PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN AKUSTIKA RUANG DALAM PADA PERANCANGAN AUDITORIUM MONO-FUNGSI, SIDOARJO - JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

REDESAIN INTERIOR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN CAK DURASIM SURABAYA BERDASARKAN AKUSTIK RUANGAN

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

Optimalisasi Kenyamanan Akustik Ruang pada JX International Surabaya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

Dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada penunjang padat, dibor atau dipaku seusai petunjuk pabrik

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

Perbaikan Kualitas Akustik Lapangan Futsal Indoor Pertamina ITS Menggunakan Panel Akustik Gantung

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

APLIKASI VARIABEL PENYERAP BUNYI SEDERHANA UNTUK WAKTU DENGUNG FREKUENSI MENENGAH ATAS PADA AUDITORIUM FAKULTAS KEDOKTERAN UGM

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

PENDEKATAN AKUSTIK ADAPTIF DALAM OPTIMALISASI WAKTU DENGUNG PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan sebuah ruang untuk lebih dari satu fungsi akustik sudah menjadi

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

BAGIAN III : AKUSTIK

[ANALISIS JUDGMENT SUBJEKTIF KUALITAS AKUSTIK GEDUNG TEATER TERTUTUP DAGO TEA HOUSE]

PENILAIAN KUALITATIF KONDISI AKUSTIK RUANG KONFERENSI ASIA AFRIKA

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

AKUSTIKA RUANG KULIAH

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

BAB V HASIL RANCANGAN

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

Perancangan Ulang Akustik pada Auditorium STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3892

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

ANALISIS KINERJA AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MONO-FUNGSI (STUDI KASUS RUANG JELANTIK JURUSAN ARSITEKTUR ITS)

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG KULIAH AUDIO VISUAL

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

Perancangan Tata Suara Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

METODE PENELITIAN. A. Bahan dan Materi Penelitian. Dikarenakan objek studi masih dalam rupa desain prarancangan maka bahan

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja- ge

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

Studi Material Bangunan Yang Berpengaruh Pada Akustik Interior

TF4041- TOPIK KHUSUS A

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

Desain Plafon pada Auditorium Gedung Kesenian Jakarta

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

OPTIMASI ELEMEN INTERIOR UNTUK PENINGKATAN AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM MONO-FUNGSI Studi Kasus Ruang Jelantik Jurusan Arsitektur ITS

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Jurnal online mahasiswa Arsitektur Langkau Betang Pusat Seni Musik di Pontianak Penekanan pada Akustik Ruang

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

PENILAIAN KUALITATIF AKUSTIK GEDUNG TEATER TERTUTUP TAMAN BUDAYA JAWA BARAT (DAGO TEA HOUSE)

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

PERANCANGAN BARRIER UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KEBISINGAN PADA JALUR REL KERETA API DI JALAN AMBENGAN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMOGRAPH

STUDI PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG KULIAH AUDIO VISUAL

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

A. Perilaku Bunyi di Ruang Auditorium

KEMAMPUAN PEREDAMAN SUARA DALAM RUANG GENSET DINDING BATA DILAPISI DENGAN VARIASI PEREDAM YUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

BAB I PENDAHULUAN. ternak, satwa, dan sistem alam (Kusuma, 1996). Menurut WHO (Word Healt

Transkripsi:

PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN AKUSTIKA RUANG DALAM PADA PERANCANGAN AUDITORIUM MONO-FUNGSI, SIDOARJO - JAWA TIMUR Ika Budi Setya Zuyyinati 1, Jusuf Thojib 2, Nurrachmad Sujudwijono 3 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 3 Dosen Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya ABSTRAK Perkembangan MICE (Meeting, Insentive, Convention and Exhibition) di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya mengakibatkan kebutuhan akan wadah tersebut terus meningkat terutama untuk kota-kota besar. Selaras dengan permasalahan tersebut, kabupaten Sidoarjo berencana membangun gedung serbaguna terbesar. Gedung tersebut terutama digunakan untuk kegiatan pertemuan, seminar dan sebagainya sehingga dibutuhkan ruang auditorium. Menyikapi permasalahan tersebut, dalam perancangan auditorium perlu memperhatikan beberapa hal terutama kenyamanan audio dan visual. Metode perancangan berawal dari menganalisis jumlah pelaku, menentukan sifat elemen-elemen pembentuk ruang sebagai pemantul atau penyerap, pemilihan material yang digunakan, dan menghitung waktu dengung yang terjadi dalam ruangan. Penghitungan waktu dengung digunakan sebagai tolak ukur kenyamanan audio yang disarankan terjadi. Hasil kajian menunjukkan bahwa penempatan material sesuai dengan karakter material itu sendiri mempengaruhi penyebaran suara yang terjadi di dalam ruang. Kata kunci: Sidoarjo, auditorium, akustika ruang dalam ABSTRACT The development of MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition ) in Indonesia to increase each year which cause needs for that place continues to increase, especially for big cities. In harmony with these problems, Sidoarjo district plans to build the largest multipurpose building. The building is mainly used for meetings, seminars and so on and so we need the auditorium. To respond these problems, in the design of the auditorium need to consider several things, especially audio and visual comfort. Design method starts from analyzing the number of factors, determine the nature of spaceforming elements as reflective or absorbent, the selection of materials used, and calculate the reverberation time that happens in the room. Calculation of reverberation time is used as a measure of comfort suggested audio occurred. The results show that the placement of the material in accordance with the character of the material itself affects the spread of noise going on in the room. Keywords: Sidoarjo, auditorium, acoustic indoor 1. Pendahuluan Perkembangan MICE (Meeting, Insentive, Convention, and Exhibition) di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Seperti yang diutarakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bahwa kunjungan wisata mancanegara maupun nusantara ditargetkan

akan terus meningkat 15 persen setiap tahunnya. Kunjungan wisata tidak hanya untuk berlibur tetapi juga untuk melakukan kegiatan seperti pertemuan, seminar dan sebagainya. Selaras dengan permasalahan tersebut, Kabupaten Sidoarjo berencana membangun sebuah gedung serbaguna terbesar se-kabupaten Sidoarjo. Gedung tersebut digunakan terutama untuk kegiatan pertemuan, seminar dan sebagainya. Berkaitan dengan kegiatan utama yang diwadahi adalah untuk pertemuan, seminar dan sebagainya, maka ruang yang dirancang adalah auditorium mono-fungsi untuk percakapan. Hal yang perlu diperhatikan adalah kejelasan suara dengan kapasitas pengunjung 4500 orang. Kejelasan suara erat kaitan dengan tingkat waktu dengung (reveberation time), jika waktu dengung yang terlalu pendek maka ruangan akan terkesan mati, tetapi jika waktu dengung yang terjadi terlalu panjang maka akan terjadi gaung. Untuk mendapatkan kejelasan suara yang diharapkan, maka perlu pertimbangan dalam menentukan desain ruang dan karakteristik material yang digunakan. Desain ruang meliputi bentuk ruang, plafon, dinding dan lantai. 2. Bahan dan Metode Bahan penutup bidang permukaan interior ruang yang mempunyai angka koefisien absorbsi (penyerap) dan refleksi (pemantul) sangat mempengaruhi waktu dengung yang dihasilkan suatu auditorium (Doelle, 1972:63). Permukaan atau bidang yang terkena sebagai media pengantar suara dalam ruang diantaranya lantai, dinding, dan plafon. Waktu dengung yang disarankan terjadi untuk speech auditorium berada pada 0,85 1,30 detik (Arau,1999 dalam Ribeiro, 2002). Tinjauan elemen-elemen akustika ruang dalam diambil dari beberapa sumber untuk memperoleh hasil yang maksimal. Elemen-elemen akustika ruang dalam meliputi bentuk ruang, bentuk panggung, lantai penonton, dinding, bentuk plafon, dan penerapan material yang digunakan. 2.1 Bentuk Ruang (Layout) Bentuk ruang atau layout gedung pertemuan mempengaruhi tingkat kejelasan suara yang dihasilkan dalam ruangan. Gambar 1. Bentuk Denah Auditorium (Sumber: Everest dan Pohlmann, 2009) Untuk kapasitas tempat duduk yang lebih besar maka dinding samping dapat dibuat lebih melebar dari panggung. (A) Denah segiempat (B) Denah trapesium dengan dinding belakang datar mengikuti dinding samping. Namun harus memperhatikan potensi bergetar echo (gaung) (C) Denah kipas dengan memundurkan dinding belakang. Kapasitas yang ditampung lebih besar dan minim potensi terjadi gaung 2.2 Bentuk Panggung

