AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

dokumen-dokumen yang mirip
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Written by Danang Prihastomo Thursday, 05 February :00 - Last Updated Monday, 09 February :13

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA SEMINAR NASIONAL PEMBIAYAAN INVESTASI DI BIDANG INDUSTRI 2015

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Temuan Studi

KEBIJAKAN UMUM SEKTOR PERTAMBANGAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

Sebagai upaya untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

III. METODE PENELITIAN

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Assalamu'alaikum Wr.Wb. Yth. Para Peserta Seminar serta Saudarasaudara

BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DAN LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Roadmap Industri Telematika

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Produk Domestik Bruto (PDB)

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

Transkripsi:

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012

Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III. KEBIJAKAN PEMERINTAH DI SEKTOR INDUSTRI IV. STRATEGI AKSELERASI INDUSTRIALISASI 2

Latar 1. Pertumbuhan sektor industri cenderung melambat Setelah krisis 1997/98 : sektor industri tumbuh lebih lambat dari pada sebelumnya. Pada 2005-2010 : tumbuh lebih rendah dari pertumbuhan PDB. 2. Struktur ekspor masih didominasi bahan mentah Porsi ekspor produk manufaktur turun dari 76% (th.2000) menjadi 50% (th.2010). Impor produk manufaktur naik pesat (necara perdagangan defisit pada th. 2008). 3

3. Struktur industri perlu lebih diperkuat Ketergantungan tinggi pada bahan baku impor: Bahan baku industri besar dan sedang, 30% nya dari impor Struktur impor: 73% nya merupakan impor bahan baku Bahan mentah sebagian besar diekspor dalam bentuk barang setengah jadi. 4. Tuntutan hilirisasi semakin kuat Hilirisasi produk pertambangan Minerba diwajibkan oleh UU No. 4 Tahun 2009. Tuntutan memperluas rantai nilai komoditas ekspor unggulan. 5. Kegiatan industri masih terkonsentrasi di pulau Jawa Pulau Jawa berkontribusi 69% terhadap PDB industri pengolahan secara nasional. Semua provinsi di Jawa mempunyai tingkat industrialisasi tinggi (di atas 25%). Peran industri di 14 provinsi masih di bawah 10% dari PDB. 6. Sektor industri dituntut menyerap lebih banyak tenaga kerja Peran sektor industri dalam penyerapan tenaga kerja hampir tidak mengalami peningkatan yaitu sekitar 12,5 %. Struktur penyerapan tenaga kerja bergeser dari sektor pertanian ke sektor jasajasa, terutama jasa kemasyarakatan. 4

di Sektor Industri A. Potensi Pengembangan Sektor Industri 1. Indonesia dapat menjadi negara industri maju apabila sumber daya alam berikut dimanfaatkan secara tepat: a. Sumber daya hutan; b. Sumber daya laut; c. Sumber daya mineral logam dan non logam; d. Sumber daya energi: batu bara, minyak dan gas bumi. 2. Jumlah penduduk Indonesia sangat besar. 3. Indonesia terletak di kawasan ekonomi yang sedang tumbuh pesat. 4. Pertumbuhan investasi domestik dan asing, pembiayaan perbankan, serta Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto yang cenderung naik. 5. Pembangunan Infrastruktur dan pengembangan teknologi yang sedang mulai dilakukan. B. Permasalahan Umum Pengembangan Sektor Industri C. Persoalan Khusus Hilirisasi Industri 5

di Sektor Industri A. Potensi Pengembangan Sektor Industri B. Permasalahan Umum Pengembangan Sektor Industri 1. Kuantitas dan kualitas infrastruktur transportasi dan pembangkit energi kurang mendukung efisiensi produksi dan distribusi barang. 2. Birokrasi tidak sepenuhnya bersifat pro-bisnis. 3. Ketidakpastian hukum: sering terjadi ketidakselarasan dan tumpang-tindih peraturan antara pusat-daerah dan antarinstansi. 4. Banyak kebijakan dan aturan di pusat & daerah yang tidak mendukung efisiensi usaha, misalnya: aturan mengenai limbah B3, aturan ketenagakerjaan (berkaitan dengan pemberian pesangon, premi Jamsostek, upah minimum). 5. Insentif investasi kurang bersaing dibanding negara tetangga, serta suku bunga perbankan yang tidak kompetitif. C. Persoalan Khusus Hilirisasi Industri 6

di Sektor Industri A. Potensi Pengembangan Sektor Industri B. Permasalahan Umum Pengembangan Sektor Industri C. Persoalan Khusus Hilirisasi Industri Industri Berbasis Hasil Tambang Industri Pengolahan Hasil Pertanian Industri Berbasis SDM & Pasar Domestik Memerlukan teknologi tinggi dan energi besar (padat energi); Diperlukan skala besar agar dapat berproduksi lebih efisien; Investasi di sektor pengolahan hasil tambang perlu biaya besar; Perlu pasokan bahan baku jangka panjang; Pemain baru sulit bersaing di pasar global yang bersifat captive. Kebutuhan domestik untuk produk turunan relatif kecil terhadap ketersediaan bahan baku; Pasar ekspor produk hilir lebih kompetitif; Negara importir mengenakan tarif lebih tinggi pada produk hasil industri; Margin laba pengolahan biasanya lebih rendah dari sektor hulu. Kualitas SDM perlu ditingkatkan; Mesin dan alat produksi relatif tertinggal; Kemampuan product development sangat rendah sehingga tidak mampu mencipta merek handal; Ketergantungan tinggi pada bahan baku & bahan penolong impor. 7

