuk menguji apakah hipotesis nol (H 0 ) ditolak atau diterima, maka hasil perhitungan (t hitung) dikonsultasikan pada tabel t (satu ekor), dengan taraf kepercayaan 95 % ( ɑ = 0,05) pada derajat bebas (db) = (n 1) = (25 1) = 24. Pada tabel distribusi diperoleh nilai t tabel sebesar 1,71. Hal ini berarti nilai t hitung> nilai t tabel atau 12,5 > 1,71. Dengan demikian hipotesis nol (H 0 ) ditolak. Artinya hipotesis nol (H 0 ) yang berbunyi sikap berlalulintas siswa sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas berpengaruh positif jika dibandingkan dengan sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas. 25

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu, sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas dari 25 orang siswa yang menjadi subjek penelitian, tidak ada siswa yang memiliki sikap sangat positif berlalulintas, ada 10 atau 40% siswa memiliki sikap positif berlalulintas, 12 atau 48 % siswa yang memiliki sikap negatif dalam berlalulintas, dan ada 3 atau 12% siswa memiliki sikap sangat negatif berlalulintas. Hal ini menunjukkan bahwa sikap berlalulintas siswa masih ada yang negatif dan sangat negatif. Misalnya masih ada siswa yang kurang mendapat informasi tentang tata tertib lalu lintas sehingga memicu terjadinya pelanggaran dalam berlalulintas. Pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada siswa mengenai aturan-aturan yang harus dipatuhi dan menghindari siswa dari bahaya akibat melanggar tata tertib lalu lintas. Peningkatan sikap berlalulintas siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas adalah 72%. Peningkatan tersebut terjadi karena materi layanan informasi tata tertib lalu lintas yang diberikan oleh polisi yang berkerja sama dengan peneliti sangatlah tepat yakni pada pertemuan pertama, kedua dan ketiga diberikan materi tentang rambu-rambu lalu lintas, jenis-jenis pelanggaraan dan sanksinya dan tata cara berlalulintas yang baik dan benar. Hasil analisis inferensial memberikan gambaran yang jelas mengenai peningkatan sikap berlalulintas siswa di sekolah sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rata-rata skor sikap berlalulintas siswa sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas yaitu 46,32 sedangkan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas rata-rata skor sikap berlalulintas siswa berubah menjadi 57,32. Berarti selisih rata-rata siswa sebelum dan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas yaitu 10,72 Peningkatan sikap berlalulintas siswa antara lain ialah siswa akan mengendarai sepeda motor harus menggunakan helm, siswa tidak akan menggunakan jalaan raya sebagai tempat balapan, siswa tidak akan mengabaikan tata tertib lalu lintas meskipun dalam keadaan terburu-buru, siswa tidak akan mengendarai dengan menggunakan handphone, siswa tidak ugal-ugalan di jalan raya, spion sepeda motor yang hendak digunakan harus ukuran standar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap berlalulintas siswa mengalami peningkatan sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas karena 26

sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas sebagian siswa kurangnya pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai tata tertib lalu lintas. Peningkatan sikap berlalulintas siswa terjadi karena materi layanan informasi tentang tata tertib lalu lintas yang dilaksanakan peneliti dengan mengundang narasumber adalah tepat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau merubah sikap berlalulintas siswa adalah dengan pemberian layanan informasi tata tertib lalu lintas. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Cristina Damayanti pada tahun 2014 yang berjudul meningkatkan perilaku disiplin berlalulintas dengan menggunakan layanan konseling kelompok yang menunjukan bahwa perilaku disiplin berlalulintas siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan konseling kelompok Sehingga dapat disimpulkan dengan pemberian layanan bimbingan dan konseling baik berupa layanan informasi maupun layanan konseling kelompok maka dapat meningkatkan sikap berlalulintas siswa. Layanan bimbingan dan konseling memiliki peran yang penting dalam meningkatkan sikap berlalulintas siswa dapat dilihat dari perubahan dan peningkatan sikap berlalulintas, masalah sikap berlalulintas siswa yang kuraang baik dapat ditangani dan diselesaikan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuktikan bahwa peran bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan dalam menangani sikap berlalulintas siswa yang kurang baik bahkan dapat meningkatkan kualitas sikap berlalulintas siswa semakin baik pula. Walaupun masalah sikap berlalulintas yang lebih mengarah pada bidang hukum namun ternyata peran pendidikan khususnya program bimbingan dan konseling yaitu dengan memberikan layanan informasi akan sangat menunjang dan membantu dalam memahami dan mengatasi masalah siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan dalam hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1) Sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu sebelum diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas terdiri dari 40% siswa memiliki sikap positif berlalulintas, 48% siswa memiliki sikap yang negatif dalam berlalulintas dan 12% siswa yang memiliki sikap yang sangat negatif dalam berlalulintas. 2) Sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu sesudah diberikan layanan informasi tata tertib lalu lintas terdiri dari 24% siswa memiliki sikap sangat positif 27

berlalulintas, 52% siswa memiliki sikap positif berlalulintas dan 24% siswa yang memiliki sikap negatif berlalulintas. 3) Ada pengaruh positif layanan informasi tata tertib lalu lintas terhadap sikap berlalulintas siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Palu. Saran Sehubungan dengan kesimpulan yang dikemukakan, maka saran yang dapat diberikan ialah: 1) Bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah agar menindak lanjuti siswa nomor 2, 5, dan 13 karena sikap berlalulintas ketiga siswa tersebut masih dalam klasifikasi negatif. Diharapkan agar ketiga siswa tersebut mendapat pengarahan dan bimbingan dari pembimbing. 2) Bagi siswa kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Palu yang telah memiliki sikap berlalulintas yang sangat positif agar terus mempertahankannya dan berbagi informasi kepada teman-teman lainnya yang belum mengetahui dan memahami. 3) kepala sekolah agar lebih memperhatikan usaha peningkatan sikap berlalulintas siswa melalui pelakasanaan layanan informasi tata tertib lalu lintas. 4) Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa, hendaknya lebih mengembangkan layanan informasi tata tertib lalu lintas. DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin.(1995).Sikap Manusia:Pustaka Pelajar. Damayanti, C. (2014). Meningkatkan Perilaku Disiplin Berlalulintas dengan Menggunakan Layanan Konseling Kelompok. [Online] tersedia: http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/alib/article/viewfile/2745/1886 [ 20 Juli 2015 ] Dewi,Wawan.(2010).Teori & Pengukuran Pengetahuan,Sikap,dan Perilaku Manusia.Muha Medika. Menteri Perhubungan Republik Indonesia, No PM 13 Tahun 2014 Tentang Rambu-Rambu Lalu Lintas [ Online ] tersedia: file:///c:/users/ariel/downloads/pm13tahun2014fix.pdf [ 02 Agustus 2015] Prayitno dan Anti. E, (1999). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta Sudijono. S, (2003). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada. Sukardi. D. K. dan Kusmawati.N, (2008). Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sukardi.D.K, (2000). Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya: PT. Rineka Suryabrata. S, (2012). Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo. 28

Thalib. M, (2009). Statistik Pendidikan. Palu: Tadulako University Presss Usman. H. dan Akbar. S. P. R, (1995). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. Sekretariat Negara, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta:Sekretariat Negara Lelangayaq.Y.L.P, (2013). Hubungan antara Polisi lalu lintas dengan pelanggaran lalu lintas yang dilakukan remaja di kota Malang (Online ) Tersedia:http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikelD77306A114D843632897A F8F7D3B348F.pdf [03 Agustus 2015]. 29