Panggung adalah ruang digunakan untuk mengekspresikan materi oleh penyaji. Panggung dibedakan menjadi dua yaitu panggung permanen dan panggung yang dapat diubah sesuai kebutuhan. Gambar 2. Tipe panggung (Sumber: Mediastika, 2005) (A) Panggung proscenium, merupakan panggung konvensional yaitu penonton hanya dapat melihat penyaji dari arah depan saja. (B) Panggung terbuka, merupakan pengembangan dari panggung proscenium yaitu sebagian panggung menjorok ke arah penonton sehingga penonton dapat melihat penyaji dari arah samping. (C) Panggung arena, yaitu peletakkan panggung yang berada di tengah-tengah penonton dengan karakteristik panggung yang dapat diubah atau multifungsi. Komunikasi yang terjadi antara penyaji dan penonton berlangsung amat baik. (D) Panggung extended, merupakan pengembangan dari panggung proscenium yang melebar ke arah samping kanan-kiri. Model panggung ini memungkinkan persiapan set dekorasi yang berbeda antara sisi kanan, tengah maupun kiri. 2.3 Lantai Lantai diolah sesuai dengan kebutuhan akan aktivitas dan kenyamanan audio. Lantai pada ruang pertemuan ini dibagi menjadi dua yakni lantai pembicara atau sumber bunyi dan lantai bagi pendengar. Untuk lantai pembicara dibuat panggung dengan ketinggian 60-12 centimeter agar penonton tetap nyaman ketika melihat pembicara (Everest and Pohlman, 2009). Gambar 3. Garis Pandang yang Baik untuk Menghasilkan Suara Langsung yang Baik (Sumber: Long, 2006) Untuk mengoptimalkan kenyaman audio visual bagi penonton atau pendengar maka perlu adanya kemiringan lantai pada area penonton. Kemiringan lantai untuk ruang pertemuan minimal 15 0 (Everest and Pohlman, 2009) dan maksimal 30 0 untuk keselamatan dan keamanan penonton (Doelle, 1990).

Gambar 4. Penentuan Kondisi Lantai Yang Digunakan (Sumber: Everest and Pohlman, 2009) α 8 0 untuk auditorium musik α 15 0 untuk lecture theatre D 10 meter untuk auditorium musik jika P = 1,5 meter D 15 meter jika P = 2,25 meter 2.4 Dinding Dinding disesuaikan dengan kebutuhan suara yang ingin dihasilkan, diserap atau dipantulkan. Dinding juga merupakan elemen yang bertugas sebagai pengontrol dan pengarah pantulan suara. Dinding sebagai pengontrol berarti mempunyai fungsi untuk meredam suara agar mengurangi pantulan suara yang dihasilkan sedangkan dinding sebagai pengarah berarti bertugas sebagai pemantul. Adapun karakteristik dari kedua sifat dinding tersebut tergantung pada bentuk dan kualitas permukaan dinding. Gambar 5. Sifat Bunyi yang Mengenai Bidang Bercelah (Sumber: Mediastika, 2005) Bentuk dinding belakang dan langit-langit auditorium mempengaruhi terjadinya echo atau gaung. Bentuk dinding belakang dengan kecenderungan lebih besar akan merefleksikan suara ke penonton terdekat. 2.5 Plafon Gambar 6. Bentuk Dinding Belakang Dan Langit-Langit Auditorium (Sumber: Barron, 2009) Plafon atau langit-langit biasanya sebagai media pemantul atau penerus suara. Bentuk pemerataan suara yang diinginkan mempengaruhi pemilihan bentuk plafon. Plafon mempunyai sifat atau tugas sebagai reflektor yakni membelokkan suara sesuai

