Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

DEA YANDOFA BP

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN PHBS TATANAN RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN ISPA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMON II KULON PROGO TAHUN 2012

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

Oleh : Suyanti ABSTRAK

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Efusi pleura Di Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup yang lebih baik pada

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. balita/hari (Rahman dkk, 2014). Kematian balita sebagian besar. pneumonia sebagian besar diakibatkan oleh pneumonia berat berkisar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wongkaditi

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

PENDAHULUAN Jurnal Keperawatan dan Kesehatan MEDISINA AKPER YPIB Majalengka#Volume II Nomor 3 Februari 2016

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. ISPA yang tidak mendapatkan perawatan dan pengobatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS PIYUNGAN BANTUL TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

HUBUNGAN VENTILASI, LANTAI, DINDING, DAN ATAP DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI BLANG MUKO

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Transkripsi:

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DI DALAM RUMAH TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK Kejadian pneumonia pada balita perlu ditangani dengan cepat dan tepat karena dapat menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada balita dan bahkan kematian. Kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Talaga tahun 2015 (13,71%) dari 2931 balita dan perilaku merokok baik di dalam rumah maupun diluar rumah dengan persentase tertinggi yaitu dari 1896 sebesar 93% rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah terhadap kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang mempunyai balita di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Talaga tahun 2015 yaitu sebanyak 2931 balita, dengan jumlah sampel sebanyak 97 orang Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dengan α = (0,05). Hasil penelitian menunjukkan kurang dari setengahnya (29,9%) balita mengalami kejadian pneumonia, sebagian kecil (21,6%) keluarga balita yang merokok didalam rumah. Ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga di dalam rumah dengan kejadian pneumonia pada balita di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016 (p value =0,002) Saran diajukan bagi petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan program penyuluhan dan konseling tentang kejadian pneumonia dan bahaya merokok anggota keluarga di dalam rumah bagi balita. Ibu balita agar dalam pencegahan penyakit pneumonia salah satunya dengan cara merubah kebiasaan merokok anggota keluarga dalam rumah. Kata Kunci : Kejadian Pneumonia Pada Balita, Kebiasaan Merokok. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional ditujukan ke arah terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut, maka pemerintah menyelenggarakan berbagai upaya pelayanan kesehatan melalui pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan dan berbagai penyebab kematian yang dapat dicegah dengan cara meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara dilaksanakannya secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2010). Masalah kesehatan di Indonesia masih memerlukan perhatian semua pihak, terutama masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit yang memerlukan penanganan ataupun perawatan salah satunya adalah penyakit pneumonia pada anak balita. Pneumonia adalah merupakan infeksi saluran nafas bagian bawah yang merupakan masalah kesehatan dunia karena angka kematiannya tinggi, diperkirakan terjadi lebih 2 juta kematian Balita karena pneumonia dibandingkan dengan penyakit lain seperti malaria dan campak. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) pada tahun 2013 memperkirakan kematian balita akibat pneumonia di seluruh dunia sekitar 19% atau berkisar 1,6 2,2 juta, di mana sekitar 70 persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara. Dilaporkan di kawasan Asia- Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam. World Pneumonia Day (WPD) melaporkan Indonesia menjadi Negara dengan kejadian pneumonia urutan ke-6 terbesar didunia (WHO, 2012). Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2015) jumlah penderita pneumonia pada balita yang ditemukan dan ditangani pada tahun 2015 mencapai 164.839 balita (37,60%) dari target penemuan pneumonia sebesar 438.440 balita. Angka kejadian pneumonia pada balita di Kabupaten Majalengka pada tahun 2015 berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Majalengka mencapai 5.419 orang (52,51%), jumlah terbanyak penderita Pneumonia di Kabupaten Majalengka salah satunya adalah di wilayah kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Puskesmas Talaga yaitu sebanyak 409 balita (17,18%) dari 2380 balita. Adapun jumlah balita penderita pneumonia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Talaga dari tahun 2010 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kejadian pneumonia pada tahun 2010 sebesar 18% dan mengalami penurunan pada tahun 2011 2014, sedangkan pada tahun 2015 angka kejadian pneumonia pada balita mengalami kenaikan sebesar 4,5% dari tahun 2014. Hasil studi pendahuluan dengan cara wawancara terhadap 15 ibu balita yang menderita pneumonia didapatkan sebanyak 6 orang (40%) suaminya merokok didalam rumah, sebanyak 3 orang (20%) suaminya merokok dil uar rumah dan sebanyak 6 orang (40%) suaminya tidak merokok. Perilaku tidak merokok merupakan salah satu indikator perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Berdasarkan data di UPTD Puskesmas Talaga tahun 2015 Kabupaten Majalengka menunjukan bahwa Indikator PHBS dengan persentase terendah yaitu perilaku tidak merokok sebesar 43 % dari 39.765 rumah tangga yang diperiksa. Perilaku merokok baik di dalam rumah maupun di luar rumah dengan persentase tertinggi yaitu dari 1896 rumah tangga yang diperiksa terdapat 93% rumah tangga yang memiliki minimal seorang perokok di dalamnya. METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Adapaun cross sectional menurut Nursalam (2008) yaitu jenis penelitian yang menentukan pada waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan secara acak sederhana simple random sampling.(notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Wilayah kerja UPTD Puskesmas Talaga tahun 2016 yaitu sebanyak 97 ibu balita. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat.analisis univariat yaitu jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel. Analisis ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan menggunakan statistik deskriptif. Analisis Bivariat yaitu menghubungkan dua variabel HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian a. Kejadian Pneumonia Tabel 4.1 B o B Distribusi Frekuensi Kejadian Pneumonia Pada Balita di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016 Kejadian Pneumonia Pada Balita f % Pnemonia 29 29.9 Tidak Pneumonia 68 70.1 Total 97 100.0 Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan balita mengalami pneumonia sebanyak 29 orang (29,9%) dan balita tidak mengalami pneumonia sebanyak 68 orang (70,1%). Data tersebut menunjukan bahwa sebagian kecil Balita mengalami pneumonia di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016. Kejadian pneumonia pada balita perlu ditangani dengan cepat dan tepat karena dapat menimbulkan dampak gangguan kesehatan pada balita dan bahkan kematian. Beberapa dampak pneumonia pada balita apabila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan efusi pleura atau pneumotoraks yaitu adanya cairan atau udara di ruang selaput paru, empiema yaitu adanya nanah di ruang selaput paru dan gangguan bernapas hingga gagal napas yang akibatnya jaringan tubuh akan kekurangan oksigen, anak akan sesak, dan apabila berlangsung lama dan berat akan timbul gangguan pada berbagai organ hingga menyebabkan kematian (IDI. 2010). Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga DidalamRumah di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan keluarga balita yang merokok di dalam rumah sebanyak 21 orang (21,6%), keluarga balita yang merokok di luar rumah sebanyak 19 orang (19,6%) dan keluarga balita yang tidak merokok sebanyak 57 orang (58,8%). Hasil tersebut menunjukan bahwa sebagian kecil keluarga balita merokok di dalam rumah pneumonia, salah satunya adalah polusi udara dalam ruangan akibat asap rokok. Perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia, sedangkan pada janin, bayi dan anak-anak mempunyai resiko yang lebih besar untuk menderita kejadian berat badan lahir rendah (BBLR), bronchitis, pneumonia, o Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di dalam Rumah f % Merokok didalam rumah 21 21.6 Merokok diluar rumah 19 19.6 Tidak merokok 57 58.8 Total 97 100.0 di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten infeksi rongga telinga dan asma (Sualangi, Majalengka tahun 2016. Kejadian 2012). pneumonia tidak terlepas dari faktor risiko b. Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga di dalam Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada balita Tabel 4.3 Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Didalam Rumah dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016 o Kebiasaan Merokok Pneumonia pada balita Pneumonia Tidak Total p value Di dalam rumah Di luar rumah Tidak merokok 2 7.1 2.9 1 00 6.8 2 3.2 9 00 0.002