di Sektor Industri A. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) B. Industri Nasional M i s i 1.Peningkatan potensi wilayah melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di dalam koridor ekonomi. 2.Memperkuat konektivitas nasional, dan 3.Meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia dan Iptek. Fokus Pengembangan 22 kegiatan ekonomi utama secara terintegrasi dalam 6 koridor ekonomi. Prasyarat Keberhasilan 1.Debottlenecking regulasi. 2.Pembangunan infrastruktur melalui skema public-private partnership. 3.Pemberian insentif. 8

di Sektor Industri A. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) B. Industri Nasional Visi Tujuan Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi negara industri tangguh dunia 1. Merevitalisasi sektor industri dan meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional; 2. Membangun struktur industri dalam negeri yang sesuai dengan prioritas nasional dan kompetensi daerah; 3. Meningkatkan kemampuan IKM agar lebih seimbang dengan industri berskala besar; 4. Mendorong pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa; 5. Terciptanya sinergi kebijakan dari sektor-sektor pembangunan yang lain dalam mendukung pembangunan industri nasional. Pokok (Peningkatan Daya Saing) 1. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai; 2. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai dengan membangun kompetensi inti industri daerah; 3. Peningkatan Produktivitas, Efisiensi, dan Pendalaman Struktur; 4. Pengembangan Industri Kecil dan Menengah. Operasional 1. Pengembangan Lingkungan Bisnis yang Kondusif; 2. Mendorong pertumbuhan klaster industri prioritas; 3. Menumbuhkan Kompetensi Inti Industri Daerah. Kelompok Industri Prioritas 1. Basis Industri Manufaktur 2. Industri Berbasis Agro 3. Industri Alat Angkut 4. Industri Elektronika dan Telematika 5. Industri Penunjang Industri Kreatif dan Industri Kreatif Tertentu 6. Industri Kecil dan Menengah Tertentu Implementasi KIN 1. Bea Masuk; 2. Keringanan Pajak; 3. Promosi Perdagangan; 4. Pelatihan dan Pengembangan Usaha; 5. Subsidi Kredit; 6. Perencanaan Kebutuhan Infrastruktur; 7. Penyebaran Informasi; 8. Standardisasi dan Akreditasi. 9

Industrialisasi Tujuan : Mempercepat pertumbuhan sektor industri dan penajaman atas Industri Nasional 10

Industrialisasi 11

Industrialisasi Tersedia infrastruktur pendukung produksi dan distribusi barang yang lebih memadai; Efektivitas pelayanan birokrasi dan kepastian regulasi; Terdapat jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi pada harga kompetitif; Tersedia sumber daya manusia industri yang handal; Peningkatan penggunaan teknologi; Peningkatan akses pada pembiayaan investasi; Peningkatan akses ke pasar domestik dan ekspor. 12

Industrialisasi Partisipasi dunia usaha dalam membangun infrastruktur Percepatan proses pengambilan keputusan pemerintah Reorientasi kebijakan ekspor bahan mentah dan sumber energi Mendorong peningkatan produktivitas dan daya saing Meningkatkan integrasi pasar domestik 13

Industrialisasi Area 1 Pengamanan industri dalam negeri Implementasi bea masuk atas produk impor; bea keluar atas ekspor bahan mentah dan sumber energi; penerapan standar produk industri 2 Pembangunan infrastruktur pembangunan infrastruktur pembangkit tenaga listrik; peningkatakan kualitas sarana dan prasarana; peningkatan konektivitas antara pabrik dan pasar 3 Peningkatan kualitas pelayanan birokrasi 4 Penyempurnaan dan harmonisasi regulasi penyederhanaan proses perizinan; mempercepat proses pemeriksaan barang di pelabuhan menciptakan kepastian hukum; memperjelas prosedur untuk mengurangi biaya ketaatan; meningkatkan konsistensi peraturan pusat, daerah dan antar instansi 5 fiskal pemberian potongan pajak dan/atau subsidi untuk menciptakan insentif investasi di sektor industri 6 Membangun SDM industri pemberian insentif kepada industri yang mengembangkan mutu SDM; terlibat langsung dalam pengembangan mutu SDM 14

Industrialisasi Industri Berbasis Hasil Pertanian Industri Berbasis Hasil Tambang Industri berbasis SDM dan pasar domestik Ketersediaan bahan baku Sub sektor industri Kebutuhan pasar domestik dan penggunaan tenaga kerja Cita-cita mengenai bangun industri nasional di masa depan 15

Industrialisasi Industri Berbasis Hasil Tambang Industri Berbasis Hasil Pertanian Industri berbasis SDM dan pasar domestik 1. Industri konversi batubara; 2. Industri pemurnian dan pengilangan minyak bumi; 3. Industri kimia dasar (termasuk petrokimia); 4. Industri logam dasar. 1. Industri minyak dan lemak nabati; 2. Industri gula berbasis tebu; 3. Industri pengolahan kakao dan pembuatan coklat; 4. Industri bubur kayu (pulp) dan kertas; 5. Industri barang dari karet. 1. Industri tekstil dan pakaian jadi dan alas kaki; 2. Industri mesin dan peralatan rumah tangga; 3. Industri komponen elektronika dan telematika; 4. Industri komponen dan aksesoris kendaraan dan komponen mesin kendaraan bermotor; 5. Industri galangan kapal; 6. Industri furniture. 16

Industrialisasi 17

Industrialisasi 18

Industrialisasi 19

Industrialisasi 20

Industrialisasi 21

Industrialisasi Menciptakan insentif kepada industri besar agar lebih melibatkan IKM dalam rantai nilai industrinya Meningkatkan akses IKM terhadap sumber pembiayaan Mendorong tumbuhnya kekuatan kolektif untuk melalui standardisasi, procurement dan pemasaran bersama Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah pengurusan hak patent bagi kreasi baru yang diciptakan IKM Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik dan ekspor Menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing industri kecil 22

Terima Kasih