dengan sudut peletakkan plafon, untuk itu bentuk langit-langit atau plafon dapat digunakan untuk mendistribusikan suara secara merata di seluruh ruangan. Gambar 7. Studi Refleksi Dari Ceilling Panel (Sumber: Doelle, 1972) Untuk menentukan ketinggian langit-langit pada umumnya ketinggian langit memiliki rasio 1/3 sampai 2/3 dari lebar ruangan. Untuk ruangan besar menggunakan rasio paling rendah, sedangkan untuk ruangan kecil menggunakan rasio yang paling besar. Langit-langit juga penyebar bunyi atau suara yang utama. Maka dari itu, langitlangit dibuat beberapa segmen dengan masing-masing ukuran serta sudut yang dibuat untuk memantulkan bunyi kesegala arah (Everest dan Pohlmann, 2009). 2.6 Balkon Gambar 8. Pemantulan Yang Terjadi Pada Bidang Batas (sumber: Mediastika, 2005) Balkon tidak boleh menghalangi pandangan visual dan penerimaan suara hingga posisi audience yang berada di paling belakang. Proporsi balkon overhang dasar, sudut vertikal pandang θ harus lebih besar dari 30. Kedalaman ruang dibawah balkon tidak boleh melebihi dua kali tinggi ruang di bawah balkon untuk menghindari terjadinya echo. Gambar 9. Proporsi Balkon Berdasarkan Sudut Vertikal Pandang (Sumber: Barron, 2009)

2.7 Penerapan Material Selain mengolah elemen interior dan bentuk ruang dalam menghasilkan kualitas suara yang optimal, maka perlu adanya pertimbangan dalam pemilihan jenis material penutup permukaan. Terutama material yang digunakan untuk meredam suara. Adapun karakteristik bahan-bahan penyerap bunyi (Doelle, 1990:33) sebagai berikut: Tabel 1. Sifat-sifat Material Akustik Bahan Berpori Penyerap Panel Lubang Resonansi Karpet (Sumber: Doelle, 1990:33) Bahan penyerap bunyi yang efisien. Mampu mengubah energi bunyi yang datang menjadi energi panas dalam pori-pori. Jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Contoh : papan serat, plesteran lembut, minerals wools dan selimut isolasi. Bahan yang dapat menyerap frekuensi rendah dengan efisien. Digunakan pada lapisan penunjang tetapi dipisah oleh suatu rongga terletak pada bagian bawah dinding (Doelle, 1990:39). Bahan ini mempunyai ciri bergetar jika menabrak gelombang bunyi. Contoh bahan : panel kayu, hardboard, gypsum board, panel kayu yang diletakkan di langit-langit. Sangat efektif ketika penyerapan karena terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-dinding untuk resonansi bunyi dan dihubungkan oleh lubang sempit ke ruang disekitarnya yang dapat menyebabkan gelombang bunyi merambat. Mampu mereduksi dan meniadakan bising benturan seperti bunyi seretan kaki, bunyi langkah kaki dan sebagainya. selain untuk bahan penutup lantai, karpet juga digunakan sebagai bahan penutup dinding agar peredaman suara lebih optimal. 2.8 Penempatan Loudspeaker Pemerataan dan kejelasan suara atau bunyi sekarang ini tidak bisa hanya mengandalkan sumber bunyi utama dan desain bangunan serta material untuk memperoleh kualitas bunyi yang diinginkan, tetapi juga menggunakan bantuan dari peralatan elektronik seperti pengeras suara terutama untuk kapasitas peserta sejumlah ratusan bahkan ribuan. Beberapa tipe penempatan loudspeaker: (A) Terpusat, posisi speaker sama dengan sumber bunyi asli memberi kesan terasa alami (terutama untuk pidato). (B) Tersebar, tipe ini digunakan untuk aktivitas yang mememintangkan kejelasan suara dibanding arah bunyi. Seperti bandar udara, speaker diletakkan pada kolom secara merata. (C) Terpadu dengan kursi (seat-integrated), peletakkan speaker secara terpadu di belakang kursi. Tipe ini bertujuan agar bunyi pelan dapat didengar secara jelas, dan pada umumnya diterapkan di gereja. (D) Kombinasi, yakni kombinasi dari beberapa tipe, seperti tipe terpusat dengan tipe tersebar. Tahap lanjutan dari tinjauan teori adalah menganalisis untuk menghasilkan kriteria desain. Selanjutnya, kriteria desain diterapkan pada desain. Parameter keberhasilan kajian ini adalah waktu dengung yang dihasilkan. Perhitungan waktu dengung menggunakan perhitungan Sabine (1993). Dengan: 0,16 = konstanta V = volume ruang, m3