0 7.5 7 2.5 7 00 Jumlah 9 9.9 8 0.1 7 00 Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa anggota keluarga yang merokok di dalam rumah dan balitanya mengalami pneumonia sebanyak (57,1%), anggota keluarga yang merokok di luar rumah dan balitanya mengalami pneumonia sebanyak (36,8%) dan anggota keluarga yang tidak merokok dan balitanya mengalami pneumonia sebanyak (17,5%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa balita yang mengalami pneumonia lebih tinggi pada anggota keluarga yang merokok didalam rumah dibandingkan dengan anggota keluarga yang merokok di luar rumah dan anggota keluarga yang tidak merokok. SIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Didalam Rumah dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016 dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : Kurang dari setengahnya (29,9%) balita mengalami kejadian pneumonia di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016. Sebagian kecil (21,6%) keluarga balita yang merokok di dalam rumah di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016. Ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota keluarga didalam rumah dengan kejadian pneumonia pada balita di UPTD Puskesmas Talaga Kabupaten Majalengka tahun 2016 (p value =0,002) 2. Rekomendasi a. Penelitian ini disarankan petugas kesehatan diharapkan memberikan konseling pada keluarga balita tentang pneumonia pada balita dan bahaya merokok bagi kesehatan balita, serta memperbanyak sarana informasi tentang bahaya merokok dan larangan merokok didalam rumah atau di tempat umum. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan pengetahuan tentang kejadian pneumonia pada balita dan bahan studi perbandingan hasil penelitian tentang kejadian pneumonia pada balita. c. Penelitian ini diharapkan anggota keluarga balita diharapkan tidak merokok didalam rumah dan hendakya berusaha untuk berhenti merokok dekat balita DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2009. Pedoman Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Ikatan Dokter Anak Indonesia.2010. Upaya Percepatan Penanggulangan Penumonia pada Anak di Indonesia. http://www.idai.or.id. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Sualangi, 2012. Pendidikan Kesehatan: Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar. Bandung: Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana World Health Organization (WHO). 2013. Pneumonia. http://whqlibdoc.who.int/publications/2006/9280640489. Diakses tanggal 13 Januari 2016.