Sα = penyerapan total pada frekuensi bunyi bersangkutan (Sabine) biasanya dihitung berdasarkan frekuensi 125, 250, 500, 1000 dan 2000 Hz (500-1000 Hz umumnya dijadikan acuan untuk mengitung waktu dengung ruang). Sα sering disingkat a saja. Perhitungan waktu dengung digunakan untuk mengetahui baik buruknya kejelasan suara yang terjadi sesuai dengan fungsi ruang auditorium. waktu dengung ialah waktu lamanya terjadi dengung dalam ruangan yang masih dapat didengar (Sabine, 1993). 3. Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Hasil Desain Elemen-elemen ruang Bentuk ruang (layout) Kriteria desain Bentuk kipas dengan maksimal sudut 140 0 Sudut pandang 116 0 Hasil Bentuk panggung Bentuk panggung extended Dipilih karena bersifat fleksibel, dapat digunakan jika butuhkan untuk acara penghargaan dan sebagainya. Plafon Bentuk plafon dibuat tidak sama untuk menyebarkan bunyi ke seluruh ruangan. -Bentuk cembung adalah bentuk paling efektif menyebarkan suara yang diterima. -Rasio ketinggian langit-langit untuk kapasitas besar 1/3 lebar ruang. - atau dengan menghitung ketinggian Langit-langit berdasarkan waktu dengung seharusnya h = 6,1 Tr = 6,1. 1,2 = 7,32 m dari permukaan lantai -Kedalaman balkon tidak boleh melebihi tinggi antara lantai dan balkon 8,5 meter 6,25 meter Kedalaman balkon tidak melebihi tinggi balkon terhadap lantai. Plafon bertindak sebagai pemantul dan menyebarkan suara. Plafon berupa lapisan plasterboard tebal 13 mm dengan jarak ke rangka 60 cm dengan modul 2 x 2,5.

Dinding Dinding bertindak sebagai pengarah sekaligus menyerap suara. Dinding di belekang penonton sebagai pemantul (licin bergerigi / kasar) Dinding belakang yang mempunyai kecenderungan lebih besar maka akan merefleksikan suara ke pendengar terdekat. Penambahan dinding penyekat bertujuan sebagai pembatas ruang jika kapasistas pemakai lebih sedikit. Selain itu berfungsi sebagai peredam dan pemantul atau diffusers reflective agar suara yang terjadi dalam tidak menyebar keluar dan juga tidak menimbulkan gaung akibat banyak pantulan. lapisan karpet berfungsi sebagai penyerap, lapisan plywood berfungsi sebagai pemantul suara. Konsep dinding penyekat:. Lantai2 balkon Plasterboard Mineral wool Plasterboard Lapisan karet untuk perekat antar

Lantai Memberikan ketinggian lantai pembicara antara 100 cm. Memberikan kemiringan lantai untuk penonton maksimal α 15 0 untuk lecture theatre sudut kemiringan 16 0 -Lantai pembicara untuk speech auditorium 60-120 cm. -Sudut ketinggian antara balkon dan panggung tidak boleh melebihi 30 0. Agar penonton di balkon tidak terlalu menundukkan kepala. Tinggi lantai panggung 80cm. sudut ketinggian antara balkon dan lantai panggung sebesar 19 0

Loudspeaker Menggunakan sistem sentral. Penempatan pengeras suara dapat ditentukan. Dengan mengetahui jarak maksimum antara pendengar dengan loudspeaker. Kemudian menentukan jarak antar speaker. Karena plafon difungsikan sebagai pemantul suara utama, serta dinding juga difungsikan sebagai pengarah suara maka penempatan loudspeaker diletakkan di lantai panggung menghadap cenderung ke atas dan samping. Lalu suara akan diteruskan ke segala arah. Dari penerapan material yang digunakan dilakukan pengukuran untuk mengetahui waktu dengung yang dihasilkan. Elemen Tabel 3. Waktu Dengung Tanpa Audience Bahan Koefisien serapan, α1000 Luas (S) m s.a langit-langit plywood 13mm 0,09 2118 190,62 dinding bata tak diglasir dan dicat 0,02 1293 25,86 plywood 13mm 0,09 1556 140,04 material berpori tebal 10cm 0,82 282 231,24 karpet ruang dalam 0,2 642 128,4 beton kasar 0,06 1187 71,22 lantai beton kasar 0,02 2118 42,36 Waktu dengung: TR = 0,16 V/a detik Plywood 13mm 0,09 2128 191,52 karpet ruang dalam 0,2 458 91,6 material berpori tebal 35mm 0,29 1911 554,19 kursi terbungkus kain 0,67 1596 1069,32 2736,37

= 0,16. 21180/2736 = 1,23 detik Elemen Tabel 4. Waktu Dengung dengan Audience Bahan Koefisien serapan, α1000 Luas (S) m s.a langit-langit plywood 13mm 0,09 2118 190,62 dinding bata tak diglasir dan dicat 0,02 1293 25,86 plywood 13mm 0,09 1556 140,04 material berpori tebal 10cm 0,82 282 231,24 karpet ruang dalam 0,2 642 128,4 beton kasar 0,06 1187 71,22 lantai beton kasar 0,02 2118 42,36 Waktu dengung: TR = 0,16 V/a detik = 0,16. 21180/4236,6 = 0,80 detik Plywood 13mm 0,09 2128 191,52 karpet ruang dalam 0,2 458 91,6 material berpori tebal 35mm 0,29 1911 554,19 kursi terbungkus kain 0,67 1596 1069,32 audiens 0,94 1596 1500,24 4236,61 4. Kesimpulan Gambar 10. Ruang Auditorium (A) Berdasarkan perhitungan waktu dengung yang telah dilakukan bahwa elemen penyerap terbesar didapat dari audience itu sendiri. Untuk perhitungan hasil waktu dengung untuk penerapan material akustik pada ruangan memenuhi kriteria karena berada di antara 0,85 1,30 detik (Arau,1999 dalam Ribeiro, 2002) (B) Bahwa penerapan bentuk dan material yang digunakan mempengaruhi arah penyebaran suara.

(C) Untuk memaksimalkan penyebaran suara, elemen yang bertindak sebagai pemantul tidak hanya plafon, tetapi juga dinding. Daftar Pustaka Barron, M. 2009. Auditorium Acoustics and Architectural Design. New York: Spon Press. Doelle, L.L. 1972. Environtmental Acoustic. New york: McGraw-Hill Publishing Company. Everest, F. Alton dan Pohlmann, Ken C. 2009. Master Hanbook of Acoustics. New York: McGraw-Hill. Long, Michael. 2006. Architectural Acoustics.Burlington: Elsevier Academic Press. Mediastika, C.E. 2005. Akustika Bangunan Prinsip-Prinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ribeiro, Maria Rosa Sa. 2002. Room Acoustic Quality of a Multipurpose Hall: A Case Study. Proceedings of the First Conference with International participation, Bucharest. Sabine, W.C. 1993.Design for Good Acoustics.Los Altos, U.S: Collected Papers on Acoustics, Trade Cloth ISBN 0-9321 Peninsula Publishing.